Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan dunia otomotif yang semakin pesat, menuntut industri
otomotif

untuk

selalu

mengedepankan

kemajuan

teknologinya

masing-

masing.Supaya mampu mengikuti perkembangan tersebut maka setiap industry


terutama

dibidang

otomotif

dituntut

untuk

melakukan

terobosan

bahkan

menemukan teknologi baru agar produk yang dihasilkan tidak ketinggalan zaman.
Rem merupakan salah satu bagan utama Dari setiap kendaran, mengingat
fungsinya sangat berperan dalam pengoperasian kendaraan. Pada umumnya
kendaraan harus memiliki tenaga yang cukup untuk bergerak pada berbagai kondisi
atau keadaan, tenaga tersebut dihasilkan dari motor melalui pembakaran bahan
bakar dalam selinder. Diketahui bahwa kendaraan bergerak dan berjalan pada jalan
yang tidak selalu rata, namun terkadang mendaki atau menurun. Demikian juga
tidak selalu berjalan yang lurus terkadang kendaraan berbelok di tikungan dan
berhenti secara tiba-tiba. Untuk mengtasinya, maka setiap kendaraan harus
dilengkapi dengan sistem pengereman yang lebih aman pada saat pengemudi
menginginkan kendaraan berhenti secara tiba-tiba atau ingin memperlambat laju
kendaraan, maka rem sangat dibutuhkan untuk mengontrol kecepatan kendaraan.
Deawasa ini menurut para ahli permobilan, rem merupakan kebutuhan sangat
penting untuk keamanan berkendara.Perkembangan teknologi rem yang hingga saat
ini semakin berkembang yaitu ABS (Anti-Lock Brake System) yang sudah di
aplikasikan pada seluruh mobil keluran terbaru.Pada kendaraan yang sudah
dilengkapi sistem rem ABS maka hasil pengereman menjadi lebih mantab dan akurat
pada

saat-saat

pengereman

darurat(emergency)

tanpa

memandang

kondisi

jalan.Apalagi pengereman berlaku secara tiba-tiba, sistem rem ABS ini sangat
membantu untuk menstabilkan arah kendaraan.
Semua sistem pada ABS dikontrol secara otomatis oleh ABSCM(Anti-Lock
Brake System Control Module), penanganan masalah serta perawatan pada sistem
ABS masih kurang memadai, karena kurangnya pengetahuan mekanik atau individu
tentang sisten rem ABS, hal ini tentunya sangat dikhwatirkan apabila pada sistem
1

rem

ABS

tidak

diperhatikan

kondisi

dan

perawatannya

secara

rutin

akan

menyebabakan kerusakan dan malfungtion pada sistem rem ABS.


Apabila terjadi kerusakan dan malfungtion pada sistem rem ABS akan
menyebabkan kinerja pada rem kurang maksimal dan dapat membahayakan
pengemudi. Oleh sebab itu diperlukan perawatan pada sistem rem ABS sebelum
terjadi kerusakan yang fatal.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk mencari
cara perawatan yang benar pada sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System).

B. Pembatasan Masalah
Untuk lebih terarahnya karya tulis ini maka permasalahan akan di batasi pada
perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System) pada kendraan roda empat
(mobil)

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.

Bagaimanakah cara kerja rem ABS (Anti-Lock Brake System)

2.

Bagaimanakah perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System)

D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :
1.

Cara kerja sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System)

2.

Perawatan Sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System)

E. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Sebgai wacana baru terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya
perawatan sistem rem A BS (Anti-Lock BrakeSystem).
2.

Sebagai bahan penulisan lebih lanjut dalam perawatan sistem rem ABS (AntiLock Brake System).
2

BAB II
TEORI DASAR

Sistem Rem
Rem merupakan salah satu bagian kendaraan yang sangat penting pada sebuah

kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang saat ini banyak digunakan oleh
masyarakat dari perkotaan sampai pedesaaan.
Rem ini dapat mengatur kecepatan ataupun menghentikan lajunya kendaraan
sesuai dengan yang kita harapkan, pengaturan kecepatan ataupun diberhentikannya
lajunya kendaraan ini diatur melalui suatu gesekan antara komponen rem dengan
roda yang berputar. Syaratsyarat sebuah rem adalah sebagai berikut:
1.

Dapat bekerja dengan cepat.

2.

Apabila beban pada semua roda sama, maka daya pengereman harus sama

dengan atau gaya.


pengereman seimbang dengan beban yang di terima oleh masing-masing
roda.
3.

Dapat dipercaya dan mempunyai daya tahan cukup.

4.

Mudah disetel dan diperbaiki pengemudi waktu pengereman.


Cara kerja rem adalah pengubah tenaga mekanik menjadi tenaga gesekan

dengan jalan menekan sepatu rem (kanvas) terhadap tromol yang berputar.

Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)

Gambar. Sistem ABS (Anti-Lock Brake System)


ABS (Anti-Lock Brake System) adalah sebuah sistem pada kendaraan
bermotor yang mencegah terjadinya roda menjadi terkunci pada saat pengereman.
Tujuannya adalah memungkinkan pengemudi untuk mempertahankan kontrol
pengendalian

pada

saat

pengereman

mendadak

dan

digunakan

untuk

memperpendek jarak pengereman (dengan memperbolehkan pengemudi menginjak


pedal rem secara penuh tanpa perlu khawatir kendaraan akan selip dan lepas
kendali seperti bila kita melakukan pengereman pada kendaraan non ABS (Anti-Lock
Brake System ). Cara kerjanya adalah pada kendaraan terdapat electronic unit,
speed sensor dan hydraulic valve pada brake circuit. Electronic unit memonitor
kecepatan

dari

roda

pada

saat

pengereman,jika

berbeda

maka

rem

akan

merelease, dan selanjutnya mengerem lagi. Hampir sama dengan apabila kita
melakukan pengereman sedikit-sedikit atau dalam artian tekan-lepas-tekan lepas.
ABS tersebut bisa melakukan pengereman dalam artian tekan-lepas sebanyak 20
kali per detik. Jadi dengan teknologi ini berguna untuk mencegah ban terkunci.

Anti-lock Brake Systems dirancang untuk mencegah terjadinya penguncian


roda (wheel lockup) saat pengeman mendadak di segala medan jalan. Hasil saat
pengeraman adalah:
1.

Mobil tetap stabil.

2.

Arah kemudi stabil (Vehicle Stability).

3.

Mengerem lebih cepat (jarak pengereman lebih dekat, kecuali jalan

tanah, bersalju).
4.

Penguasaan kontrol kendaraan menjadi maksimal (tinggat kestabilan).

5.

Jika roda depan terkuci, mobil tidak mungkin bisa di arahkan.

6.

Jika roda belakang terkunci, mobil bisa tidak stabil dan tergelincir ke

salah satu sisi.


Jika permukaan jalan saat pengereman tidak rata, roda2 yang mengalami selip
akan mudah terkunci dan mobil akan berputar putar .namun dengan sistem ABS
mobil akan tetap stabil sampai mobil tersebut berhenti .

Komponen-Komponen Rem ABS (Anti-Lock Brake System)

1. Master selinder
Master selinder berfungsi :
a.
b.

Membangun tekanan hidraulis sesuai dengan gaya tekan pengemudi.


Tekanan hidraulis ini mengalir ke unit tekanan.

2. Unit control tekanan (akuator)


Unit control tekanan (akuator) berfungsi mengatur tekanan hidraulis rem untuk
setiap roda sesuai dengan perintah computer.

3. ABS control module


ABS control module berfungsi :
a.
b.

Mendapat informasi dari sensor putaran.


Menghitung tekanan ideal pada roda.
5

c.

Mengirimkan perintah pengatur ke unit control tekanan rem

d.

ABS control module selalu memeriksa fungsi diri secara otomatis

e.

Bila fungsinya salah, ABS control module akan member tahu aliran
dengan lampu control pengemudi.

4. Sensor putran roda


Sensor putran roda berfungsi menyensor kondisi putaran roda, dan dari sensor
tersebut menghasilkan signal.

5. Selinder roda
Selinder roda berfungsi untuk menggerakkan atau menekan sepatu rem. Selinder
roda dihubungkan dengan master selinder dengan menggunakan pipa-pipa .

6. Lampu control
Lampu control berfungsi sebagai indicator ABS, bila terjadi kerusakan pada
sisitem rem ABS. lampu indicator akan menyala.

7. Sensor putran aksel belakang


Sensor putran aksel belakang berfungsi menghitung putran roda secara induktif
dan mengirim signal ke ABS control module.

Jenis-jenis ABS (Anti-Lock Brake System)


Pada sistem rem yang menggunakan ABS terdapat beberapa jenis ABS,

dintaranya :

1. 4-Sensor 4-Chanel

Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving) yang
memakai X-brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan kontrol roda belakang
biasanya mengikuti select-low logic agar mobil bisa stabil saat ABS bekerja.
Jenis ABS ini mempunyai empat wheel sensor dan 4 hydraulic control channel dan
masingmasing

mengontrol

secara

tersendiri.

Sistem

ini

mempunyai

tingkat

keamanan dan jarak pemberhentian yang lebih pendek di berbagai macam kondisi
jalan. Namun apabila permukaan jalannya licin, besar gaya rem antara kanan dan
kiri yang tidak rata akan mengakibatkan terjadi gerakan Yawing pada bodi
kendaraan sehingga bisa mengurangi kestabilan. Karena itulah, kebanyakan mobil
yang dilengkapi dengan tipe 4 channel ABS memasukkan satu select low logic pada
roda belakang agar mobil tetap stabil, di berbagai macam kondisi jalan.

2. 4-Sensor 3-Chanel
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FR (Front engine Rear driving) yang
memakai H-brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan roda belakang dikontrol
secara bersamaan pada brake pipe dengan dasar select-low logic.
Dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving), kebanyakan berat kendaraan
terpusat di roda depan dan berat titik tengah kendaraan saat direm juga berpindah
ke depan hampir 70%, gaya pengereman ini dikontol oleh roda depan. Artinya
adalah kebanyakan tenaga pengereman dibangkitkan oleh roda depan, sehingga
agar

ABS

bisa

efektif,

maka

diperlukan

pengaturan

tersendiri (independent

control) pada roda depan.


Namun demikian, roda belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit, juga
sangat penting untuk memastikan kendaraan aman saat dilakukan pengereman.
Karena itulah apabila saat ABS roda belakang bekerja di permukaan jalan yang licin,
maka independent control pada roda belakang mengatur agar gaya pengereman
roda belakang tidak merata sehingga mobil mengalami yawing.
Untuk menhindari gerakan yawing ini dan untuk menjaga agar mobil tetap aman
saat ABS bekerja di berbagai kondisi jalan, maka tekanan rem roda belakang diatur
berdasarkan

kecenderungan

roda

mana

yang

pengaturan ini dikenal dengan Select-low control.


7

mengalami

lock-up.

Konsep

3. 3-Sensor 3-Chanel
Roda depan dikontrol tersendiri namun untuk roda belakang dikontrol secara
bersamaan oleh satu wheel speed sensor (khususnya differential ring gear).
Mobil yang dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai sistem kontrol ABS
jenis ini. 2 channel untuk roda depan dan satunya lagi untuk roda belakang. Roda
belakang dikontrol bersama dengan select low control logic. Untuk X-brake line
system, diperlukan 2 channels (2 brake port di dalam unit ABS) untuk mengatur roda
belakang dikarenakan masing-masing roda belakang mempunyai jalur rem yang
berbeda.

4. 1-Sensor 1-channel
Hanya mengatur tekanan roda belakang oleh satu sensor.Dipakai Untuk mobil
yang dilengkapi dengan H-bake line system, hanya untuk mengontrol tekanan roda
belakang.Pada rear diffirential dipasang satu wheel speed sensor yang berfungsi
untuk mendeteksi kecepan roda.
Cara kerjanya adalah saat dilaukan pengeraman mendadak roda depan akan
terkunci, sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti pada
permukaan jalan yang mempunyai daya gesek rendah (low- ) juga akan bertambah
jauh. Sistem ini hanya akan membantu untuk penghentian lurus.

ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module)


ABS terdiri dari wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi

kecenderungan

suatu

roda

mengalami

penguncian,

HCU (Hydraulic

Control

Unit)mensuplai tekanan rem ke setiap roda berdasarkan output signal dari


ABSCM(control module).

Dari sinyal wheel speed sensor, ABSCM akan menghitung dan memperkirakan
akselerasi, deselerasi dan slip rasio, pengaturan solenoid valve dan return pump,
gunanya adalah adalah untuk mencegah terjadinya wheel lock-up. ABSCM dapat
mengatur sistem monitoring pada sirkuit dan mematikan dirinya sendiri apabila sistem
mengalami kegagalan.Pengemudi dapat mengetahui adanya kegagalan sistem pada
ABS apabila lampu peringatan ABS menyala.

1. Komposisi Dasar ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module)


Apabila ABS mengalami kegagalan, ABSCM akan mematikan kerja sistem untuk
memastikan keselamatannya. Karena apabila kerja dari solenoid valve tidak normal,
dapat mempengaruhi tekanan rem terhadap roda.Karena alasan inilah ABSCM dapat
menganalisa dan mengantisipasi semua kemungkinan kegagalan pada sistem. Untuk
memasang

ABSCM

secara

langsung

pada

HCU

(Hydraulic

Control

Unit),

semiconductor yang ada di dalam ABSCM harus tahan pada suhu antara - 40 s/d 125
derajat celsius.
Berkat pengembangan teknologi semiconductor dan ukurannya yang kecill,
sekarang ini yang popular banyak dipakai adalah tipe (ABSCM + HCU). Misalnya
Bosch ABS versi 5.0 atau yang lebih tinggi, versi MK-20i atau yang lebih tinggi
keluaran TEVES dan EBC 325 Kelsey Hayes mewakili integrated ABS. Semua
masukan merupakan double-monitored dan double-calculated. Input-nya juga
doublemonitored.Untuk menghindari kesalahan pengoperasian pada ECU, maka
dipasang dua microprocessor yang membandingkan dan memonitor hasilnya, dan
ECU

sebagai

tambahan

dimonitor

oleh

SAS (Safety

Assurance

System) atau

intelligent Watch-Dog untuk mencegah kesalahan pengoperasian pada ECU.


Satu IC mengatur solenoid2 untuk setiap channel-nya dan Power MOSFET dengan
proteksi sirkuit yang bisa diandalkan sebagai pengganti relay yang mengatur kerja
solenoid dan arus besar saat motor bekerja. Selanjutnya untuk mengurangi pumping
dan pengaruh kick-back yang berlebihan, maka dipakai motor speed control dengan
mircopocessor 16 bit agar perhitungan kecepatan roda dan performa ABS menjadi
lebih baik, dengan kemampuan 5 millidetik per siklus kerja.

a. Sirkuit penguat input wheel speed sensor

Dari setiap wheel speed sensor yand dipasang pada roda, di dalam sirkuitnya
dipasang bentuk gelombang arus. Bentuk gelombang tersebut dikuatkan dan
dirubah menjadi bentuk gelombang persegi, dan dikirim ke Microcontroller. Sesuai
dengan jenis ABS, jumlah wheel speed sensor akan berubah dan jumlah sirkuit
penguatnya juga akan berubah.

b. Microcontroler
Acuan kecepatan, rasio selip, rata2 akslerasi/deselerasi dan kerja solenoid dan
motor dihitung berdasarkan informasi dari setiap rodanya. Sirkuit ini mendeteksi
gelombang sensor kecepatan roda setiap detiknya.Microcontroller menghitung acuan
kecepatan berdasarkan kecepatan rodanya, kemudian membandingkan kecepatan
referensi dan momen kecepatan roda untuk memperkirakan rasio selip dan rata2
akselerasi dan deselerasinya. Solenoid valve mengaktifkan output sirkuit untuk
pressure dump, hold, menaikkan sinyal ke solenoid pada roda yang terkunci sesuai
dengan perkiraan sinyal pengaturan seperti slip ratio, akselerasi/deselerasi.

c.

Sirkuit Mengaftikan Solenoid Valve


Sirkuit ini gunanya adalah untuk mengatur arus solenoid valve dan

menghidupkan

atau

mematikan

pressure

dump,

hold,

menaikkan

sinyal

Microcontroller.

d. Voltage Regulator, Motor Relay dan Failsafe Driver Circuit, Lamp Driver
Circuit, Communication Circuit
Memonitor tegangan suplai (5V, 12V) yang sedang dipakai untuk ABSCM
dalam keadaan stabil berdasarkan batasan tegangannya.Alat ini dapat mendeteksi
adanya kegagalan sistem dan mengaktifkan valve relay, motor relay. Apabila ada
kerusakan pada sistem ABS, maka sistem akan dihentikan dikarenakan valve/motor
relay menjadi off dan lampu peringan ABS akan menyala untuk memberitahukan
10

kepada si pengemudi bahwa ada kerusakan pada sistem ABS. Bila adakerusakan
pada ABS, maka rem yang bekerja adalah normal, seperti pada rem biasanya.

2. Safety Circuit
Saat Ignition switch diputar ke ON, ABSCM akan melakukan self-test sampai
kecepatan kendaraan mencapai batas kecepatan normal dan juga memonitor sistem
saat mobil melaju. Jika terdeteksi ada kerusakan, pertama yang dilakukannya adalah
menghentikan fungsi ABS dan menyalakan lampu peringatan ABS. Meskipun ABS
tidak dapat bekerja, namun rem konvensional mesih tetap bekerja.setelahtidak
terdeteksi lagi adanya kerusakan pada sistem, maka lampu peringatan akan mati
dan sistem kembali berjalan normal.

a. Initial Self-Testing setelah IG ON (mobil berhenti)


Ketika kunci kontak diputar ke ON maka arus akan mengalir ke ABSCM, dan
melakukan prosedur kerja sebagai berikut :
1)

Mengecek fungsi microprocessor

2)

Membuat Watchdog Error dan memeriksa jika ada kesalahan


Memeriksa data ROM
Memeriksa data RAM apakah penulisan dan membacaan data normal
Memeriksa kerja converter A/D (Analog /Digital)
Memeriksa komunikasi diantara dua microprocessor

Memeriksa fungsi valve relay

3)

Mengaktifkan valve relay dan memeriksa kerjanya


Memeriksa fungsi fail memory circuit microprocessor

Memeriksa fail memory circuit microprocessor

b. Initial Self-Testing saat mobil bergerak

11

Ketika mobil mulai bergerak, ABSCM akan melakukan tes fungsi actuator sebagai
berikut :

1) Tes fungsi solenoid valve


Memeriksa fungsi solenoid valve dan memonitor kerjannya.
2)

Tes fungsi motor


Menjalankan motor dan memeriksa kondisinya. Tergantung dari si pembuat
ABS, waktu self testing pada motor dapat berbeda, namun kebanyakan self
testing dilakukan saat mobil mulai berjalan atau pada akhir ABS bekerja.

3)

Memeriksa sinyal wheel speed sensor


Memeriksa semua sinyal wheel speed sensor

c.

Tes sistem saat mobil melaju


Setelah proses inisial self-test selesai, sistem ABS diperiksa oleh dua

microprocessor dan sirkuit lain disekitarnya. Jika ada kesalahan, microprocessor akan
mengkonfirmasikannya dan kode kesalahan tersebut akan disimpan di dalam
ABSCM.
1)

Tes tegangan (12V, 5V)


Periksa apakah suplai tengannya 12volt dan tegangan di dalam ABSCM adalah

5 volt. Namun perlu diperhatikan suatu saat tegangan bisa turun dikarenakan
beroperasinya ABS atau motor saat sedang memonitor tegangan.

2)

Tes kerja valve relay


Saat ABS bekerja, valve relay diaktifkan.ABSCM menjaga kerja valve relay.

3)

Perhitungan menghasilkan perbandingan antara dua microprocessor


Biasanya ada dua microprocessor di dalam ABSCM dan melakukan fungsi kerja
dalam waktu yang sama. Keduanya saling membandingkan hasil satu sama
lainnya dan mengenalikesamaan diantara keduanya. Konsep perbandingan ini
12

bisa

menjamin

bahwa

sistemberjalan

sebagaimana

mestinya

dan

dapat

mendeteksi secara dini adanya kerusakan.


4)

Tes kerja microprocessor


Memonitor microprocessor.

5)

Memeriksa data ROM


Melakukan pemeriksaan jumlah data ROM dan memastikan bahwa program
berjalan dengan baik.

d. Menampilkan Self Diagnosis


Apabila ada kesalahan yang dideteksi oleh safety circuit, fungsi ABS akan
berhenti dan lampu peringatan ABS menyala. ABSCM akan menampilkan kode
kerusakan melalui alat Scan. Alat scan dapat mengaktifkan solenoid valves dan
motor.

BAB III
METODOLOGI PENULISAN

A. Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penulisan makalah ini adalah metode deskriptif
kualitatif.Metode

deskriptif merupakan

suatu metode
13

yang digunakan

untuk

membuat gambaran secara sistematis mengenai hubungan antara fenomena yang


diselidiki dan hasilnya tidak dinyatakan dengan angka.
Metode deskriptif kualitataif digunakan karena dapat membantu tujuan yang
ingin dicapai yaitu menggambarkan beberapa hal tentang perawatan pada sistem
rem ABS (Anti-Lock Brake System).

B. Teknik pengumpulan Data


Data penulisan makalah ini dengan teknik studi pustaka. Penulis mengkaji
sejumlah referensi berupa buku-buku, jurnal ilmiah, artikel dan karya tulis lainnya
yang relevan dengan judul karya tulis ini. Maksud dari studi pustaka ini adalah untuk
menemukan teori yang dapat menunjang keabsahan penulisan.

C. Jenis Sumber Data


Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh
dari buku dan karya tulis lainya yang relevan dengan penulis angkat.

D. Sistematika Penulisan
1. Pendahuluan
Pendahuluan

berisi

gambaran

umum

tentang

kurangnya

pengetahuan

mekanik atau individu tentang sisten rem ABS, hal ini tentunya sangat dikhwatirkan
apabila pada sistem rem ABS tidak diperhatikan kondisi dan perawatannya secara
rutin akan menyebabakan kerusakan dan malfungtion pada sistem rem ABS.

2. Kajian Pustaka
Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini dan sistematika penulisan.

3. Metodologi Penulisan
14

Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam penyusunan karya


tulis ini dan sistematika penulisan.

4. Pembahasan
Merupakan inti dari penulisan karya tulis ini, dimana dasar teori yang
diperoleh dikaitkan satu sama lain. Dalam pembahasan diuraikan

gagasan

kreatif perawatan sitem rem ABS (Anti-Lock Brake System).

5.

Penutup
Merupakan bab yang berisi simpulan dan saran dari perawatan sistem rem
ABS (Anti-Lock Brake System).

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Cara Kerja Sistem ABS (Anti-Lock Brake System)


Keempat roda di control oleh ABS untuk anti-lock dan cara kerjanya dijelaskan
dibawah ini.

15

1. Saat ABS tidak bekerja (pengereman normal)


Karena tidak ada signal dari ABS control module dan solenoid valve tidak
bekerja maka flow control valve tertekan oleh spring sehingga ABS tidak bekerja,
pada kondisi ini cairan ditekan dari master selinder menuju flow control valve dan
menuju port 1 port 2 selanjutnya menuju cyilender roda.

2. Saat ABS bekerja (model tekanan reduksi)


Saat roda mengunci (direm) ABS control module membuka solenoid valve,
maka sisa cairan rem dengan tekanan yang rendah mengalir ke reservoir dan
menekan Flow control valve ke bawah sehingga saluran port 2 menutup dan cairan
rem tidak mengalir ke cylinder roda.
Ketika perbedaa tekanan antara bawah dan atas semakin bertambah, maka flow
control valve menekan ke bawah danport 3 terbuka selanjutnya cairan rem dalam
cylinder roda mengalir ke port 3 port 4 dan ke dalam reservoir (tekanan di dalam
cylinder roda menurun/berkurang. Selama pump dan ABS system bekerja cairan rem
dalam reservoir menurun/berkurang karena dialirkan ke cylinder master.

3. Saat ABS Bekerja (model penambahan tekanan)


Ketika wheel cylinder memerlukan tekanan cairan yang tinggi, ABS control
module menutup solenoid valve akibatnya low control valve berada pada posisi di
bawah sehingga cairan rem dari master cylinder mengalir ke port 1 dan 3
selanjutnya menuju wheel selinder bertambah.
Pada saat yang sama, flow control valve bekerja akibatnya perbedaan tekanan
cairan rem antara atas dan bawah menjadi sama sehingga port 1 terbuka dan
berhubungan dengan master cylinder sehingga tekanan cairan di wheel cylinder
bertambah secara konstan.

4. Siklus Kontrol ABS (Anti-Lock Brake System)


a. Pengaturan rem pada permukaan yang tidak rata (koefisien gaya rem)
Saat awal pengeman, tekanan rem di dalam wheel brake cylinder dan
masing-masing akan naik turun. Di akhir tahap 1, deselerasi roda melebihi
ambang batas (-a), akibatnya solenoid valve akan memindahkan posisi pressure
16

hold sesuai dengan kebutuhannya. Tekanan rem tidak harus berkurang karena
ambang batas (-a) dapat dilebihkan ke dalam range stabil dari koefisiennya, atau
dari kurva brake slip.Pada saat bersamaan kecepan referensi dikurangi, besaran
untuk slip switching ambang batas 1 di dapat dari keceatan referensi.
Kecepatan roda turun dibawah ambang batas 1 di akhir tahap 2.
Kemudian solenoid valve pindah ke posisi pressure drop , sehingga tekanan
rem bisa dikurangi sampai deselerasi roda melebihi ambang batas (-a).
Kecepatan turun lagi dibawah ambang batas (-a) di akhir tahap 3 dan tekanan
bertahan mengikuti panjangnya.Pada saat tersebut akselerasi roda bertambah
mengikuti bertambahnya ambang batas (+a).Tekanan tetap konstan.Dan diakhir
tahap 4, akselerasi melebihi kecepatan ambang batas (+A) tertinggi, tekanan
rem kemudian bertambah mengikuti naiknya ambang batas (+A).
Di tahap 6, tekanan ren dipertahankan kembali agar tetap konstan karena
ambang batas (+a) dilebihkan.Di akhir tahap ini, akselerasi sekeliling roda turun
dibawah ambang batas (+a).ini menandakan bahwa roda sudah memasuki
batasan gaya rem yang stabil (coefficient/brake slip curve) dan agak ringan.
Tekanan rem sekarang mulai masuk tahapan 7 sampai deselerasi roda melebihi
ambang batas (-a) (akhir tahap 7).Pada saat tersebut, tekanan rem langsung
diturunkan tanpa melalui sinyal 1.

b. Kontrol rem di jalan licin (koefisisen gaya rendah)


Pada permukaan jalan licin seperti ini, dengan sedikit injakan saja pada
brake pedal, bisa cukup untuk membuat roda terkunci sehingga memungkinkan
terjadi selip pada ban.Logic circuit di dalam ECU dapat mengenali kondisi aspal
suatu jalan kemudian menyesuaikannya karakter ABS.
Pada tahap 1 dan 2, pengaturan rem dilakukan dengan cara yang sama
berdasarkan koefisien gaya pengereman tinggi. Tahap 3 dimulai dengan
penahanan

tekanan

dalam

waktu

singkat,

kemudian

kecepatan

roda

diperbandingkan dengan slip switching ambang batas 1. Selama kecepan roda


kurang dari angka ambang batas slip switching, tekanan rem akan diturunkan
sebentar, dalam waktu yang tetap, dan ini diikuti oleh tahap selanjutnya yaitu
penahanan tekanan singkat.
Roda kemudian berputar kembali mengikuti tahapan tekanannya dan rodaroda tersebut berputar melebihi ambang batas (+a).selanjutnya, tekanan
17

tertahan sampai akselerasinya dibawah ambang batas (+a) lagi (akhir tahap 4).
Ini di ikuti oleh tahap 5 melalui step-type yang terbentuk di dalam tekanan yang
sudah dikenalnya dari bagian sebelumnya sampai siklus kontrol baru bias dikenali
oleh pressure reduction tahap 6.
Roda berputar dengan batasan selip tinggi untuk waktu yang relatif lama,
sehingga tidak aman untuk kestabilan mobil dan penguasaan kemudi. Untuk
mengatasi kedua masalah ini, diperlukan perbandingan secara terus-menerus
antara kecepatan roda dan slip switching ambang batas 1 ini dan juga siklus
control berikutnya. Sebagai akibatnya, di tahan 6 tekanan rem secara tetap akan
dikurangi sampai akselerasi roda melebihi ambang batas (+a) tahap 7. Berkat
penurunanan tekanan secara tetap, roda berputar dengan selip tinggi dalam
waktu singkat, sehingga bisa meningkatkan kestabilan kendaraan dan kontrol
kemudi dibanding dengan siklus pertama.
B. Perawatan Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)
Untuk mencegah timbulnya kerusakan saat melepas sambungan-sambungan
kabel, sensor, relay dan fuse, kunci kontak harus OFF dan setelah dipasang kembali,
ON kan kunci kontak kemudian set DTC ABS hydaulic Unit.

1. Memeriksa kerjanya ABS Hydraulic Unit


a.

Periksa apakah seluruh komponen ABS dalam kondisi baik.

b.

periksa apakah voltage battery 11 V atau lebih.

c.

Periksa apakah lampu peringatan ABS berfungsi dengan baik.

d.

Dongkrak kendaran

e.

Netralkan tuas transmisi dan tarik tuas rem tangan.

f.

Putar-putarkan setiap roda dan periksa apakah berputar dengan lancar.

g.

Gunakan kabel untuk menghubungkan Diag-2 conector dengan ground,


putar kunci kontak ke posisi ON dan periksa lampu peringatan ABS dengan
prosedur DTC 12.

h.

OFF kan kunci kontak

i.

Putarkan roda dan On kan kunci kontak kemudian tekan pedal rem dan
periksa
1)

Apakah terdengar suara kerjanya selenoid

2)

Apakah terdengar suara kerjanya motor pump


18

j.

Ulangi pemeriksaan pada langkah 8-9 untuk semua roda, jika hasilnya tidak
sesuai, ganti ABS hydraulic Unit.

k.

OFF kan kunci kontak dan lepaskan kabel yang menghubungkan Diag-2
connector dengan ground.

2. ABS Hydraulic Unit


a.

Memeriksa Solenoid valve

b.

Putar kunci kontak ke posisi OFF


Lepaskan sambungan kabel ke solenoid
Periksa resistance solenoid valve
Memeriksa Motor Pump

Putar kunci kontak ke posisi OFF


Lepaskan sambungan kabek ke motor
Periksa resistance motor
Antara terminal : 1
Antara terminal dan body motor : 1 M

Hubungkan positif (+) battery keterminal 1 dan negatif (-) battery ke


terminal 2. Kemudian periksa apakah motor bekerja (adanya suara), jika
pada pemeriksaan 1-3 tidak sesuai ganti hydraulic unit.

c.

Melepas
Lepaskan kabel negatif dari battery
Gunakan spesial tools, lepaskan brake pipe dari ABS Hydraulic Unit Special
tool
A : 09950 78210

d.

Lepaskan sambungan kabel ABS hydraulic unit


Lepaskan ABS hydrauic Unit dari bracketnya.
Memasang

Pasang hydraulic unit dengan urutan kebalikan dari prosedur melepas


Momen pengencagan :
a : 16 N.m (1,6 kg.m)
b : 21 N.m (2,1 kg.m)

19

Buang udara dari sisitem rem


Periksa kembali setiap komponen yang terpasang dan adanya kebocoran
minyak rem

3. ABS Control Module


ABS control module terdiri dari parts yang sangat presisi, jangan membongkar
ABS Control Module.

a. Melepas

Lepaskan kabel negatif battery


Lepaskan steering column hole cover, knee bolster panel
Lepaskan sambungan kabel ABS control module

4. Speed Sensor Roda Depan


a. Memeriksa output voltage

Putar kunci kontak ke posisi OFF


Dongkrak kendaraan
Lepaskan sambungan kabel ke speed sensor
Hubungkan volt meter ke connector kabel speed sensor
Sambil memutarkan roda, periksa voltage pada speed sensor
Bila menggunakan Oscilloscope, periksa voltage peak to peak, apakah
sesuai dengan spesifikasi Voltage peak to peak 1 putaran / detik : 210 mV /
detik.

b. Melepas

c.

Lepaskan kabel negatif dan battery


Dongkrak kendaraan dan lepaskan roda
Lepaskan sambungan kabel speed sensor
Keluarkan grommet dari fender
5 lepaskan speed sensor

Memeriksa speed sensor

Periksa sensor dari kerusakan.

Periksa resistance.
20

Resistance terminal : 1,2 - 1,6 k


Resistance antara terminal dan body sensor : 1 m / lebih,
jika ada kelainan, ganti sensor.

d. Memeriksa putaran rotor

e.

Periksa gigi-gigi roto dari keruskan (aus /pecah)


Putar drive shaft dan periksa apakah rotor berputar dengan lancar.

Memasang

Pasang kembali speed sensor seperti semula


Momen pengencangan :
(a)

: 2,3 N.m (kg.m)

Pastikan bahwa antara spedd sensor dan knuckle tidak ada celah (jarak)

5. Speed Sensor Roda Belakang


a. Memeriksa output voltage
Prosedur pemeriksaan sama dengan speed sensor roda depan.

b. Melepas

c.

Lepaskan kabel negatif dari battery


Dongkrak kendaraan
Lepaskan sambungan kabel speed sensor dan lepaskan kabelnya dari

suspension frame
Lepaskan speed sensor dari knuckle

Memeriksa sensor

Periksa kondisi sensor dari kerusakan


Periksa resistance sensor
Resistance antara terminal : 1,5 1,9 k atau 1,2 - 1,6 k
Resistance antara terminal dan body sensor : 1 M
Jika hasil pemeriksaan tidak sesuai spesifikasi ganti sensor.

d. Memriksa sensor Rotor

Periksa gigi rotor dari kerusakan (aus/pecah)

21

e.

Putar roda belakang dan periksa prputaran rotor apakah berjalan dengan

baik
Jika dalam pemeriksaan ada kelainan, ganti sensor rotor

Memasang

Pasang sensor rotor seperti semula


Momen pengencangan :
(a)

: 2,3 N.m (kg.m)

Pastikan bahwa antar sensor dan knuckle tidak terdapat celah (jarak)

6. ABS Fail - Safe Relay


a. Memeriksa

Lepaskan kabel negatif (-) dari battery


Lepaskan fail-safe relay dari relay box
Periksa resistance antara kedua terminal
Antara 1 dan 3 : 78 - 96
Antara 2 dan 5 : terhubung
Antara 4 dan 5 : tidak ada hubungan
Hubungkan battery ke terminal 1 dan 3, kemudian periksa hubungan

antara terminal 4 dan 5


Jika dalam pemeriksaan langka 1 4 tidak sesuai spesifkasi, ganti relay.

7. ABS Pump Motor Relay


a. Memeriksa

Lepaskan kabel negatif dari battery


Lepaskan pump motor relay dari relay box
Periksa resistance antara setiap terminal
Antara 2 dan 4 : 70 90
Antara 1 dan 3 : tidak ada hubungan
Periksa apakah ada hubungan antara terminal 1 dan 3, jika battery di

hubungakan ke terminal 2 dan 4.


Jika dalam pemeriksaan langkah 3 dan 4 tidak sesuai dengan spesifikasi,
ganti relay.

22

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari penulisan makalah ini dapat ditarik kesimpulannya diantaranya :
1.

Cara kerja rem ABS sudah di control secara otomatis, semua msukan dari sensorsensor di olah oleh ABSCM.

2.

Dalam perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System) harus sesuai dengan
prosedur perawatan, agar diperoleh hasil yang maksimal dan mengurangi kerusakan
yang lebih fatal.

B. Saran
Saran yang dapat ditawarkan oleh penulis sehubungan dengan judul yang
diangkat dalam makalah ini adalah :
1.

Bagi para mahasiswa teknik otomotif maupun mekanik mobil agar melakukan
perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System) sesuai dengan prosedur
perawatan.

2.

Bagi pihak jurusan Teknik Otomotif agar dapat menyediakan model untuk sistem
rem ABS (Anti-Lock Brake System) agar mahasiswa teknik otomotif lebih menguasai
sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System).

23

DAFTAR PUSTAKA

Toyota Astra. New Step 1 Training Manual. PT Toyota astra motor: Jakarta
Panduan manual servis Suzuki Baleno.
ABS/TCS/ESP TRAINING GUIDE 1 HYUNDAI MOBIL INDONESIA
Hyundai Motor Company, All right reserved Published by Chonan Technical Service Training
Center.
Jefferson, tertius. 2008. Kajian Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System) Pada Kendaraan
Toyota Corolla Tipe AE-FE. Jurnal FORMAS

24

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
i
DAFTAR
ISI
ii
BAB I.......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
A.

Latar Belakang Masalah..................................................................................... 1

B.

Pembatasan Masalah.......................................................................................... 2

C.

Perumusan Masalah........................................................................................... 2

D. Tujuan Penulisan................................................................................................. 2
E.

Manfaat Penulisan.............................................................................................. 2

BAB II......................................................................................................................... 3
TEORI DASAR.......................................................................................................... 3
A.

Sistem Rem........................................................................................................ 3

B.

Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)........................................................4

C.

Komponen-Komponen Rem ABS (Anti-Lock Brake System)................................5

D.

Jenis-jenis ABS (Anti-Lock Brake System)...........................................................6

E.

ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module)..............................................8

BAB III..................................................................................................................... 13
METODOLOGI PENULISAN.................................................................................13
A.

Metode Penulisan............................................................................................. 13

B.

Teknik pengumpulan Data................................................................................ 13

C. Jenis Sumber Data............................................................................................ 13


D. Sistematika Penulisan...................................................................................... 13

BAB IV..................................................................................................................... 15
PEMBAHASAN....................................................................................................... 15
A.

Cara Kerja Sistem ABS (Anti-Lock Brake System).............................................15

B.

Perawatan Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System).....................................17


25

BAB V....................................................................................................................... 22
PENUTUP................................................................................................................ 22
A.

Simpulan.......................................................................................................... 22

B.

Saran................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai