S1 2014 286438 Chapter1
S1 2014 286438 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
ini
hanya
dibuang
begitu
saja
dan
hanya
sedikit
yang
Menurut Intani (2007), batang salak yang sudah tua dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku tekstil. Kulit salak sudah dimanfaatkan menjadi kompos
dan juga kerajinan tangan. Menurut Setyawan (2012), Kulit salak dapat
dimanfaatkan untuk bahan kerajinan yang memiliki nilai ekonomis.
Sementara itu, biji salak dapat diolah menjadi produk berupa kopi biji salak
(Astuti. 2013), selain itu biji salak dapat dimanfaatkan juga sebagai adsorben
(Aji dan Kurniawan, 2012). Namun, pemanfaatan limbah tersebut masih
belum banyak dilakukan, terutama pemanfaatan limbah biji.
Bagian buah salak yang bisa dimakan sekitar 56-65%, sedangkankan
limbahnya 35-44% (Supriyadi dkk., 2002). Biji salak merupakan limbah dari
buah salak yang memiliki porsi yang lebih besar daripada kulit salak. Biji
salak porsinya sebesar 25-30% dari buah salak utuh, sedangkan kulit salak
10-14% (Supriyadi dkk., 2002). Berdasarkan perbandingan tersebut, biji salak
memiliki potensi yang lebih besar untuk dimanfaatkan.
Biji salak tersusun dari polisakarida yang digunakan sebagai cadangan
energi. Polisakarida terbentuk dari polimer molekul-molekul monosakarida
yang tersusun dari rantai tidak bercabang atau bercabang dan dapat
dihidrolisis (Winarno, 2008). Contoh polisakarida adalah pati, selulosa, dan
hemiselulosa.
Selulosa dan hemiseluosa yang terdapat dalam biji-bijian dapat
dihidrolisis menjadi gula. Selulosa lebih sulit dihidrolisis karena glukosanya
berikatan beta dan terdapat dalam struktur kristalin. Hemiselulosa lebih
mudah dihidrolisis dari pada selulosa (Wyman dkk., 2005).
diharapkan biji salak dapat dimanfaatkan dengan lebih luas sesuai dengan
potensi yang terdapat dalam biji tersebut dan tidak hanya menjadi limbah.
2.
3.
2.
3.
masyarakat
umum,
mahasiswa,
maupun
industri
mengenai