Anda di halaman 1dari 23

proposal riset keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan
anak-anak. Saat ini morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai 195 per 1000
penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di Asean. Diare juga
masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya
telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi Penanganan diare yang
dilakukan secara baik selama ini membuat angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir
menurun tajam. Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih cukup
tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada penderita akut belum dapat diturunkan.
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya encer,dapat
bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat menyebabkan
cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan
tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di
bawah lima tahun.
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah menghambat proses
tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit
diare di masyarakat (Indonesia) lebih dikenal dengan istilah "Muntaber". Penyakit ini
mempunyai konotasi yang mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga
masyarakat karena bila tidak segera diobati, dalam waktu singkat ( 48 jam) penderita akan
meninggal.
Diare dapat terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat terutama antibiotik. Selain itu,
bahan-bahan pemanis buatan seperti sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta
produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Orang tua berperan besar dalam
menentukan penyebab anak terkena diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI

eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan
makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.
Kematian bayi di Indonesia sangat tinggi. Bahkan di seluruh dunia, Indonesia menduduki
rangking keenam dengan angka kejadian sekitar 6 juta bayi yang mati pertahunnya. Kasus
kematian bayi di Indonesia ini, menurut Dr. Soedjatmiko (2008), kematian bayi di Indonesia
disebabkan oleh penyakit diare. Untuk mendiagnosis diare, maka pemeriksaan antigen secara
langsung dari tinja mempunyai nilai sensitifitas cukup tinggi (70-90%), tetapi biaya pemeriksaan
cukup mahal.
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di 12
provinsi. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun
sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang. Di awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di Jakarta
yang dirawat di rumah sakit akibat menderita diare. Melihat data tersebut dan kenyataan bahwa
masih banyak kasus diare yang tidak terlaporkan, departemen kesehatan menganggap diare
merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena punya dampak besar pada
kesehatan mayarakat.
Komplikasi diare yang sering terjadi adalah dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotonik,isotonik
atau hipertonik), renjatan hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot,
lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat
kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa, kejang terjadi juga pada dehidrasi
hipertonik dan juga malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian atau jantung, dan kadangkadang usus yang berlubang. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan
sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur.
Penyebab diare pada balita lebih beragam. Bisa karena infeksi bakteri, virus, dan amuba. Bisa
jadi juga akibat salah mengonsumsi makanan. Protein susu sapi merupakan bahan makanan
terbanyak penyebab diare. Makanan lain penyebab timbulnya alergi ialah ikan, telur, dan bahan
pewarna atau pengawet.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi kejadian diare akut pada balita. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor
lingkungan dan keadaan sosial ekonomi. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang berasal

dari luar dan dapat diperbaiki, sehingga dengan memperbaiki faktor resiko tersebut diharapkan
dapat menekan angka kesakitan dan kematian diare pada balita.
Latar belakang di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
tentang pencegahan diare dengankejadiandiare. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti
tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan diare di wilayah
Puskesmas Blora.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian
diare.
2. Tujuan khusus
a.

Mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu tentang diare.

b. Menganalisa hubungan antara pengetahuan ibu tentangdiare dengan kejadian diare.


C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Manfaat

dari

penelitian

ini

adalah

untuk

memberikan

pengetahuan

dan

pemahaman tentang hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan upaya pengalaman ilmu pengetahuan bagi mahasiswa,
serta pengetahuan lainnya yang di dapat selama mengikuti perkuliahan.
b.

Bagi

dosen,

penelitian

ini

memberikan

masukan

untuk

menyampaikan

nasihat kepada peserta didik dalam hal meningkatkan konsentrasi.


D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah disusun permasalahan sebagai berikut Seberapa
besar hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare.

E. Ruang Lingkup
Semua ibu di wilayah Puskesmas Blora yang mempunyai anak dengan

penyakit Diare bulan

November 2012.

BAB II
LITERATUR REVIEW

A. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di
peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah
orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, dkk, 2007).
Pengetahuan merupakan justified truebelieve. Seorang individu membenarkan (justifies)
kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang
menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara
berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini, pengetahuan merupakan
konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan
pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik
pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan
perasaan dan sistem kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu
bisa tidak disadari (Bambang, 2008).

2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Rogers, pengetahuan di cakup di dalam domain kognitif 6 tingkatan (Notoatmojo,
2007) yaitu:
a.

Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi
yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.
Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang
dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c.

Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan
kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus,
metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan

rumus

statistik

dalam

perhitungan-perhitungan

hasil

penelitian,

dapat

menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-komponen tetapi masih
dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat menggambarkan (menurut bagian),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e.

Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan menyusun,
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang ada.

f.

Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya :S dapat membandingkan antara anakanak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya
wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan
sebagainya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :

a.

Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus objek.


b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai
timbul.
c. Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
1)

Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.


Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki

oleh stimulus.
2) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus. (Notoatmodjo, 2007).

3. Teori Tentang Terbentuknya Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan
menjadi dua berdasarkan cara yang tetah digunakan untuk memperoleh kebenaran, yaitu :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1)Cara coba-coba salah (Trial dan Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan bahkan mungkin sebelum
adanya peradapan yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinaan yang lain sampai
masalah dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoriter
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal
maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya otoriter, tanpa terlebih dahulu membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan masa lalu.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi
penelitian. Cara ini mula-mula . dikembangkan oleh Franeuis Bacor (1561-1626) kemudian
dikembangkan oleh Deobold van Dallien akhirnya lahir suatu cara penelitian yang dewasa ini
kita kenal sebagai metodologi penelitian ilmiah.
1) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapkan pada masa lalu.
2) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiran,
baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui
pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah
pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan
Menurut berbagai sumber dari berbagai literatur yang berhubungan, berikut adalah
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal :

a. Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya
dari pada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya.
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain
menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin
mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru dikenal.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah input
kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptif yang melibatkan baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang berpikiran luas maka
pengetahuannya akan lebih baik daripada orang yang hidup di lingkungan yang berpikiran
sempit.

d. Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh
seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah
sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat. Masyarakat akan memandang
seseorang dengan penuh penghormatan apabila pekerjaannya sudah pegawai negeri atau pejabat
di pemerintahan.
e. Sosial Ekonomi
Variabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian, variabel ini menggambarkan tingkat
kehidupan seseorang yang ditentukan unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan
banyak contoh serta ditentukan pula oleh tempat tinggal karena hal ini dapat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.
f. Informasi yang diperoleh
Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan tempat
pelayanan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan informasi sekaligus
menghasilkan informasi. Jika pengetahuan berkembang sangat cepat maka informasi
berkembang sangat cepat pula. Adanya ledakan pengetahuan sebagai akibat perkembangan
dalam bidang ilmu dan pengetahuan, maka semakin banyak pengetahuan baru bermunculan.
Pemberian informasi seperti cara-cara pencapaian hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki.
g. Pengalaman
Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman akan
mempunyai pengetahuan yang baik bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki
pengalaman dalam segi apapun (Mubarok, 2007).
5. Cara Menilai Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket, menyatakan isi
materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kriteria hasil pengukuran:
1. Pengetahuan baik = 76 100%
2. Pengetahuan cukup = 60 75%

3. Pengetahuan Kurang = < 60% (Arikunto, 2006)


6. Dasar-dasar Pengetahuan
1.

Tradisi

2.

Otoriter

3.

Meminjam dari disiplin orang lain

4.

Pengalaman trial dan error

5.

Alasan yang logis

6.

Metode ilmiah

B. Konsep Diare
1. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998) dan Ngastiyah (1997), diare
adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar
satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2. Penyebab
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli,
golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus
halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan
yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi dan sebagainya.
2) Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

b. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:


1) Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
2) Kurang kalori protein.
3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

1.
a)

b)
2.
3.
4.
3.

Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
Faktor infeksi
Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie, Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan
infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA)
tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
Faktor makanan
Faktor psikologis
Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,
isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya
akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan
penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan.Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya

telah

menderita

KKP.

Hal

ini

terjadi

karena

adanya

gangguan

penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala


hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50%
pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
-

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah
hebat.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
4. Tanda & Gejala Diare

Diare Akut :
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4.

Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.

5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan
mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat,
pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8.

Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam.
(Kusmaul).

5. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) pH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan
cadangan alkali dan analisa gas darah.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.


4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

6. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3.

Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).

4. Hipoglikemia.
5.

Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.

6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.


7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
7. Derajat Dehidrasi
a.
1)
2)
3)
b.
c.

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
Kehilangan berat badan
Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
Skor
Mavrice King
Bagian tubuh
Nilai untuk gejala yang ditemukan
Yang diperiksa
0
1
2
Keadaan umum
Sehat
Gelisah, cengeng Mengigau, koma,
Apatis, ngantuk
atau syok
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata

Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat <120

Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140)

Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemas >40

Keterangan
Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

d. Gejala klinis
Gejala klinis
Keadaan umum
Kesadaran
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan

Ringan

Gejala klinis
Sedang

Berat

Baik (CM)
+

Gelisah
++

Apatis-koma
+++

N (120)

Cepat

Cepat sekali

Biasa

Agak cepat

Kusz maull

Kulit
Uub

Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal

Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering

Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/asidosis

8. Kebutuhan Cairan Anak


Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein,
lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganmggu
harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan
cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :
Kebutuhan
Umur

Berat Badan

Total/24 jam

Cairan/Kg BB/24

3 hari

3.0

250-300

jam
80-100

10 hari

3.2

400-500

125-150

3 bulan

5.4

750-850

140-160

6bulan

7.3

950-1100

130-155

9 bulan

8.6

1100-1250

125-165

1 tahun

9.5

1150-1300

120-135

2 tahun

11.8

1350-1500

115-125

4 tahun

16.2

1600-1800

100-1100

6 tahun

20.0

1800-2000

90-100

10 tahun

28.7

2000-2500

70-85

14 tahun

45.0

2000-2700

50-60

18 tahun

54.0

2200-2700

40-50
Whaley and Wong (1997)

Menurut Ngastiyah (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998),Suharyono, Aswitha,
Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan bahwa jumlah
cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :

Derajat Dehidrasi
Ringan

PWL
50

NWL
100

CWL
25

Jumlah
175

Sedang

75

100

25

200

Berat

125

100

25

250

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
9. Pentatalaksanaan
a. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1). Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
a). Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar
natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b). Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
1) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
a) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
b) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
c) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
a) 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
3) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
a) 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
b) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
c) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

a) Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
b) Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian
NaHCO3 1 %).
c). Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis
makanan:
1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
d). Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa atau karbohidrat lain.
b. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi
darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.Mengingat diare sebagian besar menular, maka
perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
1). Data fokus
a). Hidrasi
1) Turgor kulit
2) Membran mukosa
3) Asupan dan haluaran
b). Abdomen
1) Nyeri
2) Kekauan
3) Bising usus
4) Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
5) Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik

2). Diagnosa keperawatan


a) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake
dan out put.
b) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan mikroorganisme.
c)

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh peningkatan
frekuensi BAB.

d) Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak mengenal lingkungan, prosedur
yang dilaksanakan.
e) Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau kurangnya pengetahuan.
3). Intervensi
a). Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
1) Pantau cairan IV
2) Kaji asupan dan keluaran
3) Kaji status hidrasi
4) Pantau berat badan harian
5) Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
6) Melalui mulut
b). Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
1)

Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut (misalnya: pertama diberi cairan
rehidrasi oral, kemudian meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti: pisang, nasi,
roti atau asi.

2) Hindari memberikan susu produk.


3) Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
c). Cegah iritasi dan kerusakan kulit
1) Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
2) Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan terhadap udara.
3)

Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang bersifat asam akan mengiritasi
kulit).

d).Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah penularan infeksi (merujuk pada
kebijakan dan prosedur institusi).
e). Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.

1) Sediakan mainan sesuai usia.


2) Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
3) Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai usia.
f). Berikan dukungan emosional keluarga.
1) Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
2) Rujuk layanan sosial bila perlu.
3) Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
g).Rencana pemulangan.
1) Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan lingkungan.
2) Kuatkan informasi tentang diet.
3) Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
4) Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
C. Hipotesis Penelitian
Ada hubungaan antara pengetahuan ibu tentangDiare dengan KejadianDiare.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional,
yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. (Notoatmodjo, 2005).
B.

Variabel Penelitian
a. Bebas

1) Pengetahuan Ibu
Adalah skor yang diperoleh ibu dalam menjawab satu set pertanyaan tentang diare yang meliputi
hal-hal tentang diare.
b. Terikat
2) Diare
Adalah angka kejadian diare selama 3 bulan November 2012 ke belakang.
C. Metodologi Penelitian
1. Tempat dan waktu penelitian
Dalam melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan
Kejadian Diare pada Anak Umur 0-12 Bulan ini dilakukan pada:Bulan November.
2. Desain (rencana penelitian)
Dalam melakukan penelitian ini kami menggunakan desain penelitian deskriptif korelasion.
Dimana dalam hal ini akan mengkaji hubungan antara 2 variabel. Yaitu akan dikaji tentang
adakah hubungan antara pengetahuan ibu tentangDiare dengan kejadian Diare.
Judul penelitian Hubungan pengetahuan Ibu tentangDiare dengan Kejadian Diare
Variable I

: Pengetahuan Ibu

Variable II

: Diare

3. Populasi
Dalam penelitian dengan judul Hubungan pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Kejadian
Diare akan mengambil populasi semua ibu di wilayah puskesmas Blora yang mempunyai anak
usia 0 12 bulan.
4. Sample
Dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dan akan mengambil sample
semua ibu di wilayah Puskesmas Blora yang mempunyai anak dengan kejadian Diare.
5. Definisi Operasional
a.

Pengetahuan
Yaitu hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket, menyatakan isi materi
yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kriteria hasil pengukuran :

1) Pengetahuan baik = 76 100%

2) Pengetahuan cukup = 60 75%


3) Pengetahuan Kurang = < 60% (Arikunto, 2006)
b. Diare
Yaitu suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai
akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
6. Tehnik pengumpulan dan pengolahan data
a

Instrument
Instrument yang kami gunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini dengan
menggunakan jenis instrument kuesioner (angket). Ada 2 kuesioner dalam penelitian ini, yaitu :
kuesioner pengetahuan ibu tentang diare dan kuesioner kejadian diare.

Uji validitas dan rehabilitasi

Tehnik pengumpulan data


Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1) editting
2) coding
d

Analisa data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan deskriftif dimana peneliti menjelaskan data
yang dikumpulkan selama penelitian dengan menggunakan narasi berupa kalimat-kalimat yang
menjelaskan tentang tingkat pengetahuan ibu tentang diare dan kejadian diare pada anak umur 012 bulan.

Kuesioner !
a.
1.

Kuesioner pengetahuan ibu tentang diare


Petunjuk : Berilah tanda silang ( X ) pada pertanyaan dibawah ini!
Saat anak ibu diare, apakah ibu membawanya ke pelayanan kesehatan ( puskesmas, bidan,
rumah sakit, dokter praktek ) ?

a. Ya
b. Tidak
2. Diare dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
a. Benar
b. Salah
3. Saat anak diare, ASI harus dihentikan.
a. Benar
b. Salah
4. Saat akan menyuapi bayi, apakah ibu mencuci tangan dulu?
a. Ya
b. Tidak
5. Saat memberi minum bayi, harus menggunakan air matang.
a. Benar
b. Salah
6. Susu formula dalam dot yang dibiarkan lebih dari 2 jam boleh diminumkan bayi.
a. Benar
b. Salah
7. Saat anak diare, apakah diberikan larutan gula garam?
a. Ya
b. Tidak
8. Saat membuat susu formula apakah dot yang di pakai sudah dicuci dengan air panas?
a. Ya
b. Tidak
9. Cara menyajikan makanan harus ditutup biar tidak dihinggapi lalat.
a. Benar
b. Salah
10. Bayi dengan kebiasaan menghisap jari atau benda mainan disekitarnya dapat menyebabkan
diare?

a. Ya
b. Tidak
11. Saat akan memberikan ASI, puting susu ibu sebaiknya dibersihkan dulu pakai air hangat
a. Benar
b. Salah
12. Apabila anak diare,diberikan ASI lebih banyak dari sebelum diare.
a. Benar
b. Salah
b. Kuesioner tentang kejadian diare
Petunjuk :Berilah tanda silang ( X ) pada pertanyaan dibawah ini!
1. Pernahkah anak ibu menderita Diare?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anak ibu sering menderita diare selama 3 bulan terakhir ini?
a. Ya
b. Tidak

Anda mungkin juga menyukai