Diskusi 26 Nopember 2015
Diskusi 26 Nopember 2015
mereka melihat sebuah hambatan besar bernama Islam yang kian tumbuh kokoh dari akar hingga pucuk.
Islam sebagai agama yang mengatur setiap sendi kehidupan dianggap penghambat dari cita-cita sebagian
orang itu.
M.Natsir dalam pidatonya pada sidang konstituante pernah mengatakan. Jika Indonesia ingin merumuskan
kembali dasar negara kita maka saat ini pilihannya hanya dua, yaitu Sekuler atau Agamis. Natsir pun
menjabarkan segala kekurangan negera sekuler serta bahaya-bahayanya bagi Indonesia. Karena dalam hal
meng-homogen-kan dunia agama adalah penghambat utama. Terlebih lagi islam yang pada hakikatnya
mengatur segala hal dalam kehidupan manusia.
Homogenisasi itu kini diupayakan dengan berbagai cara. termasuk mengorbankan jutaan nyawa manusia
untuk memotong batas-batas perbedaan yang sudah menjadi ketetapan Allah. Bahwa manusia, alam serta
dunia dan seisinya diciptakan berbeda.
Terorisme, Masyarakat Informasi dan Pengkhianatan Negara
The past-cold war era-let us call it that for want of any better term-began with the collapse of one
structure, the berlin wall on 9,1989 and ended with a collapse of another, the world centers twin
towers on september 11, 2011 from the moment they did happen, everyone acknowledged that
everything had changed
Setelah perang dingin dimenangkan oleh Amerika. Setelah tembok berlin diruntuhkan. Dunia seakan
berubah 180 derajat ketika gedung WTC hancur karena serangan (terorisme). kata-kata itu seakan menjadi
mendunia sesaat setelah Presiden Amerika saat itu mengatakan akan (Berperang) dengan terorisme.
Amerika memberikan pendanaan yang besar terhadap siapapun yang ingin menumpas terorisme. Bertempur
bersama kami atau bersama teroris (mereka). Bagi sebagian negara ini adalah kesempatan emas untuk
mendapatkan sponsor dan pendanaan. Bagi sebagian lainnya ini adalah strategi emas untuk melakukan
demonisasi terhadap suatu kelompok dan memelihara konflik untuk kepentingan politik. Negara seakan
berkhianat pada rakyatnya. Mencari pembenaran untuk melakukan pembunuhan dan penangkapan atas dasar
perang melawan terorisme. Dimana ternyata itu semua ada hanya untuk memperbesar anggaran belanja dan
memenangkan hati rakyat buta dan menjadi pahlawan di layar kaca.
Tentu kita paham. Saat ini pada akhirnya Islam lah yang menjadi korban sang polisi dunia. Berapa juta
orang yang harus meregang nyawa hanya karena gengster paman sam itu ? hanya untuk menunjukan kepada
dunia siapa polisinya, hanya untuk menjaga agar produksi industri senjata dapat tetap sejahtera dan hanya
untuk menyatukan dunia dengan ambisi para elit elang gedung putih.
Tak jelas sekarang apa definisi terorisme. Siapa saat ini yang sedang melakukan teror ? betul kata Dr
Muhammad Imarah dalam bukunya. Bahwa kita mungkin sedang berada dalam perang istilah. Istilah yang
disalahalamatkan yang dibantu penyebarannya dengan media. Media dikatakan sebagai sarana pencerdasan.
namun pada kenyataannya mereka malah mengadakan pembodohan.
Persis seperti yang dikatakan oleh Ibnu Dunya dalam bukunya, Al-Aqlu wa Fadhliha yang menjelaskan
tentang kondisi kedudukan dan maqom akal akan tidak diketahui diakhir zaman. Persis seperti yang terjadi
saat ini. Saat dimana semua seakan berhak bersuara. Saat penyebar informasi mewawancarai dan meminta
pendapat orang yang bukan ahlinya hanya untuk sebuah komentar. Dimana secara tidak sadar komentar para
komentator dadakan itulah yang membentuk opini masyarakat.
Lantas bagaimana kita menanggapi isu terorisme ini ? apakah sebagai seorang muslim yang kedudukannya
sedang dalam ujian ini kita hanya bisa berkomentar dengan angin saja ? apakah kita harus melakukan
gerakan homogenisasi itu untuk dunia yang lebih baik ? apakah jutaan umat beragama khususnya islam
pantas menjadi bayarannya dalam mewujudkan itu semua ? Apakah kejadian di paris dapat digunakan para
sang peneror sebenarnya untuk meneror negara tertentu ?
Ikuti Diskusinya yuk, Kamis 26 Nopember Jam 15.30
di Idis-Dekat sampoerna corner perpustakaan ITS lt 3
Membentangkan Ketakutan : Jejak Berdarah Perang Global Melawan Terorisme
Kelompok Studi Islam Ekonomi Politik & Humaniora KS-IEPH Aufklarung Iman, Ilmu, Amal dan
Peradaban
Imran Ibnu Fajri-Teknik Perkapalan 2011