Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tanaman Bambu (Bambusa vulgaris)


Bambu merupakan tanaman yang mudah ditemukan di daerah tropis terutama

bambu yang memiliki genus bambusa. Hal ini didasarkan pada survei statistik oleh
ilmuwan yang bernama Ucimura (1980) yang menyatakan 80% bambu dunia berada
di kawasan di Asia Selatan dan Asia Tenggara dan jenis bambu dari genus bambusa
adalah yang paling banyak dan mudah ditemukan di daerah tropis. Tanaman bambu
sebagai salah satu tanaman yang jumlahnya melimpah di Indonesia, merupakan salah
satu tanaman yang seratnya dapat digunakan sebagai bahan dasar material komposit.
Bambu yang memiliki bentuk batang yang terdiri dari serat-serat panjang dan beruasruas memungkinkan bambu untuk dapat berdiri tegak. Hal ini lah yang dapat
membuat bambu merupakan suatu material yang kokoh, kuat sekaligus ringan.
Ada beberapa jenis bambu yang banyak ditemukan di Indonesia seperti :
1. Bambusa vulgaris sharad
Yang termasuk jenis bambu ini antara lain, bambu kuning, bambu tutul, dan
bambu ampel. Sifat yang dimiliki di antaranya rumpun tidak rapat dan tidak
teratur, warna kulit kuning, hijau-hijau, bertutul coklat, hijau bergaris
kuning atau kuning bergaris hijau, memiliki tinggi antara 10-20 m,
diameter 7-13cm, dan tebal dinding 6-15 mm
2. Gigantochloa apus BI.Ex (scult.F) kurz
Di Indonesia banyak ditemukan bambu jenis ini yang biasa dikenal dengan
nama bambu apus atau bambu tali. Bambu ini hidup di ketinggian sekitar
1000 m di atas permukaan laut. Batangnya dapat mencapai tinggi antara 811 m dengan panjang ruas 45-65 cm, berdiamater 5-8 cm dan tebal dinding
13-15 mm.
(Porwanto, 2012)

2.2 Selulosa

Selulosa (C6H10O5)n adalah polimer berantai panjang polisakarida karbohidrat,


dari beta-glukosa. Selulosa merupakan komponen utama dalam pembuatan kertas.
Selulosa adalah senyawa organik penyusun utama dinding sel dari tumbuhan.
Adapun sifat dari selulosa adalah berbentuk senyawa berserat, mempunyai tegangan
tarik yang tinggi, tidak larut dalam air dan pelarut organik. Berdasarkan Derajat
Polimerisasi (DP), maka selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu:
1. Selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (Derajat
Polimerisasi) berkisar 600-1500. Selulosa dipakai sebagai penduga dan
atau penentu tingkat kemurnian selulosa.
2. Selulosa (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam
larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP (Derajat Polimerisasi)
berkisar 15-90, dapat mengendap bila dinetralkan.
3. Selulosa (Gamma cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP (Derajat
Polimerisasi) kurang daripada 15.
(Wibisono, dkk., 2011)
2.3 Alfa Selulosa
-selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (Derajat Polimerisasi)
600-1500. -selulosa dipakai sebagai penduga dan atau tingkat kemurnian selulosa.
Selulosa dengan derajat kemurnian > 92% memenuhi syarat untuk bahan baku
utama pembuatan propelan atau bahan baku peledak. Sedangkan selulosa kualitas
dibawahnya digunakan sebagai bahan baku industri kertas dan industri kain (serat
rayon). Semakin tinggi kadar alfa selulosa maka semakin baik mutu bahannya
(Sukma, 2009).
2.4

Lignin
Lignin adalah polimer-polimer yang sangat kompleks yang bersambung secara

bersilang, berbentuk tiga dimensi seperti unit-unit yang terikat secara bersama-sama
dengan berbagai ikatan. Jumlah unit pembangun dalam satu molekul polimer bisa
jadi sangat bervariasi dari jumlah yang sedikit sampai jumlah yang besar dan

mempunyai derajat polimerisasi sebanyak 10.000 unit. Lignin merupakan senyawa


turunan alkohol kompleks yang menyebabkan dinding sel tanaman menjadi keras.
Lignin merupakan heteropolimer yang sebagian besar monomernya p-hidroksi
fenil propana dan semua lignin mengandung koniferil alkohol. Lignin tidak larut
dalam air dan sebagian besar pelarut organik. Kematangan aromatik dari unit fenol
membuat polimer tahan air atau bisa jadi penangkal air sedangkan struktur jaringan
tiga dimensi memberikan kepadatan dan tahan optimal terhadap gaya tekan. Fungsi
lignin adalah:
1. Mengikat serat secara bersama-sama dengan penahan air atau disebut
pengikat tahan air yang memberikan kekuatan pada kayu, yang bisa
dipandang sebagai pengikat.
2. Memberikan kekerasan struktural kepada serat-serat kayu yang terpisah
yang

sangat

struktur

dengan

memerankan

bersama-sama

dengan

hemiselulosa sebagai bahan matriks (isian) untuk mikrofibril selulosa.


(Renta, 2010)
2.5

Teori Sampel Batang Bambu


Komponen kimia pangkal batang berbeda secara signifikan

dibandingkan terhadap bagian tengah dan ujung dalam hal


ekstraktif larut air panas, dan larut alkohol benzen, panjang sel
serat, diameter dan rongga sel serat serta proporsi sel parenkim
dan sel serat. Rata-rata komponen kimia dan anatomi bambu serta
hasil analisa keragaman berbeda antara pangkal, tengah, dan
ujung batang. Jumlah alfa selulosa yang relatif lebih banyak
memungkinkan bagian pangkal batang bambu menghasilkan bubur
kayu (pulp) yang lebih banyak tetapi jumlah lignin yang besar
memerlukan bahan kimia yang lebih banyak untuk memisahkan
lignin dari pulp. Pulp yang banyak mengandung lignin akan
menghasilkan kertas yang bermutu rendah (Puspikasari, 2014).
Bambu memiliki kesesuaian sebagai bahan baku pulp dan
kertas ditinjau dari segi anatomis dan komposisi kimianya karena
mempunyai

serat

panjang

(3-4

mm).

Bambu

mempunyai

kandungan selulosa yang tinggi sekitar 42,4-53,6%, lignin 19,826,6%, pentosan 1,24-3,77%, dan kadar abu 1,24-3,77%, kadar

silika 0,10-1,78%, kadar ekstraktif (kelarutan air dingin) 4,5-9,9%,


kadar ekstraktif (kelarutan air panas) 5,3-11,8%, kadar ekstraktif
(kelarutan alkohol benzen) 0,9-6,9% ( Fatriasari, 2006).

Anda mungkin juga menyukai