By : Cardinal System
"Kalau kalian terlalu memaksakan diri, pikiran kalian gak akan bisa kerja dengan
baik di saat-saat genting. Walaupun kalian gak bisa tidur, akan sangat beda hasilnya
walaupun kalian cuman menutup mata kalian."
Pemilik suara yang kalem itu adalah Asada Shino, ia menggunakan avatar Cait Sith
yang telah ia gunakan selama setengah tahun. Nama karakter-nya sama persis
dengan username- Sinon dari Gun Gale Online. Asuna memandangnya dan
mengangguk.
"Oke... Setelah pertemuan ini berakhir, tolong izinkan aku untuk menggunakan
tempat tidur disini. Huff... andaikan aja sihir tidur bisa mempengaruhi pemain juga ..."
"Aku pikir kau cuman bisa tidur nyenyak kalau onii-chan tidur di atas kursi itu..."
Asuna dan Sinon tersenyum kepada gerutuan Lyfa, tapi hanya senyuman capek
yang muncul di bibir keduanya.
Lyfa menaruh cangkir, yang ia pegang dengan kedua tangannya, di atas meja, dan
menghela nafas yang dalam, kemudian mengubah ekspresinya.
"Oke kalo gitu ... kita mulai dengan informasi yang telah kita dapatkan hari ini, eh
bukan, kemarin. Kesimpulannya kita gak bisa menemukan bukti yang kuat kalau
onii-chan telah dibawa ke Tokorozawa National Defense Medical College
Hospital[1]. Data telah membuktikan kalau dia telah di pindahkan ke departemen
bedah syaraf di lantai 23, tapi mereka menolak semua akses ke dalam ruangan
perawatan, bahkan seluruh lantai tak bisa diakses sama sekali. Juga tak ada
petunjuk yang menandakan adanya ambulan darurat tiba di sana pada jam yang
semestinya. Kami tahu ini dengan pasti karena Yui telah meng-hack dan masuk ke
dalam kamera pengawas serta mengecek rekaman yang tertangkap oleh kamera
tersebut."
"Dengan kata lain... Kemungkinan besar Kirito tak ada di Defense Medical
Hospital[2].... bener gak seperti itu?"
Lyfa mengangguk, setuju dengan pernyataan yang Sinon sampaikan.
"Ini memang sulit dipercaya... Tapi aku terkejut karena bahkan anggota keluarganya
gak boleh menjenguknya. Ini sangat aneh bagaimana-pun kita memikirkannya ..."
Perkataan yang lain tak diucapkan hanya digantikan oleh gelengan kepala yang
serempak dari ketiganya. Pada saat itu, suasana ruangan menjadi sangat sunyi.
Kakak lelaki Lyfa, Kirito - Kirigaya Kazuto, diserang oleh buronan dari insiden Death
Gun, 'Johnny Black' Kanemoto Atsushi 2 hari yang lalu, pada tanggal 29 juni.
Pada saat itu, Kazuto disuntik dengan obat yang tingkat bahayanya sangat tinggi,
succinylcholine, oleh Kanemoto, di dekat rumah Asuna, di jalanan Setagaya, wilayah
Miyasaki 1-chome, di Tokyo. Di bawah pengaruh obat yang membuatnya lumpuh
dan tidak berdaya, ia segera mengalami kondisi jantung berhenti. Bahkan setelah
selesai dengan prosedurnya, dan Asuna berkata padanya bahwa mereka juga akan
segera menuju ke rumah sakit yang baru.
Kazuto yang tak sadarkan diri telah dipindahkan dari Rumah Sakit Setagaya melalui
pintu keluar darurat menuju ambulan pada jam 1.45 siang pada tanggal 30. Yui
benar-benar mengamatinya dengan jelas dari kamera pengawas rumah sakit.
Rekaman tersebut menunjukkan bahwa ambulan mencapai Defense Medicine
College Hospital di Tokorozawa di Saitama. Kazuto dengan segera dimasukkan ke
departemen bedah syaraf di lantai 23 untuk perawatan intensif, dan di bawah
pengawasan Asuna dan Suguha tanpa ragu percaya akan hal tersebut dan pergi
mengunjungi nya dua hari yang lalu pada malam hari, tapi mereka tak diizinkan
untuk melihat Kazuto atau bahkan melihatnya dari kejauhan.
Asuna memikirkan baik-baik perkataan Lyfa lalu menggangguk dan berkata,
"Memang benar kalau Kirito-kun dibawa dari rumah sakit di Setagaya ke National
Defense Medical University Hospital menggunakan ambulan. Bahkan ada laporan
penerimaan yang bertuliskan 'Kirigaya Kazuto'... tapi gak ada laporan tentang
kondisi Kirito-kun, atau rekaman dari kamera pengawas. Mungkin saja ambulan
yang dinaiki Kirito-kun pergi ke tempat lain selain rumah sakit... Seperti pertukaran
pasien atau kejadian lain tapi kayaknya gak begitu ..."
"Ada niat untuk membohongi kita, berarti ini mungkin telah direncanakan oleh
seseorang ... Mungkinkah ini .. Penculikan?
Sinon berkata dengan nada yang tenang, walapun kuping segitiganya menyentak
sangat kuat.
"Tapi di situasi seperti itu, ambulannya harus disamarkan khan? Selain paramedis,
kendaraan nya seharusnya palsu kan? Aku pikir rasanya gak mungkin ada orang
yang sudah meramalkan kalau onii-chan akan di serang di Setagaya oleh orang
yang namanya Kanemoto atau apa lah, dan dibawa ke rumah sakit. Dan juga, ini
baru aja 18 jam setelah onii-chan di masuk-kan ke rumah sakit."
"Secara fisik mustahil untuk mengatur ambulan palsu setelah mereka tau kalau
Kirito-kun jatuh pingsan"
Asuna mulai ragu lagi dengan pertanyaan yang Sinon katakan.
"Tapi jika demikian, kalau ada penculikan pasien yang menggunakan ambulan
palsu, bagaimana jika orang yang merencanakan hal ini dari awal mengincar Kirito
itu hanyalah sebuah kebetulan..."
"Kayaknya gak begitu deh."
Lyfa mengibaskan rambut ekor kudanya ke samping dan mulai menjelaskan dengan
nada yang semakin mendesak.
"Fuu, saat rumah sakit memindahkan seorang pasien, mereka harus melakukan
panggilan untuk mendatangkan ambulan dari area komando kendali darurat, tapi
berdasarkan penyelidikan dari Yui, gak ada yang membuat panggilan pada hari itu,
dan ambulan misterius tiba-tiba muncul pada saat itu. Berarti, hal yang sama juga
terjadi pada paramedis yang ada di dalam ambulan, dan situasi di Tokorozawa
Defense College Hospital seharusnya juga sama. Bukan cuma itu, mereka bahkan
tau nama onii-chan. Pengawas yang saat itu bertanggung jawab berkata bahwa
mereka tidak melakukan kesalahan apapun."
"...Berarti, mereka mengincar Kirito dari awal dengan maksud menculik-nya."
"Iya, si pelaku mendapat kabar tepat setelah Kirito-kun masuk ke rumah sakit dan
mengirim ambulan asli untuk kepentingan pribadi mereka."
Mereka berdua mengangguk dengan ragu sebagai tanda reaksi akan hal yang
dikatakan Asuna.
Alasan mereka berdua ragu-ragu karena hal itu sangat menyeramkan untuk
menghubungkan semuanya itu. Asuna sendiri merasakan hal yang sama. Jika
semuanya benar, musuh yang menculik Kazuto ialah orang yang punya kedudukan
untuk menggerak-kan ambulan.
Sejujurnya, pemikiran tersebut bisa jadi hanya pemikiran yang berlebihan.
Bisa jadi Kazuto sedang dirawat di Defense Medical University Hospital, gambaran
ruangan rumah sakit tak bisa dilihat karena terdapat suatu alat yang sangat canggih,
dan pada saat dia tiba disitu, mungkin tidak ada rekaman dari kamera pengawas
karena hal itu tidak diperbolekan... Gak, bisa dibilang pemikiran ini gak normal.
Kenyataan nya, Ibu dari Kazuto dan Suguha, Midori gak ragu akan penjelasan dari
rumah sakit. Penculikan dan informasi palsu hanya imajinasi dari tiga orang gadis
yang sedang khawatir. Eksistensi pelaku gak nyata, dan perawatan Kazuto akan
berhasil dan mereka akan diberitahu kabarnya saat Kazuto telah kembali sadar...
Tapi, satu sisi dari akal sehat Asuna meragukan feeling tersebut. Hal itu juga pasti
terjadi kepada adik perempuan Kazuto, Lyfa, dan Sinon yang hampir mengunjungi
kematian bersama Kazuto.
Mereka bukannya menduga kalau 'Death Gun' ketiga, Kanemoto menyerang Kazuto
dengan succinylcholine itu adalah bagian dari rencana. Tapi, seseorang mungkin
memanfaatkan insiden itu untuk menculik Kazuto.
"Apakah itu sebuah organisasi atau seseorang, mereka bisa dibilang 'musuh' di
situasi seperti ini"
Asuna mengatakannya dengan suara yang tegar. Sinon mengedipkan matanya dan
menunjukan sedikit senyum. "Sebelum aku sampai disini... hari ini, aku fikir kalian
berdua akan sangat sedih dan putus asa sehingga aku menjadi khawatir. Bagi Lyfa,
itu karena dia adalah kakak yang sangat penting, Bagi Asuna, itu karena yah.... dia
kekasihnya... dan orang itu menghilang saat tak sadarkan diri pada situasi seperti
ini"
Aku gak terlalu terkejut seperti yang aku pikirkan seteah aku mendengar kata-kata
yang tak terduga seperti ini. Aku menangis begitu keras saat aku melihat Kirito-kun
tak sadarkan diri pada malam itu... Asuna merasakan perasaan yang sulit dipercaya
saat dia memikirkan hal ini, dan Lyfa, yang kedua tangan-nya tergenggam erat di
depan dada-nya berkata,
"Yah... Sudah pasti aku khawatir. Tapi, saat aku menyadari kalau onii-chan mungkin
gak ada di rumah skit, aku merasakan sesuatu yang aneh dan feeling kalau hal itu
terjadi seperti ini. Onii-chan pasti terlibat insiden aneh lagi... Aku bener-bener gak
bisa ngebayangin sekacau apa tempat itu berhubung aku gak ada di sana. Hal itu
sama seperti di insiden SAO, dan sama seperti inisiden Death Gun itu... Makanya
kali ini, Aku pasti..."
"Iya... Aku mengerti."
Jadi aku gak bisa dibandingkan dengan adik perempuan yang udah tinggal bersama
nya dalam waktu yang sangat lama Asuna berbicara dalam hati dan mengangguk
keras.
"Kirito-kun pasti sedang bertarung seperti biasanya di suatu tempat, jadi kita harus
melakukan pertarungan yang kita bisa lakukan."
Tentu saja Sinon melirik kesamping sesaat dan kembali melihat ke arah mereka
berdua.
"Sinonon gak keliatan khawatir juga"
"Eh... Itu karena... bagiku, aku percaya kalau hanya aku yang bisa mengalahkannya..."
Setelah bertukar pandangan yang ragu dengan Sinon yang gagap untuk sementara,
Asuna kembali ke topik awal.
"Namun demikian... Setelah ngeliat ambulans saja, aku pikir pengaruh dari musuh
cukup besar."
"Gimana kalau kita laporkan ini ke polisi? Kalau kita bersama polisi, rumah sakit
minimal akan membolehkan kita untuk memberitau suatu informasi kan?"
Saran dari Sinon sangat masuk akal, tapi Asuna menggelengkan kepalanya dan gak
setuju.
"Di server rumah sakit itu, waktu Kirito-kun tiba dan waktu pas departemen bedah
syaraf membawa nya semuanya terekam. Rekaman itu menunjukkan kalau Kiritokun benar benar ada di rumah sakit itu. Dasar dari asumsi kita kalau dia diculik itu
'Gak ada imej dari Kirito-kun sampai' ke tempat itu, dan polisi gak akan bergerak
karna alasan yang seperti itu, ku pikir begitu.... dan juga, orang yang mengecek
rekaman visual tersebut itu..."
"Yui-chan yang ngehack kedalam nya."
Sinon meringis sedikit sambil bergumam, dan terlihat berfikir hal yang lain sambil
melanjutkannya,
"Ah.. tapi kalau seperti itu, bisa gak kita ngehack ke jaringan kamera didalam rumah
sakit dari kamera pengawas di luar rumah sakit? Kalau kita bisa mengecek gambar
dari ruangan yang ditempati Kirito-kun..."
"Tapi sistem pengaman didalam rumah sakit berbeda dari yang diluar. sistem nya
mungkin dilindungi oleh firewall yang sangat kuat yang bahkan Yui-chan gak bisa
menrobos firewall tersebut."
Lyfa menggelengkan kepala dengan lemah.
Kemarin, Lyfa pergi untuk melakukan macam-macam investigasi di Rumah Sakit
Setagaya dan di National Defense Medical College Hospital yang sangat berjauhan
lokasinya. Walaupun dia diberi bantuan oleh AI Yui yang ada di terminal portable,
untuk melakukan kemajuan aja sangat susah.
Dan tentu saja Asuna sendiri juga ikut pergi dan sepertinya kondisi Kirito sudah
stabil, tapi Asuna sudah bolos sekolah selama 2 hari berturut-turut tanpa izin.
Terminal pembayaran uang elektronik yang seharusnya menjadi backup power
dititipkan kepada Lyfa saat mereka berada di taxi, dan wajar saja kalau Asuna sama
sekali gak bisa konsentrasi di kelas.
Di sekolah, alasan kenapa Kazuto absen diberitahukan kalau dia terkena penyakit
yang parah, hal itu juga diberitahukan ke teman-teman sekelasnya. Diantara temantemannya, Lisbeth/Shinozaki Rika dan Silica/Ayano Keiko sama sekali gak tau
tentang penyerangan terhadap Kazuto. Perasaan bersalah atas menyembunyikan
kebenaran terhadap mereka berdua yang cemas akan Kazuto mengoyak hati
Asuna.
Namun, hal ini sudah didiskusikan dengan Lyfa kemarin pagi. Sebelum mereka tau
situasi sebenarnya apakah itu Kazuto benar-benar ada di National Defense
Medical College Hospital, mereka bertiga, termasuk Sinon akan menjaga rahasia ini.
Alasan mengapa mereka hanya menghubungi Sinon karena dia bertemu Kazuto di
'Dicey Cafe' sebelum penyerangan dan karena dia terlibat di insiden Death Gun.
Namun, berkat hal ini ketenangan dan kecerdasan Sinon meningkatkan
kepercayaan diri semuanya. Asuna memandang ke arah wajah sang sniper Sinon,
wajah yang gak pernah berubah di ALO, dan berkata,
"Aku merasa senjata terkuat yang kita punya yakni kita mengerti Kirito-kun lebih dari
siapapun. Jadi, mari mengambil langkah mundur dan berdiskusi. Kirito-kun ditarget
oleh musuh, tapi apa alasan-nya?"
"Jika alasan-nya karena uang, yang diculik harusnya Asuna, dan juga si pelaku gak
pernah menghubungi kita kan?"
"Telepon, e-mail, atau surat, gak ada satupun. Selain itu, penculikan ini terlalu
sembrono. Mereka bahkan menyiapkan ambulans palsu untuk menculik onii-chan
dari rumah sakit, yang bahkan bukan orang penting."
"Kalau begitu... Aku gak mau memperhitungkan ini, tapi bagaimana kalau karena
dendam...? Apa kalian tau orang yang membenci Kirito...?"
Kali ini, Asuna menggelengkan kepala-nya sedikit.
"Walaupun ada orang yg selamat dari SAO yang membenci Kirito karena telah
mengirim mereka ke penjara dan karena telah menamatkan game, satu-satunya
musuh yang punya kekuatan finansial dan kekuatan organisasi ialah..."
Asuna mengingat wajah dari Sugou Nobuyuki, orang yang ambisius yang pernah
menjebak pemain SAO untuk dijadikan tes subjek untuk penelitiannya dan
diserahkan kepolisi oleh Kirito. Namun, orang itu terkunci diantara tembok
penahanan, dan percobaannya untuk kabur ke luar negeri menyebabkan
permohonan pembebasannya dengan menyogok ditolak.
"...Iya, kita masih belum memikirkan siapa yang bisa melakukan hal itu."
"Ini bukan karena uang atau dendam hah...? hmm..."
Sinon menundukkan kepalanya untuk sementara waktu, menggunakan jarinya untuk
mengetuk ujung telinga-nya, dan mengatakan sesuatu.
"...Yah, aku pikir itu hanya dugaan tanpa basis... Motif nya bukan karena uang
ataupun dendam, tapi dia tetap masih diculik. Itu berarti bagi si musuh, Kirito adalah
eksistensi yang masih harus tetap hidup. Lebih jelasnya lagi, yang mereka mau itu
Kirito itu sendiri, atau hal yang Kirito punya... Dari segi game, 'elemen' nya kan? Apa
yang bisa kita pikirkan?"
"Ilmu pedang."
Asuna segera menjawab nya tanpa ragu. Kapanpun dia menutup matanya dan
membayangkan siluet Kirito, hal pertama yang akan muncul ialah jubah hitam Kirito
yang menggunakan dua pedang dan menebas musuh seperti angin topan.
Sepertinya Lyfa mempunyai tanggapan yang sama tentang dia setelah bertualang
berasamanya di ALO dan lanjut menjawab pertanyaan Sinon
"Kecepatan reaksi."
"Kemampuan untuk bereaksi dengan sistem."
"Pemahaman terhadap situasi."
Asuna dan Lyfa melanjutkan dengan berbagai kelebihan yang dimiliki Kirito lalu
sepertinya mereka menyadari sesuatu dan kemudian terdiam. Sinon juga sepertinya
menyadari sesuatu lalu mengangguk-kan kepalanya.
"Hey, itu semua kelebihan-nya dari VRMMO... dunia virtual kan?"
Kata Sinon, lalu Asuna tersenyum masam,
"Kirito-kun juga punya banyak sisi baik di dunia nyata kok."
"Tentu saja, seperti saat dia mentraktir kita makanan, tapi itu dari sudut pandang
kita, Kirito di dunia nyata, kalau boleh aku bilang, dia hanya murid SMA biasa kan?
Dengan kata lain, motif dibalik penculikan itu karena kelebihan Kirito di dunia virtual
kan?"
"Bagaimana bisa...? kalau begitu, mereka mau dia menamatkan suatu game VR...
Tapi onii-chan sedang tak sadarkan diri sekarang. Dia bahkan belum melakukan
check up, hanya perawatan saja"
Lyfa menggenggam tangannya dengan erat dan lagi-lagi merasa khawatir akan
kondisi Kirito yang sekarang. Mata biru Sinon mengarah ke arah permukaan meja
besi dan berfikir sejenak lalu menyempitkan matanya dengan tajam sebelum
menjawab,
"Motif yang gak jelas... Walaupun kalian berkata seperti itu, itu cuma apa yang kita
bisa lihat dari luar. Bagaimana kalau bukan mesin yang menyambung ke otak, tapi
melalui mesin yang bisa menyambung langsung ke jiwa..."
"Ah..."
Oiya, kenapa kita gak mikir itu dari tadi? Asuna shock lalu mengela nafas yang
dalam
"Yah, andaikan seperti itu, seharusnya ada petunjuk untuk organisasi 'musuh'. Cuma
ada satu organisasi di dunia ini yang punya mesin yang bisa terhubung dengan jiwa,
dan Kirito menjadi pengetes mesin itu beberapa hari yang lalu."
Asuna setuju dengan perkataan Sinon lalu menganggukkan kepala dan berkata,
"...Organisasi yang menculik Kirito-kun adalah organisasi bernama RATH yang
sedang mengembangkan Soul Translator...? Memang benar mereka bisa saja
menggerakkan ambulans jika mereka mempunyai kemampuan untuk membuat
mesin seperti itu..."
"RATH...? Itu perusahaan tempat onii-chan bekerja untuk beberapa hari yang lalu
kan?"
Mendengar perkataan Lyfa, Asuna tak bisa mencegah untuk menegangkan
tubuhnya,
Dia memanggil Sinon dengan suara yang halus lalu Sinon tersenyum sedikit dan
menggangguk balik,
"Selamat sore, Yui-chan.... eh, aku harusnya bilang 'selamat pagi' disini"
"Sekarang jam 4:32am. Matahari terbit jam 4:32am hari ini, jadi sekarang bisa
dibilang pagi. Selamat pagi, Lyfa-san, mama."
Yui, asisten pemain, AI yang berasal dari SAO, berbalik 60 derajat sambil menyapa,
lalu Yui kembali melayang di depan Asuna.
"Pencarian sinyal dari denyut papa yang terkirim ke terminal mama sekarang sudah
berjalan 98%."
"Oh begitu. Jika sinyal itu muncul dari dekat Roppongi, basis dari tebakan kita akan
menguat... Jadi begitu toh..."
Asuna mengangguk dengan keras ke arah Sinon. Termasuk Lyfa, ketiga gadis
menatap kearah Yui dengan pandangan yang penuh harap
"Kalau begitu, sekarang aku akan menyampaikan analisis ku kepada semuanya.
Sangat susah untuk mencari sinyal lewat terminal, apalagi lawan-nya adalah
National Defense Medicine College hospital, sayang sekali, aku cuma bisa
mendapatkan 3 sinyal.
Setelah berkata seperti itu, Yui dengan cepat melambaikan tangan kanan-nya, dan
di atas permukaan meja yang berada di bawah kaki-nya, muncul hologram yang
berwarna seperti air, menampilkan map yang detail dari pusat Tokyo. Sayap milik
Yui berhenti mengepak lalu mendarat, mengambil beberapa langkah kedepan dan
menunjuk suatu bagian dari peta. *pon*. Titik cahaya berwarna merah pun muncul.
"Ini adalah Rumah Sakit Setagaya yang dimana pertama-tama papa dibawa kesana.
Disini tempat sinyal pertama ditangkap."
Yui berpindah beberapa langkah ke titik cahaya yang baru.
"Meguro Aobadai, Sanchome, waktunya sekitar 29 Juni 2026 jam 20.50pm. Kita bisa
memperkirakan jalur yang mereka tempuh."
Kedua titik kemudian disambungkan dengan garis cahaya berwarna putih. Yui lalu
berpindah beberapa langkah ke baratdaya lagi, dan titik ke 3 muncul menunjukkan
suatu lokasi. Jejak dari garis putih terus memanjang.
"Shirokanedai Minato-ku Ichome, waktunya sekitar 21.10pm pada hari itu. Lokasi ini
adalah tempat dimana sinyal kedua ditangkap."
Bukannya ini terlalu selatan dari Setagaya menuju Roppongi? fikir Asuna dengan
gelisah, tapi dia hanya bisa menuntup mulutnya dan menunggu Yui menyelesaikan
laporannya.
"Walaupun mereka mendarat disuatu tempat, disana pasti ada suatu fasilitas.
Mereka bisa saja memasuki suatu area dengan teknologi elektronik paling maju lalu
bertukar tempat pada saat itu..."
"Bagaimana kalau bukan di Jepang... tapi diluar..."
Gak ada yang langsung bisa memberikan jawaban kepada suara gemetar Asuna.
Satu-satunya hal yang menghapuskan suasana sunyi itu adalah suara Yui yang
murni dan tenang.
"Hanya satu helikopter militer yang bisa terbang dari Tokyo ke luar negeri. Aku gak
bisa yakin karena data yang kurang, tapi aku rasa papa masih berada di suatu
tempat di Jepang."
"Iya. RATH meneliti suatu yang bisa melampaui teknologi virtual yang sekarang,
kan? Mereka itu perusahaan kelas tinggi, sangat sulit untuk membayangkan kalau
tempat penelitian nya berada di luar negeri."
Mendengar perkataan Sinon, Asuna mengangguk setuju. Perusahaan elektronik
gabungan yang dipimpin ayah nya mengalami krisis karena mata-mata perusahaan
berpindah pihak. Tempat penelitian yang penting dilindungi dengan sangat ketat
seperti Bukit Tama. Katanya keamanan di tempat penelitian harus ketat. Kalau ada
banyak markas diluar negeri, kemungkinan bocor-nya informasi akan jadi lebih besar
dibanding dengan mempunyai markas hanya di dalam negeri saja.
Lyfa menunjukkan wajah yang kelihatan sedang berfikir keras, menundukkan
kepalanya kemudian berkata.
"Kalau begitu.. Pasti ada di suatu tempat di Jepang yang jauh dari orang-orang,
kan...? Tapi apa bisa mereka membuat tempat penelitian yang sangat rahasia
seperti itu di kondisi Jepang yang sekarang?"
"Masalahnya bukan hanya tentang mereka bisa melakukan nya secara sangat
rahasia... Yui-chan, apakah ada hal yang kamu ketahui tentang RATH?"
Saat Asuna bertanya, Yui kembali mengambang di udara, berhenti di ketinggian
pandangan ketiga gadis, dan berkata,
"Aku menggunakan 12 search engine umum dan 3 search engine pribadi untuk
menyelidiki, tapi aku gak bisa menemukan data yang cocok yang berhubungan
dengan nama perusahaan, nama fasilitas, atau bahkan barang yang berhubungan
dengan teknisi VR. Dan juga, aku gak bisa menemukan informasi apa-apa yang
berhubungan dengan teknologi 'Soul Translator', termasuk penyelesaian permintaan
hak paten nya."
"Mereka bahkan gak membuat hak paten untuk penemuan yang luar biasa seperti
itu... penemuan yang bisa membaca jiwa manusia dan merekam nya... Benar-benar
rahasia yang dilindungi dengan sangat ketat..."
Sepertinya kita gak akan bisa menemukan bocoran dari luar RATH. Asuna
menghela nafas, dan Sinon menggelengkan kepalanya secara tak menunjukkan
perasaan.
"Untuk suatu alasan.. Kita seperti menduga-duga apakah perusahaan itu memang
benar-benar ada. Jika aku tau hal ini akan terjadi, aku harusnya bertanya lebih
banyak kepada Kirito tentang perusahaan itu... Apakah pada terakhir kita bertemu,
dia menyinggung suatu hal yang mungkin bisa membantu kita...?"
"Umm..."
Dia mengerutkan dahi-nya dan berusaha keras untuk menggali ingatan-nya.
Serangan Kanemoto dan kecurigaan terhadap penculikan membuat dia sangat
shock, dan percakapan tenang yang dia alami di Dicey Cafe menjadi samar-samar
seperti terhalang kabut, seperti sudah sangat lama terjadi.
"Waktu itu, memang benar kalau... kami bicara tentang Soul Translator, dan tanpa
sadar sudah lewat sore. Setelah itu... Aku pikir dia menyinggung sedikit tentang dari
mana asal nama RATH..."
"Ahh... Ada monster entah yang mana adalah babi atau kura-kura di 'Alice in
Wonderland'. Emang sedikit aneh untuk menyebutnya seperti itu, berhubung babi
sama sekali gak mirip dengan kura-kura."
"Lewis Carroll, orang yang membuat nama itu sepertinya gak menyebutkan apa itu,
dan kemudian analisa terhadap Alice tampak menjelaskannya seperti itu..."
Asuna merasakan sesuatu di pikiran-nya, lalu dia berbicara, dan tiba-tiba berhinta
"Alice...? Apakah Kirito-kun mengatakan sesuatu tentang Alice waktu dia keluar dari
toko?"
"Eh?"
Sinon dan lyfa, yang sedang terdiam, melebarkan mata mereka.
"Apakah onii-chan mempunyai suatu hal yang harus dilakukan yang berhubungan
dengan Alice in Wonderland?"
"Bukan, bukan seperti itu... Di tempat penelitian RATH, bukannya Alice itu suatu
wujud singkatan atau apalah... Yah, itu sangat umum, kan? coba Ambil masingmasing huruf dari Alice dan coba cari makna tiap huruf nya lalu hubungkan menjadi
suatu makna"
"Oh, itu yang disebut 'Acronym' kan? Departemen yang berhubungan dengan
pemerintah America sering menggunakannya supaya gampang dibaca."
Sinon menimpali mendengar informasi itu, dan Lyfa mengibaskan ponytail nya lalu
berkata,
"Dengan kata lain... Kalau kita menggabungkan 5 huruf, kita punya A, L, I, C, E...
gitu?"
"Iya, seperti itu. Kirito-kun menyinggung hal itu..."
Dia menguatkan konsentrasinya dengan sepenuh tenaga, dan jauh dilubuk
telinganya, terdengar suara familiar milik Kirito. Dengan hati-hati dia
menjelaskannya,
...Aateifisharu...Reibiru...Interijen... Aku gak bisa ingat kepanjangan dari C dan E,
tapi kupikir yang barusan aku sebutkan itu kepanjangan dari A, L dan I."
Asuna akhirnya mengerti lalu kepala-nya terasa sedikit sakit, mungkin karena dia
juga mengolah ingatan-nya dengan keras. Namun, kedua gadis lain-nya lanjut
berfikir walau pandangannya terlihat sepertinya mereka tidak menyadari sesuatu.
"Aatefisharu... Itu jadi 'artificial'. Interijen... Itu jadi 'intelligence'... Terus, sebutan
inggris dari kata Reibiru jadi apaan?"
Sinon mengajukan pertanyaan, dan Yui, yang berada di udara, langsung menjawab.
"Dari pengucapan-nya, kupikir sebutan yang paling cocok ialah 'labile', sangat
adaptif."
Setelah jeda singkat.
"'Artificial Labile Intelligence'. Kalau kita terjemahkan, itu berarti 'Artificial Intelligence
yang sangat adaptif."
"Artifical...Intelligence."
Asuna kemudian berkedip tanpa reaksi saat hal itu disebutkan.
"Ahh aku ngerti... Artificial Intelligence bararti 'AI', sesuatu hal yang berhubungan
dengan eksistensimu, Yui. Tapi apa yang dilakukan suatu perusahaan yang
mengembangkan Brain-Machine Interface merek baru dengan AI?"
"Bukannya itu berhubungan dengan karakter yang bisa bergerak di ruang virtual?
Seperti NPC disana itu?"
Sinon mengangkat tangan kanan-nya dan menunjuk kearah jendela sambil berkata
hal itu. Asuna kembali berbicara, sambil befikir kalau mereka belom menemukan
poin utamanya.
"Tapi... Kalau perusahaan RATH ini berasal dari nama 'Alice In Wonderland', lalu
istilah 'Alice' yang digunakan RATH adalah codeword untuk suatu hal yang
berhubungan dengan Artificial Intelligence... Buaknnya itu aneh? Itu berarti tujuan
perusahaan itu bukannya ingin mengembangkan generasi selanjutnya dari VR, tapi
untuk membuat AI dari penelitian mereka?"
"Hmm Benar kah...? Tapi NPC di dalam game gak terlalu berharga... Piringan disk
yang berisi program AI sudah dijual dimana-mana. Apakah hal itu benar-benar
sesuatu yang spesial, yang bahkan perlu disembunyikan perusahaan dan bahkan
sampai menculik orang?"
Saat Sinon bertanya seperti itu, Asuna gak bisa menjawab langsung. Tiap langkah
maju yang dia tempuh, dia merasakan suatu feeling yang membuat gelisah. Apakah
tebakan kami salah besar?
"Hey, Yui-chan. Sebenarnya, yang namanya 'Artificial Intelligence' itu apaan pula?
Yui kemudian menunjukkan senyum pahit yang langka di wajahnya dan mendarat di
meja.
"Apa mama yakin bertanya seperti itu kepadaku? Bagi mama, itu sama saja seperti
bertanya 'Apa itu manusia'.."
"Emang bener sih."
Tegasnya, definisi seperti 'Ini adalah Artificial Intelligence' itu mustahil. Di dunia ini,
Artificial Intelligence yang sebenarnya belum pernah ada, apakah itu di masa lalu
ataupun sekarang."
Yui mencondongkan tubuhnya sedikit diujung teko, dan kata-katanya membuat
ketiga gadis mengedipkan matanya dengan kaget.
"Eh, ta-tapi... Kamu itu sebuah AI, kan, Yui-chan? Itu berarti kamu itu Artifical
Intelligence, kan?"
Lyfa mengatakannya dengan terbata-bata, dan Yui memiringkan kepalanya, tetap
terdiam seperti seorang guru yang sedang berfikir bagaimana cara menjelaskan
sesuatu kepada muridnya, dan mengangguk sedikit, lalu mulai menjelaskan.
"Mari kita mulai dari apa yang kita sebut AI selama ini Di abad sebelumnya, orangorang yang mengembangkan AI mempunyai tujuan yang sama melalui dua jalur,
Salah satunya ialah 'top-down-type AI', dan yang lainnya ialah 'bottom-up-type AI'.
Asuna menajamkan telinganya, mencoba yang terbaik untuk mengerti akan hal yang
akan diucapkan suara yang murni dan polos dari Yui.
"Pertama-tama, top-down AI adalah sesuatu yang sepenuhnya bergantung kepada
arsitektur komputer untuk mendapatkan pengalaman dari pertanyaan dan jawaban
yang simpel, pada akhirnya menjadi intelektual nyata lewat melalui pembelajaran.
Termasuk aku, sebagian besar AI adalah top-down-type, artinya... 'kecerdasan' yang
aku punya mungkin hampir sama dengan yang mama punya, tapi sebenarnya itu
benar-benar berbeda. Singkatnya, eksistensi seperti diriku ini hanya kumpulan dari
sebuah sistem yang hanya bisa 'mendapat pertanyaan A dan menjawab dengan B'."
Yui berkata seperti itu lalu pipi putihnya menunjukkan tanda-tanda kesepian. Apakah
mata-ku ini menipu-ku? Fikir Asuna.
"Jika, bagaimana mama bertanya 'Apa itu AI?, dan bagaimana aku menjawab
dengan menunjukkan 'senyum pahit' atau variasi yang lain-nya, itu karena papa
sering menunjukkan ekspresi seperti itu, dan aku mendapat pengalaman dan
mempelajarinya saat aku bertanya tentang diriku sendiri. Basis-nya sendiri gak
terlalu berbeda dari aplikasi input 'predictive text' di terminal portabel milik mama
Karena hal ini, top-down-type AI yang sekarang itu jauh dari level AI yang
sebenarnya. Ini adalah 'apa yang disebut AI' yang aku baru saja jelaskan kepada
Lyfa-san, jadi tolong pahami seperti itu."
Setelah berkata seperti itu, Yui memalingkan matanya ke arah bulan yang jauh
diluar jendela.
"...Sekarang, Aku akan menjelaskan tentang yang lain-nya, yaitu 'bottom-up AI'. Ini
sangat mirip dengan otakmu, mama... Semua orang punya miliar-an sel otak yang
semuanya terhubung dengan organ biologis, dan tujuan untuk menciptakan hal ini
menggunakan perangkat elektronik buatan ialah untuk menciptakan kesadaran."
Itu terlalu ambisius... konsepnya sangat konyol dan mustahil. Asuna pun tak bisa
menahan dirinya untuk bergumam.
"Bu...Bukannya itu terlalu gak masuk akal...?"
"Benar."
Yui menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.
"Sejauh yang aku tau, penelitian bottom-up-type berhenti diteruskan bahkan
sebelum mereka merencanakan eksperimen. Kalau itu benar-benar diwujudkan,
kesadaran yang bersemayam didalamnya akan berbeda dengan yang aku punya,
eksistensi nya akan berada di level yang sama dengan manusia seperti-mu, mama,
dan semua orang..."
Yui mengalihkan pandangan-nya dari kejauhan, menghela nafas yang dalam, dan
membuat kesimpulan.
"Seperti yang sudah aku bilang, sekarang ini, ada dua dasar pemikiran untuk istilah
Artificial Intelligence AI. Salah satunya adalah yang seperti diriku, sebuah NPC
yang adalah bagian dari program analitis dan bagian dari karakter. Sebuah AI palsu.
Yang satunya lagi adalah sesuatu yang bisa mengembangkan konsep, sesuatu yang
mempunya kemampuan untuk menciptakan dan beradaptasi sambil mempelajari
sesuatu, yaitu sebuah Artificial Intelligence yang sebenarnya."
"Kemampuan beradaptasi..."
Asuna bergumam lalu mengucapkan kata-kata.
"Yah... Meskipun Kirito pernah mencoba melacak pria itu, dengan mudah orang itu
membuat Kirito pergi, atau setidaknya itulah yang dikatakan Kirito..."
4 tahun setelah insiden SAO, SAO Incident Victims Rescue Countermeasure
Team ditempatkan di Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi, dan
setelah insiden itu diselesaikan, Tim itu ditinggalkan dan menjadi divisi yang
menangani masalah yang berhubungan dengan virtual. Salah satu dari mereka
adalah PNS dengan kacamata berframe hitam, Kikuoka Seijirou, yang sepertinya
membuat hubungan dengan Kazuto setelah Kazuto kembali ke dunia nyata. Untuk
suatu alasan, dia membayar mahal untuk mendapakan servis dari seorang siswa
SMA biasa di dunia nyata, Kazuto, dan meminta tolong-nya untuk menyelidiki
insiden Death Gun.
Asuna bertemu dengan-nya beberapa kali di dunia nyata, dan juga membuat party
dengan avatar miliknya di dunia ALO, Undine Chrysheight. Namun, dia merasakan
bahwa dibalik sikapnya yang santai dan ramah, ada sesuatu yang disembunyikan,
sebuah kesan yang gak bisa Asuna acuhkan bagaimanapun juga, bahkan sampai
sekarang. Dia menyebut dirinya PNS tapi gak punya tempat kerja permanen dan
diperlakukan dingin, jadi mungkin dia berasal dari departemen yang lebih eksklusif
Kazuto mempunyai keraguan akan hal ini juga.
Kikuoka mengenalkan Kazuto kepada organisasi misterius yang disebu RATH untuk
kerja paruh waktu. Asuna mencoba menghubunginya berkali-kali setelah Kazuto
menghilang, tapi terminal portabel miliknya disetting menjadi auto-reply dan Kazuto
gak bisa dikontak.
Dengan marah dia menelpon Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi,
hanya untuk diberitahu kalau Kikuoka sedang bekerja keluar negeri. Memang wajar
kalau Kikuoka gak bisa dihubungi karena alasan itu Tapi kalau dipikir-pikir, apakah
hilangnya Kazuto ada hubungannya dengan pria itu? Asuna mau tak mau menjadi
heran.
"Tapi..."
Pada saat ini, Asuna dan Sinon menatap wajah cemberut satu sama lain, lalu Lyfa
pelan-pelan berkata,
"Jika Kikuoka itu menjadi penghubung RATH dan negara, mengapa dia masih
bekerja diam-diam apapun yang terjadi? Memang ada keharusan untuk melindungi
suatu rahasia untuk kepentingan perusahaan, tapi jika itu adalah rencana yang
berusaha dicapai oleh negara, bukannya akan lebih baik kalau mempromosikannya
besar-besar secara normal?"
"Kalau dipikir-pikir... Itu memang benar..."
Sinon mengangguk dan menjawab.
Dalam setahun terakhir, hal ini, bersamaan dengan mengembangan teknologi ruang
virtual, adalah dua merek baru yang saling berbatasan. Sementara masing-masing
"Kalau hal ini adalah rencana rahasia dari departemen gelap, aku gak merasa kalau
menyembunyikan departemen itu mudah, kan?"
"Apa...?"
"Budget! Mau itu tempat penelitian ataupun STL, pasti butuh banyak budget. Aku
gak yakin itu butuh berapa juta atau berapa miliar atau lebih, tapi aku yakin mustahil
untuk mengeluarkan budget sebesar itu secara diam-diam... Dengan kata lain,
mereka butuh rekening yang adalah bagian dari budget negara yang diatasnamakan
suatu nama, kan?"
"Iya, tapi... menurut hasil yang Yui-chan cari, hasil yang berhubungan dengan
teknologi VR yang membutuhkan budget besar itu gak a... Ah, aku ngerti sekarang...
Istilahnya salah...? Itu bukan teknologi VR, tapi Artificial Intelligence...?"
Yui melihat kearah Asuna dan mengangguk dengan ekspresi serius, berkata
padanya untuk menunggu sebentar sebelum melebarkan lengan-nya lebar-lebar.
Jari tangannya menyala ungu, dan dia menyambung ke network dari ALO.
Ketiga gadis menghabiskan beberapa detik dengan penuh harapan dan gelisah. Yui
membuka mata-nya yang lebar dan berbicara dengan nada yang tanpa emosi
seperti suara elektronik yang benar-benar berbeda dari beberapa detik yang lalu.
"Terhubung ke data informasi budget dari masing-masing kementrian dan instansi.
Artificial Intelligence, AI, 38 network yang mirip sedang di proses sekarang... 18
universitas, 7 departemen pihak ketiga, di konfirmasi. Budget yang digunakan untuk
masing-masing projek, semuanya kecil.... Projek lahan intrastruktur dan
pembangunan eksplorasi maritim... projek pembangunan Automobile...
menyimpulkan hal diatas tidak ada hubungannya..."
Setelah itu, Yui mengajukan beberapa hal yang sulit dimengerti, tapi hal itu juga
sepertinya gak ada hubungannya, lalu lanjut kembali untuk mengajukan beberapa
contoh lain sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya pelan-pelan.
"...Aku gak bisa menemukan apapun yang cocok dan budget besar yang
menyimpang menggunakan pencarian normal dan pencarian spesial. Mungkin
budget itu dipisah-pisah menjadi budget-budget kecil dan disamarkan, yang
membuatnya menjad sulit dicari."
"Oh begitu... Seperti yang sudah diperkirakan, kita mendapati bahwa udah gak ada
jalan yang dibiarkan terbuka oleh mereka..."
Sinon melipat lengannya sambil mengerang. Asuna terdengar seperti dia
mencengkeram sedotan saat dia mengangkat suaranya berteriak, "Tapi."
"Mungkin ada budget yang disembunyikan oleh RATH diantara hal-hal yang Yuichan temukan. Kenapa kita gak bisa menemukan-nya? Yah, kupikir sumber daya
laut gak ada hubungan-nya dengan ini... Jadi kenapa mereka harus melakukan
penelitian semacam itu?"
"Erm..."
Yui melebarkan matanya lagi, menghubungkan dirinya ke database yang relevan,
dan dengan segera mengangkat kepalanya.
"...Kupikir itu sebuah bentuk dari penelitian seperti mencari minyak dibawah laut atau
endapan logam mulia di permukaan dasar laut dan membiarkan kapal selam kecil
bekerja dengan sendirinya. Ada kemungkinan butuh budget yang agak besar untuk
kapal selam yang menggunakan prioritas AI."
"Heh... Hal seperti itu harus dijadikan robot yah... Dimana mereka mengembangkan
hal itu?"
"Projek nya terletak di... Ocean Turtle. Projek nya selesai tahun ini, sebuah
raksasa yang mengapun yang bertujuan untuk meneliti lautan."
"A-Aku melihat-nya di berita."
Sela Lyfa.
"Wujudnya sedikit mirip seperti kapal dengan piramid yang mengambang diatas
laut."
Asuna terdiam dan mengerutkan dahi. Dia menundukkan kepalanya sejenak lalu
mengangkatnya kembali,
"Omong-omong, aku pernah mendengar tentang ini sebelumnya. Ocean... Turtle..."
"Hey, Yui-chan... Apa kamu punya gambar dari tempat penelitian itu?"
"Iya, tunggu sebentar yah."
Yui melambaikan tangan kanan-nya, dan muncul sebuah layar tampilan di atas meja
seperti peta yang sebelumnya, sebelum berubah menjadi gambar 3D dari laut. Yang
muncul adalah gambar rangka yang rumit yang tergambar di tengah-tengah layar
dengan tekstur halus.
Yang muncul di lautan kecil itu adalah hal yang orang bisa langsung menyebutnya
piramid hitam.
Tapi, dilihat dari atas, bentuknya gak kotak, tapi persegi panjang yang perbandingan
sisi-sisinya 2 banding 3. Tinggi piramid diperkirakan sama panjang dengan sisi
pendek-nya.Jika menghilangkan jendela yang panjang dan sempit, eksterior akan
terlihat seperti mengeluarkan cahaya mengkilap berwarna abu-abu gelap. Kalau
seseorang melihat nya, orang itu akan mendapat gambaran dari segi enam sama
sisi yang punya panel solar yang ditempatkan dengan erat.
Ada proyeksi dari empat penjuru, dan pada salah satu sisi pendek, bisa terlihat
jembatan komando kecil yang menempel disana. Logo H di atap itu pasti helipad,
tapi itu terlihat sedikit kecil. Dari perhitungan berdasarkan skala panjang-nya, sangat
mengejutkan bahwa panjangnya 400m.
"Oh begitu... 4 kaki, 4 sisi kepala, tampak luar yang seperti piramid, ini terlihat
seperti kura-kura. Tapi bukannya ini terlalu besar..."
Ucap Sinon dengan sedikit kagum. Asuna terhuyung ke sekitar untuk melihat, dan
menunjuk kearah jembatan dari Ocean Turtle dengan jari telunjuk dari tangan
kanan-nya.
"Tapi, lihat, kepala yang ini terlihat seperti tonjolan dari bagian depan wajah. Bisa
gak kalian tau binatang apa ini?"
"Ah Benar. Itu terlihat seperti babi. Seekor kura-kura-babi yang bisa berenang."
Ucap Lyfa dengan suara yang polos.
Lalu, terlihat seperti terkejut oleh perkataan-nya sendiri, dia melebarkan matanya,
menggerakkan bibirnya terus menerus sebelum mengeluarkan suaranya yang serak.
"Kalau itu kura-kura.... dan juga babi..."
Asuna, Sinon dan Lyfa bertukar pandangan satu sama lain, lalu berteriak,
RATH!
Bagian 2
Helikopter Type-EC135 terbang melewati kabut tebal diatas permukaan laut, dan
dari jendela dapat terlihat bentangan besar berwarna biru dibawah.
Tak seperti pemandangan dari pesawat penumpang dari ketinggian -dari sini,
puncak ombak dapat terlihat jelas dan cahaya matahari terpantul silau oleh
permukaan laut dan Koujiro Rinko berfikir,Sudah berapa tahun lamanya sejak
terakhir kali aku bermain di laut..
Hanya butuh sekitar satu jam bagi Rinko untuk pindah dari tempat kerjanya yang
sekarang, California Technical Institute ke area San Fransisco Bay, tapi meskipun
dia bisa dengan enjoy berjemur kapanpun dia mau, dia gak pernah melangkah ke
pantai selama dua tahun dia bekerja di universitas.
Sudah pasti itu bukan karena dia gak suka angin laut atau cahaya matahari, dan
sepertinya butuh banyak waktu sebelum dia bisa pergi berlibur dimana dia bisa
menikmatinya. Rinko menyadari sepertinya akan butuh 10 atau 20 tahun lagi di luar
negeri yang dia tak tau untuk melupakan masa lalu nya.
Jadi, Rinko -yang berfikir tak akan kembali ke Jepang, kampung halamannya lagi,
sekarang terbang menuju tempat yang berhubungan dengan masa lalu yang sudah
ditinggalkannya sembari melihat ke luar jendela dengan perasaan yang tak bisa
diungkapkan dengan kata-kata.
Empat hari yang lalu, dia menerima e-mail yang agak panjang yang dikirim oleh
orang yang tak terduga. Dia bisa saja segera menghapus e-mail itu dan
melupakannya, namun untuk suatu alasan, Rinko gak melakukannya. Setelah
menghabiskan waktu hampir satu jam untuk mempertimbangkannya, dia membalas
e-mail itu dan mereservasi penerbangan. Saat ia memikirkan 2 tahun terakhir, ia
menyadari kalau setiap hari pikirannya menjadi dingin dan walau dia tau usaha nya
sia sia, ia memutuskan untuk tetap pergi.
Ia melakukan penerbangan dari San Fransisco kembali menuju Tokyo, bermalam di
hotel di Narita, dan dengan hati-hati naik helikopter ini, Rinko menghela nafas saat ia
berbicara pada dirinya sendiri dalam hati Setelah aku melihat apa yang harus kulihat
dan mendengar apa yang harus kudengar, jawaban yang kubutuhkan akan datang
sendiri kepadaku.
Ya, terakhir kali dia pergi berenang itu 10 tahun yang lalu, waktu tahun pertama di
perguruan tinggi saat ia belum tau apa-apa. Dia mengajak senior nya yang berada di
tahun kedua, Kayaba Akihiko dan meminjam uang untuk membeli automobile ringan
untuk pergi ke Enoshima. Gadis lugu 18 tahun itu gak sadar akan nasib yang kelak
akan dia temui...
Pikiran rinko berkelana dari merenungi masa lalunya lalu penumpang disebelah nya
berteriak kepada nya dengan suara yang gak kalah dengan suara rotor.
"AKU MELIHATNYA!"
Mata yang berada dibawah rambut pirang panjang dan tersisir rapih, dan kacamata
yang miring, dan benar, di sisi lain dari jendela kaca yang melengkung dari
kendaraan ini, terlihat tubuh hitam kecil di pojokan permukaan laut yang sangat luas.
"Itukah... Ocean Turtle...?"
Rinko bergumam sembari melihat cahaya pelangi yang menyilaukan karena
pantulan dari solar panel berwarna hitam. Co-pilot yang memakai seragam berwarna
hitam yang berada di bangku kemudian menjawab dengan pelan.
"Benar. Tinggal 10 menit lagi sebelum kita sampai."
Helikopter telah menempuh jarak kira-kira 250km perjalanan dari Shinkiba menuju
Tokyo -dan disekeliling tempat penelitian ombak yang sangat besar Ocean Turtle
mereka pergi menuju tempat mendarat.
Rinko terkagum-kagum oleh pemandangan yang sangat megah. Istilah 'kapal' sudah
tak dapat mendeskripsikan tempat ini. Piramid besar yang berdiri tegak di tengah
lautan dengan ukuran 1.5 kali lebih besar dari kapal terbesar yang ada di dunia,
Nimitz. Tingginya setara dengan gedung tingkat 25 ia udah menyelidiki data ini
sebelumnya, namun perbedaan dari kenyataan dan imajinasinya seperti jarak antara
Bumi dan bulan.
Piramid empat sisi yang panjangnya 400m dan lebar nya 250m mempunya panel
hitam yang bercahaya yang menutupi nya seperti cangkang. Seluruh panel itu sama
besarnya dengan helikopter yang sekarang ia naiki. Berapa banyak dana yang
mereka gunakan untuk membuat tempat ini? Rinko bertanya-tanya dalam hatinya.
Dalam setahun terakhir, ada rumor bahwa mereka menginvestasi penuh untuk
logam mulia di dasar laut di Sagami Bay Coast, dan setelah melihat tubuh besar
yang diluar akal sehat, siapapun bisa tau kalau itu bukan hanya rumor.
Konstruksi raksasa mekanik yang mengapung di lautan terlihat seperti
dikembangkan untuk generasi lanjut dari tempat ekstraksi minyak laut seharusnya
begitu, tapi kenyataannya, yang ada didalamnya adalah tempat penelitian untuk
generasi lanjut dari mesin Full Dive yang disebut Soul Translator yang dapat
membaca jiwa manusia -itu yang diberitahukan kepadanya lewat e-mail satu minggu
yang lalu. Rinko sendiri meragukan hal ini, tapi setelah datang ketempat itu, ia gak
punya pilihan selain percaya dengan isi e-mail tersebut.
Kenapa, Kenapa tempat penelitian untuk teknologi Full Dive terbaru, Brain Machine
Interface harus ada di laut yang berada jauh dari kepulauan Izu? Ia gak tau alasan
dibalik hal tersebut, tapi didalam piramid hitam ini, terdapat mesin hasil gabungan
dari Nerve Gear yang Kayaba Akihiko ciptakan dan Medi-cuboid yang Rinko
kembangkan untuk perawatan medis, dan saat ia memikirkan hal ini, tiba-tiba ia
sadar...
Dua tahun hidupnya ke luar negeri hanya membuat luka nya mati rasa; luka itu gak
pernah sembuh sepenuhnya. Yah, pada akhirnya, ia menduga kalau apapun yang
dia lihat di kapal ini akan menyembuhkan luka nya -atau merobek nya dan
membiarkan darah menyembur keluar.
Rinko pelan pelan menghela nafas dalam didalam helikopter yang perlahan turun
dan melihat ke arah penumpang lain, yang mengangguk pelan dengan
kacamatanya, dan menyiapkan diri untuk turun.
Mungkin pilotnya adalah veteran yang handal, mesin helikopter gak banyak
bergoyang saat mendarat di helipad yang berada di atap jembatan Ocean Turtle.
Pertama-tama, pria yang memakai seragam hitam, yang menjadi guide, turun dari
helikopter dengan sigap dan memberi hormat, lalu pria dengan seragam yang sama
datang dengan berlari.
Rinko lalu berjalan keluar dan mengangguk kepada orang yang datang dengan
berlari, ia berfikir kalau memakai celana jeans adalah pilihan yang baik saat ia
melompat dari ketinggian 40cm. Sol dari sepatu olahraga mendarat di daratan
buatan dan sangat sulit untuk membayangkan kapal yang punya stabilitas dan
keamanan yang tinggi.
Selanjutnya, penumpang lain yang mempunyai rambut pirang berkilauan melangkah
keluar dengan kacamatanya dan melengkungkan punggungnya. Rinko juga
jalanan yang punya panel berwarna abu-abu bening, bentuk manusia menjadi lebih
dan lebih menyimpang. Informasi yang ia baca sangat terbatas, dan berfikir kalau
mungkin ada ratusan peneliti yang pindah kesini, sepertinya ada lebih dari cukup
ruang berhubung dengan ukuran tempat ini.
Mereka mengambil belokan ke kanan, ke kiri lalu maju untuk sekitar 200m, dan tepat
di depan pintu yang tiba-tiba muncul didepan mereka, muncul pria yang berpakaian
seragam biru tua. Orang bisa saja mengira kalau itu seragam milik security, tapi
dengan segera dia memberi hormat setelah melihat Letnan satu, perilaku seperti itu
sudah pasti bukan apa yang rakyat biasa akan lakukan.
Si Letnan satu membalas hormat nya dan berkata dengan nada yang lantang,
"Permohonan izin untuk peneliti Profesor Koujiro dan asisten nya Reynolds untuk
memasuki area S3."
"Menjalankan konfirmasi."
Petugas keamanan mengaktifkan terminal logam di tangan-nya, lalu menggunakan
tatapan tajam nya dan monitor menscan bolak-balik ke wajah Rinko. Ia mengangguk
lalu melihat ke arah asisten dibelakang Rinko, menggunakan tangan-nya untuk
menggaruk janggut nya yang rapi sebelum memindahkan nya ke samping mulutnya.
"Maaf, bisakah anda melepas kacamata itu?"
"Oh begitu."
Sang asisten melepas kacamata nya yang agak besar, dan rambut pirang terang
serta kulit putih mulus dapat terlihat. Petugas keamanan harus memiringkan
matanya menatap wajah nya yang mempesona itu, dan mengangguk kembali.
"Telah dikonfirmasi. Silahkan."
Hou. Rinko menunjukkan senyum pahit dan berkata kepada Letnan satu,
"Keamanan yang cukup ketat meskipun kalian berada di tengah-tengah lautan yah."
"Kami sudah mengurangi 'body check' dan prosedur yang lain-nya. Kami hanya
mengecek metal dan bahan peledak sekitar 3 kali."
Jawab pria itu. Pria dengan jas mengeluarkan sebuah CD dari kantung di dada nya
dan meletakkan nya di piringan di samping pintu, lalu menggunakan tangan kanan
nya untuk mendorong nya ke panel sensor. Sesaat kemudian, pintu itu terbuka
dengan suara motor, dan pintu menuju pusat dari Ocean Turtle terbuka.
Setelah melewati pintu tebal itu, tertiup udara yang lebih dingin, cahaya berwarna
oranye bersinar, dan sedikit suara dari mesin bergema. Kan, kan, suara langkah kaki
bergema di ruangan didalam kapal yang gak ada satu orang pun yang bisa
membayangkan besarnya, dan si pemandu -Letnan satu Nakanishi menyadari hal ini
lalu berhenti di depan suatu pintu.
Melihat keatas, papan simpel bertulisan 'Primary Control Room' dapat terlihat
disana.
Akhirnya, kita sekarang berada di tempat terakhir yang ditinggalkan Kayaba Akihiko.
Rinko menghela nafasnya dan menatap punggung Petugas Pertahanan-Diri yang
sedang memeriksa keamanan terakhir.
Apakah ini permulaan dari awal yang baru
sisi lain dari pintu yang terbuka dengan berat, kegelapan pekat mengelilingi nya
seperti kain kafan, menyebabkan Rinko gak bisa bergerak untuk beberapa saat.
Tidak peduli seberapa kuat ia menolak kegelapan itu, bagaimana pun ia muak akan
apa yang ia rasakan, ia dipaksa untuk menerimanya.
"...Sensei."
Suara sang asisten dari belakang nya membuat kesadarannya kembali.
Letnan satu Nakanishi berjalan kearah ruangan gelap, mengambil beberapa
langkah, lalu berbalik arah untuk melihat ke arah Rinko. Setelah pemeriksaan yang
lebih dalam, bagian dalam dari 'Primary Control Room' gak sepenuhnya gelap, dan
ada cahaya oranye yang berkedip di lantai.
Rinko mengambil nafas yang dalam dan menggerakkan kaki kanan-nya melangkah
maju dengan sikap yang yakin. Sang asisten melangkah maju, dan pintu dibelakang
mereka tertutup.
Mereka mengikuti penanda di lantai sembari bergerak diantara network besar dari
mesin server, dan setelah berjalan melewati lembah penuh mesin, Rinko kaget dan
melebarkan matanya.
"......Eh......!?"
Secara tak sadar ia melenguh. Disana terdapat jendela besar di tembok di depan
nya yang melalui nya ia bisa melihat pemandangan yang tak bisa dipercaya.
Jalanan... Bukan, itu mungkin kota. Tapi, itu tak seperti kota di Jepang. Semua
bangunan-nya terbuat dari batu putih, dan ada atap berbentuk kubah yang aneh.
Walaupun sepertinya terlihat sekitar setinggi 2 lantai, bangunan itu tampak sangat
kecil, ini semua karena bangunan itu dikelilingi oleh pepohonan raksasa dan
dedaunan yang tumbuh di seluruh tempat.
Batu putih yang sama digunakan sebagai bahan untuk membuat jalanan dan
beberapa anak tangga dan juga jembatan yang melengkung melewati hutan; dan
orang-orang berjalan kemana-mana sudah jelas mereka bukan orang-orang dari
zaman modern.
Gak ada satupun pria yang menggunakan jas atau wanita yang menggunakan rok
pendek. Semua orang berpakaian seperti layak nya jaman pertengahan, seperti
jubah one-piece atau mantel panjang. Disana ada juga beraneka ragam warna
rambut -pirang, coklat dan hitam. Sangat sulit untuk menggolongkan apakah mereka
orang barat atau orang timur.
Dimana tempat ini? kapan kami pindah dari kapal penelitian menuju dunia bawah
tanah atau dunia lain nya? Terkaget, Rinko melihat-lihat, dan di ujung jalanan yang
membentang menuju kejauhan, disana terdapat menara raksasa berwarna putih.
Menara utama di kelilingi oleh 4 menara tepi, dan membentang ke langit biru yang
jauh yang bahkan tak dapat terlihat dari jendela.
Rinko mengambil beberapa langkah kedepan untuk melihat seberapa tinggi menara
yang menggapai langit itu, dan akhirnya menyadari pemandangan yang berada di
depan mata nya itu bukan berasal dari jendela, tapi sebuah gambaran yang
ditampilkan panel monitor yang besar. Segera, cahaya dari langit-langit mulai
menerang, menghapus kan kegelapan di dalam ruangan.
Suara yang tak terduga datang dari arah kanan, dan Rinko segera memindahkan
tatapan nya.
Muncul siluet dari dua pria di depan layar teater mini dengan panel monitor, di
sebuah konsol dengan keyboard, sub-monitor dan banyak hal lainnya.
Salah satu dari mereka duduk di kursi dengan punggung nya menghadap semua
orang, mengetik sebuah keyboard dengan relax. Namun, orang yang lainnya yang
berada di ujung konsol dengan segera menyempitkan matanya lewat kacamata nya
saat matanya bertukar pandang dengan Rinko.
Itu adalah senyuman yang ia lihat berkali-kali sebelumnya, sebuah senyuman yang
mudah detemui tapi sulit untuk dibaca. Dia adalah Petugas Pertahanan-Diri yang
dikirim ke Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi, Letnan Kolonel
Kikuoka Seijirou, tapi
"...Pakaian apa itu."
menggantikan salam untuk dua orang yang tak bertemu selama 2 tahun adalah
wajah cemberut dari Rinko sembari bertanya. Letnan satu Nakanishi yang memakai
seragam dengan segera bertukar hormat dengan Kikuoka Seijirou. Ia memakai
yukata berwarna biru dengan pola nasi Kurume, sebuah kaku obi terikat disekeliling
nya, dan sandal bakiak kayu dibawah kaki nya.
"Kalau begitu, saya izin pergi."
Letnan satu Nakanishi memberi hormat pada Rinko dan pergi -sekali lagi terdengar
suara pintu yang tertutup. Kikuoka, yang masih berdiri, bersender dengan santai di
sebuah konsol, dan menjelaskan sesuatu dengan suara serak dan tenang,
"Tapi aku masih harus tinggal di lautan ini untuk sebulan kedepan. Aku gak tahan
terus memakai seragam seperti itu."
Ia membentangkan lengannya dengan lebar dan tersenyum.
Professor Koujiro, Nyonya Reynolds, sebuah perjalanan yang panjang. Aku
sangat lega kalian mau datang ke RATH, dan undangan kami telah membuktikan
nilai nya."
"Yah, mumpung kita ada disini, kami akan memperkenalkan kepada kalian,
meskipun kami gak bisa menjamin kalau hal ini bisa berguna."
Rinko mengangguk, dan asisten disebelah nya menyapa Kikuoka dengan sikap
yang sama. Alis Kikuoka melingkar sembari pandangan nya tetap mengarah ke
rambut pirang yang anggun milik asisten, dan kemudian tersenyum.
"Bagaimanapun juga, kamu sangat sempurna untuk rencana ini, orang terakhir
diantara trio kurasa akan menjadi bagian dari rencana ini. Akhirnya, kalian bertiga
dapat berkumpul di pusar kura-kura ini."
"Oh, aku mengerti... salah satu dari mereka pasti adalah kau, Higa-kun."
Ucap Rinko, dan tangan orang kedua yang sampai sekarang punggung nya
menghadap mereka berhenti bergerak dan kursinya berbalik arah.
Ia hampir sama tinggi nya dengan Kikuoka, tapi terlihat sedikit lebih pendek. Rambut
yang sedikit beruban terlihat berdiri seperti ujung pedang, dan ia memakai kacamata
bulat yang tak terlihat elegan. Pakaian T-shirt nya terlihat luntur, tiga perempat
panjang jeans dan sepatu kets yang sol nya sedikit rusak membuat nya terlihat tak
berbeda dengan saat ia masih di universitas
Higa Takeru, seseorang yang ia tak bertemu selama 5, 6 tahun, menunjukkan
senyum malu di wajah yang kekanak-kanakan nya yang cocok dengan ukuran
tubuhnya, dan berkata,
"Itu adalah aku. Sebagai murid terakhir dari lab Shigemura, jika aku gak mewarisi
tekad guru ku, siapa lagi?"
"Benar-benar... kau tetap sama seperti sebelumnya."
Shigemura di Touto University Electrical and Electronic Engineering mempunyai dua
sosok yang hebat, Kayaba Akihiko dan Sugou Nobuyuki, dan Higa adalah orang
yang bersembunyi dibalik bayang-bayang eksistensi mereka berdua. Kapan dia
terlibat dalam rencana besar-besaran seperti ini? Fikir rinko sembari menjulurkan
tangan-nya untuk menggenggam tangan mantan anak didik nya.
"Kalau begitu, aku akan membantu-mu untuk menyebutkan nama itu keras-keras,
Kikuoka-san."
Orang yang berbicara bukanlah Rinko, tapi 'asisten' yang berdiri dibelakang nya
dengan tenang, seperti bayangan,
"Apa...!?"
Akhirnya kau telah jatuh ke dalam jebakan. Rinko memberikan sebuah ekspresi saat
ia melihat Kikuoka melebarkan matanya dengan kaget, dan mengambil langkah
kebelakang menjauhi asisten.
Sang asisten melangkah maju dengan anggun, dan menggunakan tangan kanannya untuk melepas wig rambut pirang nya dan tangan kiri untuk melepas kacamata
nya yang besar. Mata berwarna merah kecoklatan menatap tepat ke arah Kikuoka
dan berkata,
bernama Ocean Turtle. Dalang dibalik semua ini adalah PNS yang mempunya
hubungan yang cukup dalam dengan Kazuto setelah insiden SAO, Kikuoka Seijirou
kata-kata yang gak bisa dipercaya ini tertulis di e-mail yang dikirim ke pada Rinko.
"Aku menemukan alamat pribadi milik Profesor Koujiro dari alamat email PC milik
Kirito-kun. Hanya kau yang bisa memberikan ku kesempatan untuk membawa Kiritokun kembali. Tolong pinjam kan kekuatan mu
E-mail nya berakhir seperti itu.
Rinko sangat tersentuh dengan perkataan Yuuki Asuna yang sepertinya bukanlah
suatu kebohongan. Untuk alasannya, sekitar 1 tahun yang lalu, Kikuoka Seijirou
menggunakan posisinya sebagai Letnan Kolonel untuk berkali kali mengundang nya
ke projek pengembangan untuk generasi lanjut dari Brain Machine Interface.
Rinko mengangkat kepalanya dari monitor, melihat ke pemandangan malam dari
kota Pasadena melalui jendela kondominium milik nya, dan mengingat wajah dari
anak bernama Kirigaya dari sebelum ia meninggalkan Jepang.
Anak itu menjelaskan tentang eksperiman terhadap manusia yang illegal yang
dilakukan oleh Sugou Nobuyuki, yang akhirnya membuat ia menambahkan
perasaan ragunya tentang apa yang ia bincangkan dengan Kayaka Akihiko di dunia
nyata, dan permohonan rahasia untuk inti Cardinal System dengan maksud yang
gak diketahui.
Setelah memikirkan hal itu, ia menyadari kalau intensitas dan output tinggi dari
scanner otak yang digunakan Kayaba Akihiko untuk mengakhiri nyawanya adalah
desain original untuk Medicuboid dan Soul Translator. Jadi semuanya berhubungan.
Gak ada yang berubah. Apa sebaiknya aku menerima permohonan dari Yuuki
Asuna?
Malam berikutnya, Rinko membuat keputusan dan mengirim balasan setuju kepada
permohonan Asuna.
Hal ini memang pertaruhan yang membahayakan, tapi sepertinya gak rugi
melakukan perjalanan kesini dari Pasifik, dapat melihat wajah kaget Kikuoka Seijirou
adalah hal yang sepadan. Rinko tersenyum. Ia mungkin lebih unggul dari Kikuoka
yang bekerja secara diam-diam setelah insiden SAO dan selalu terlihat kalau ia
mengontrol segalanya, tapi masih terlalu cepat untuk merasa lega.
"Kalau begitu, berhubung kita ada disini, kupikir kau sudah mengerti segalanya
sekarang... Kikuoka-san? Kenapa kau, seorang Petugas Pertahanan-Diri, menyamar
menjadi posisi rendah di Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi untuk
memasuki dunia VR? Apa yang kau rencanakan di dalam kura-kura raksasa ini?
Dan... kenapa kau menculik Kirigaya-kun?"
Rinko melantarkan pertanyaan satu demi satu, dan Kikuoka hanya bisa
menggelengkan kepalanya dan mengehla nafas lalu menunjukkan senyuman yang
mustahil untuk dibaca.
"Pertama-tama, izinkan aku untuk menjelaskan kesalahpahaman yang dari awal gak
pernah terjadi... Aku memang menyeret Kirito-kun kedalam RATH melalui cara yang
entah bagaimana sedikit memaksa, dan aku minta maaf atas hal itu. Tapi itu karena
kami ingin menolongnya."
"...Apa maksudmu?"
Kalau di pinggang Asuna terdapat sebuah pedang, ia pasti sudah menaruh
tangannya di gagang pedang. Wajah kuatnya sudah terlihat jelas saat ia bertanya.
"Kirito-kun diserang oleh pelaku dari insiden "Death Gun" dan jatuh koma. Aku tau
pada hari itu juga. Otak nya menerima banyak kerusakan karena kekurangan
oksigen, dan aku sangat yakin kalau luka pada level itu gak bisa diobati walaupun
dengan obat modern."
Wajah Asuna tiba-tiba berubah kaku.
"Gak bisa.... diobati..."
Sejumlah sel saraf yang membuat jaringan saraf didalam otaknya hancur. Walaupun
ia dimasukkan kedalam rumah sakit, gak ada dokter yang bisa tau kapan ia akan
bangun. Mungkin saja ia gak akan pernah bangun lagi... oke, kamu gak perlu
menunjukkan ekspresi seperti itu, Asuna-kun. Bukannya aku bilang begitu jika
menggunakan obat modern?"
Kikuoka memberikan 200% ekspresi yang sangat serius lalu melanjutkan,
"Namun, di dunia ini, hanya RATH yang punya teknologi untuk menyembuhkan
Kirito-kun. Itu adalah STL yang sudah kau ketahui, Soul Translator. Sel otak yang
sudah mati gak bisa disembuhkan, tapi masih mungkin untuk meningkatkan tingkat
regenerasi dari jaringan saraf di otak dengan membangkitkan Flucklight
menggunakan STL. Hanya tinggal menunggu waktu."
Lengan kanan Kikuoka yang mengulur keluar dari lengan yukata menunjuk kearah
langit-langit.
"Saat ini, Kirito-kun sedang terhubung ke saluran utama dari kekuatan maksimum
STL. Kami gak bisa melakukan operasi yang rumit di cabang Roppongi, jadi kami
harus kembali kesini. Setelah perawatannya berakhir dan ia sadarkan diri, kami akan
menjelaskan semuanya kepada keluarganya dan Asuna-kun dan mengirimnya
kembali ke Tokyo secara pantas."
Setelah mendengar hal itu, tubuh Asuna menjadi lemah, dan Rinko segera
menggenggam tangannya untuk mendukungnya.
Seorang gadis yang memiliki wawasan yang luar biasa dan keyakinan untuk
menerobos ke sisi orang yang ia cintai tiba-tiba kehilangan seluruh ketegangannya,
kemudian sebuah air mata yang jatuh menuju pipinya, ia mengelapnya, dan bangkit
sekali lagi.
"Kalau begitu, apakah Kirito-kun gak apa-apa? Apa ia bisa bangun lagi?"
"Ahh, aku bisa menjaminnya. Perawatan disini gak lebih rendah dari rumah sakit
besar manapun. Kami bahkan menugaskan penjaga berpengalaman untuknya."
Pandangan kuat Asuna mencoba untuk menduga maksud asli dari Kikuoka dan
relaks untuk beberapa saat, dan ia mengangguk pelan.
"...Aku mengerti. Aku akan mempercayai kalian untuk hari ini."
Kikuoka menghela nafas sebagai pertanda lega dan bahunya menjadi relaks saat ia
mendengar perkataan itu. Rinko mengambil langkah kedepan dan bertanya,
"Tapi kenapa Kirigaya-kun itu penting dalam pengembangan STL? Kenapa kalian
harus menculik murid SMA normal sepertinya untuk rencana rahasia yang dilakukan
ditengah lautan seperti ini?"
Kikuoka bertukar lirik dengan Higa, dan mengangkat bahu nya, Yare Yare...
"Aku harus membicarakan banyak hal untuk menjelaskan hal itu."
"Gak apa-apa. Masih banyak waktu."
"...Berhubung aku harus menjelaskan semuanya, kau juga harus membantu
perkembangan STL juga, Profesor Koujiro."
"Aku akan memutuskannya setelah aku mendengar penjelasan mu."
Petugas Pertahanan-Diri terlihat sedikit kesal lalu menghela nafas lagi. Ia
mengeluarkan sebuah tabung kecil dari lengan yukata nya, mereka menduga-duga
apa isi dari tabung yang ternyata berisi manisan rasa lemon yang murah. Ia
memasukkan 2, 3 manisan kedalam mulutnya dan menawarkannya kepada Rinko
dan Asuna.
"Mau?"
"tidak, terima kasih."
"Yah... kalau begitu, kupikir aku bisa menganggap kalian berdua tau basic dari STL
kan?"
Asuna mengangguk.
"Itu adalah mesin yang bisa membaca jiwa manusia... Fluctlight dan membuat
dunia virtual yang benar benar mirip dengan dunia nyata."
"Hm. Kalau begitu, apa tujuan dari rencana ini?"
ratusan juta qubits. Dengan kata lain... kami sudah berhasil mengkloning jiwa
manusia."
Rinko terpaksa memasukkan tangannya kedalam celana jeans yang ia pakai untuk
menyembunyikan perasaan dingin di jari-jarinya. Asuna, yang berdiri disampingnya,
mulai pucat.
"...Kalau begitu, penelitiannya sudah berhasil kan? Kenapa kalian masih memanggil
kami kesini."
Tanpa rasa takut ia mengerahkan kekuatan kedalam perutnya saat ia bertanya.
Kikuoka bertukar lirik dengan Higa lagi, menunjukkan senyum lemah di sisi kiri dari
wajahnya, dan pelan-pelan mengangguk.
"...Yah, kami memang berhasil mengkloning jiwa, tapi kami gak sadar akan
kebodohan kami sendiri. Ada suatu kesenjangan besar yang tak bisa dimengerti
diantara kloning manusia dan Artificial Intelligence yang sebenarnya... Higa-kun,
perlihatkan benda itu."
"Ehhjangan doong. Bakal jadi kacau banget."
Higa menggelengkan kepalanya karna segan, tapi setelah itu menghela nafas dan
mulai menjalankan konsol itu dengan segan.
Kemudian, layar yang menampilkan kota misterius itu menjadi gelap.
"Kalau begitu, memuat modul copy HG001."
Tan. Higa memasukkan kunci masuk -dan muncul cahaya fraktal yang bersinar
ditengah layar. Cahaya ditengah itu hampir berwarna putih, dan perbatasan luar
yang tajam dari cahaya merah berkedip kedip tak teratur.
...Pengambilan sampel nya sudah selesai belum?
Suara yang tak terduga dapat terdengar dari speaker diatas, membuat Rinko dan
Asuna kaget. Mereka mendengar suara Higa, tapi terdapat perasaan melankolis
dibalik suara itu, mungkin karena efek logam tebal.
Higa, yang sedang duduk di kursi, mengambil mikrofon yang ada dikonsol dan
menjawab dengan suara yang mirip dengan suara sebelumnya,
"Ahh, pengambilan sampel Fluctlight buatan sudah selesai tanpa hambatan."
Oh begitu. Baguslah kalau begitu. Tapi...apa yang terjadi? Benar-benar gelap disini.
Aku gak bisa menggerakkan tubuhku. Apakah STL nya rusak? Maaf, tolong
keluarkan aku dari mesin.
"...sayang sekali, aku gak bisa melakukan hal itu."
Oi oi, apa lagi sekarang? Apa yang kau katakan? Siapa kamu? Aku gak pernah
denger suara kamu sebelumnya.
Higa mengeluarkan keringat dingin dan terdiam selama beberapa saat, lalu
menjawab dengan pelan,
"Aku Higa. Higa Takeru."
...
Cahaya merah menyala-nyala, dan tiba-tiba meringis kembali. Setelah beberapa
saat terdiam, ekstremitas tajam melebar seperti sedang menolak sesuatu.
Brengsek, apa yang kau katakan!? Aku, Higa ada disini! Keluarkan aku dari STL!
"Tenang, jangan marah. Kayak bukan kamu saja."
Pada saat ini, Rinko akhirnya mengerti maksud dari adegan didepan matanya.
Higa sedang berbicara dengan klon dari jiwa nya sendiri.
"Kalau begitu, pikirkan dengan tentang, coba dan ingat kembali. Memori mu harus
dihalangi saat kau masuk kedalam STL untuk mengekstrak klon dari Fluctlight
buatan."
...Terus kenapa? Ya emang begitu kan. Aku tak sadarkan diri saat di scan.
"Kau ingat apa yang kau katakan sebelum kau masuk kedalam STL, kan? Kalau
kamu gak merasakan tubuhmu saat kau bangun, dan kalau ada kegelapan
disekelilingmu, itu berarti kau adalah klon dari Higa Takeru."
Cahaya itu kemudian mengecil seperti semacam mahluk laut. Suasana diam terus
berlanjut untuk sementara waktu, lalu muncul 2, 3 lonjakan keluar.
...Mustahil. Gak mungkin seperti itu. AKu bukan klon, Aku adalah Higa Takeru yang
asli. Aku...Aku punya memori ku sendiri. Aku ingat semuanya dari taman kanakkanak, universitas sampai saat aku berada di Ocean Turtle...
"Itu benar, tapi itu sudah diperkirakan. Kami mengkloning seluruh memori dari
Fluctlight buatan... Sebagai klon, kau adalah Higa Takeru yang sebenarnya. Kalau
begitu, kau seharusnya mempunyai kecerdasan yang tinggi. Tenangkan dirimu dan
analisa situasi ini lagi dan lagi. Ayo bekerja keras untuk mencapai tujuan kita."
...Tujuan kita...kau bilang kita?...
di suara metalic dari klon itu, terdapat perasaan yang sangat emosional, dan pada
saat itu, tangan Rinko bergetar kencang. Ia gak pernah melihat 'experimen' yang
kejam dan mengerikan sebelumnya.
...Gak...gak, Aku gak percaya. Aku adalah Higa yang asli. Eksperiemn macam apa
ini? Aku baik-baik saja sekarang. Cepat keluarkan aku dari sini. Kiku-san... Apakah
kau disana? Jangan main-main dan keluarkan aku dari sini.
Mendengar hal ini, Kikuoka menunjukkan ekspresi sedih, membungkuk, dan
mendekatkan mulutnya ke mikrofon.
"...Ini aku, Higa-kun. Bukan... Aku seharusnya memanggilmu dengan nama HG 001.
Sayang sekali, kenyataannya kau memang benar-benar sebuah klon. Kau mendapat
banyak intruksi sebelum discan, berbicara dengan ku dan teknisi lain, dan kau
seharusnya sudah siap secara mental untuk muncul sebagai klon. Kau memasuki
STL karna sudah tau tentang kemungkinan ini."
Tapi... tapi... gak... GAK ADA YANG MEMBERITAHU KU KALAU AKAN JADI
SEPERTI INI!!!
Suara yang lantang dari klon berbunyi di ruang kontrol.
A..AKU ADALAH AKU! JIKA AKU ADALAH KLON, KAU HARUSNYA BISA
MEMBERIKAN KU SEBUAH KENYATAAN SEBAGAI KLON... HAL SEPERTI ITU...
HAL SEPERTI ITU TERLALU...GAK... KELUARKAN AKU DARI SINI!!
"Tenang. Tetaplah tenang. Pengoreksian kesalahan fungsi dari Light Cube gak
sehebat seperti yang ada di otak. Seharusnya kau tau bahaya dari kehilangan
ketenangan mu saat berfikir."
AKU SEMPURNA!! AKU HIGA TAKERU! KALAU ITU MASALAHNYA,
BAGIAMANA KALAU SEKARANG KITA LAKUKAN LOMBA MENGINGAT PI
DENGAN HIGA PALSU ITU!? OI, AYO MULAI! 3.1415926535897932.........
Cahaya merah itu membesar, hancur berantakan dari layar dan kemudian hilang.
Sedikit suara yang beresonansi dari mikrofon hilang.
Higa Takeru menghela nafas panjang, dengan lemah menekan tombol di konsol,
dan menyatakan sesuatu,
"Fuh, sudah hilang. 4 menit 27 detik."
Setelah mendengar gumaman itu, Rinko pelan-pelan melepaskan kepalan-nya yang
keras, tangannya basah oleh keringat dingin.
Asuna mendekatkan tangan kanannya ke mulutnya saat ia melihat kloning itu hilang.
Kikuoka, yang melihat hal itu, menendang pelan kursi dengan roda dibawahnya dari
bawah konsol menuju ke arah mereka. Asuna yang pucat segera mengambil dan
duduk diatas kursi itu.
"Kamu gak apa-apa?"
Mendengar hal itu, Asuna mengangkat kepalanya dan mengangguk.
membawa nya ke sini untuk dirawat dengan STL secepatnya. Aku benar-benar
sangat menyukai nya."
Letnan Kolonel berhenti sejenak, menunjukkan yang mungkin disebut senyuman
polos, membetulkan kacamata hitam nya dan melanjutkan.
"...Pada sisi lain, Aku melakukan yang terbaik untuk menuruti hukum dan perintah,
dibanding dengan perusahaan perusahaan di luar negeri di seluruh dunia. Itu sama
saja entah kau setuju atau tidak. Tentu saja, kami mendapat izin dari orang tua dari
bayi yang baru lahir itu untuk menggunakan STL untuk menscan Fluctlight mereka,
dan memberi mereka uang terima kasih. Kantor cabang di Roppongi dipersiapkan
untuk hal itu... Sama saja dengan rumah sakit kebidanan."
"Tapi kalian gak menjelaskan semuanya ke orang tua mereka, kan? Tentang seperti
apa mesin yang bernama STL itu."
"Ahh... memang benar kalau kami hanya menyampaikan kalau kami melakukannya
untuk mendapat sampel gelombang otak... tapi itu gak bohong. Fluctlight adalah
gelombang elektrik didalam otak."
"Kalian hanya mencari-cari alasan. Itu sama saja dengan mengekstrak DNA dari
anak kecil yang gak tau apa-apa dan mengklon mereka."
Pada saat ini, Higa, yang dari tadi diam, tanpa diduga mengangkat tangannya
sebaga tanda timeout untuk Kikuoka.
"Itu benar-benar agak berlebihan, Kiku-san. Kurasa ada pertanyaan tentang
moralitas dari mengkloning Fluctlight bayi yang baru lahir secara rahasia.
Tapi...Yuuki-san? Pemahaman-mu sedikit melenceng. Fluctlight gak punya kelaian
fisik pada mereka seperti pada gen, khususnya saat mereka lahir."
Ia menyentuh ujung kacamata ber-frame silver layaknya seorang supervisor,
sepertinya sedang memilih kata-kata yang akan digunakan.
"Hmm... Bagaimana kalau aku jelaskan hal ini. Contohnya, sebuah perusahaan
memproduksi komputer dengan model yang sama, dan pada saat di produksi,
spesifikasi dan tampak luar nya sama semua. Namun, saat mereka berada di tangan
pengguna, bisa dibilang mereka akan berubah menjadi sesuatu yang benar-benar
berbeda dalam setengah tahun, atau satu tahun. Itu sama saja dengan Fluctlight
manusia. Pada akhirnya, kami berhasil mengkloning Fluctlight buatan milik 12 anak,
tapi setelah membandingkannya satu sama lain, kami menemukan bahwa kapasitas
otak nya gak ada bedanya. Sekitar 99.98% dari mereka benar-benar identikal dari
konstruksinya, dan perbedaan 0.02% nya bisa dibilang dari memori yang diperoleh
nya setelah mereka lahir. Dengan kata lain, kemampuan berfikir manusia dan
kepribadian semuanya ditentukan setelah mereka lahir. Teori kalau kemampuan dan
kepribadian itu diturunkan oleh genetik benar-benar ditolak. Aku benar-benar ingin
menusuk dan melubangi kesalahan fatal yang dipercayai oleh orang yang percaya
pada eugenik."
"...Kau baru saja memikirkan istilah yang berlebihan seperti itu.. Dengan kata lain, itu
adalah 'diri' dari psikologi Jung, kan?"
Kikuoka hanya bisa memberikan senyum masam untuk merespon pertanyaan
Rinko, dan mengangkat bahu.
"Bukan bukan, Aku gak terlalu ingin menjelaskannya secara detail. Tapi hanya
penjelasan dari pengerjaannya. Ya... Spiritual Prototype yang semua manusia
punyai bisa dibilang seperti inti CPU, ku pikir hal itu bisa menjelaskannya. Saat
manusia berkembang, inti nya akan menjalani banyak proses dan menginstal
memori sampai struktur inti nya berubah... itu tak cukup bagi kita untuk memasukkan
tipe completed item dari klon dasar itu kedalam Light Cube dari awal... Menuju
dunia virtual dan membiarkannya tumbuh, pikirkan apa yang akan terjadi."
"Tapi..."
Asuna gak terlihat mengerti. Rinko meletakkan tangannya dibahu Asuna untuk
menyuruhnya duduk kembali, dan menyela,
"Membiarkannya tumbuh. Walaupun kalian berkata begitu, itu berbeda dari tanaman
dan peliharaan, kan? Itu sama dengan anak manusia, Spiritual Prototype itu. Kalau
begitu, kupikir gak perlu untuk dunia virtual dibuat benar-benar luas, sebuah imitasi
yang selevel dengan masyarakat sekarang... apa kalian benar-benar bisa
melakukan hal seperti itu?"
"Mustahil."
Menghela nafas, Kikuoka mengakui.
"Itu adalah dunia virtual yang diciptakan oleh STL. Itu berbeda dengan dunia VR
yang kita punya karna STL gak butuh objek 3D, tapi masih sangat sulit untuk
memakai masyarakat modern yang kompleks dan eksotis untuk membuatnya apa
kau ingat suatu karakter di sebuah movie sebelum kau lahir, Asuna-kun? Disana
diberikan situasi dimana kehidupan seorang pria difilm kan menjadi sebuah movie
dan ditayangkan dari kelahirannya. Setting yang rapi yang didirikan di kota berkubah
yang sangat besar yang dihuni oleh 100 aktor sementara, hanya si protagonis yang
gak tau kalau dia salah satu dari mereka... di dalam situasi yang diciptakan untuk hal
ini. Namun, pria itu tumbuh besar, belajar di dunia itu, menemukan berbagai
keanehan dari dunia itu dan akhirnya menyadari kenyataan..." [3]
"Aku menontonnya. Aku sedikit menyukai movie itu."
Ucap Rinko, dan Asuna menunjukkan rasa setuju nya. Kikuoka mengangguk dan
melanjutkan,
"Dengan kata lain... jika kita ingin selesai memproses dunia, harus ada informasi
penting yang harus kita masukkan... Dunia adalah suatu tubuh yang besar dan
melingkar, dan disana mungkin ada banyak negara didalamnya atau kira kira seperti
itu lah. Kami berusaha untuk tidak membuat kesalahpahaman kepada manusia yang
sedang tumbuh besar di simulasi yang mungkin menyebabkan mereka merasa
canggung dan menjadi masalah. Bahkan STL pun gak bisa benar-benar membuat
replika dunia virtual."
"Kalau begitu, bagaimana kalau kalian menurunkan level masyarakat di simulasi itu
kembali ke masa lampau? Masa dimana manusia menemukan sains dan filosofi,
saat mereka ada di zaman itu dari lahir sampai mati... Jika hal itu terjadi, bukannya
tujuan kalian untuk membiarkan Spiritual prototype itu berkembang?"
"Un, itu mungkin cara yang berputar putar, dan akan memakan banyak waktu... di
STL, pertama-tama, seperti yang Profesor Koujiro duga, kami berusaha mencoba
untuk memelihara generasi pertama dari sebuah AI didalam suatu kondisi.
Spesifiknya, berada di desa Jepang yang kecil pada abad ke-16, tapi..."
Pada saat ini, Kikuoka berhenti dan mengangkat bahunya, Higa kemudian berbicara,
"Hal ini tidak lah semudah yang kau bayangkan. Kami hanyalah seorang amatir
dalam urusan budaya dan norma sosial pada era itu. Kami tau kalau data dalam
jumlah besar sangat diperlukan untuk membuat rumah, dan kami harus menghimpit
himpit otak kami untuk berfikir sebelum akhirnya melakukannya. Itu adalah suatu hal
yang simpel, gak perlu untuk membuat ulang zaman pertengahan. Kami mengerti
kalau daerah dan cukai yang terbatas akan membuat setting yang berbeda dimana
kami bisa seenaknya mengaturnya, dan semua isu yang menyusahkan bisa
diselesaikan dengan istilah 'sihir'. Dunia seperti itu sendiri sudah seperti sebuah
lapangan, di jaringan dunia yang Asuna-kun dan Kirigaya-kun sudah familiar
dengannya."
"...Dunia VRMMO.:
Higa menatap ke arah Asuna, kemudian berbisik dengan suara yang serak, dan
menghentakkan jarinya.
"Aku sebenarnya mencoba memainkan nya, walaupun bisa dibilang aku selalu
menabrak tembok. Namun, meskipun aku gak tau siapa yang membuatnya, Aku
mendengar kalau mereka bahkan punya paket gratis untuk membuat game baru
seperti itu?"
...!
Higa berbicara tentang The Seed... yang dibuat Kayaba Akihiko, versi inti dari
Sistem Cardinal yang disadari oleh Kirigaya Kazuto. Rinko menghela nafas dari
udara dingin kemudian mengerti tentang hal ini, tapi sepertinya Higa dan Kikuoka
gak menyadari darimana program ini berasal.
Segera, Rinko menyadari bahwa masih ada sesuatu yang tersembunyi dari insiden
itu, dan pura-pura gak tau apapun sembaru meyentuh bahu Asuna dengan jarinya.
Sepertinya Asuna menerima apa yang ingin Rinko katakan lalu ia diam dan
menggelengkan kepalanya.
Higa gak sadar kalau ada yang gak beres dengan dua orang itu lalu melanjutkan
dengan nada yang open-minded
"Kalau kita membuat dunia virtual didalam mainframe STL, kita gak butuh data 3D
apapun. Tapi dalam kasus ini, akan sangat gak menarik untuk menciptakan model
data dari kamera pengawas. Karena itulah kami buru-buru dan segera mendownload
The Seed dan menggunakan editor yang ada didalam-nya dan dengan panik
membuat sebuah desa dan bentang alam yang ada di sekelilingnya sebelum
menggunakan visual mnemonic dari STL untuk mentransfernya."
"Begitukah... Dengan kata lain, dunia nya dibentuk dua kali, kan? server ber prioritas
rendah beroperasi melalui dunia VR dengan pertukaran data umum, sedangkan
mainframe STL yang berprioritas tinggi beroperasi melalui dunia VR dengan design
yang spesial. Kalau begitu apa yang akan terjadi jika kita menukar keduanya...
bagiamana?"
Ya, Higa mengangguk, dan pertanyaan lain muncul sebelum ia sempat berfikir.
"...Kalau begitu, bagaimana kalau kita gak menggunakan STL untuk server
berprioritas rendah tapi melakukan dive in dengan AmuSphere, mungkinkah hal itu?"
"Erm... yah, secara teori, itu mungkin, tapi frekuensi nya harus diturunkan dua kali
lipat... visual mnemonic dan data polygon gak bisa meliputinya..."
Higa mulai gagap, dan Kikuoka menggesek tangannya lalu menyela,
"Toh, setelah banyak kemunduran, kami akhirnya dapat menyelesaikan langkah
pertama kami."
Petugas Pertahanan-Diri terlihat seperti sedang mengenang masa lalunya saat
pandangannya goyah di udara.
"Desa pertama yang kami buat mengandung 16 Spiritual Prototype di dua keluarga
peternak... dengan kata lain, kami membiarkan AI yang masih anak-anak tumbuh
sampai berumur 18."
"Wa, wa, grow up... siapa orang tua yang mengasuh mereka? Jangan bilang kalau
itu adalah AI yang sudah ada?"
"Kami mendiskusikannya sebelumnya, dan sehandal apapun AI yang ada di The
Seed, itu mustahil untuk mengasuh anak menggunakan nya. Orang tua generasi
pertama adalah manusia, empat teknisi laki-laki dan perempuan berperan sebagai
orang tua dan hidup selama 18 tahun didalam STL. Walaupun memori mereka
dihapus sebelumnya -terpaksa kami lakukan untuk eksperimen, kami hanya bisa
melakukan hal itu. Hadiah uang saja gak cukup."
"Enggak, tak terduga tapi sepertinya mereka menikmatinya."
Rinko menatap kosong ke wajah Kikuoka dan Higa yang sedang asik ngobrol, dan
akhirnya mengeluarkan sebuah kata-kata dari mulutnya.
"18 tahun...? Kudengar Soul Translator mempunyai fungsi akselerasi waktu... berapa
lama 18 tahun itu di dunia nyata?"
"Sekitar 1 minggu."
Jawaban yang langsung itu membuatnya kaget. 18 tahun kira-kira ada 940 minggu,
berarti kecepatan akselerasi di dalam STL sekitar 1000 kali lipat.
"Bukannya.... akan ada masalah jika otak manusia berakselerasi 1000 kali lipat dari
pemrosesan tingkat normal?"
"STL gak terhubung ke otak manusia, tapi ke partikel quantum yang membuat
kesadaran. Kami membiarkan sinyal elektrik memicu neuron di neurotransmitter
menciptakan berbagai fenomena biologis dan membiarkannya untuk berakselerasi.
Dengan kata lain, secara teori, kamu bisa menganggap waktu yang dibutuhkan
untuk berfikir dipercepat, dan gak akan ada luka sedikitpun terhadap otak."
"Dengan kata lain, gak ada batasannya...?"
Rinko yang sudah tau sedikit tentang fitur akselerasi yang dimiliki Soul Translator,
tapi ia gak tau angka yang pasti, dan hanya bisa mencoba semampunya untuk
mengerti, tak bisa berkata apa-apa.
Sampai sekarang, ia selalu berfikir kalau fitur tercanggih dari STL ialah untuk
mengcopy jiwa manusia, tapi kekagetan nya setelah mendengar fitur akselerasi
waktu gak kalah dengan sebelumnya. Itu karena kemungkinan secara teori dari
menambah efisiensi kerja di ruang virtual sudah cukup untuk membuatnya kaget.
"Namun... masih ada masalah yang belum dikonfirmasi, jadi batas maximum nya
sekitar 1500 kali lipat."
Pikiran Rinko menjadi agak pusing karena kaget, tapi menjadi tenang kembali
setelah melihat ekspresi depresi dari Higa Takeru.
"Masalah?"
"Ada yang mengajukan bahwa jiwa juga mempunyai umur nya sendiri dibanding
dengan otak yang merupakan bagian dari organ tubuh..."
Rinko gak bisa langsung mengerti lalu memiringkan kepalanya untuk berfikir. Higa
menatap kearah Kikuoka, memberikan tatapan yang berkata 'boleh kah aku
melanjutkannya?' Petugas Pertahanan-Diri itu kemudian melihat seolah-olah permen
manis rasa susu di mulutnya itu tiba-tiba menjadi pahit, dan langsung berkata,
"Yah, kami masih belom menyelesaikan fase hipotesis. Sederhananya, komputer
quantum yang kami sebut Artificial FluctLights atau Fluctlight buatan mempunya
kapasitas yang terbatas, dan jika kami melewati batas nya, konstruksinya akan
mengalami degradasi... Kami belum mengetes hal itu, jadi kami gak bisa
menjelaskannya dengan rinci, tapi kami mengeset FLA maximum limit untuk tujuan
keamanan."
"...Dengan kata lain, tubuh sudah bertambah tua selama bertahun-tahun sementara
dari luar hanya seminggu telah berlalu? Bukannya kalau begitu fitur akselerasi waktu
akan sia-sia? Apa gak ada cara untuk menghindari fenomena seperti itu?"
Rasa penasaran sebagai seorang peneliti membuat Rinko mau gak mau bertanya,
dan saat ini, Higa menunjukkan ekspresi yang terlihat depresi.
"Erm, yah, secara teori... bukannya kami gak pernah mempunya fantasi yah. Kami
pernah berfikir untuk membuat alat STL portabel, dan menggunakan alat itu untuk
menyimpan memori selama akselerasi ke alat eksternal jadi kapasitas dari Fluctlight
gak akan pernah habis. Namun, mustahil untuk mengecilkan STL seperti itu.
Meskipun kami bisa menemukan suatu cara untuk melakukan hal itu, masih ada
masalah yang menakutkan dari kehilangan memori saat melakukan akselerasi
setelah kita melepas alat portabel nya."
"...Pada dasarnya itu hanya mimpi yang melampaui fantasi. Mempercepat kinerja
otak tanpa menggunakan memori eksternal... Aku juga mau hal itu terjadi walaupun
aku menjadi tes subjek nya."
Rinko menggelengkan kepalanya sembari bergumam, dan mengarahkan ulang
pemikirannya yang melenceng dari topik,
"Toh, tentang hal itu, untuk saat ini gak ada cara untuk menghindari masalah dari
penekanan kapasitas... kalau begitu... tu, tunggu dulu. Kikuoka-kun tadi kau bilang
para teknisi tinggal di STL selama 18 tahun untuk mengasuh para Spiritual Prototype
kan? Apa yang terjadi dengan Fluctlight mereka? Apakah kemampuan otak mereka
menurun selama 18 tahun?"
"Enggak, gak seperti itu... mungkin."
Kikuoka dan Higa mengangguk dengan tenang satu sama lain, dan Rinko pura-pura
batuk untuk memicu pembicaraan kembali.
"...Dan lalu, setelah teknisi manusia itu log out, gak ada yang perlu dikhawatirkan
lagi dengan laju FLA (FluctLight Acceleration), jadi kami menaikkannya menjadi
5000 kali lipat dari waktu dunia nyata. Delapan pasangan itu mempunyai masingmasing 10 anak, Spiritual prototype, dan mereka semua dibesarkan. Anak-anak ini
dengan cepat tumbuh dewasa dan membuat keluarga, dan secara bertahap mulai
menggantikan NPC yang berperan sebagai warga desa, dan akhirnya membuat
desa yang hanya dihuni oleh Fluctlight buatan. Seiring berubahnya era, keturunan
mereka semakin berlipat ganda... dalam 3 minggu di dunia nyata, di dalam dunia
STL sudah berjalan selama 300 tahun simulasi, dan akhirnya bisa membangun
masyarakat besar dengan 80.000 orang didalam nya."
"80.000...!?"
Rinko gak bisa menahan keinginannya untuk mengucapkannya dengan keras.
Setelah menggerak-gerakkan bibirnya entah berapa kali, ia akhirnya dapat memilih
kata-kata yang cocok dari bibirnya.
"...Kalau begitu... itu udah lebih condong ke simulasi peradaban dibandingkan
permulaan AI."
"Benar, tapi dalam beberapa pengertian, sudah dapat diduga kalau hal ini akan
terjadi. Manusia adalah makhluk yang menyesuaikan diri dengan masyarakat... dan
mereka hanya bisa tumbuh dengan menjalin hubungan dengan orang lain. Selama
300 tahun ini, Fluctlight buatan menyebar luas dari desa kecil ke lahan luas yang
sudah kami atur. Mereka mampu membuat struktur pemerintahan pusat yang
terkemuka tanpa sedikitpun perang berdarah, dan disana bahkan ada agama...
Kupikir hal itu adalah alasan mengapa mereka terbiasa menjelaskan segala aspek
dari sistem kepada anaknya, mereka gak menggunakan sains, tapi tuhan. Higa-kun,
tunjukkan peta sepenuhnya di monitor."
Higa mengangguk setuju, dan segera mengerjakannya di konsol. Monitor besar
yang tadinya menampilkan eksperimen mengerikan sekarang menunjukkan map
yang detal dari fotografi udara.
Tentu saja, Jepang dan seluruh dunia berbeda dengan negara itu.
Gak ada lautan sama sekali, dan dataran yang berbentuk bulat semuanya di kelilingi
oleh pegunungan yang tinggi. Banyak hutan yang membentang dan padang rumput,
banyak juga sungai dan danau. Sangat terlihat seperti tanah yang subur. Melihat
skala dari peta, dataran yang dikelilingi pegunungan itu sepertinya berdiameter
1500km, dan ukurannya sekitar 8 kali dari Honshu, Jepang.
"Hanya 80.000 orang di tempat seluas itu? Benar-benar populasi yang sangat
sedikit."
"Atau mungkin, Jepang sendiri yang abnormal."
Higa tertawa kecil terhadap Rinko dan menggerakkan tangan nya yang ada diatas
mouse, menunjuk ke tengah-tengah peta dan berputar disekelilingnya.
"Area disekitar sini adalah ibu kota nya, populasinya berjumlah 20.000. Mungkin kita
gak terlalu merasakan apa-apa, tapi itu adalah kota yang mutakhir. Instansi
pemerintah yang para Fluctlight buatan sebut Integrity Church ada disini, dan
diperintah oleh Pendeta. Pengaruh nya benar-benar menakjubkan, dan gak ada
perang yang terjadi pada saat ini, kami merasa kalau eksperimen kami sudah
berhasil. Di dunia virtual, Fluctlight buatan berkembang dengan tingkat kecerdasan
yang sama dengan manusia. Kami sudah cukup senang untuk memasuki fase
berikutnya yang akan mencapai tujuan kami, yaitu berkembangnya Highly Adaptive
Artificial Intelligence, tapi..."
"Kami menemukan masalah yang serius."
Kikuoka menatap ke arah monitor, lalu berkata,
"...Gak ada masalah yang kamu dengar sampai sekarang, kan?"
"Mungkin bisa dibilang... sesuatu hal yang salah di tempat ini adalah gak ada hal
yang salah. Dunia ini terlalu damai. Mungkin hal ini terjadi karena terlalu tertib dan
bekerja dengan sempurna. Kami harus nya sudah menyadari kalau hal ini sangat
aneh melihat seluruh 16 anak sangat patuh terhadap orang tuanya... gak aneh bagi
manusia untuk berkelahi satu sama lain, atau sebetulnya, itu bagian dari kodratnya.
Tapi, gak ada perang disini, gak sekalipun, ambil contoh pembunuhan.
Perkembangan populasi di dunia itu terlalu cepat, kemungkinan adanya penyakit
dan wabah alami terjadi pada dasarnya gak ada, dan semua manusia gak akan mati
selain karena bertambah tua..."
"Itu seperti masyarakat ideal."
Higa mendengus terhadap perkataan Rinko dan berkata,
"Apa benar kalau Mitos Utopia itu benar-benar Utopia?"
"...Yah, kalau itu bukan, ya gak bisa dibilang legenda... Apa kamu gak melihat ada
sesuatu yang menakjubkan di masyarakat virtual ini?"
"Tentu saja kami gak melihat, kami hanya mencoba melihat kenyataan kami sendiri."
Suara sandal bakiak mendarat di lantai menggema, dan Kikuoka, yang melompat ke
konsol, menyalakan monitor besar dan mulai menjelaskan lagi,
"Fluclight buatan seharusnya memiliki keinginan yang sama dengan kita, namun
kenapa gak ada perang yang terjadi... kami menginvestigasi sepenuhnya ke gaya
hidup mereka. Kami lalu menemukan bahwa didunia ini, mereka membuat peraturan
yang sangat ketat. Itu adalah Taboo Index yang dibuat para pendeta. Disitu,
terdapat larangan tak boleh membunuh. Tentu saja hukum yang sama terdapat di
dunia kita juga, tapi entah kita menurutinya atau tidak dapat dilihat di berita harian.
Fluctlight itu sendiri ternyata mematuhinya... dengan sikap yang terlalu patuh.
Dengan kata lain... mereka gak bisa melanggar hukum atau aturan. Itulah kodrat
mereka."
"...Bukannya itu hal yang bagus?"
Rinko memberikan pandangan yang bingung saat ia melihat sisi samping dari wajah
suram Kikuoka.
"Mendengarkan sampai sini, bukannya mereka lebih istimewa dari pada kita?"
"Yah... kamu bisa bilang seperti itu. Higa-kun, bisa kau perlihatkan gambar dari
Centoria?
"Oke."
Higa mengetuk keyboard yang ada di konsol, dan monitor besar lagi-lagi
menampilkan gambar dari kota dunia lain yang ditampilkan saat Rinko dan Asuna
masuk. Bangunan yang terbuat dari batu putih dikelilingi oleh pepohonan yang
besar, dan orang-orang yang memakai pakaian yang simpel dan bersih berjalan
santai di dunia yang lain ini.
...
Pembicaraannya telah berkembang ke arah yang gak ada satupun bisa
membayangkannya, sembari Rinko gak bisa berkata apa-apa untuk sementara
waktu. Ia sedikit bisa menjernihkan pikirannya yang sedang bingung dan
mengeluarkan kata-kata dari tenggorokannya yang kering.
"...Aku masih di sekolah dasar saat perang Iraq, dan Aku masih mengingatnya
dengan jelas. Ada banyak berita tentang bagaimana tentara Amerika menggunakan
pesawat jet dan mini-tank tanpa pilot untuk menyerang musuh. Apakah itu yang kau
maksud? Itu berarti senjata yang ada AI didalam nya menyerang sendiri. Kau berfikir
tentang hal itu..."
"Bukan hanya aku. Seluruh negara telah meneliti tentang teknologi ini, terutama
Amerika yang selalu mengejar hal ini selama bertahun-tahun. Walaupun hal ini bisa
jadi kenangan yang menyakitkan untukmu, Asuna-kun..."
Kikuoka terdiam sebentar, menatap ke arah Asuna, mengecek apakah ia masih
tenang, dan melanjutkan,
"...Sugou Nobuyuki, yang memenjarakan mu di dunia virtual dan menggunakan
banyak pemain SAO sebagai bahan eksperimen, ingin menjual hasil penelitiannya
kepada perusahaan di Amerika, apa kau ingat? Grojean Micro Electronics yang ada
hubungan kontak dengannya adalah perusahaan yang paling maju dalam dunia VR,
tapi terkenal karena sering melakukan hal ilegal karena menggunakan teknologi VR
untuk kepentingan militer. Industri amunisi di Amerika adalah yang paling terkenal
dalam mengembangkan pesawat tanpa awak yang baru saja kau sebutkan. Salah
satunya adalah pesawat terbang Unmanned Aerial Vehicle, atau singkatnya
UAV."
Barangkali Higa terlalu siap sembari ia tanpa berkata apa-apa memindahkan mouse
untuk mengganti gambar di layar monitor, dan yang muncul adalah pesawat kecil
tanpa awak dengan badan yang kurus dan panjang, dan juga terpasang beberapa
sayap. Sayap mekanik mempunyai misil incar yang terpasang dibawahnya, dan gak
ada jendela sama sekali di pesawat itu.
"Ini adalah pesawat penyerang dan pengintai tanpa awak milik pasukan America.
Ukurannya kecil karena gak diperlukan kokpit, dan bisa dibuat dengan bentuk untuk
penerbangan sembunyi-sembunyi jadi pesawat itu gak akan terdeteksi oleh radar.
Semua mesin dari generasi sebelumnya menggunakan remote kontrol dari jarak
jauh dengan operator yang menggunakan pedal dan joystick agar pesawat bisa
terbang, tapi hal yang ingin kami lakukan berbeda."
Saat ia berkata seperti itu, ia kemudian mengganti gambar yang ada di monitor, dan
kali ini, gambarnya adalah seorang prajurit yang menjadi operator. Seorang prajurit
yang berbaring di kursi baring dan mengistirahatkan badannya. Lalu, Rinko melihat
helm berkabel yang familiar terpasang dikepalanya itu adalah Nerve Gear. Kalau
diperhatikan, cat yang ada di bagian luarnya dan beberapa suku cadang nya terlihat
berbeda, tapi sudah jelas benda itu adalah model yang sama.
Rinko melirik kesamping untuk melihat ekspresi beku Asuna dengan mata yang
terbuka lebar. Ia lalu berbalik, dan Kikuoka kembali melakukan penjelasan,
"Disini, operator berada di kokpit virtual. Hal ini menunjukkan kalau sepertinya dia
benar-benar mengendalikan mesin itu, dan dia bisa memantau pasukan musuh dan
menembakkan misil incar kearah mereka. Namun, masalahnya itu kita
menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengontrol mereka, dan mereka
masih tergolong lemah jika melawan ECN... Electronic Counter Measures. 10 tahun
yang lalu, UAV pengintai yang digunakan pasukan Amerika untuk menyusup masuk
ke negara di timur tengah terkena gangguan, dan terpaksa mendarat, dan akhirnya
tertangkap dan menyebabkan situasi yang genting yang hampir memulai perang."
"Kalau begitu, AI...kan? Agar pesawat bisa terbang dengan sendirinya..."
Kikuoka memalingkan matanya menjauh dari monitor, dan melihat kearah Rinko,
dan mengangguk.
"Tujuan terakhirnya adalah untuk menembak jatuh seluruh pesawat tempur yang
dikendalikan manusia dalam pertempuran udara. Kupikir akan ada kemungkinan
yang besar bagi Fluctlight buatan yang sekarang untuk berkembang begitu kami beri
mereka program yang cocok untuk tumbuh bersama nya. Namun, ada malasah yang
besar, dan hal itu adalah, bagaimana cara mereka, prajurit tanpa tubuh, bisa
mengerti konsep dari war... membunuh sendiri adalah perbuatan yang jahat, tapi
hal itu harus dilakukan untuk mengalahkan prajurit dalam parang; saat ini, Fluctlight
buatan gak bisa menerima pemikiran yang melawan asas berhubung gak ada
satupun hal yang dilanggar dalam peraturan mereka."
Petugas Pertahanan-Diri itu membenarkan kacamata nya, dan mengerutkan dahi,
Kami sudah mengatur Overload Experiment untuk mengetes akan menjadi
seberapa patuh kah para penduduk di Underworld itu. Detail nya, kami memilih desa
yang terisolasi, menyebabkan hasel panen dan ternak di peternakan menjadi mati
dan membuat para penduduk gak akan bisa bertahan di musim dingin, membuat
situasi dimana jika desa itu bisa bertahan, mereka akan meninggalkan kelompok
masyarakat mereka, membunuh dan mengambil stok makanan milik orang lain, dan
memaksa mereka untuk melanggar Taboo Index dimana pembunuhan itu dilarang.
Namun, yang terjadi adalah... mereka memilih untuk membagi gabungan dari hasil
panen mereka sama rata kepada semua orang di desa, dari tua ke muda, dan
hasilnya semua orang mati karena kelaparan saat musim semi datang. Mereka
adalah eksistensi yang gak bisa melanggar hukum dan aturan karena alasan
tertentu, dan hasilnya sangat tragis. Dengan kata lain... jika mereka adalah pilot
yang membawa senjata, mereka harus mengerti dasar pemikiran yang pertama,
'membunuh itu gak apa-apa'. Tapi keadaan seperti apa yang bisa membuat mereka
berkembang seperti itu, kami gak bisa membayangkannya..."
Petugas Pertahanan-Diri itu menyilangkan lengannya dan menggelengkan
kepalanya dengan lemah.
Rinko gak bisa membayangkan pemandangan dimana, saat pesawat tempur dan
senjata perang tanpa awak yang berbentuk aneh menggunakan misil dan machine
gun nya untuk membunuh tanpa pandang bulu, gak peduli mereka prajurit atau
penduduk. Tangan nya menggigil sedikit sembari menggesekkan kedua tangannya
satu sama lain.
"...Kalian gak bercanda tentang hal ini, kan? Kenapa kalian harus mempunyai AI di
senjata yang sangat berbahaya seperti itu? Walaupun terbatas, bukannya kalian
bisa mengendalikannya dengan remote dari kejauhan? Uun, sedikit tambahan saja...
Aku gak mau menerima eksistensi dari senjata tanpa awak itu sendiri."
"Yah, bukannya aku gak mengerti perasaan seperti itu. Saat aku melihat kaliber
besar dari senjata milik Amerika yang terpasang di kendaraan tanpa awak, Aku
sangat bersyukur bahwa aku bukanlah salah seorang dari mereka yang tinggal
disana. Namun... senjata tanpa awak sudah menjadi hal yang harus pada zaman ini,
dan para negara maju gak bisa menahan tuntutan waktu."
Kikuoka mengangkat jarinya seperti guru sejarah dan melanjutkan,
"Oke, kita ambil pasukan militer terbesar di dunia, Amerika sebagai contoh. Korban
jiwa pasukan Amerika pada perang dunia ke-2 berjumlah sekitar 400.000 orang.
Walaupun korban nya sebanyak itu, Presiden Roosevelt saat itu menerima banyak
dukungan dari orang-orang di negeranya, dan menghabiskan 13 tahun, 4 masa
jabatan yang memiliki kewenangan tertinggi sampai ia meninggal karena stroke.
Meski aku gak suka sikap seperti itu saat itu terjadi 80 tahun yang lalu,
mengorbankan prajurit dalam jumlah besar untuk menentukan kemenangan adalah
bagian dari semangat."
Jari kedua teracung dari tangan Kikuoka.
"Lalu, semasa perang Vietnam, ada gerakan anti-perang yang dimulai oleh para
murid sekolah, dan Presiden Johnson dicegah untuk menjalankan masa jabatan
kedua. Pada saat itu, 60.000 orang meninggal dalam medan perang. Semenjak
bendera Anti-Komunisme didirikan, para prajurit di kirim ke medan perang dan mati
satu persatu Namun, di perdamaian sementara yang sekarang disebut Cold War,
perasaan orang-orang sedikit berubah... dan lalu, era ini berakhir dengan jatuh nya
Uni Soviet. America, yang kehilangan lawan bernama Komunisme, melangkah ke
tahap yang disebut perang melawan terorisme agar dapat mempertahankan industri
munisi militer yang sudah mendarah daging ke negara tersebut.
Kikuoka mengangkat jari ketiga dan melanjutkan dengan lancar,
Tapi di medan perang itu, gak ada tanda-tanda penduduk menerima kematian para
prajurit. Semasa Perang Iraq pada awal abad, tentara Amerika yang dikirim kesana
dan sekitar 4000 orang meninggal dan jumlah itu sendiri sudah menggoyahkan
dukungan kepada Administrasi Bush. Tentu saja, gak hanya karena ini tapi juga
karena faktor-faktor lain, popularitas kepresidenan-nya hilang. Bisa dibilang hal itu
sudah bisa diperkirakan saat ia mendukung kandidat republik McCain yang kalah
oleh Demokrat Obama yang berjanji untuk menarik mundur tentara dari Iraq
dengan kata lain..."
Ia menurunkan tangannya, mengambil nafas pendek, dan menjeda kesimpulannya
yang panjang untuk sejenak.
"Dalam negeri itu, sudah bukan era nya lagi bagi manusia untuk bertarung dalam
perang. Namun, mereka gak bisa menghentikan alokasi dana kepada sesuatu yang
disebut anggaran pertahanan. Masa depan dari perang kemudian telah berubah
wujud menjadi senjata tanpa awak vs manusia atau senjata tanpa awak melawan
senjata tanpa awak."
"...Aku bisa mengerti situasi di Amerika, tapi itu hal lain yang entah apakah kita bisa
menerima hal itu."
Rinko mengangguk pelan sembari merasa kesal oleh pemikiran luar biasa dari
menggunakan senjata tanpa awak untuk melakukan perang tanpa luka. Ia kemudian
menatap ke arah Kikuoka dan bertanya,
"Tapi kenapa kau sebagai Petugas Pertahanan-Diri, mengikuti jejak bangsa perang
yang bodoh itu? Atau penelitian RATH ini dimulai oleh militer?"
"BAGAIMANA MUNGKIN!?"
Kikuoka menolak hal itu dengan suara amat keras yang lanka, tapi kemudian
kembali ke senyum nya yang biasa dan melepaskan tangannya yang daritadi
menyilang dengan keras.
lebih tepatnya, merupakan pilihan yang tepat bagi kami untuk mengapung di tengah
lautan ini untuk sembunyi dari tentara Amerika. Pangkalan yang berada di daratan
dapat terlihat dengan jelas dan karena itu lah kami harus mengembangkan
senjata tanpa awak dengan gila-gilaan... sangat mudah untuk menjelaskan hal itu.
Bolehkah aku bertanya kepada Kayaba-sensei mengapa dia ingin menciptakan
SAO?"
"Tentu saja."
Jawab Rinko dengan ekspresi datar, dan Kikuoka menunjukkan senyum lebar yang
terlihat dipaksakan sembari menaikkan bahu nya,
"Maaf kan kelancangan ku karena telah mengucapkan hal yang seharusnya tak
boleh kuucapkan. Ya... alasan terbesarnya karena, sekarang di Jepang,
sederhananya, teknologi pertahanan kita terlalu lemah"
"Teknologi... Pertahanan?"
"Kupikir kamu bisa mengatakan nya seperti ini; persenjataan dikembangkan dan
diproduksi dari nol, tapi hal itu sudah diperkirakan berhubung gak ada negara yang
mengekspor persenjataan ke Jepang. Itu sama saja untuk produsen, berhubung
"...Tapi Petugas Pertahanan-Diri itu ingin membiarkan persenjataan tanpa awak itu
untuk menjadi teknologi yang hanya dimiliki oleh Pasukan Pertahanan Diri kan?"
"Ya, Kiku-san bilang seperti itu sebelumnya, bahwa meskipun memiliki kepemilikan
tunggal dari teknologi ini itu mustahil, dia mengerti teknologi itu gak akan hanya
digunakan untuk tujuan ini jadi kami bisa memikirkan bagaimana untuk mengambil
inisiatif... seperti itulah."
Petugas Pertahanan-Diri itu meringis kepada perkataan Higa yang sangat langsung.
Pada saat ini, Asuna, yang dari tadi diam mendengarkan pembicaraan ketiga orang
itu, berkata dengan suara yang indah namun juga dingin dan jelas,
"Kalian gak pernah bilang idealisme kalian ke Kirito-kun, kan?"
"...Kenapa kamu berfikir seperti itu?"
Kikuoka memiringkan kepalanya, dan Asuna menatap lurus ke arah nya dengan
tatapan yang teguh.
"Jika kau bilang hal itu kepada Kirito-kun, dia pasti gak mau membantu kalian. Ada
kelemahan yang penting dari kata-katamu."
"...Dan itu?"
"Hak Asasi milik AI."
Mendengar perkataan itu, Kikuoka menyentakkan bulu matanya dan mengerutkan
dahi.
"...Enggak, emang benar kami gak pernah bilang tentang hal yang baru saja kami
katakan kepada Kirito-kun, tapi itu hanya karena kami gak punya kesempatan untuk
mengatakannya. Dia orang yang sangat realis juga, kan? Kalo enggak, mustahil
baginya untuk menamatkan SAO."
"Kamu belum mengerti. Kalau itu Kirito-kun, sekalinya ia tau kenyataan dari
Underworld, ia pasti akan murka terhadap para operator. Baginya, dimanapun
tempatnya, adalah kenyataan baginya. Dia gak berfikir dunia virtual itu kehidupan
virtual... makanya dia bisa menamatkan SAO."
"Aku gak mengerti. Fluctlight buatan gak punya darah daging. Kenapa kamu bilang
hal itu bukanlah nyawa yang gagal?"
Mata Asuna penuh kesedihan... bukan, kilauan kecil itu menunjukkan kalau ia
merasa bahwa para orang dewasa didepannya sangat kasihan lalu pelan-pelan
melanjutkan,
"...Meskipun aku bilang begitu, kalian gak akan bisa mengerti... di sebuah kota di
lantai 56 di Aincrad, Aku mengatakan hal yang sama persis dengan yang kalian
katakan. Disana ada boss monster yang bagaimanapun caranya harus kami
"Gak sama sekali... Fluctlight bisa menyimpan memori selama sekitar 150 tahun,
aku sudah mengatakan hal itu sebelumnya, kan? Tentang mengapa muncul batas
yang sebesar itu, kami gak tau apa-apa... menurut kitab suci, orang-orang pada
zaman Nabi Nuh dapat hidup ratusan taun, jadi kupikir kita tau apa yang mereka
bicarakan. Pertama-tama, meskipun kami bicara tentang tumbuh dewasa, kami
hanya membiarkan nya tumbuh sampai sekitar 10 tahun, yang harusnya sudah
cukup bagi kami untuk tau apakah dia bisa melanggar Taboo Index. Tentu saja,
memori yang didapat di Underworld akan dihadang juga, jadi saat dia kembali ke
dunia nyata, dia akan tetap dalam kondisi seperti sebelum menggunakan STL."
"...Lalu, hasilnya...?"
"Kami merekrut delapan petugas untuk menjadi tes subjek, membiarkan mereka
masuk ke dalam Underworld dan membiarkan mereka tumbuh pada lingkungan
yang berbeda. Pada akhirnya... hal yang mengejutkan ialah gak ada satupun orang
yang melanggar Taboo Index sebelum mereka berumur sepuluh. Malahan, hasilnya
merupakan kebalikan dari yang kami duga... mereka lebih gak bersemangat
dibanding Fluctlight yang lain dan gak suka main keluar. Mereka gak menunjukkan
rasa ingin mengetahui sekelilingnya. Kami menyimpulkan bahwa itu karena ada
perasaan gak nyaman."
"Perasaan gak nyaman?"
"Meskipun kami menghadang seluruh memori dari lahir, hal itu gak bisa menghapus
seluruhnya. Kalau hal itu terjadi, mereka mungkin gak akan bisa kembali ke dunia
nyata. Omong-omong, ini bukan masalah Pengetahuan, tapi Insting yang
menunjukkan bagaimana tubuh kita bergerak, mencegah para peneliti untuk merasa
nyaman di Underworld. Se-nyata apapun hal itu, gak ada bedanya dengan dunia
virtual yang diciptakan The Seed. Sekali mereka masuk, mereka dapat mengerti
kalau disana sedikit berbada dengan bergerak di kenyataan. Hal itu sama dengan
rasa gak nyaman seperti saat aku pertama kali menggunakan Nerve Gear untuk
mencoba closed beta dari SAO."
"Itu karena perasaan gravitasi."
Sahut Asuna,
"Gravitasi...?"
"Gak seperti pengelihatan atau pendengaran, bagian dari penelitian terhadap
gravitasi dan keseimbangan sedikit terlambat. Itu karena sebagian besar dari sinyal
bergantung kepada gravitasi untuk mengatur otak kita, jadi bagi mereka yang gak
terbiasa dengan hal itu gak bisa bergerak semau mereka."
"Ya, itulah hal yang kami sudah terbiasa."
Pa-tch, Kikuoka menjentikkan jarinya dan setuju,
"Jika kami ingin mengulang segala sesuatu di eksperimen nya, kebutuhan untuk
dapat terbiasa bergerak didalam dunia virtual adalah sebuah keharusan, dan kami
menyadari hal itu. Itu bukan lah eksperimen yang butuh waktu beberapa hari atau
bulan atau tahun. Kupikir kamu mengerti sekarang. Untuk alasan itulah aku butuh
pertolongan seseorang yang paling terbiasa dengan dunia virtual.
"Tunggu sebentar."
Asuna lagi-lagi mencela Kikuoka dengan suara yang tegas.
"Apa kalian berbicara tentang Diving dalam tiga hari berturut-turut yang Kirito-kun
bicarakan? ...Tapi Kirito-kun bilang ke kami kalau fitur FLA maksimum hanya 3 kali
lipat, jadi dia menghabiskan waktu 10 hari disana. Apa kalian berbohong padanya?
Apa itu sebenarnya 10 tahun...?"
Kikuoka dan Higa berasa diserang pandangan yang menyengat lalu menundukkan
kepala mereka dengan ekspresi khawatir.
"Maaf, tentang hal itu, itu adalah kesalahan dari cabang di Roppongi. Itu karena aku
memberi intruksi untuk merahasiakan informasi dari kecepata akselerasinya..."
"Itu lebih parah lagi! 10 tahun umur jiwa Kirito-kun digunakan untuk hal itu. Kalau
perawatan ini gagal karena hal ini, Aku gak akan memaafkan kalian."
"Itu gak bisa dijadiin suatu alasan, tapi Higa-kun dan Aku berkontribusi dalam
eksperimen lebih dari 20 tahun jadi, 10 tahun Fluctlight yang Kirito-kun
kontribusikan disana jauh lebih sedikit dari Fluctlight para petugas disini."
"Dengan kata lain, dia melakukan sesuatu yang melanggar Taboo Index saat
tumbuh besar di Underworld?"
Sela Rinko, dan Kikuoka tersenyum dan menggelengkan kepalanya,
"Tegasnya, bukan seperti itu, namun, Aku bisa bilang kalau hasilnya lebih dari yang
diperkirakan. Dari usia muda, Kirito-kun menunjukkan antusiasme yang belum
pernah terlihat dalam rasa ingin tau dan aktifitasnya, hal itu membuatnya berkali-kali
hampir melanggar Taboo Index tentu saja, jika Fluctlight miliknya berakhir
melanggar Taboo Index, itu menunjukkan kalau Fluctlight buatan itu struktur nya
cacat, dan aku gak akan senang mendengar hal itu. Namun, kami terus mengamati
tingkah lakunya dan setelah ia menghabiskan waktu 7 tahun atau lebih disana...
Higa-kun ini menyadari sesuatu yang sangat menarik."
Higa menyela Kikuoka dan melanjutkan kata-katanya,
"Ya, awalanya aku gak setuju Kirigaya-kun mengambil bagian dalam ekspremen,
dengan alasan moral dan keamanan, dan saat aku mengetahui kenyataannya, Aku
harus bilang kalau aku terkesan oleh pandangan bijaksana Kiku-san. Kami
mendigitalisasi beberapa pasal penting didalam Taboo Index dan mengecek
kemungkinan yang dipunyai setiap warga untuk melanggarnya. Fluctlight buatan
yang dimiliki seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang berinteraksi
dengan Kirigaya-kun... -atau Kirito-kun, kemungkinan mereka untuk melanggar
Taboo Index itu meningkat."
"Eh...? berarti..."
"Dengan kata lain, Kirito-kun dengan memori dan kepribadian dunia nyata nya di
segel, dapat mempengaruhi tindakan dari Fluctlight buatan yang ada di
sekelilingnya. Mudahnya, rasa antusias miliknya menyebar ke yang lain, atau kirakira seperti itulah."
Rinko melihat bibir Asuna yang menunjukkan sedikit senyuman setelah mendengar
perkataan Higa. Mungkin perkataan itu mudah dimengerti oleh Asuna.
"...Saat ini, alasan mengapa Fluctlight buatan gak melanggar aturan, kami belum
bisa mengetahuinya. Itu mungkin karena elemen yang digunakan untuk membuat
Light Cube, tapi kami merasa sudah gak perlu lagi untuk menganalisa hal itu
sebagai sebuah prioritas. Bagi kami, kami gak ingin menyelesaikan masalah
sepenuhnya, kami hanya ingin satu pengecualian, sebuah AI dengan kemampuan
beradaptasi yang tinggi yang mempunya konsep Peraturan sebagai prioritas, dan
jika kami mengklon nya, kami harusnya bisa mendapatkan beberapa alasan."
"Aku gak terlalu suka pemikiran seperti itu... tapi dulu, pemecahan masalah selalu
dilakukan dengan cara itu, kupikir"
Menghembuskan nafas sedikit, Rinko bertanya kepada Higa,
"Lalu, apa kalian sudah mendapat pengecualian itu?"
"Ada satu yang sudah jatuh ketangan kami. Seorang gadis yang paling dekat
dengan eksistensi Kirito-kun akhirnya melanggar Taboo Index sebelum eksperimen
berakhir, dan itu adalah tindak kriminal yang berat yaitu Memasuki Wilayah
Terarang. Setelah memeriksa rekamannya, kami menemukan kalau ada Fluctlight
buatan lain yang mati di daerah terlarang yang gadis itu lihat. Kemungkinan besar,
gadis itu ingin menyelamatkannya, dan jika aku harus bilang, gadis itu
mementingkan nyawa orang lain melebihi Taboo Index. Itu adalah adaptasi yang
kami cari-cari. Yah, itu sangat berbeda dengan mewujudkan senjata; melawan
etika dan membunuh seseorang adalah suatu hal yang ironis."
"...Kau bilang hal itu sebelumnya, kan?"
"Ah ya. Sayang sekali... kami gak bisa memegang erat-erat sebuah permata yang
jatuh ke tangan kami..."
Higa menurunkan bahunya dan kemudian menggelengkan kepalanya kekiri dan
kekanan,
"...Seperti yang sudah aku bilang, waktu didalam Underworld berjalan 1000 kali lipat
dari waktu di dunia nyata. Mustahil untuk mengamati mereka dari luar dalam waktu
yang sebenarnya, jadi kami memotong apa yang kami rekam kedalam beberapa
segmen dan pelan-pelan menayangkan ulang rekaman dengan banyak petugas
kami untuk menonton-nya. Meskipun, pasti ada banyak jeda dibandingkan dengan
waktu didalam sana. Kami menghentikan server nya pada saat kami menemukan
gadis itu melanggar Taboo Index dan ingin mencabut Light Cube untuk menyimpan
Fluctlight milik gadis itu... pada saat itu, sekitar dua hari sudah berjalan disana. Dan
yang mengejutkan, Integrity Church telah membawa gadis itu ke ibu kota dan dalam
waktu dua hari melakukan suatu bentuk koreksi terhadap Fluctlight milik gadis itu."
"Ko...koreksi? Kau memberi kewenangan sebanyak itu terhadap hal yang sedang
kau amati?"
"Bukan itu masalahnya... atau mungkin bukan. Penduduk Underworld mempunyai
kewenangan untuk menjaga hukum dan perintah, dan mereka yang mampu
mencapai batas dari sistem yang para warga kelas tinggi sebut Sacred Arts
adalah para pendeta yang ada di Integrity Church, orang-orang yang mempunyai
kewenangan tertinggi. Mungkin bukan hanya batas umur yang bisa mereka
manipulasi, tapi mereka menemukan backdoor ke sistem tanpa kita ketahui...yah,
aku akan membaca data untuk lebih detail lagi nanti; Taboo Breaking Index Alice
yang sekarang dan yang sudah lalu."
"Alice...?"
Asuna tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menggumam. Rinko mulai mengerti arti
dari istilah itu. Itu seharusnya merupakan sebuah nama yang menjadi singkatan dari
Highly Adaptive Artificial Intelligence yang Kikuoka dan Higa incar.
Kikuoka sepertinya menyadari kecurigaan mereka lalu mengangguk setuju dan
berkata,
"Benar. Itu adalah nama gadis yang hidup bersama Kirito-kun dan satu anak laki-laki
yang lain. Nama dari seluruh penduduk Underworld semuanya benar-benar
ditentukan dengan acak, jadi kami benar-benar kaget dengan kebetulan yang luar
biasa ini saat kami tau nama gadis itu adalah Alice. Karena nama itu merupakan
konsep dari seluruh rencana yang RATH punya."
"Konsep?"
"Eksistensi sebuah AI dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi, Artificial Labile
Intelligence Cybernetic Existence. Kalau kita ambil huruf pertama dari masingmasing kata A, L, I, C, E... tujuan dari penelitian kami adalah untuk membiarkan
awan foton yang tersegel didalam LightCube menjadi Alice. Para petugas
menyebutnya Alice-ing.
Letnan Kolonel Kikuoka Seijirou masih menunjukkan senyuman yang tak bisa dibaca
meskipun rahasianya sudah terbongkar, dan berkata,
"Selamat datang, di Project Alicization.
Bagian 3
Kalian membuat benda yang tak masuk akal sebanyak ini..
Meskipun mesin itu terbuat dari data yang ia miliki, Koujiro Rinko hanya bisa
terkagum-kagum melihatnya.
Ruangan yang bersebelahan yang terisolasi oleh kaca yang tebal mempunyai dua
objek persegi panjang rakasasa yang hampir setinggi langit-langit. Bagian luarnya
adalah aluminium yang gak diwarnai, dan warna perak gelap bersinar dari mesin itu.
Benda itu berkali-kali lipat lebih besar dari mesin high-tech Medi-Cuboid yang
digunakan untuk perawatan medis, apalagi kalau dibandingkan dengan Nerve Gear.
Tentu saja, logo dari perusahaan ada disana, hanya tulisan berbahasa inggris yang
simpel; Soul Translator pada sisi samping dan sebuah angka yang ukurannya
cukup besar di atasnya. Mesin yang ada di bagian kiri bernomorkan 4 dan mesin di
bagian kanan bernomorkan 5. Akhirnya aku bisa melihat Soul Translator Rinko
menatap mesin itu selama lebih dari 10 detik, mengerutkan dahi lalu bergumam,
"4...ini mesin ke 4... kalau begitu, mesin ke 5 itu...?"
Angka-angka itu hanya dapat menjelaskan hal itu, tapi ruangan bersih di sisi lain dari
dinding kaca gak punya mesin seperti disini. Ia sedikit memiringkan kepalanya dan
mendengar penjelasan singkat dari sisi kanan.
"Model eksperimen 1 ada di ruang utama di Roppongi dan terhubungkan dengan
satelit. Model 2 dan 3 ada di Ocean Turtle, tapi seperti yang bisa kamu lihat disini,
mereka disimpan poros bawah. Dengan kata lain... model terbaru nomor 4 dan 5 gak
bisa disimpan disana karena keterbatasn ruang dan akhirnya diletakkan di poros
atas, disini."
Yang berbicara adalah orang yang membawa Rinko dan Asuna kesini. Dia bukan
Kikuoka, Higa atau Letnan Nakanishi, dan bukan juga seorang pria. Seragam putih
bersih yang menutupi tubuhnya tinggi dan langsing, ia memakai sandal ber-hak
rendah, dan dikepalanya terdapat topi susterseorang wali perempuan.
Untuk suatu alasan, Rinko heran mengapa ada seorang wali disini, ditempat seperti
ini, tapi setelah mengingat kalau tempat ini adalah kapal yang sangat besar, pasti
ada kru medis, dan pasti ada petugas seperti itu disini.
Suster itu mempunyai rambut yang dikepang tiga lapis dan memakai kacamata
tanpa bingkai. Tablet terminal ditangannya dengan cepat ditekan dan
menampilkannya kepada Rinko. Terlihat tampilan yang sepertinya adalah peta tata
ruang dari Ocean Turtle. Ia menggunakan ujung jarinya yang mempunyai kuku yang
rapi untuk menarik bagian kapal besar.
"Wilayah pusat dari piramid mempunyai pipa penyeimbang yang berdiameter 20m
dan tinggi 100m yang disebut Pilar Utama. Pilar itulah yang menyokong semua
lantai di kapal ini dan lapisan yang melindungi fasilitas-fasilitas yang penting.
Didalamnya adalah Control System dari kapal itu sendiri, tulang belakang dari
rencana Alicization...tempat dimana terdapat 4 mesin STL dan mainframe dari Light
Cube Cluster."
"Fuun...itu mencangkup area atas, kan? bagaimana dengan area bawah?"
"Itu adalah sebuah konstruksi yang terbagi menjadi bagian atas dan bawah pada
wilayah pusat. Bagian tengah adalah kompartemen titanium yang seperti dinding.
Yang ada diatas adalah poros atas, dan dibawah ada poros bawah. Saat ini, kita ada
di Ruang Kontrol ke-2 di poros atas. Para petugas menyebutnya Sub-Con.
"Oh begitu. Jadi tempat pertama kali kami dibawa, Ruang Kontrol Pertama yang ada
di poros bawah adalah Main-Con, kan?"
"Sebuah jawaban yang luar biasa, Profesor Koujiro."
Rinko memberikan senyum masam kepada suster yang tersenyum sembaru berkata
seperti itu, lalu berbalik ke arah kiri.
Gadis yang berdiri disana dengan tenangYuuki Asuna menyenderkan tangan nya
di tembok kaca, memperhatikan mesin nomor 4 di sisi lainnya dengan seksama.
Lebih tepatnya, ia memperhatikan seorang anak laki-laki yang terbaring di sebuah
kasur dan terhubung ke mesin nomor 4 itu.
Banyak elektroda yang menempel dibalik baju putih pasien, dan sebuah microinjector menempel pada tangan kiri. Bagian diatas bahu semuanya tertutupi oleh
STL dan gak bisa dilihat, tapi Asuna tau kalau orang itu adalah Kirigaya Kazuto yang
sedang ia cari-cari.
Asuna terus menatap kearah Kirito tanpa menyadari tatapan Rinko, dan bulu mata
panjangnya akhirnya sedikit tertutup sambil membisikkan sesuatu pelan-pelan. Air
mata keluar dari matanya, dan terhuyung kesamping sebelum jatuh.
Rinko sangat ingin menghibur Asuna yang sedang dalam kondisi seperti itu, dan
sebelum ia melakukannya
"Jangan khawatir, Asuna-san. Kirigaya-kun pasti akan kembali."
Suster yang memakai kacamata itu berkata demikian dengan nada yang agak
mengejutkan. Ia berjalan kesamping Asuna, menggantikan Rinko yang mengambil
langkah kebelakang, dan menggerakkan tangan nya ke bahu gadis itu. Namun,
Asuna tiba-tiba membalikkan badannya seolah olah menghindarinya dan
menggunakan ujung jarinya untuk mengelap air mata nya, menjawab dengan nada
yang mengejek entah mengapa.
"Tentu saja. Tapi... kenapa kau ada disini, Aki-san?"
"Eh...? Kalian berdua sudah saling kenal?"
Rinko bertanya dengan bingung, dan Asuna mengangguk,
"Un. Aki-san ini adalah seorang suster yang bekerja di RS Chiyoda. Kenapa orang
ini ada di perairan Kepulauan Izu, aku gak tau."
"Tentu saja, Aku disini untuk merawat Kirigaya-kun."
"Lalu, apa pekerjaan mu? Atau seperti Kikuoka-san? Apa kamu juga menyamar
menjadi seorang suster?"
Suster yang dipanggil Aki itu gak menunjukkan sedikitpun rasa takut saat ia
menerima tatapan tajam Asuna, dan menunjukkan sedikit senyum sembari
menurunkan bahu nya.
"Bagaimana mungkin? Aku gak seperti oji-sama itu, Aku suster asli. Aku punya
ijazah nasional. Akan tetapi, aku lulus dari Tokyo Self-Defense Senior Nurse
Academy.
"...Aku bisa percaya itu sedikit."
Asuna mengangguk, dan Rinko melanjutkan tanpa rasa peduli.
"Yah, Aku sama sekali gak mengerti... pada akhirnya siapa sebenarnya Aki-san ini?"
"Suster beneran, kupikir, tapi bukan cuma itu saja."
Asuna berbalik menghadap Rinko lagi lalu berkata dengan lancar.
"Kalau dia adalah suster yang lulus dari Akademi Perawat yang berhubungan
dengan Pasukan Pertahanan Diri, secara teknis seharusnya ia bekerja di RS
Pasukan Pertahanan-Diri. Namun, Aki-san adalah suster di RS Chiyoda pada saat
insiden SAO, itu berarti hal ini juga merupakan kerjaannya Kikuoka-san... apakah
aku benar?"
"Jawaban yang luar biasa, Asuna-san."
Suster Aki mengulang apa yang ia katakan kepada Rinko sebelumnya lalu
tersenyum. Asuna terus menatap ke arah suster yang tinggi dan langsing itu
sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata,
"Dan juga, ada satu hal lagi. Aku membaca sebuah data kalau mereka yang menjadi
anggota di Akademi Perawat di Pasukan Pertahanan-Diri diperlakukan sama seperti
orang baru yang masuk militer dibawah pedoman promosi akademi. Kalau begitu,
Aki-san adalah suster dan juga..."
Jangan bilang siapa-siapa. Ucap suster aki sembari menggunakan tangan kanannya
untuk menutup mulut Asuna. Ia mengangkat tangannya setinggi kepalanya, dan
menunjukkan posisi memberi hormat
"PETTY OFFICER SECOND CLASS AKI NATSUMI! SAYA PRIBADI AKAN
MELINDUNGI NYAWA KIRIGAYA-KUN!... yah."
Suster yang juga seorang Petugas Pertahanan-Diri itu memberikan kedipan
tegasnya, dan Asuna menatap wajahnya dengan setengah ragu sebelum menghela
nafas dan menundukkan kepala nya dan berkata,
"Mohon kerjasama nya."
Ia kemudian kembali berbalik untuk melihat kearah mesin STL nomor 4 yang
terpisah darinya oleh sebuah dinding kaca, memperlihatkan tatapan yang rindu
kearah seorang anak yang berbaring di tempat tidur gel yang panjangnya 3m,
"...Kamu harus kembali, Kirito-kun."
Gumam Asuna dengan air mata yang menetes, dan Suster Aki mengangguk dengan
tegas, kali ini menaruh tangan kirinya diatas bahu Asuna.
"Tentu saja. Meskipun kondisinya seperti ini, Fluctlight milik Kirito-kun sedang
bekerja aktif di proses perawatan. Jaringan saraf nya sudah berhasil tumbuh
kembali, dan takkan lama ia akan bangun. Dan juga... anak itu adalah pahlawan
yang menamatkan SAO, kan?
Kata-kata itu meninggalkan rasa sakit yang tajam pada dada Rinko. Ia kemudian
menghela nafas dalam, menyimpannya, berdiri disamping Asuna dan menatap
kearah mesin besar dibalik tembok kaca itu.
8pm.
Rinko mengangkat kepalanya dari jam yang ada di tangan kirinya dan mengangkat
tangan kanan nya dengan yakin lalu menekan tombol logam yang bertuliskan 'call'.
Beberapa detik kemudian, speaker yang terpasang disamping pintu memberikan
balasan yang simpel,
...Ya.
"Ini aku, Koujiro. Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?"
"Tentu saja, Kubuka pintunya sekarang."
Saat suara itu berbunyi, indikator panel telepon itu berganti warna dari merah
menjadi hijau, dan dengan suara mesin, sebuah pintu terbuka.
Rinko memasuki ruangan, dan Asuna, yang berdiri disamping tempat tidur,
mengangguk sembari mengontrol rimot kendali utama di tangan kanan nya. Pintu
dibelakangnya tertutup, dan suara mengunci bisa terdengar.
Kabin itu desain nya sangat mirip dengan kamar Rinko. Ruang 6 tatami yang terbuat
dari resin berwarna putih, dan hanya ada satu tempat tidur, meja, sofa dan terminal
kecil yang bisa digunakan untuk mengakses jaringan kapal. Letnan naganishi, yang
memandu mereka kesini, berkata 'ini adalah kabin kelas pertama'. Rinko tak bisa
menahan untuk membayangkan kabin penumpang yang mewah seperti yang ada di
kapal pesiar, tapi sepertinya ruangan personal yang dilengkapi kamar mandi ini
sudah tergolong kelas pertama.
Namun, ruangan yang ditempati Asuna berbeda dengan ruangan Rinko. Ruangan
itu memiliki jendela yang panjang dan sempit disamping tempat tidur. Dengan kata
lain, ruangan ini ada di area tepi dari Ocean Turtle, area yang terhubung ke
generator panel-tingkat. Ia dengan sengaja pergi ke elevator naik untuk menikmati
matahari terbenam di lautan yang sangat indah dari jendela, tapi saat ini, hanya
kegelapan pekat yang ada di sekeliling, dan sayang sekali, langit mendung
menandakan kalau bintang-bintang gak akan bisa terlihat.
"Silahkan lakukan apa yang kamu mau. Aku gak keberatan."
Ucap Asuna. Rinko menaruh botol plastik Teh Oolong yang ia beli di vending
machine yang ada di pojokan elevator diatas meja sebelum ia duduk di sofa yang
keras itu. 'Tunggu dulu' tiba-tiba ia bergumam tanpa sadar sebelum menutup
mulutnya. Ia sendiri masih muda, tapi setelah melihat kecantikan Asuna yang
memakai T-shirt dan celana pendek, ia akhirnya sadar kalau suaranya sudah
mendekati 30 tahun.
"Minumlah kalau kamu mau."
Asuna mengambil botol itu sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya,
melepas kalung perak nya, menunjukkan bekas luka yang ada berada di samping
kiri tulang dada nya.
"Apa kau tau sesuatu...tentang bekas luka ini...?"
Asuna terus menatap bagian kanan atas dari jantung Rinko, dan akhirnya
mengangguk.
"Ya. Itu adalah tempat micro-bom yang dikendalikan dari jarak jauh ditanam. Jadi
sensei... Rinko-san diancam oleh Guild Leader...Kayaba Akihiko selama dua tahun."
"Itu benar...Aku dipaksa ikut bagian dalam rencana mengerikan itu dan merawat
tubuh orang itu selama ia dive in dalam waktu yang lama...itulah yang seluruh
dunia anggap. Itu sebab nya aku gak dituntut, nama ku gak disebutkan, dan aku
kabur ke Amerika seorang diri..."
Rinko memakai baju dan kalung nya itu kembali lalu meneruskan semampunya dan
berkata,
"Tapi fakta nya bukan seperti itu. Memang benar bom itu dikeluarkan di RS polisi,
dan ada kemungkinan bom itu meledak, tapi aku tau kalau bom itu gak akan
meledakitu hanya sebuah kedok. Setelah insiden berakhir, Aku gak pernah
mempermasalahkan hal itu lebih jauh karena senjata palsu yang orang itu tanam
adalah satu-satunya hadiah yang ia berikan kepadaku."
Meskipun setelah mendengar hal itu, ekspresi Asuna sama sekali gak berubah.
Mata yang jernih dan murni itu terlihat seolah olah dapat melihat kedalam hatinya
terus memandang Rinko dengan penuh perhatian.
Kayaba-kun dan Aku mulai berkencan saat aku masuk universitas, dan jika
menghitung waktu yang kami habiskan untuk studi lebih lanjut, kami menjadi
sepasang kekasih selama 6 tahun...tapi hanya aku yang berfikir seperti itu. Aku
sudah jelas lebih tua darimu, tapi Aku jauh lebih bodoh darimu karena aku sama
sekali gak bisa tau isi hati Kayaba-kun. Hanya satu hal yang ia mau, dan Aku sama
sekali gak tau hal itu
Sembari ia melihat ke lautan yang sangat luas di malam hari, Rinko mulai berbicara
tentang kata-kata yang ingin ia sampaikan selama 4 tahun. Tak terduga ia
mengucapkan sebuah nama yang biasanya menyebabkan rasa sakit di kepalanya
pada saat ia berfikir tentang hal itu.
Pada waktu ia terdaftar di universitas industrial yang terkenal di Jepang, Kayaba
Akihiko sudah menjadi kepala dari cabang pengembangan ke-3 dari Argus
Corporation. Kayaba menandatangani lisensi persetujuan di SMA sebagai game
programmer, dan Argus bangkit dari perusahaan kelas 3 menjadi perusahaan
pembuat game yang top di seluruh dunia, jadi dapat dimengerti kalau dia diberikan
posisi manajemen setelah dia masuk universitas.
Bisa dibilang kalau Kayaba punya gaji tahunan lebih dari 100 juta yen saat dia masih
berumur 18, dan termasuk biaya lisensi, ia seharusnya sudah berada di level yang
mengejutkan. Wajar, banyak gadis-gadis di kampus yang mendekatinya dengan
berbagai maksud, tapi banyak yang mundur setelah menerima tatapan nya yang
lebih dingin dari pada es yyang menandakan kalau ia sama sekali gak tertarik.
Oleh sebab itu, Rinko gak bisa mengerti kenapa Kayaba gak pernah menolaknya,
gadis yang satu tahun dibawahnya dan biasa-biasa aja. Mungkin karena gadis itu
gak pernah mendengar tentang Kayaba sebelumnya? Atau mungkin karena gadis itu
mempunyai otak yang handal yang diperbolehkan keluar masuk lab Shigemura?
Satu hal yang pasti adalah kalau Kayaba tertarik padanya bukan karena
penampilannya.
Kesan pertama Rinko tentang Kayaba setelah ia memeluknya adalah bahwa ia
adalah sebuah toge yang kekurangan gizi. Wajah nya yang pucat, pakaian putih
kusut nya, perangkat inspeksi yang selalu ada dengannya seperti sebuah
kebutuhan; ia mengingat kejadian itu dengan jelas seolah-olah baru saja terjadi
kemarin, dan tentang bagaimana ia memaksa nya pergi ke Shounan untuk menyewa
mobil.
"Kalau kamu gak sesekali pergi keluar untuk berjemur, niatan untuk pergi keluar gak
akan muncul!"
Rinko berkata seperti itu dengan sikap yang tak terduga, dan Kayaba, yang ada di
kursi penumpang, terlihat terkejut dan menatap nya balik. Pada akhirnya setelah
beberapa lama, kamu gak akan ingin kulitmu menerima cahaya matahari yang
berlebihan. ia akhirnya berbicara, menyebabkan Rinko terkaget.
Beberapa saat setelahnya, ia menyadari sisi lain ketenaran yang menyertai Kayaba
muda; bisa dibilang kalau gak ada cara efektif untuk mengubahnya secara sosial.
Dia selalu menjadi toge yang kekurangan gizi, kapanpun Rinko masuk ke kamar
Kayaba, ia akan menegurnya dan membuatnya memakan masakan yang Rinko
masak.
Orang itu gak pernah menolak ku. Mungkin dia mencoba untuk meminta
pertolonganku, tapi aku gak menyadarinya, mungkin? Rinko bertanya pada dirinya
sendiri berkali-kali, tapi ia gak pernah mendapatkan sebuah jawaban. Orang yang
gak pernah bergantung kepada orang lain selain kepada dirinya sendiri sampai saat
terakhir. Dia hanya ingin satu hal. sebuah dunia yang gak ada disini, ia ingin
melangkah menuju pintu yang terlarang untuk manusia yang bukan tuhan.
Berkali-kali, Kayaba berbicara tentang kastil raksasa yang mengapung diudara yang
muncul di mimpi nya. Kastil itu terdiri dari banyak lantai, dan tiap lantainya terdapa
jalanan, hutan dan rerumputan yang membentang ditempat itu. Orang-orang harus
menggunakan tangga yang panjang di sisi samping nya, dan di langitnya tampak
istana indah yang seperti mimpi.
"Apakah ada seseorang disana?"
Pada saat Rinko bertanya, Kayaba tersenyum dan menjawab, Aku gak tau.
Saat aku masih sangat muda, Aku selalu bermimpi untuk pergi ke istana itu tiap
malam. Tiap malam, aku mendaki anak tangga satu demi satu dan menuju ke arah
langit. Tapi pada suatu hari, Aku gak bisa menggapai istana itu lagi di mimpiku. Aku
hampir melupakan mimpi tak berguna itu.
Namun, pada hari dimana Rinko menyelesaikan tesis sarjana nya, Kayaba
melakukan perjalanan ke istana yang ada di angkasa itu dan gak pernah kembali
lagi. Ia hanya menggunakan tangannya untuk menjadikan istana mengapung itu
menjadi kenyataan, mengambil 10.000 pemain, dan meninggalkan Rinko sendirian
di bawah
"Aku tau tentang insiden SAO dari berita dan melihat nama dan foto Kayaba-kun.
Aku gak bisa percaya hal itu, tapi setelah aku mengendarai mobil ke tempat tinggal
nya, aku menyadari kalau itu benar-benar terjadi saat aku melihat banyak mobil
patroli yang parkir disana."
Rinko merasakan sedikit rasa nyeri di suaranya yang gak muncul dalam waktu yang
lama, dan melanjutkan dengan perasaan yang terganggu,
"Orang itu gak pernah bilang apapun kepada ku sampai akhir. Itu sama seperti saat
ia memulai perjalanannya. Ia gak pernah mengirim satupun e-mail kepadaku.
Un...Aku benar-benar seorang idiot. Aku membantu nya membuat desain Nerve
Gear juga, dan aku tau kalau dia membuat game di Argus. Tapi, aku gak pernah tau
apa yang ia pikirkan... saat Kayaba-kun menghilang tanpa jejak, aku pergi keliling
Jepang untuk mencarinya. Aku berhasil memikikan hal itu. Suatu hal yang aneh
yang aku pikirkan; dulu, ada tanda di sebuah gunung di Nagano di navigation log
mobilnya. Insingku berkata kalau disitulah tempatnya. Kalau aku memberitahu polisi
tentang tempat itu, insiden SAO mungkin akan menuju ke arah yang berbeda..."
Mungkin kalau polisi masuk kedalam villa di gunung itu, Kayaba mungkin sudah
membunuh semua pemain seperti yang ia nyatakan. Namun, dia sendiri bilang kalau
hal itu gak akan ia biarkan. fikir Rinko.
"Aku menghindari penjagaan polisi dan pergi ke Nagano seorang diri. Aku
menghabiskan waktu 3 hari untuk mencari villa itu berdasarkan ingatanku, dan tanpa
sadar, aku benar-benar sudah penuh lumpur...namun, Aku berkerja keras bukan
untuk membantunya. Aku...ingin membunuh Kayaba-kun."
Dan seperti saat pertama kali mereka bertemu, Kayaba gak pernah menunjukkan
keraguan di wajahnya saat ia menyambut Rinko. Ia gak bisa melupakan perasaan
dingin dan berat dari sebuah pisau yang ia genggam dibelakangnya.
"Tapi...maaf, Asuna-san. Aku gak bisa membunuhnya."
Rinko gak bisa menahan suaranya yang gemetaran itu, namun, ia melanjutkannya
saat ia mencoba menahan air matanya.
"Aku gak bisa bohong tentang insiden itu lagi. Kayaba-kun tau kalau aku punya
pisau dan hanya berkata 'orang yang merepotkan' seperti biasanya, lalu memakai
Nerve Gear lagi dan kembali ke Aincrad. Sewaktu dive in pada waktu yang lama itu,
ia gak pernah peduli terhadap jenggot panjang yang tumbuh, dan banyak alat-alat
yang menempel di lengan nya, Aku...Aku hanya..."
Rinko gak bisa berkata apapun lagi dan berusaha untuk mengatur nafasnya.
Akhirnya ia kembali tenang. Lalu asuna berkata,
"Kirito-kun dan Aku gak pernah menyalahkanmu, Rinko-san."
Gadis yang 10 tahun lebih muda itu mengangkat kepalanya, menunjukkan
senyuman yang samar-samar lalu menatap kearah Rinko.
"...Tentang hal itu...Aku mungkin gak sama dengan Kirito-kun, tapi aku benar-benar
sangat membenci ketua...Kayaba Akihiko, dan aku belum menyelesaikan masalah
ku dengan nya."
Rinko mengingat kalau Asuna adalah anggota dari guild yang Kayaba ciptakan
didunia itu.
"Memang benar kalau insiden itu menyebabkan kematian 4000 orang. Kalau aku
membayangkan...seberapa besar perasaan takut dan putus asa yang mereka
rasakan saat mereka mati, Aku benar-benar gak bisa memaafkan tindak kriminal
ketua. Namun... memang egois bagiku mengatakan hal ini, tapi pada waktu yang
pendek itu aku hidup di dunia itu bersama Kirito-kun, itu mungkin adalah momen
paling indah yang kurasakan dalam hidupku."
Asuna memindahkan tangan kirinya dan membuat gerakan, terlihat seperti akan
memegang sesuatu yang dekat dengan pinggang nya.
"Dan seperti perasaan bersalah ketua, Aku merasa bersalah, Kirito-kun merasa
bersalah, dan kau juga merasa bersalah, Rinko-san... Namun, aku merasa gak ada
yang bisa mengkompensasi nya dengan hukuman. Kemungkinan besar, kita
mungkin gak akan melihat hari penebusan itu, tetapi meskipun demikian, kita harus
terus melawan rasa bersalah kita."
Malam itu, Rinko bermimpi tentang saat yang ia lama lupakanwaktu ia menjadi
seorang murid, waktu ia gak tau apapun.
Orang yang gampang bangun, Kayaba selalu bangun lebih pagi dari pada Rinko,
minum kopi dan membaca koran. Rinko selalu bangun saat matahari terbit
sepenuhnya, dan Kayaba tersenyum seperti ia sedang menghadapi anak kecil yang
mengantuk, dan akan berkata, selamat pagi.
Suara yang berat itu menyebabkan Rinko melebarkan matanya. Ia menyadari kalau
ada sosok yang tinggi di tengah kegelapan.
"Masih malam..."
Rinko kemudian menutup matanya lagi sambil tersenyum dan bergumam. Udara
berhembus sedikit, dan sebuah langkah kaki beranjak pergi. Kemudian, ia
mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup.
Ia hendak kembali ke tidur nyenyak nya lagi, tapi tepat sebelum itu terjadi
!!
Rinko menghela nafas dalam saat ia bangun. Perasaan nyaman tiba-tiba lenyap,
dan hatinya menangis keras seperti suara alarm. Ia gak bisa tau lagi mana dunia
mimpi dan kenyataan pada saat itu. Ia mencari sebuah rimot dan menyalakan lampu
di ruangan nya.
Gak ada seorang pun di kabin yang tak berjendela. Namun, Rinko merasakan ada
aroma samar-samar seseorang yang tersisa di udara.
Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan kearah pintu dengan kaki telanjang. Ia
menekan panel dengan gelisah, membuka pintu dan berjalan menuju lorong
melewati sela-sela pintu yang terbuka.
Gak ada seorang pun di lorong yang diterangi cahaya oranye, di kiri, dikanan atau
dimanapun yang dapat ia lihat.
Sebuah mimpi...?
Ia berfikir begitu, tapi ada suara yang berbunyi dari software itu jauh didalam telinga
nya. Rinko tanpa sadar memegang liontin yang selalu ada bersamanya.
Yang ada didalam nya, yang dilas dan tidak bisa dibuka lagi, adalah miniatur bom
yang disegel diatas dada Rinko. Liontin itu sepertinya mengeluarkan panas nya
sendiri seolah olah membakar telapak tangan-nya.
BAB 3
Turnamen Seni Pedang Zakkaria (Bulan ke-8
Kalender Dunia Manusia 378)
Bagian 1
Benar-benar bocah yang gak bisa dipahami.
Melihat kebawah kearah wajah tidur yang polos dari atas balok yang tinggi, ia tanpa
sadar berfikir seperti itu.
Dua bocah itu menggunakan jerami kering dan keras yang ditumpuk di gudang yang
sangat tua sebagai tempat tedur, tertidur nyenyak. Secara penampilan, mereka gak
terlihat terlalu aneh. Bocah yang tertidur secara horizontal itu memiliki rambut
berwarna kuning muda, dan mata yang sedang tertutup itu berwarna hijau tua.
Keduanya adalah warna yang bisa ditemukan dimana saja di area NNM...
Norlangarth Northern Middle. Tinggi badan dan fisik mereka semuanya sesuai
rata-rata yang dimiliki bocah seumuran mereka.
Sebaliknya, bocah yang tertidur di kiri yang kakinya terbuka lebar mempunyai
rambut dan mata yang berwarna hitam pekat, benar-benar langka. Kesempatan
melihat warna gelap lebih umum di area Timur dan Selatan, dan peluang untuk
melahirkan anak dengan mata dan rambut hitam di wilayah Utara sangatlah langka,
bahkan ada yang bilang kalau peluang itu gak ada sama sekali. Berhubung populasi
dari Kerajaan Manusia telah berkembang sampai sedemikian luas, mungkin hal itu
bisa terjadi. Bentuk tubuh nya sangat mirip dengan bocah yang disebelah nya,
seolah-olah mereka adalah saudara kembar.
163 hari yang lalu, ia diperintahkan oleh Master untuk secara langsung
mengamati dua bocah itu. ia datang jauh-jauh kesini dari Central Centoria, dan
entah kenapa merasa kecewa. Entah itu karena penampilan atau veralism, mereka
gak terlihat terlalu berbeda dari orang-orang yang seumuran dengan mereka, tapi ia
merasa kalau perencanaan dan kemampuan mereka untuk menghindari bahaya
dalam kondisi yang berbahaya itu dibawah rata-rata.
Sudah setengah tahun lamanya ia mengikuti dua bocah itu, berhati-hati agar gak
ketauan.
Musim hujan sudah lewat, dan saat musim panas hampir lewat, ia pelan-pelan
mengerti kenapa Master menyukai kedua bocah itu.
Kurangnya perencanaan dan mematuhi peraturan hanyalah wujud dari rasa ingin tau
mereka. Dan juga, imajinasi dan gerakan bocah berambut hitam itu mengagetkan
bahkan baginya, yang sudah hidup di dunia ini selama lebih dari 200 tahun. Sejak ia
mulai memperhatikan mereka, sering kali it merasa khawatir kalau bocah itu akan
melanggar Taboo Index.
Memikirkan hal itu dengan seksama itu bukanlah masalah. Bocah itu gak akan
bisa melakukan hal seperti itu. Dia melakukan hal yang mirip dengan [dia] yang
Master anggap sebagai musuh bebuyutan nya, menghancurkan perbatasan
permanen yang berserakan di seluruh dunia dalam beberapa hari...
Pada saat ini, bocah berambut hitam yang tertidur mulai menggerakkan kaki nya
seolah-olah melihat sesuatu. Baju yang berperan sebagai piyama nya itu terbuka
sedikit, dan ia hanya bisa menghela nafas, dan bocah itu mulai bergerak-gerak lagi
tanpa peduli kalau pusar nya kelihatan.
Musim panas sudah berakhir, dan angin malam terasa agak dingin di wilayah yang
bisa disebut wilayah Norlandgarth utara. Banyak celah di gudang ini, dan kalau
bocah itu terus tidur di atas jerami dengan pusar terbuka, kemungkinan Life
miliknya mendapat sedikit penyakit akan sangat besar. Hari berikutnya Kalender
Dunia Manusia 387, Agustus 28th bisa dibilang adalah rintangan terbesar selama
perjalanan untuk mereka.
Mereka hanya bisa menghasilkan uang dengan bekerja di peternakan ini selama
musim panas, dan meskipun ia berkali kali ingin memberitau agar mereka
setidaknya tidur di penginapan di kota, ia gak bisa berinteraksi dengan mereka
secara langsung. Sembari ia memperhatikan mereka dengan cemas, kedua bocah
itu melanjutkan tidur mereka di gudang yang simpel itu
Dan pada akhirnya, berakhir seperti ini.
...Mau gimana lagi. Kalau aku ikut campur dengan cara sepert ini, Master akan
memaafkan ku, pasti.
Ia berdiri diatas balok tinggi dan melambaikan tangan kanan nya. Mengucapkan
sebuah mantra, ujung jari nya mengeluarkan cahaya berwarna hijau, membentuk
cahaya dari Elemen Angin.
Ia secara hati-hati membiarkan Elemen Angin itu jatuh disamping bocah berambut
hitam, 30 cen menuju jerami kering, dan pelan-pelan melepaskan nya.
Sedikit angin sepoi-sepoi tercipta dari cahaya itu, menggulung tumpukan jerami
yang pelan-pelan menyelimuti pusar bocah yang terbuka itu. Benda itu bukan
selimut yang bagus, tapi sepertinya cukup untuk menghalangi angin dingin yang
berhembus dari celah gudang.
Ia menurunkan tangan nya dan meneruskan untuk menatap kearah dua bocah yang
gak sadar apa yang terjadi sebelum mulai memikirkan apa yang akan dilakukan
setelahnya.
Life itu beku permanen, dan penyihir itu sudah menjalankan tugas yang mirip dari
Master itu selama hampir 200 tahun. Namun, ia gak pernah punya ingatan
apapun tentang dirinya merasa tertarik dengan pihak yang diamati. Tapi, ia harus
menjadi sebuah fungsi yang tak memiliki emosi. Tubuh ini bukan tubuh yang
dimiliki manusia... Atau lebih tebatnya, bukan sebuah Unit Manusia di UnderWorld
ini.
Meskipun ia bisa memprediksi kalau bocah itu akan terkena flu tepat sebelum ujian
penting nya, masalahnya adalah kenapa ia gak mengacuhkan hal ini, tapi malah
menggunakan sihir untuk ikut campur. Atau bahkan, jika bocah itu ambruk, jika sihir
itu gagal, misi panjang nya untuk mengamati mereka akan berakhir, dan ia bisa
kembali ke pojokan dari perpustakaan besar yang ia rindukan...
Dengan kata lain... bukannya pulang, perjalan nya dengan dua bocah itu akan
berakhir seperti ini saja?
Mustahil. Hal ini terlalu gak logis. Ini seperti aku terpengaruh oleh gerak-gerik tak
wajar dari mereka berdua.
Aku gak boleh terus memikirkannya. Ini bukan bagian dari misi. Yang harus aku
lakukan hanyalah mengikuti dan memperhatikan mereka berdua. Aku harus
memperhatikan kedua orang ini bocah berambut kuning muda Eugeo dan bocah
berambut hitam Kirito, pergi ke tempat tujuan mereka.
Ia melengkungkan tubuhnya mundur 5 mil dan melompat dari balok. Ia gak boleh
membuat Life nya capek dengan tubuh yang kecil ini, dan ia gak perlu
menggunakan sihir. ia mendarat seperti jerami yang mendendap, dan pelan-pelan
memindahkan kaki kurus nya ke posisi yang biasanya ke dalam rambut hitam
yang agak panjang dari bocah yang bernama Kirito.
Ia mengencangkan badannya di berbagai helai rambut yang mempunyai warna yang
sama dengan nya, dan untuk suatu alasan, menegur dirinya sendiri untuk tubuh kecil
nya.
Kedamaian, kenyamanan, keyakinan; di tengah-tengah semua ini, ada semacam
emosi yang kuat dari semua hal itu... Dan ia gak bisa berfikir kenapa ia merasa
demikian.
Benar benar bocah yang gak bisa dipahami.
Ia lagi-lagi mempunya pemikiran seperti ini, menutup matanya, dan kemudian
tertidur.
Bagian 2
Besok adalah hari terakhir dari bulan Agustus, dan merupakan pagi hari yang sangat
jelas.
Kirito meregangkan pungung nya dan membuka mata nya. Ia terlihat agak terkejut
saat ia meraih tumpukan jerami yang menyelimuti tubuh nya, dan bangun dengan
segera. Ia menggelengkan kepalanya untuk membangunkan dirinya, dan si
pengamat yang bersembunyi di rambut nya mengeluarkan lengan dan kaki nya
keluar.
Ia pindah ke ujung dari beberapa helai rambut hitam itu dan pindah ke sisi samping
nya. Itu adalah tempat yang ia tetapkan untuk mengobservasi. Berhubung Kirito
kadang-kadang suka menggaruk kepalanya, ia harus selalu waspada. Life yang
dibekukan hanya berarti agar gak berkurang secara natural karena umur, dan Life
tetap berkurang saat tubuh mengalami luka. Namun, nilai maksimum dari Life milik
nya jauh lebih besar dari pada manusia, dan setelah tubuhnya menyusut, hampir
seluruh ketangguhannya masih tersimpan, jadi pukulan mendadak atau apapun itu
masih bisa ditahan.
Kirito gak menyadari si pengamat sebesar butiran beras yang bersembunyi di
rambut nya dan menyingkirkan tumpukan jerami itu. Ia menggapai tangannya ke
pundak partner nya yang sedang tertidur.
"Oi Eugeo. Bangun. Udah pagi."
Goncangan yang kasar dari Kirito menyebabkan bulu mata bocah yang warna nya
sama dengan rambut nya menyentak sedikit saat ia membuka matanya. Mata hijau
itu terlihat pusing, tapi setelah mengedip keras beberapa kali ia sepertinya meringis
dan menyempitkan nya.
"...Pagi, Kirito. Kau masih sama seperti biasanya, bangun pagi-pagi banget setiap
hari."
"Kamu nya saja yang kesiangan mulu, bangun, bangun! Kita harus menyelesaikan
apa yang harus kita lakukan pagi hari; ayo latihan beberapa style sebelum
sarapan. Aku masih gak terlalu ngerti Style ke-7.
"Itulah kenapa aku bilang padamu untuk latihan styles mu daripada latih tanding
melulu... Sulit dipercaya yah kamu itu, jadi 'all-nighter'[4] pada pagi hari
turnamen...Eh, agak aneh bilang gitu di pagi hari. Yah..."
"Lupakan tentang 'all-morning' atau 'all-nighter' atau apapun itu, kita hanya punya
satu kesempatan ini."
Ucap Kirito lalu memaksa Eugeo untuk bangun, mengumpulkan jerami yang ia
gunakan sebagai tempat tidur, dan menyimpan nya di tong kayu di dekat tembok. Ia
mengangkat tong kayu yang berisi jerami itu dan pergi menuju pintu keluar.
Pada saat ia berjalan keluar gudang, cahaya yang bersinar dari matahari
menyambut matanya. Si pengamat menjauhkan diri dari sinar itu dan bersembunyi di
dalam rambut hitam Kirito. Mungkin ia masih terbiasa di pojok perpustakaan besar
yang gelap, ia sepertinya terlalu sensitif terhadap cahaya matahari. Namun, Kirito
dengan riang mengambil nafas dari udara pagi dan mengatakan hal ini entah
kepada siapa.
"Udara pagi memang sangat sejuk. Beruntung aku gak kena flu pada hari yang
penting ini."
"Bisa-bisa nya kau berkata seperti itu. Aku gak akan menolong lagi kalau kau tidur
dengan pusar terbuka seperti kemarin." Ucap si pengamat dalam hati, dan Eugeo,
yang bergerak kebelakang Kirito, berkata,
"Cepat atau lambat kita pasti bakal muak tidur di gudang itu dengan tumpukan
jerami. Bagaimana kalau kita gunakan uang kita untuk tidur di penginapan mulai
besok?"
"Gak, gak perlu."
Kirito nyengir tentu saja, mustahil untuk melihat wajahnya dari belakang kulit
kepala nya, tapi Eugeo bisa tau kalau ia sedang nyengir nakal dan berkata,
"Karena, mulai besok, kita akan tinggal di Asrama Zakkaria."
"...Tolong beritau aku darimana kamu mendapat kepercayaan diri seperti iu. Ampun
deh..."
Yare yare. Eugeo menggelengkan kepalanya sembari mengangkat tong kayu berisi
jerami, seperti yang dilakukan Kirito. Mereka berdua terlihat bersantai, tapi berat dari
tong kayu kokoh yang berdiameter 1-mil ini sangat mengejutkan walaupun hanya
terisi kumpulan jerami. Seorang anak muda biasa yang seumuran mereka mungkin
hanya mampu berjalan 20 langkah sambil mengangkat tong itu.
Alasan mengapa dua bocah kurus ini bahkan gak berkeringat, itu karena Object
Control Authority[5] milik mereka sangat tinggi. Mereka berdua mampu
menggunakan pedang panjang yang bersender di dinding gudang sebuah objek
Kelas 45 Divine Instrument, semau mereka.
Lalu, bagiamana bisa mereka berdua yang terlihat seperti anak muda yang normal,
yang tinggal di pedesaan, memiliki Object Control Authority yang sangat besar?
Sudah setengah tahun aku mengamati mereka, tapi aku masih gak mengerti
kenapa. Tapi, setidak nya bisa dibilang kalau latihan biasa atau latih tanding sampai
sekarang gak akan bisa menghasilkan nilai sebesar itu. Mungkin mereka bertarung
melawan monster liar level tinggi, tapi monster-monster yang berkeliaran disekeliling
desa seharusnya sudah diburu sampai hampir punah. Lebih penting nya lagi,
mereka berdua gak punya Hunter sebagai Sacred Task kedua mereka, dan jika
mereka memburu monster liar lebih dari yang diizinkan, mereka harusnya sudah
melanggar dua pasal dari Taboo Index. Jika anak yang sangat aktif dan energetik
seperti Kirito gak bisa melakukan itu, berarti anak yang loyal dan jujur seperti Eugeo
juga gak mungkin
Ada satu kemungkinan lagi yang tersisa; mereka mengalahkan musuh yang
memberikan peningkatan besar pada Object Control Authority mereka yang
bahkan gak bisa didapatkan dengan mengalhkan monster liar saja... suatu
Penyusup dari Dark Territory. Tapi pada sisi lain, hal ini gak mungkin dilakukan.
Mereka berdua bukan penjaga, dan mustahil bagi mereka untuk melawan Dark
Army. Dan juga, Dark Knight yang suka berdatangan, dan goblin pemantau
seharusnya sudah dibereskan oleh Integrity Knights yang dikirim dari ibu kota
Centoria ke Mountain Range at the Edge.
Jika di dekat desa Kirito terjadi invasi mendadak... itu merupakan masalah yang
lebih besar dibanding pertumbuhan mereka yang abnormal. Mungkin itu adalah
sebuah pertanda. Hal itu dapat menjadi Waktu yang Dijanjikan yang akan tiba
suatu hari nanti, yang tadinya disangka akan terjadi lebih jauh lagi di masa depan...
Menyembunyikan dirinya di dalam rambut hitam dan merenungkan tentan hal ini,
kedua anak muda telah memindahkan tong yang berisi jerami itu ke kandang
disamping gudang. Mereka mengisi penuh ember berisi makanan untuk sepuluh
kuda dan mengambil sikat untuk menyikat tubuh kuda saat mereka mulai makan.
Pekerjaan ini adalah hal pertama yang harus Kirito dan Eugeo lakukan di pagi hari
berhubung mereka tinggal sementara di Peternakan Wilde yang berada di
pinggiran Zakkaria.
Setelah bekerja selama lebih dari 5 bulan, teknik yang mereka berdua lakukan
dalam menyisir kuda bisa membuat orang mengira kalau mereka memiliki Sacred
Task Merawat Kuda. Mereka berdua selesai menyisir kuda terakhir, dan semua
kuda telah menghabiskan makanan nya. Kemudian, suara lonceng jam 7 tepat
berbunyi dari gereja Zakkaria yang jauhnya 3 kilolu dari sini. Bell of Time-Telling
yang dibangun Gereja Axiom di seluruh desa dan kota dapat terdengar dengan jelas
dalam radius 10 kilolu yang suaranya gak akan melemah sama sekali, tapi akan sulit
mendengar nya diluar radius itu. Ini mungkin adalah pemikiran psikologis untuk
memastikan agar Unit Manusia gak berfikir untuk pergi terlalu jauh, tapi sepertinya
hal itu sama sekali gak berpengaruh ke pihak Kirito.
Mereka berdua menggunakan ember yang berisi air untuk membersihkan tangan
mereka dan menggantung sikat kuda ke gantungan di pillar. Mereka menggunakan
tangan kanan mereka untuk mengangkat tong kosong, dan meninggalkan kandang.
Pada momen ini, sambutan yang penuh semangat dapat terdengar, sepertinya
sedang menunggu mereka berdua.
Selamat pagi, Kirito, Eugeo!
Ke dua suara itu bertumpang tindih satu sama lain. Pemilik suara itu adalah anak
gadis kembar berumur 9 tahun dari pemilik peternakan Telin dan Telulu. Rambut
dan mata mereka berwarna coklat kemerahan, dan baju dan rok yang mereka pakai
benar-benar sama persis. Satu-satu nya cara untuk membedakan mereka yaitu
dengan melihat warna dari pita yang mereka pakai di ponytail mereka. Saat mereka
memperkenalkan diri mereka, gadis dengan pita merah adalah Telin, dan gadis
dengan pita biru adalah Telulu. Namun, dua gadis yang sangat mirip ini sering kali
menukar pita mereka untuk membuat Kirito dan Eugeo salah mengidentifikasi
mereka.
"Selamat pagi, Teli..."
Eugeo hampir membalas sambutan mereka seperti biasa, tapi Kirito menghentikan
nya dari belakang.
"Tunggu dulu! ada yang sedikit aneh disini..."
Kedua gadis yang mendengar ini menatap satu sama lain, lalu tertawa,
"Ada yang aneh?" "Itu cuma imajinasi mu?"
Suara mereka, wajah mereka, jumlah bintik-bintik di wajah mereka benar-benar
sama persis. Kirito dan Eugeo berfikir dan bergumam, menoleh kedepan dan
belakang.
Alasan mengapa ada Unit Manusia yang kembar... atau lebih langka nya kembar
tiga, bahkan Master sendiri gak mengerti sepenuh nya. Setelah berturut-turut ada
beberapa kasus kematian Unit Manusia yang terjadi di area sekitar, jumlah anak
kembar yang lahir semakin meningkat. Ini mungkin merupakan bagian dari sistem
pengaturan populasi manusia, dan kalau itu benar penyebab nya, harusnya gak
perlu membuat semuanya sama. Namun, gak ada kelemahan atau kekuatan yang
bisa digunakan untuk memastikan hal itu.
Meski begitu, si Pengamat hanya perlu melihat Status Window dari Unit itu
secara normal...dalam istilah mereka, disebut Stacia Window, jadi mudah saja
untuk membedakan kedua anak kembar yang menukar pita mereka itu. Dengan kata
lain, insting Kirito benar.
Percayalah dengan insting mu sendiri. Si pengamat yang berbaring diatas akar
rambut hitam kirito itu bergumam. Kirito gak mendengar suara itu, tapi ia
mengangkat tangan kirinya dan menunjuk gadis dengan pita merah.
"Selamat pagi, Telulu!"
Kemudian, ia menunjuk gadis dengan pita biru.
"Selamat pagi, Telin!"
Pada saat ia selesai, gadis kembar itu menatap satu sama lain dan berseru, "Kau
benar!" mereka menggerakkan tangan mereka yang bersembunyi dibalik badan
mereka ke depan, masing-masing memegang keranjang rotan persegi panjang.
"Ini hadiah mu karena sudah menebak dengan benar. Sarapan pie Mulberry!"
"Kami sangat antusias dalam memetik mulberries! Kami menghabiskan waktu
seharian untuk memetik nya jadi kalian berdua bisa memenangkan turnamen hari
ini!"
"Oh. Aku sangat senang. Terima kasih, Telulu, Telin."
Kirito meletakkan tong kayu kesamping kaki nya dan menjulurkan kedua tangan nya
untuk membelai kepala kedua gadis itu. Gadis kembar itu tersenyum dan menatap
Eugeo dengan ekspresi agak khawatir.
"...Apa kamu gak senang, Eugeo?"
"Jangan bilang kalau kamu benci mulberry?"
Segera, anak dengan rambut kuning muda nya itu melambaikan tangan nya dengan
buru-buru.
"Enggak, bukan seperti itu. Aku juga suka! ...Aku hanya memikirkan masa lalu.
Terima kasih."
Mendengar hal itu, gadis kembar itu menunjukkan senyum lega dan berlari ke meja
bundar yang terletak diantara kandang dan lahan pengembalaan. Kirito
memalingkan wajah dari kedua gadis yang sedang menyiapkan sarapan dengan
gerakan yang segar kemudian berjalan menuju Eugeo dan menepuk pundak nya
dari belakang.
"Kita harus memenangkan turnamen hari ini dan segera menjadi ranking top dari
prajurit jadi kita bisa pergi menuju Centoria tahun depan... Menuju Alice. Ya kan,
Eugeo?"
Eugeo mengangguk keras lalu berkata dengan suara yang lembut namun juga kuat.
"Ya, itu benar. Aku menghabiskan waktu lima bulan mempelajari Aincrad-Style
darimu untuk tujuan itu, Kirito."
Memang hanya percakapan singkat, tapi terkandung banyak pesan penting didalam
nya.
Diantara pesan-pesan tersebut, ada istilah yang si pengamat, yang sudah hidup
selamat lebih dari 200 tahun sebagai penyihir, gak tau yaitu nama dari sword style
yang gak bisa dibayangkan itu"
Dan juga, ada satu tujuan akhir dari mereka berdua Unit yang dipanggil Alice.
Jika Alice yang disinggung disini adalah Unit yang sama dengan Alice yang ada di
ingatan nya... keinginan mereka berdua akan sangat jauh dan samar.
Itu karena dia ada di tempat yang sangat, sangat tinggi di Centoria Cathedral
yang ada di Centoria pusat...
"Kirito! Eugeo! Apa yang kalian berdua lakukan!"
"Cepat kesini! Atau Telin dan Aku akan menghabiskan sarapan nya!"
Gadis kembar yang telah menyelesaikan persiapan nya berseru, dan Kirito segera
mendorong pundak Eugeo dan berlari.
Sentakan ini menginterupsi pikiran si pengamat dan menyebabkan nya kembali ke
kenyataan. Selama lebih dari 5 bulan, ia telah berkali-kali mengingatkan dirinya
sendiri bahwa berfikir bukanlah pekerjaan yang pengamat lakukan. Tapi pada
akhirnya ia selalu juga berfikir... Bukan, ia khawatir akan masa depan kedua bocah
itu.
Ia berpegangan erat pada sehelai rambut hitam dan menghela nafas untuk kesekian
kalinya hari ini.
Setelah sarapan yang berisik, gadis kembar itu meninggalkan sebuah kata-kata,
"Kami akan mendukung kalian!" dan pergi.
Mereka menyiapkan sepuluh kuda ke ladang peternakan dan membersihkan
kandang. Biasanya, mereka akan menggunakan pedang kayu untuk berlatih, namun
hari ini berbeda. Mereka berdua membersihkan tubuh dan rambut mereka disamping
sumur pada saat ini, si pengamat meninggalkan kepala Kirito dan sembunyi di
atas pohon yang dekat dan mereka mengganti pakaian kerja nya dengan pakaian
mereka sendiri. Mereka kemudian menghadap ke rumah petani yang gak terlalu
jauh.
Istri dari pemilik peternakan, Toriza Wilde mempunyai kepribadian yang polos
sebagai pemilik dari peternakan. Itu mungkin alasannya kenapa ia dengan tulus hati
menerima mereka berdua yang terlihat agak aneh. Hal itu sama dengan hari ini saat
ia menyemangati Kirito dan Eugeo, yang datang untuk menyapa nya, dengan suara
lembut dan menyiapkan bekal mereka. Saat ia menyuruh mereka pergi, ia kemudian
berkata "Kalau kalian gagal, lupakan tentang menjadi prajurit di kota ini. Jadilah
suami Telin dan Telulu!", dan perkataan ini membuat kedua anak muda itu
menunjukkan senyum yang agak ruwet.
Mereka meninggalkan rumah itu dan berjalan 3 kilolu di jalanan yang mengarah ke
kota. Mereka berdua pada dasarnya gak pernah bicara satu sama lain, dan situasi
itu sendiri gak pernah terjadi sebelum nya. Kemungkinan besar, itu karena perasaan
gugup. Tiap tahun, pada tanggal 28 Agustus, kota Zakkaria akan mengadakan
Kompetisi ahli pedang area Norlangarth Utara, dan banyak orang dari lebih dari
50 kota atau desa sekeliling yang ikut serta. Pada dasarnya, seluruh peserta adalah
orang yang memiliki Sacred Task Penjaga, dan Kirito dan Eugeo adalah satusatunya yang ikut tanpa peran seperti itu.
Hanya dua orang bisa bergabung ke pasukan prajurit Zakkaria, yaitu satu perwakilan
dari blok timur dan satu dari blok barat, dan mereka berdua gak boleh gagal kalau
mereka ingin mewujudkan mimpi mereka, yang merupakan rintangan terberat bagi
mereka. Namun, masalah nya adalah apa yang akan terjadi jika mereka berdua
berada di blok yang sama, dan kedua anak muda ini mungkin sama sekali gak
memikirkan hal itu
Mustahil... Semua itu hanya khayalan tanpa dasar, tapi jika kami terus mengamati
kedua bocah ini, mungkin suatu hari
Sepertinya, ia berfikir tentang hal seperti itu.
Goncangan yang tak diduga hampir membuat ia meloncat keluar dari kepala Kirito.
Ia dengan panik berpegangan erat ke rambut hitam dan melihat kedepan tanpa
berfikir apa-apa.
Yang terlihat oleh mata nya adalah seekor kuda yang mengangkat kaki depan nya.
"Hihihihihi", kuda itu mengeluarkan suara yang seolah-olah sedang menangis dan
kelihatan sedang mengusir penjaga Zakkaria yang sedang naik diatas nya.
Goncangan yang tadi mungkin adalah Kirito yang membungkukkan badan nya,
mencoba untuk menghindari amukan kuda.
Di gerbang Barat 10 Mel dari kota, penjaga yang mengendarai kuda ada di atas
jembatan batu di depan parit, dan kuda itu mulai mengamuk tanpa kendali saat Kirito
sedang menyebrang jembatan itu.
"Be...Berhenti, BERHENTI!"
Penjaga yang duduk diatas pelana itu mati-matian mencoba untuk menarik tali
kekang, mencoba untuk menenangkan kuda itu, tapi sepertinya gak berpengaruh
apa-apa. Binatang hidup seperti kuda butuh Control Auhority yang besar, tapi Unit
yang memiliki Penjaga sebagai Sacred Task nya seharusnya dapat memenuhi
kondisi ini.
Kalau begitu, ada beberapa alasan mengapa kuda itu gak mau mendengar
pengendara nya dan mengamuk. Contohnya, kurangnya makanan atau air yang
menyebabkan Life nya berkurang, atau kuda itu merasakan adanya monster buas
yang berbahaya sedang mendekat Namun, sepertinya dua kondisi ini gak ada
hubungan nya.
Saat ia lanjut untuk mencari kesimpulan, kuda yang mengamuk itu mulai
mengangkat kaki depan nya. Kirito, yang ada tepat dibawah nya yang menunduk
untuk menghindari nya, gak bisa sepenuh nya menghindar. Orang-orang yang lewat,
yang melihat situasi aneh yang sedang terjadi ini, berteriak. Bahkan Life pria dewasa
bisa berkurang setengah jika diinjak oleh kuda dengan momentum seperti itu...
"BA-BAHAYA...!"
Seseorang berteriak, dan dalam sekejap, Kirito bergerak, bukan kebelakang
namun kedepan. Ia menghindari nya dengan mengelak ke samping kaki kuda itu,
menggunakan tangan nya untuk menahan kepala kuda dengan kencang, lalu
berkata dengan nada yang tajam,
"Eugeo, belakang!"
Saat ia berkata seperti itu, si partner sudah bergerak terlebih dahulu. Sementara
Kirito menahan kuda itu, Eugeo pergi kebelakang dan dengan cepat menarik ujung
ekor nya yang dari terus bergerak-gerak dengan kedua tangan nya. Tangan nya
yang secepat kilat mengambil sesuatu dari ekor coklat kuda itu, kemudian, kuda
yang mengamuk itu tiba-tiba menjadi tenang.
Kirito dengan lembut membelai hidung kuda yang terengah-engah itu.
"Oke, oke, udah gak apa-apa sekarang Tuan penjaga, tolong lepaskan tali itu."
Penjaga yang masih muda yang ada diatas pelana itu menganggukkan kepala nya
yang pucat dan mengendorkan tali kekang yang terikat dengan ketat. Pada saat
yang sama, Kirito menggerakkan tangan nya menjauhi kepala kuda itu dan
melangkah kebelakang. Kuda itu kemudian berbalik kebelakang dan dipacu kembali
ke lokasi yang ditentukan di samping kanan dari jembatan batu. Penonton yang
ramai itu mengeluarkan suara lega.
Si pengamat yang masih berada di rambut Kirito menghembuskan nafas dengan
lega bersamaan dengan penonton. Tanpa sadar menjulurkan tangan nya untuk
melindungi dirinya sendiri dari depan. Ia hampir saja menggunakan sihir pelindung
nya untuk melindungi Kirito dari tendangan kuda itu. Gak, jika saat itu Kirito gak
mengambil tindakan, ia mungkin sudah menggunakan sihir itu. Sebagai pengamat,
hal itu adalah sesuatu yang gak boleh dilakukan.
Bocah yang gak tau tentang keberadaan penumpang kecil diatas kepalanya
menghela nafas nya sembari menaruh tangan nya didekat dada nya, berjalan ke
samping partner nya, dan berbisik,
"...Seekor Lalat Rawa?"[6]
"Tepat."
Eugeo membalas nya dengan pelan dan meliha kesekitar. Setelah ia mengecek
para pejalan kaki yang tadinya berhenti dan kembali berjalan dan penjaga yang
sedang fokus ke kuda kesayangan nya, ia memberikan sesuatu yang ada di tangan
kanan-nya kepada Kirito.
Yang ada di tangan nya adalah serangga bersayap yang panjang nya 4 cen dengan
belang merah dan hitam di daerah perutnya. Itu terlihat seperti lebah, tapi gak ada
sengatan beracun di badan nya. Namun, ada satu tonjolan tajam di mulut nya.
Diantara serangga berbahaya yang ada untuk membatasi gerakan Unit Manusia,
serangga ini gak berbahaya karena gak akan memberikan gangguan langsung
kepada manusia. Meskipun bisa saja memberikan sedikit serangan ke Life setelah
menghisap darah, serangga itu hanya menyerang kuda, hewan ternak, dan
kambing. Alasan mengapa kuda kesayangan penjaga itu mengamuk karena kuda itu
telah digigit oleh Lalat Rawa dibagian bokong.
"Rasanya aneh..."
Kirito bergumam sembari meraup serangga yang terbunuh saat tertangkap oleh
tangan Eugeo.
"Seharusnya gak ada rawa-rawa disekitar sini, kan?"
"Ya. Aku diberitau pada hari pertama kita bekerja di peternakan Wilde. Rawa
terdekat ada di dekat hutan di barat, dan kita seharusnya gak boleh membawa kuda
kesitu."
"Hutan di timur itu sekitar... 7 kilolu dari Zakkaria. Harusnya gak mungkin bagi Lalat
Rawa yang tinggal di rawa itu terbang jauh ke sini."
Merespon pertanyaan Kirito, Eugeo memiringkan kepalanya sedikit, dan kemudian
berkata dengan nada yang samar,
"Meskipun begitu... Masih mungkin bagi mereka untuk menyelinap ke barang
bawaan suatu pedagang yang datang kesini, kan?"
"...Yah, mungkin saja."
Seiring mereka berbincang, serangga yang ada di antara jari-jari Kirito kehilangan
warna merah nya dengan cepat. Life dari serangga itu sangat rendah, dan
Serangga Mati bahkan mempunyai Life yang lebih rendah, jadi mayat mereka
hanya akan bertahan sekitar satu menit.
Segera, Lalat Rawa yang berwarna abu-abu terang mengeluarkan suara pelan lalu
hancur seperti pasir, membebaskan dirinya dari tubuh yang kecil yang kemudian
lenyap.
"Fuu", Kirito meniup jari-jari nya, dengan acuh melihat kesekeliling, dan kemudian
sedikit mendengus.
"Yah, mau itu kau atau aku, kita benar-benar beruntung gak terluka tepat sebelum
turnamen yang penting ini. Syukurlah kita tinggal dengan kuda di peternakan setiap
hari."
"Ah, iya. Kalau kita menjadi prajurit, bagaimana kalau kita mencoba jadi pasukan
berkuda?"
"Kita datang jauh-jauh kesini, jangan bilang kata-kata 'kalau', Eugeo. Kita pasti
menjadi prajurit tak peduli apapun rintangan yang menghadang."
Eugeo menatap balik wajah nyengir Kirito dengan ekspresi yang terkaget.
"Rintangan... Kita harus memenangkan turnamen, jadi pasti akan ada banyak
lawan."
"Ah... Ya, itu benar. Yang ingin aku katakan adalah, jangan sampai lengah sebelum
turnamen. Mungkin saja akan ada banyak kejadian tak terduga seperti yang terjadi
barusan."
"Eh, sangat tak terduga kalau ternyata kamu itu orang yang sangat hati-hati, Kirito."
"Tentu saja. Aku gak bisa akrab dengan orang-orang ceroboh yang gak berfikir dulu
sebelum bertindak."
Setelah berkata seperti itu, Kirito menepuk punggung Eugeo,
"Oke, ayo isi perut kita dulu sebelum turnamen."
Bagian 3
Zakkaria adalah sebuah kota yang dikelilingi oleh tembok persegi panjang dari timur
ke barat.
Ukuran kota ini sepanjang 900 Mel dari Utara ke Selatan dan 1300 Mel dari Timur ke
Barat. Luas nya sekitar 5 kali lipat dari desa Rulid di utara tempat mereka berdua
berasal. Berhubung desa itu berada ditengah-tengah padang rumput, gak ada
sungai atau danau yang dekat dengan desa itu, dan sumber air yang digunakan
adalah air dari sumur. Demikian, desa itu terlihat seperti tempat yang kering, tapi
disana ada lebih banyak tanaman dibanding Kerjaan Utara yang dipenuhi oleh kotakota.
Jalanan dan bangunan pada dasarnya terbuat dari batu kapur berwarna coklat
kemerahan, dan penduduk yang datang dan pergi memakai pakaian berdasarkan
warna merah juga. Jadi, pakaian dengan warna dasar biru yang dipakai dua anak
muda itu, yang datang dari Utara, terlihat mencolok. Eugeo menundukkan
kepalanya, terlihat khawatir akan pandangan orang-orang lain, tapi Kirito kelihatan
acuh sembari melihat-lihat ke toko-toko yang ada dipinggir jalan.
"Oh, roti daging yang dijual di toko ini keliatan enak... tapi toko kebab itu menjualnya
lebih murah 2 Shears[7]. Ah...Eugeo, kamu mau makan yang mana?"
Ucap Kirito dengan santai lalu membalikkan kepalanya. Ia kemudian menyadari
sikap yang partner nya itu tunjukkan. Mata hitam nya berkedip dengan bingung.
"...Oi, Eugeo. Ini udah ketiga kali nya kita di Zakkaria. Gak perlu tegang begitu."
"Ah benar juga, ini udah ketiga kalinya... Tapi ini pertama kali aku melihat begitu
banyak orang setelah meninggalkan desa."
"Kalau kamu bilang kayak gitu setelah melihat orang-orang di Zakkaria, apa yang
bakal kamu bilang saat kita pergi ke Centoria? Dan juga, akan ada seratusan orang
yang akan ikut turnamen pedang nanti. Dan juga, Paman dan Bibi bilang mereka
akan membawa Telin dan Telulu siang ini untuk mendukung kita. Jangan sampai
mereka melihat mu yang dalam kondisi seperti itu."
Egueo, yang pundak nya ditepuk oleh Kirito, dengan ekspresi iri.
"...A-Aku mengerti. Aku hanya iri dengan sifat santai mu itu, Kirito..."
"Kau masih bisa berkata seperti itu dengan wajah pucat begitu, Eugeo-kun. Bersikap
santai adalah salah satu trik dari teknik pedang Aincrad-style."
"Eh, be-beneran?"
"Beneran, beneran?"
Seiring mereka mengobrol, mereka sudah berjalan menuruni jalan utama Timur
yang jarak nya sekitar 500 Mel. Bangunan panjang terlihat tepat didepan mereka. Itu
adalah Meeting Venue, fasilitas terbesar di Zakkaria. Alun-alun berbentuk persegi
panjang yang terlihat lebih kecil secara proporsional karena dipenuhi oleh para
penonton yang beridiri. Alun-alun itu adalah tempat serbaguna yang sering
digunakan untuk pidato, konser dan pertunjukan, dan tentu saja, digunakan untuk
turnamen ilmu pedang hari ini.
Berhubung gratis, banyak penduduk yang berkumpul disini bahkan 2 jam sebelum
pembukaan turnamen dimulai. Bagi Unit Manusia yang dengan ketat dikekang oleh
Sacred Task, Taboo Index dan hukum-hukum lain nya, turnamen yang
diselenggarakan setahun sekali adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk
mendapatkan hiburan.
Namun, atmosfir yang intensif yang datang dari arena sepertinya menambah
tekanan yang Eugeo rasakan, wajah nya sudah jadi lebih putih daripada Kirito dan
pucat.
"...Apa, apakah kita benar-benar harus bertarung ditempat ini...?"
Kirito menggenggam lengan partner nya yang berkata seperti itu dengan suara yang
serak, mengacuhkan emosi dan komplein darinya dan menyeret nya kesana, ke
tempat pendaftaran yang ada di pintu masuk Meeting Venue.
Mungkin saja sebagian besar dari peserta, yang tinggal di kota ini atau sudah
menjadi penduduk Zakkaria, sudah selesai mendaftarkan diri. Penjaga yang agak
tua yang berjenggot duduk di dekat meja kios sementara itu. Kirito tanpa rasa takut
berjalan ke meja itu dan berkata dengan lantang.
"Dua orang. Kami ingin mendaftar."
Mendengar hal itu, si penjaga menaikkan alis abu-abu nya, dan melihat Kirito dan
Eugeo dengan ekspresi yang ragu sebelum sedikit batuk, dan berkata,
"Orang yang bisa ikut serta dalam turnamen ini hanya orang yang punya Sacred
Task sebagai penjaga dari kota dan desa di utara, atau mangang penjaga di
Zakkaria, atau secara alternatif..."
Sudah lebih dari lima bulan lamanya semenjak si pengamat memperhatikan kedua
anak itu, dan dari berbagai keraguan yang ia rasakan, yang paling besar adalah
nama ini. Kira-kira ada 30 sword style di dunia ini, tapi ini pertama kali nya ia
mendengar nama Aincrad-style.
Mungkin itu adalah style yang diciptakan Kirito yang nakal itu setelah mendapat
beberapa sword skill. Itulah yang pertama aku pikirkan, tapi sepertinya gak gitu.
Sekolah Aincrad yang misterius ini berbeda dengan sekolah lain nya; bukan hanya
memiliki satu Secret Style,sekolah itu mungkin memiliki minimal 10...
sembari ia merenung, Eugeo telah mengisi pendaftaran nya setelah Kirito dan
tentu saja, sekolah yang diisi sama dan mengembalikan pulpen itu kembali
kepada penjaga. Penjaga itu menaruh kembali pulpen itu, mengambil kertas
pendaftaran nya kembali, dan menaikkan alis nya lagi.
"Fm. Dulu aku menggunakan pedang untuk waktu yang sangat lama, tapi aku gak
pernah mendengar tentang sekolah ini sebelum nya. Apakah di dekat Rulid ada
sekolah seperti itu?"
Pertanyaan si penjaga sudah bisa diperkirakan. Meskipun ada lebih dari 50 nama
peserta yang tertulis di kertas pendaftaran, setengah dari mereka menggunakan
Zakkalight Style, dan sekitar setengah nya lagi berasal dari Norgal Style yang
tersebar luas ke penjuru Kerajaan Norlandgarth. Gak ada nama sekolah kecil yang
aneh seperti ini.
Namun, Kirito menunjukkan ekspresi yang tenang.
"Sekolah itu baru akhir-akhir ini dibuat."
Ia menjawab, dan wajah Eugeo yang agak pucat mengangguk juga. Tentu saja, si
penjaga gak akan menolak pendaftaran hanya karena nama sekolah, dan setelah
mengangguk 'Aku mengerti', ia memberikan mereka dua piringan perunggu, masingmasing diukir dengan nomor. Kirito mendapat '55' dan Eugeo mendapat '56'
"Tolong pergi ke tempat istirahat peserta sebelum 11.30. Kami akan membagi
peserta ke blok timur dan barat melalui undian. Pada jam 12, kami akan
mengadakan babak penyisihan, yang menggunakan pertunjukan ilmu pedang untuk
mengurangi 8 peserta dari tiap blok. Kalian harus menampilkan 1 sampai 10
gerakan secara berurut. mengerti?"
Setelah mendengar pertanyaan penjaga, Eugeo dengan segera mengangguk, dan
Kirito menunjukkan ekspresi yang agak ragu lalu mengangguk.
"Sip. Berikut nya adalah pertunjukan utama. Kami akan mengadakan pertandingan
untuk mengurangi jumlah peserta dari 8 menjadi 4, menjadi 2 dan akhirnya menjadi
1... pemenang dari tiap blok akan dianugrahkan Sacred Task menjadi penjaga
Zakkaria."
30 menit kemudian, tepat saat bel mau berbunyi pada jam 11.30. mereka berdua
memasuki ruangan istrirahat peserta.
Ruangan lebar yang panjang nya kira-kira 20 Mel mempunyai 4 bangku panjang
yang kelihatan kokoh di sisi barat ruangan; dan para peserta menghadap ke timur.
Ada 4 kursi yang kelihatan mewah terletak disana. Kursi itu kosong untuk
sementara, namun ada penjaga di resepsionis.
Saat Kirito dan Eugeo melangkah masuk ke ruangan ini, mereka ditatap oleh 54
peserta lain nya.
Para orang dewasa semuanya kelihatan nya memiliki kemampuan yang hebat.
Diantara mereka, 10 dari mereka mengenakan seragam magang penjaga Zakkaria.
Kebanyakan dari mereka masih muda, tapi orang-orang dari kota tetangga yang
terpilih sebaga penjaga sepertinya sedang dalam kondisi prima mereka. Ada juga
orang dengan jenggot panjang dan orang yang memiliki bekas luka yang
menyeramkan.
Eugeo menguatkan punggung nya karena kaget ditatap oleh orang-orang kuat dan
menyeramkan itu, tapi Kirito terlihat tenang dan melihat-lihat kesekliling dan dengan
halus berkata,
"...Bagus..."
"A-Apanya yang bagus?"
Kirito menengok ke arah Eugeo, yang mengatakan hal itu dengan suara yang
tegang, dan dengan halus menjawab,
"Gak ada peserta perempuan."
"...Oalah, Kirito..."
"Kamu juga sama. Akan sulit bagimu kalau lawan nya perempuan."
"Me-Memang benar... atau begitulah kira-kira. Aku gak pernah memikirkan
kemungkinan seperti itu sebelum nya."
"Kalau mungkin. Aku benar-benar berharap situasi seperti itu gak akan terjadi
sampai kita mencapai Turnamen Persatuan Empat Kerajaan itu atau yang semacam
nya."
"Jangan bilang begitu. Kudengar sebelumnya kalau Kerajaan Barat mempunyai
pasukan ksatria yang semua anggota nya perempuan."
.........Ah!?
Dan begitulah, mereka memulai pembicaraan normal mereka tanpa rasa tegang dan
54 peserta menakutkan itu kehilangan rasa tertarik mereka terhadap kedua anak
muda tersebut, memalingkan wajah mereka yang sepertinya berkata 'dua anak
muda ini seperti nya akan terelminiasi di babak penyisihan' dan mulai mengecek
pedang yang dipinjamkan panitia dan mengatur sarung tangan kulit mereka.
Kirito melihat-lihat kesekeliling lagi, terlihat seperti memikirkan sesuatu, berjalan
menjauhi Eugeo, dan menuju ke bangku panjang yang diduduki para peserta. Kirito
pindah ke tengah-tengah kursi panjang dan menghela nafas berat dengan cepat dan
gak ada yang bisa bilang kenapa dia melakukan hal itu.
Sebelum pemimpin itu menyelesaikan kata-kata nya, Kirito dengan segera berdiri
dan berjalan keara box. Eugeo buru-buru mengikutinya, dan segera, peserta lain nya
mulai pada berdiri. *Gatagata*
Ia pindah dari rambut Kirito ke ujung rambut dan melihat, dan it dapat melihat lubang
yang kira-kira berdiameter 10 cen di box kayu itu. Namun, sangat gelap didalam,
dan mata pengamat hanya bisa mengidentifikasi bentuk dari bola itu. Pada saat
yang bersamaan, Kirito mengilik lidah nya, dan si pengamat mengerti maksud nya
untuk mengambil duluan. Kalau banyak bola yang tersisa di dalam box, masih
mungkin untuk melihat warna dari bola yang berada di paling atas melalui lubang. Ia
mungkin menunggu momen-momen itu.
Benar-benar, bagaimana dia masih bisa santai? Ia pasti bocah yang handal, tapi
sayang sekali, ia kurang pengetahuan. Di dunia ini, ada aturan kalau 'cara mengintip
biasa gak akan berhasil kalau mencoba nya pada box pengundian yang gak bisa
dilihat dari dalam'. Ia harus punys sesuatu yang bisa menyingkirkan sifat box ituseperti sihir yang menciptakan sinar cahaya didalam box atau sihir untuk
meningkatkan pengelihatan
"Ada masalah, anak muda? Ambil satu."
Ucap si pemimpin, dan Kirito pelan-pelan menjulurkan tangan kanan nya kedalam
box itu. Ia hanya bisa bergantung kepada keberuntungan agar Eugeo dan dia gak
masuk kedalam blok yang sama berhubung mereka gak bisa melihat warna dari bola
itu, tapi...Kali ini aku akan menolongmu.
Si pengamat menggumamkan pikiran nya sembari ia tiba-tiba melompat dari rambut
Kirito pada saat Kirito menjulurkan tangan kanan-nya kedalam box. Ia
memanfaatkan bayangan dari lengan Kirito untuk sembunyi dan mengendap
kedalam lubang dan masuk ke dalam box.
Tangan yang masuk kedalam box itu meraih bola pertama yang ia sentuh, dan
mengeluarkan nya. Si pengamat mampu melihat warna dari bola itu dari dalam box.
Kirito mengambil bola berwarna biru - blok barat.
Setelah ia mengetahui hal itu, ia mengatur ukuran tubuhnya dari 5 mil ke 10 cen. 20
kali lipat dari ukuran sebelum nya; meskipun masih sangat kecil dibanding ukuran
nya yang sebenar nya, ukuran ini sudah cukup. Lengan nya meraih bola kayu dan
mengangkat nya sedikit. Tentu saja, bola yang berwarna merah.
Beberapa detik kemudian, lengan putih menggapai box, dan meskipun tanpa
window, ia bisa tau kalau itu milik Eugeo. Si pengamat mendorong bola merah
kearah tangan yang bergerak-gerak dengan liar, berbeda dengan Kirito yang yakin.
Tangan itu tersentak dengan agak kaget, tapi dengan cepat mencengkram sebuah
bola dan mengeluarkan nya dengan cepat. Dan pada saat yang bersamaan, ia
mengeluarkan suara "Ehh!", yang terdengar sangat penuh kegembiraan.
Mungkin perlu beberapa detik bagi nya untuk membuka tangan nya, dan setelah itu,
terdengar teriakan, "Yeah, Kirito! Warna merah!" Setelah itu, mereka berdua
berlarian dan terlihat digerutui oleh peserta ke 3.
...Benar-benar, selalu menyusahkan orang lain.
Ia menggerutu, menyusutkan badan nya, dan saat hampir keluar dari box
pengundian, ia tiba-tiba memikirkan sesuatu.
Kenapa Kirito sangat khawatir akan magang penjaga muda dengan rambut pasir nya
itu? Si pengamat itu sangat ingin tau alasan nya. Yah, kalau begitu. Dari pada
melawan Eugeo, aku akan membiarkan pria itu melawan Kirito.
Aku akan keluar sekarang dan kembali lagi nanti, atau mungkin aku sebaiknya tetap
didalam untuk sementara. Siapapun yang membuka box ini dan melihat kedalam
pasti akan kaget. Ukuranku hanya sebesar 10 Cen, tapi disini gak ada organisme
Unit Manusia yang sekecil ini.
Ia menyembunyikan keberadaan nya untuk beberapa menit. Setelah beberapa saat,
lengan yang agak kurus masuk kedalam, dan dilihat dari window, ia bisa tau kalau
lengan itu adalah lengan milik si magang penjaga. Ia memberikan nya bola biru yang
sudah ia siapkan kearah tangan yang sedang mencari-cari dengan sikap yang agak
gila. Pria itu gak mencurigai apapun dan menarik tangan nya keluar untuk
mengecek, dan si pengamat menghela nafas lega. Kali ini, ia menyusutkan badan
nya sekecil-kecil nya dan keluar dengan menaiki lengan yang masuk selanjut nya.
Ia berpegangan erat ke lengan orang itu sampai ia mencapai kursi panjang, dan
mengambil resiko dengan berlari di lantai kearah kaki milik anak yang duduk di
bagian paling jauh. Ia kemudian mendaki sepatu kulit nya yang ada beberapa
retakan, melewati bagian belakang dari baju berwarna cyan, dan bersembunyi
didalam rambut hitam. Ia kembali ke bagian depan rambut dan menghela nafas
berkali-kali.
Apapun yang terjadi, ikut campur dalam pengundian menentang tugas sebagai
pengamat. Kalau Master mengetahui hal ini, Aku bisa dimarahi.
Enggak. Aku mungkin bisa mengamati mereka lebih efisien dengan memisahkan
Kirito dan Eugeo ke blok yang berbeda, dan Aku memasukkan Kirito dan magang
penjaga itu kedalam blok yang sama untuk mendapatkan informasi yang lebih lanjut.
Aku benar-benar gak berfikir selain hal itu. Meskipun kalau- magang penjaga itu
mempunya niat buruk, Aku gak akan ikut campur dengan menggunakan sihir dalam
pertandingan nya melawan Kirito. Aku pasti gak akan melakukan hal seperti itu.
Bagian 4
Bell of Time-Telling di Gereja Zakkaria berbunyi dengan lantang di tengah hari.
Ditengah-tengah suara tepuk tangan, 56 peserta turnamen berbaris dalam dua
barisan, berjalan keluar dari ruang istirahat menuju ke arena. Barisan Eugeo
berbelok ke kanan menuju panggung untuk blok Timur, dan barisan Kirito belok
kanan menuju blok Barat. Ke 56 peserta berbaris didekat panggung dan
membungkuk ke pemimpin Zakkaria yang duduk di blok Selatan, bangku VIP.
Pemimpin saat ini, Kelgam Zakkalight menyelesaikan pidato singkat nya, para
penonton memberikan tepuk tangan singkat, dan akhirnya turnamen dimulai.
Meskipun begitu, ini hanyalah babak penyisihan yang akan mengurangi jumlah
peserta tiap blok dari 28 menjadi 8. Kontestan berjalan menuju panggung Timur dan
Barat satu persatu, dan menampilkan Style mereka.
Istilah 'style' disini mengacu pada ilmu pedang, dan tentu saja, mengacu pada
rangkaian gerakan teknik pedang. Yang dinilai adalah ketepatan gerakan,
keganasan dan keanggunan dari style mereka. Bagi si pengamat yang telah
memperhatikan latihan kedua anak itu selama 5 bulan, lupakan Eugeo, merasa aneh
pada Kirito. Ia memiliki Aincrad-style misterius yang ia ciptakan, tapi turnamen ini
menyatakan kalau style yang ditunjukkan harus berasal dari Zakkalight style, dan
yang memberi penilaian adalah penjaga Zakkaria dan beberapa penduduk kota.
Mereka memperhatikan peserta yang aneh dengan tatapan galak, dan kelihatan nya
mereka gak akan ragu-ragu.
Sembari ia menonton dengan khawatir turnamen yang sedang berjalan, nomor
Eugeo di blok Timur disebutkan. Wajah nya masih pucat seperti sebelum nya, tapi ia
tetap memanggil keberanian nya pada momen-momen penting, menunduk di
panggung dan gak memperlihatkan sedikitpun kekakuan lalu menghunus pedang
nya.
Eugeo menghabiskan sekitar 10 detik tiap style, 100 detik total nya untuk
menunjukkan style nya tanpa melakukan kesalahan, menunjukkan sesuatu yang
anggun bagaikan tarian. Sepertinya ini adalah hasil dari latihan keras siang dan
malam nya, dan juga karena mempunyai Object Control Authority yang sangat
besar. Baginya, pedang yang ia gunakan di turnamen ini mungkin sangatlah ringan
bagaikan sebuah ranting.
Para penonton bersorak dan bertepuk tangan melihat penampilan Eugeo dan suara
nya jauh lebih keras dibanding para peserta sebelum nya, berhubung ia bukan
seorang penjaga atau magang penjaga. Para juri sepertinya memberikan peserta
misterius ini nilai yang besar dari hatinya, tapi gak bisa bertindak atas dorongan hati
mereka karena ada nya suatu pembatasan dalam pasal yang 'Mereka hanya bisa
mendapatkan nilai berdasarkan performa'. Akan beda ceritanya jika mereka gak
dikekang oleh peraturan para Bangsawan Kerajaan tingkat bawah.
Eugeo, yang telah menyelesaikan penampilan nya, turun dari panggung, mengelap
keringat di dahi nya, dan nyengir kehadapan partner nya yang sedang menunggu
giliran nya di sisi panggung Barat. Kirito mengacungkan jempol sebagai balasan dari
cengiran Eugeo, Tapi benar-benar deh, kamu itu membuat orang khawatir saja
Setelah 2 menit, nomor Kirito akhirnya dipanggil. Ia berjalan kearah tangga lebar
panggung Barat, gak menunjukkan sedikitpun rasa tegang, tapi hal ini membuat
cemas si pengamat. Jangan menunjukkan aksi yang mencolok untuk sekarang.
"Yah, Aku hanya merasa kalau akan sangat lama untuk melihat performa orang
lain... Jadi, kupikir lebih baik menyelesaikan hal ini secepat nya."
"Itu mungkin gak melanggar peraturan, tapi kamu gak bisa yah melakukan nya
dengan normal?"
"Kalau aku melakukan nya dengan cepat, meskipun ada sedikit kesalahan, para juri
gak akan bisa melihat nya, kan..."
...
Eugeo menunjukkan ekspresi yang 70% kaget dan 30% kagum, menurunkan bahu
nya, dan menghela nafas berat.
"...Berdoa saja kalau para juri akan menilai kita berdasarkan tepuk tangan..."
Mendengar perkataan lemas Eugeo, si pengamat hanya bisa berfikir Otak yang
bagus berfikir sama.
Babak penyisihan berlangsung selama satu jam kemudian, dan selesai saat bel
berbunyi pada jam 2pm. Para peserta berdiri di atas panggung, dan perwakilan dari
juri memanggil nomor dan nama peserta yang lolos dan dapat ikut serta di final.
Si pengamat merasa lega setelah mendengar nama Eugeo lolos penyisihan, disusul
oleh Kirito beberapa detik kemudian. Ia gak pernah punya perasaan ini dalam
beberapa tahun ini, dan merenung.
Benar-benar, kapan terakhir kali aku sangat emosional saat mengamati
seseorang? Enggak, Aku bisa bilang ini pertama kalinya.
Peraturan ini berdasarkan Taboo Index yang absolut Didalam situasi yang gak
berhubungan dengan pasal lain, dilarang membahayakan nyawa orang lain secara
sengaja. Itulah mengapa kemampuan yang bersifat paradoksikal dibutuhkan di
turnamen ini Jadi mereka bisa menjaga keselamatan orang lain sambil membuat
mereka menyerah.
Alasan mengapa tiap sekolah fokus dengan styles mereka adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dengan memastikan pernafasan petarung dan
lawan ada di tingkat yang sama. Style vs Style; ini merujuk pada mengulang
serangan dan pertahanan yang sama, dan yang pertama capek dan kehilangan
konsentrasinya bisa dibilang akan kalah. Satu-satu nya momen dimana darah
dibolehkan untuk tumpah adalah saat turnamen tingkat tinggi di Centoria dimana
peraturan First Strike atau saat organisasi bergengsi seperti Integrity Knight atau
Master Arts Academy ikut serta.
Namun, Unit Manusia mempunyai suatu hal yang objek hidup lain gak punya,
sesuatu yang bernama perasaan. Karena hal inilah mereka mempunyai kekuatan
yang luar biasa, tapi bisa juga kehilangan ketenangan nya dan melakukan hal-hal
yang tak terduga.
Insiden yang Banou Wilde bicarakan adalah hasil dari perasaan 'ingin menang' dari
kedua pendekar, menyebabkan kedua pedang yang seharusnya beradu malah
menghunus tubuh satu-sama lain. Tentu saja, gak ada luka fatal kalau masalah
nya seserius itu, Gereja Axiom sudah akan campur tangan Namun, hanya
beberapa tetes darah menyebabkan penduduk kota menjadi ketakutan. Tentu saja,
bisa dimengerti kenapa pertarungan final antara blok Timur dan Barat dihilangkan.
Tentu saja, dua pendekar muda itu gak tau tentang hal ini. Tujuan mereka adalah
menjadi pemenang di turnamen ini, berada di peringkat atas para penjaga,
mendapatkan hak untuk mengikuti ujian masuk ke Master Arts Academy di Centoria,
melewati rintangan satu demi satu, dan suatu hari, mereka berharap untuk bertemu
Alice di Centoria Cathedral milik Gereja Axiom.
Hal itu sangat mengejutkan, tapi mereka berdua sedang menuju kearah yang benar.
Hal ini sangat merepotkan dan sangat jauh, tapi sebuah jalan pasti akan
membimbing mereka menuju ke Cathedral. Namun...jika Kirito dan Eugeo berhasil
mendapatkan hak untuk memasuki menara puti, mereka berdua akan...
Pikiran tersebut terputus oleh bel yang berbunyi pada jam 2.30pm Setelah itu,
orkestra yang berbaris di pojok bangku penonton memainkan March yang megah,
menunjukkan bahwa final akan dimulai.
Kedua anak muda, yang telah menyelesaikan makanan simpel nya, berdiri dengan
sigap dari kursi lipat yang ada di ruang tunggu. Mata hitam dan hijau bertukar
pandang satu sama lain, dan mengadu tinju mereka, berbalik arah seolah-olah gak
ada kata-kata yang perlu disampaikan kemudian pergi menuju panggung blok Timur
dan Barat. Bangku penonton yang ada beberapa yang kosong saat babak
penyisihan, terisi penuh sekarang, dan hujan sorakan turun seperti angin yang
menderu.
Mereka berdua mulai berjalan, menarik pedang mereka pelan-pelan. Kemudian juri
mengangkat tangan kanan nya dan mengayunkan nya kabawah, berteriak,
MULAI!
Pada saat yang sama, Egome mulai bertindak. Normal nya, kedua sisi pertamatama akan menatap satu sama lain dan memulai pertandingan setelah mengecek
pola nafas lawan, jadi ada sedikit kegaduhan dari penonton. Namun, hal ini gak
melanggar aturan. Meskipun menyerang tiba-tiba untuk menang gak dianjurkan, hal
itu adalah strategi bertarung.
OHHH!
Egome mengayunkan pedang dari sisi kanan atas dengan sangat kuat, dan Kirito
berlari kearah nya untuk menerima serangan itu. *KLANG!* Terdengan suara metalik
misterius yang gak pernah didengar di turnamen hingga saat ini, dan cahaya kuning
yang meledak menyala pada wajah mereka.
Pedang yang seharus nya terpental itu terus beradu satu sama lain, bergemetar
sedikit. Kirito membalas nya dengan kecepatan yang luar biasa, benar-benar
mengacuhkan fakta kalau dirinya akan lebih lambat kalau mengayunkan pedang nya
keatas, menyebabkan tekanan pada lawan. Kedua pedang mengeluarkan suara
gerinda yang menggema kepenjuru blok barat yang sunyi.
Pada saat ini, Kirito bergerak maju, mendekatkan wajah nya pelan-pelan ke batang
hidung wajah Egome yang mengertukan dahidan bergumam,
"Ada bau Nedge Lezta ditubuh mu."
"...Terus kenapa?"
Egome mengeluarkan suara yang seperti suara logam menggiling. Kirito kemudian
berkata dengan suara yang lebi dalam,
"Hanya ada satu kegunaan Nedge Lezta. Ketika dikeringkan dan dibakar, asap yang
dihasilkan nya akan mengundang serangga beracun. Contohnya... Lalat Rawa.
...
Mata Egome yang sempit kemudian melebar, dan pada saat yang bersamaan, si
pengamat yang bersembunyi di kepala Kirito mengedip.
Itu berarti Kirito berjalan-jalan di tengah-tengah para peserta di ruang istirahat itu
untuk mencari seseorang yang memiliki bau Nedge Lezta. Kalau begitu, alasan nya
untuk
"...Pagi ini, di Gerbang barat Zakkaria. Kau yang menaruh Lalat Rawa itu... serangga
yang menyebabkan kuda itu mengamuk kan?"
Egome lagi-lagi nyengir, dan setelah itu, ada suara retakan yang terdengar. Kirito
menunjukkan sedikit rasa kaku. Kalau dilihat-lihat, saat kedua pedang itu
berbenturan, hanya pedang Kirito lah yang mengeluarkan bunyi retakan kecil.
Kenapa hanya satu pedang yang terkena efek nya, padahal kedua pedang itu samasama dipinjamkan dari turnamen? ia buru-buru membuka Window kedua pedang,
dan ada sesuatu yang tak terduga disana.
Pedang Kirito adalah objek level 10, sementara pedang Egome berlevel 15. Kalau
dilihat lebih dalam, sepertinya ada perbedaan kecil dari cahaya dari pedang mereka.
Ku...!
Kirito mengerang sambil menarik kembali pedang nya. Kali ini, Egome yang
menyerang maju. *Pnk*, *pnk*. Suara retakan itu terus terdengar sembari hanya
pedang Kirito yang Life nya terus berkurang.
"Omong-omong, hal ini gak melanggar peraturan juga."
Egome bergumam sambil menunjukkan wajah nya yang penuh kemenangan.
"Menurut ketentuan turnamen, semua peserta harus bertarung menggunakan
pedang logam yang dipinjamkan oleh juri. Kalau begitu... gak melanggar peraturan
kalau ada pedang tajam yang tercampur dengan pedang-pedang yang lain dan Aku
lah yang mendapatkan nya."
"...Jadi kau menyogok penjaga untuk meminjamkan pedang yang bagus."
"Aku gak tau apa-apa. Tapi apa gak apa-apa melanjutkan pertandingan ini, heh
pengembara? Bagaimanapun kau mencoba, kau hanya akan mengurangi Life dari
pedangmu itu."
Egome berkata hal itu sambil terus mengayun pedang nya dengan sekuat tenaga,
sementara Kirito melakukan sesuatu yang tak terduga.
Kirito gak melawan musuh secara frontal namun sengaja jatuh dan menyelinap
melewati lengan lawan. Pedang Egome mengeluarkan suara keras *GLANK* karena
berbenturan dengan marmer yang besar. Recoil nya membuat tubuh Egome
tercengang, sementara Kirito menggunakan kesempatan ini untuk melompat
kebelakang dan menjaga jarak nya.
Pada momen ini, para penonton menonton nya dengan cemas ramai bersorak.
Mereka gak pernah melihat aksi seperti menyelinap kebawa lengan lawan ditengahtengah pedang yang beradu, dan mereka, yang gak tau apa yang mereka berdua
bicarakan, menghujani mereka dengan tepuk tangan yang sangat meriah.
Egome akhirnya pulih dari kesemutan dan menghadap Kirito dengan wajah yang
marah.
Ini berbahaya. Insting pengamat menyadari hal ini. Tentu saja, sebagai bangsawan,
dia tetap gak bisa melanggar Taboo Index, jadi ia gak akan menggunakan pedang
untuk melukai Kirito secara langsung Namun, pada sisi lain, kalau Kirito terluka
karena kecelakaan kecil, masih dianggap gak apa-apa. Hebat sekali dia bisa berfikir
sesuatu seperti ini. Fikir si pengamat.
Namun hipotesis seperti itu dibalikkan oleh gerakan Egome selanjut nya.
Ia mengangkat pedang level 15 yang ia pakai dengan tangan kanan nya, dan
berhenti pada ketinggian sebahu Terlihat seperti ia menaruh nya di bahu nya.
Lalu, ia sepertinya menunggu sesuatu sembari menghabiskan beberapa detik untuk
mengatur posisi nya. Akhirnya, pedang itu di kelilingi oleh cahaya terang berwarna
biru.
"...Serangan Penghabisan Zakkalight Secret Art, Azure Wind Slash [8]
Para penonton lagi-lagi bertepuk tangan dengan keras termasuk tepuk tangan dari
blok Timur. Wasit yang ada di panggung terlihat kesulitan dan melihat kearah
bangku juri, tapi seperti nya kondisi mereka juga sama seperti wasit. Seperti
namanya, Secret Arts Styles disini mengacu pada serangan penghabisan dari tiap
sekolah, gerakan yang normal nya gak bisa digunakan, tapi gak ada ketentuan
seperti itu di peraturan yang harus dipatuhi, jadi para peserta boleh memilih untuk
menggunakan nya atau tidak. Saat Egome memutuskan untuk menggunakan nya,
gak ada siapapun yang bisa menghentikan nya.
Namun, masalah nya adalah kekuatan dari Secret Arts yang lebih besar dibanding
style normal yang lain, dan sekali diaktifkan, gak bisa dihentikan ditengah jalan.
Tubuh pengguna nya akan bergerak dengan sendirinya, bukan oleh kemauan nya,
tapi oleh kekuatan supernatural yang mirip dengan Sacred Arts. Dengan kata lain,
jika pertahanan Kirito gagal, itu bukan hanya akan memojokkan nya, tapi akan
menghancurkan tubuh nya. Egome mengerti hal ini dengan jelas, dan meskipun
begitu, ia ingin menggunakan Secret Art itu Kemungkinan besar, ia berfikir kalau
meskipun ada darah yang tumpah, itu adalah kesalahan peserta yang bertahan
karena gak bisa menahan nya dengan baik.
Namun, masih ada cara untuk menghentikan gerakan Egome.
Yaitu membiarkan Kirito menaruh pedang nya dan pasrah dihadapan serangan
musuh. Pada saat ini, keteguhan Egome akan hancur, dan menggunakan Secret Art
disini akan dianggap melanggar Taboo Index. Gak peduli darah bangsawan apapun
yang ia punya, ia gak akan bisa mengabaikan kewenangan Taboo Index, kekuatan
dari Gereja Axiom. Hal itu adalah pembatas absolut yang tertanam pada diri Unit
Manusia.
Letakkan pedang mu. Si pengamat menahan sekuat mungkin niat nya untuk
memberi saran pada Kirito. Meskipun aku gak bilang begitu, dia pasti menyadari hal
ini. Cepat, letakkan pedang itu...
"...Jadi kau akan menggunakan teknik rahasia."
Tiba-tiba, Kirito bergumam dengan suara yang bahkan si pengamat dikepala nya itu
gak bisa dengar.
ia memindahkan tangan kirinya dari gagang pedang, seperti yang Egome lakukan,
dan mengatur posisi nya dengan posisi seperti menaruh pedang di sisi kiri dari
pinggang nya. Saat tubuh nya berhenti bergerak, cahaya ungu bersinar dari pedang
nya.
Melihat hal ini, para penonton dan juri menahan nafas mereka. Eugeo, yang ada di
panggung sebelah, menggelengkan kepalanya yare yare. Ia ingat kalau kapanpun
pemandangan ini terjadi, semuanya akan berakhir.
Wajah Egome gemetar dan bengkok sembari menguatkan gigi nya.
KYYYYYYYYYYAAAAAAAAAAAAA!!
Dengan teriakan seperti Objek burung yang besar, teknik itu diaktifkan. Ia
mengambil langkah yang berat kedepan dengan kaki kiri nya, mengangkat pedang
logam yang ada di bahu nya, dan mengayun pedang nya secara diagonal yang
diarahkan ke Kirito.
Aku harus menghentikan pertandingan ini. Pada saat ini, si pengamat dengan serius
memikirkan tentang hal ini. Namun, sudah terlambat untuk menggunakan Sacred Art
sekarang. Aku harus lompat dari kepala Kirito dan memperlihatkan wujud ku yang
sebenarnya. Hal itu akan benar-benar melanggar peraturan Tapi meskipun aku
harus menerima hukuman apapun dari Master, itu masih jauh lebih baik daripada
membiarkan orang yang kuamati...
Tapi pada saat ini.
*Shuu!!*
Kirito menunjukkan momentum yang tajam dan ia pun bergerak.
Tanpa rasa takut ia melesat kearah cahaya biru yang dikeluarkan Egome. Tangan
kanan nya bergerak dan mengeluarkan garis terang berwarna ungu di cahaya dari
kiri ke kanan, dan juga serangan yang lain nya dari kanan ke kiri.
*KIIN!!* Suara logam yang tajam terdengar, melewati tembok arena, dan sepertinya
dapat terdengar sampai jalanan dan pojokan Zakkaria.
Sepotong cahaya menari-nari di udara, memantulkan cahaya dari Solus dilangit dan
kemudian pelan-pelan mendarat. Pedang yang terpotong ujung nya menusuk
panggung dari marmer merah itu.
Sword skill Kirito sangat cepat bahkan si pengamat itu sama sekali gak
menyadarinya. Namun, ia melihat momen yang sangat penting.
Pedang yang berayun dari kiri ke kanan dan tiba-tiba berayun dari kanan ke kiri.
Karena kecepatan nya itu sangat cepat, kelihatan nya seperti Kirito menyerang
dengan dua pedang dari sisi kiri dan kanan. Tapi faktanya, hanya ada satu suara
metalik. Dua serangan ini menyerupai gigitan hewan buas yang dengan sangat
akurat nya menggigit titik yang sama dan menghancurkan pedang Egome.
Dengan pedang turnamen yang Life nya sudah berkurang setengah, pedang tajam
yang lebih tinggi 5 level itu...
Mata Egome melebar sambil terdiam. Ia, yang mengayun pedang nya kebawah dari
kiri secara vertikal, tak bisa menahan gemetaran nya. Kirito, yang juga
mempertahankan posisi ayunan pedang nya, berbisik ke telinga kanan Egome dari
posisi yang dekat,
Di Kalender Dunia Manusia 378, pemenang blok Barat dan Timur dari turnamen
pendekar pedang Zakkaria adalah anak muda yang gak mempunyai Sacred Task,
yang datang dari sebuah desa di utara. Sesuai tradisi, mereka mendapatkan hak
untuk bergabung dengan pasukan penjaga.
Pada akhirnya, hanya pertandingan pertama yang agak merepotkan Kirito, dan ia
gak pernah menggunakan Dua-serangan Beruntun setelah nya. Musim semi
berikut nya, Kirito dan Eugeo mendapat surat rekomendasi untuk masuk Royal
Swordsmanship Academy, alasan nya sudah jelas dan gak perlu dipertanyakan lagi.
Bab 4
Master Sword Academy (Bulan ke-3 Kalender Dunia
Manusia 380)
Bagian 1
Sebisa mungkin, Aku gak ingin bertarung melawan wanita sampai Turnamen
Kesatuan Empat Kerajaan.
Aku bilang begitu kepada Eugeo sebelum Turnamen Pendekar Pedang Zakkaria.
Sejak saat itu, satu setengah tahun pun berlalu.
Sudah sekitar dua tahun sejak kami memotong Pohon Iblis Gigas Cedar di Rulid
dan meninggalkan desa. Setengah tahun kemudian, kami bergabung dengan
pasukan penjaga di Zakkaria, dan setengah tahun kemudian lagi, kami sampai di
Pusat. Dan sudah setahun sejak kami mengetuk pintu akademi ini.
Memang sepertinya sangat lama, tapi saat aku mengingat hal ini, benar-benar luar
biasa. 2 tahun berarti sama lama nya dengan saat Aku terjebak di kastil udara
Aincrad.
Beruntung Aku harusnya berkata seperti ini, dunia virtual UnderWorld yang
kumasuki dengan cara yang tak kuketahui ini beroperasi dengan super-teknologi
yang jauh melebihi imajinasiku.
Fluctlight Acceleration Function secara ajaib mengubah rasa terhadap waktu
dan mengakselerasi nya kepada orang yang sedang dalam dive mode. Secara teori,
fitur itu bisa berakselerasi sampai 1000 kali lipat waktu di dunia nyata. Dengan kata
lain, tubuh fisik dari Kirigaya Kazuto yang berbaring di dunia nyata hanya dive in
selama 18 jam sampai saat ini.
Kalau aku memikirkan saat aku bangun di hutan dekat Rulid, menghabiskan waktu 2
tahun untuk mencapai Akademi di Kerajaan Norlangarth, dan belum sampai satu
hari berlalu di dunia nyata, Aku merasa sedikit pusing, dan juga lega.
Aku gak ingin membuat khawatir orang tua ku, Suguha, teman-teman ku, dan tentu
saja Yui dan Asuna. Tentu saja, mengetahui Asuna dan yang lain, mereka gak akan
hanya duduk dan khawatir; mereka pasti akan melakukan sesuatu. Hal ini lah yang
paling membuatku cemas.
Yang manapun itu, situasi sekarang telah membuat Asuna dan yang lain nya
terpukul, dan diriku di dunia ini mencoba untuk mengingat agar gak berinteraksi
dengan wanita. Aku membuat keputusan ini saat aku menginjakkan kaki keluar Rulid
baguslah Eugeo itu seorang laki-laki Aku sepenuhnya bersumpah untuk
menjalani sumpah ku dan mengatakan berbagai hal di Zakkaria, namun...
Yang gak aku pernah prediksi adalah kalau aku akan latih tanding secara rutin
dengan pendekar pedang wanita selama setahun terakhir ini di Centoria.
tertinggi, dan orang bisa saja salah mengira nya logam yang mengkilap. Pedang itu
gak punya bilah pedang dan gak punya kemampuan untung memotong, jadi
meskipun menggesek sebuah baju, Life baju itu gak akan berkurang. Tapi dalam
masalah prioritas, jauh lebih besar dari pada pedang logam kasar yang aku pinjam
di turnamen Zakkaria.
Pendekar wanita itu melihat ku yang mengambil kuda-kuda dengan pedang yang
telah dihunus, dan pendekar wanita itu kemudian menarik pedang nya juga dengan
tenang. Postur yang ia buat agak berbeda, posisi miring dimana bagian kanan dari
tubuh nya menghalangi tangan kiri nya. Ini adalah style dasar dari Celurute Fluid
Combat Skills yang diwariskan turun temurun dari keluarga nya.
"...Ini adalah yang terakhir. Gak apa-apa kok kamu gunakan tangan kirimu itu."
Aku mengatakan nya dengan sedikit tertawa, dan ia menjawab nya dengan tatapan
yang tegas, "Begitukah..." Ia kemudian memposisikan tangan kirinya dibelakang
pinggang nya, tepat dibawah selempang.
Pendekar wanita itu berdiri 10 Mel jauh nya, bukan, 10 meter jauh nya saat ia
membuat postur itu, dan cara nya menunjukkan tekad nya terlihat sangat indah.
Dari segi tinggi badan, dia lebih tinggi 3cm dari tinggi ku yang 1.7m. Rambut yang
mengalir diikat dengan pita berwarna rotan yang sangat cocok dengan rambut coklat
tua nya. Keganasan dari seorang pendekar dan keanggunan dari seorang
bangsawan menyatu di wajah yang menawan nya. Warna biru-laut dari mata nya
seperti langit yang memudar menjadi senja.
Jaket dari seragam nya yang rapi dan rok panjang yang berayun dengan halus
berwarna ungu-glacial. Itu bukanlah warna yang menarik, tapi warna itu terlihat lebih
mempesona lebi dari apapun yang ia kenakan. Namun, tubuh yang terbungkus
didalam baju itu seperti besi yang diolah, dan Aku mengetahui hal ini karena peran
ku.
"...Ini akan menjadi yang terakhir."
Dia Solterina Celurute, anak dari bangsawan Norlangarth dan peringkat dua di
Master Sword Academy mempertahankan posisi yang tanpa celah sembari
mengatakan hal itu.
Aku Siswa Pemula di Master Sword Academy, Kirito, adalah Valet nya. Aku
mengangguk tanpa mengucapkan kata-kata dan menurunkan bagian bawah tubuh
ku.
Setiap hari, pelajaran dan latihan akan berlangsung dari 9am pagi hari sampai 3pm
siang, dan setelah itu, Aku harus menjadi valet nya selama satu jam. Fisik dan
mental ku terkuras, tapi semua jenis rasa capek itu telah lama hilang berhubung Aku
bisa bertanding melawan Solterina-sempai. Waktu sudah menunjukkan jam 5pm,
dan hanya kami berdua yang tersisa di lapangan latihan yang dibangun di asrama
Elit, yang berlokasi di lapangan atas dari kampus.
Eugeo mungkin sedang menghela nafas di asrama siswa latihan karena Aku
melanggar jam malam pada saat ini, tapi berhubung dia juga seorang valet pendekar
lain, ia seharusnya bisa mengerti.
Fikir ku, dan kemudian memfokuskan kesadaran ku ke pedang di tangan kanan ku
ini. Mata Rina-senpai tiba-tiba menjadi kusam dan udara terlihat seperti
menunjukkan kilatan listrak, membuat ku tegang. Lampu menerangi lapangan
latihan yang luas bergoyang sedikit, terlihat seperti gak bisa menahan rasa tegang
ini.
Meski tanpa wasit disini, kami berdua mulai bergerak saat pernafasan kami ada di
tempo yang sama.
Strategi remeh gak akan mempan terhadap Solterina-senpai, yang disebut Mobile
Tactics Overload, jadi Aku mengambil langkah kedepan, menutup jarak yang 10m,
dan melakukan tebasan vertikal yang tak terduga.
Para guru pasti sudah akan menghentikan ku kalau aku menggunakan skill ini pada
sparing yang sebenar nya, tapi Aku pasti akan langsung dijatuhkan kalau aku
menggunakan Norlangarth style yang lambat itu di pertandingan ini. Celulute-style
yang digunakan Solterina-senpai adalah sword style paling praktis dari semua sword
style yang aku tau di UnderWorld.
Serangan tercepat yang aku keluarkan ditangkis dengan pedang kayu di tangan
kanan Solterina-senpai. Namun, gak ada pengaruh sama sekali. Ia menggunakan
kelembutan lengan nya, bahu dan pinggang nya saat ia menerima serangan ku
dengan memiringkan sisi dari pedang nya. Ini mungkin adalah Secret Art dari
Celulute-style, Active Water. Ia telah mengajarkan ku gerakan ini selama setahun
terakhir, tapi Aku gak bisa melakukan nya secara penuh bahkan setelah mengetahui
nya.
Sedikit info, bahasa yang digunakan untuk menulis dan berbicara di dunia ini adalah
sepenuh nya Jepang (dan beberapa bahasa asing), tapi hanya ada sedikit kanji.
Mungkin, sekitar sama dengan 30% dari JIS Level 1, dan hanya menggunakan 1000
huruf kanji. Meskipun dengan pembatasan seperti itu, mereka mampu menciptakan
banyak sekali nama yang unik dari sword skill mereka.
Imajinasi orang-orang di UnderWorld sangat luar biasa. Saat ini, hanya ada buku
cerita untuk dibaca anak kecil. Dalam 100 tahun, gak aneh untuk melihat seseorang
menulis novel. Kalau itu dijual di Jepang di dunia nyata dan mendapatkan hits yang
sangat besar, pasti luar biasa...
Aku melompat keserong kanan depan, sepertinya mencoba untuk menghilangkan
fikiran macam-macem di otak ku. Itu karena Aku mempelajari pelajaran ku setelah
senpai merusak keseimbangan ku dengan Active Water dan menyerang balik.
Aku berputar di udara dan mendarat dekat tembok lapangan latihan. Kaki kanan ku
menginjak tembok hitam yang berkilau, dan menyerbu kedepan Saat aku
melakukan hal ini, tangan kiri Rina-sempai melakukan sesuatu.
Tangan kiri nya bergerak dari belakang pinggang nya kedepan tubuh nya,
memperlihatkan lengkungan yang anggun sembari cahaya putih meluncur dari ujung
jari nya. Tentu saja, ini bukan karena ia menggunakan Sacred Art yang disebut
Light Element. Wujud sebenarnya adalah cambuk yang terbuat dari kulit putih
yang halus, senjata yang dikuasai penuh oleh nya selain menggunakan pedang.
Cambuk latihan dibuat dari kulit kambing yang halus dan gak akan mengurangi Life
bahkan jika terkena serangan telak, tapi akan merasa sakit yang cukup untuk
mengeluarkan air mata. Aku secara insting ingin pindah ke posisi bertahan, tapi
pedang ku akan dililit oleh cambuk kulit itu dan dihentikan. Namun, kalau aku gak
melakukan itu dan mundur, serangan kedua, dan ketiga akan datang kearah ku.
Aku sekuat tenaga memalingkan badan ku ke kiri, mencoba untuk menghindar ke
samping untuk menghindari nya. Ujung dari cambuk kulit itu menyerempet pipi
kanan ku dan lewat kebelakang, dan memanfaatkan kesempatan ini, aku menyerbu
kedepan.
Namun, cambuk kulit ini yang mengeluarkan suara yang lantang, melengking di
udara dan melingkar seperti ular dan ditark kembali. Aku harus menyerang nya
sebelum serangan selanjut nya dilakukan nya. Aku memutuskan kalau sangat
mustahil bagiku untuk menggapai nya dengan hanya berlari, menempatkan pedang
kayu ku paralel dengan kaki kanan ku, dan menarik nya kembali. Posisi badan ku
tetap turun dan membentang kedepan, dan pada saat ini, cahaya biru keluar dari
pedang.
Rina-senpai tiba-tiba menyempitkan mata nya dan membuka tangan kiri nya. Ia
buru-buru melepaskan cambuk kulit yang ada di tangan kirinya dan menempatkan
nya di gagang pedang yang tangan kanan nya itu genggam.
Segera setelah nya, tubuhku berakselerasi seolah-olah digerakkan oleh sebuah
tangan yang tak terlihat. Hal ini disebut Aincrad-style, tapi itu sebenarnya adalah
sword skill yang berasal dari SAO skill yang menusuk lawan dari bawah dengan
satu tangan, Rage Spike. Aku terus mengurangi jarak yang 7m itu sembari
merasakan kalau Aku sedang bersatu dengan angin.
Sebalik nya, Rina-sempai memiringkan pedang yang ia pegang dengan kedua
tangan ke bagian kanan. *Don*, ia melangkah kedepan dengan kaki kiri, dan pedang
kayu itu mengeluarkan cahaya emerald. Itu adalah Secret Skill milik Celulute,
Linker.
Pedang kayu ku mengayun keatas dari sisi bawah kanan, dan bertabrakan keras
dengan pedang milik senpai saat mengayun secara horizontal. Pedang kayu kami
mengeluarkan suara seperti logam yang bertabrakan, dan kilatan hijau dan biru yang
keluar langsung menerangi lapangan latihan secara samar-samar.
Aku menegakkan tubuhku saat pedang kami masih menempel satu sama lain, dan
wajah Rina-senpai berada 10cm jarak nya dari wajah ku. Ia terlihat keren dan tenang
seperti biasanya, dahi putih salju nya gak mengeluarkan sedikitpun keringat.
Meskipun begitu, ia bisa membuat banyak tekanan kepada pedang ku. Kalau aku
gak hati-hati, Aku akan dikalahkan nya.
Di dunia ini, kemampuan dari manusia, Character Status, agak rumit.
Meskipun aku membuka sesuatu yang mereka sebut Stacia Window, kebanyakan
yang hal itu tunjukkan adalah jumlah saat ini/jumlah maksimum dari Hit Point dan
dua indikator level Object Control OCAuthority, dan System Control SCAuthority.
Diantara hal itu, OC Authority mengontrol penggunaan dari senjata dan armor,
sementara SC Authority mengontrol penggunaan Sacred Arts. Dengan kata lain,
yang pertama seperti STR[9]STR, sementara yang kedua sepertinya adalah
intelligence INT. Hal ini adalah kesimpulan simpel yang aku buat pada awal nya.
Namun, STR sendirian sepertinya gak menentukan OC Authority. Sepertinya ada
faktor-faktor lain seperti usia, fisik, kesehatan, pengalaman dan latihan dan
parameter lain nya.
Aku telah memikirkan hal ini. Jika OC Authority seorang anak kecil meningkat ke
maksimum karena suatu alasan, dan jika STR ditetapkan lewat nilai itu sendiri, akan
ada anak kecil dengan kekuatan seperti monster. Jika aku memulai dengan tujuan
untuk bertahan hidup di dunia ini, Aku gak akan suka fenomena aneh seperti itu.
Aku gak bisa mengecek milikku sendiri, tapi jika kami membandingkan OC Authority,
punya ku seharusnya jauh lebih besar dari Rina-senpai. Mungkin begitu, tapi senpai
mampu menahan diri saat bertarung melawan ku, jadi itu kemungkinan karena
jumlah latihan yang ia lakukan setiap hari. Selama dua tahun terakhir ini, Eugeo dan
Aku selalu berlatih, mau itu pagi atau malam, tapi itu sepertinya gak sebanding
dengan level latihan yang senpai lakukan yang bisa membuat semua orang
gemetar. Latihan seperti itu meningkatkan STR nya dan juga 'kekuatan' yang gak
bisa diindikasikan dengan nilai.
Namun, yang lebih menakutkan nya lagi, meskipun ada orang yang sepertinya, ia
hanya menempati ranking ke-dua dianara 12 pendekar elit Dengan kata lain, ada
satu orang lain yang ranking nya diatas Rina-senpai.
Eugeo dan Aku akan ikut serta dalam ujian naik pangkat menjadi pendekar elit bulan
depan. Sepertinya 12 orang dengan nilai tertinggi akan diberikan posisi
Swordsmanship Specialist sebagai pendekar elit. Menjadi pendekar pedang
adalah sebuah keharusan untuk kami, dan kami harus menjadi ranking satu dan
dua. Jika tidak, kami gak akan bisa ikut serta dalam kompetisi kekaisaran, secara
resmi nya dinamakan Norlangarth Imperial Swordsmanship Tournament, setelah
kami lulus.
Di kuliah dua tahun Akademi Pedang ini, tiap tahun ada 120 murid. Dengan kata
lain, Eugeo dan Aku harus mengalahkan 118 murid lain nya Sejujur nya,
memikirkan Rina-senpai bukanlah Nomor 1 meskipun dia sehebat ini, Aku merasa
sedikit, enggak, aku merasa sangat cemas...
Kamu sudah berkembang, Kirito."
Tiba-tiba, ia bergumam kepadaku dari jarak yang sangat dekat, terlihat seperti telah
membaca pikiran ku. Aku menggelengkan kepalaku, mempertahankan tekanan yang
kukerahkan yang gak bisa lepaskan.
"Enggak... Aku masih harus berusaha lebih keras lagi."
"Jangan merendahkan diri begitu. Kamu kurang lebih sudah mempelajari cara
mengatasi cambuk ku."
"Itu karena kamu gak pernah menahan diri."
Mendengar jawaban itu, bibir yang mempesona menunjukkan sedikit senyum.
"Aku gak perlu menahan diri saat melawan mu, Kirito. Itu karena ini adalah yang
terakhir... Aincrad Style milikmu mempunyai beberapa gerakan yang belum
kulihat."
Uuu. Mau gak mau aku terdiam. Pedang ku tertarik kebelakang 5cm, mungkin
karena aku bimbang, dan Rina-senpai menekan ku dari atas.
Mata biru-laut nya menatap kepadaku, dan kemudian mengeluarkan kata-kata,
"Setahun yang lalu, saat Aku menunjuk mu sebagai valet ku, Aku merasakan
sesuatu seperti sword style. Benar-benar berbeda dengan Norlangarth style yang
dituntut akademi... sword style ini bukan untuk ditunjukkan, tapi untuk menang.
Celulute style yang kugunakan itu mencoba untuk berkembang mencapai tujuan
dengan praktis, tapi itu terlalu kaku dibandingkan dengan style milikmu, Kirito. Aku
mengerti hal itu selama setahun ini."
Aku hanya bisa melebarkan mataku kearah lawan yang membuat pengakuan ini.
Penggunaan sword skill nya berbeda, kalau Aku harus bilang, itu benar. Aku bukan
berasal dari Underworld. Sword skill ku dinamakan Aincrad-style karena semua
sword skill itu aku pelajari di kastil melayang itu, di dunia game kematian dimana
kami harus mempertaruhkan nyawa kami di seluruh pertarungan.
Sebalik nya, di Underworld pada dasar nya gak ada pertarungan yang sebenar nya.
Semua pertarungan yang dilakukan adalah kompetisi. Pada kompetisi lokal, lawan
akan dinyatakan kalah saat terpojok, dan di level yang lebih tinggi di Central, peserta
yang melukai duluan akan menang. Tanpa resiko kehilangan nyawa, sangat logis
bagi sword skill untuk dikembangkan untuk estetika yang ideal.
Namun, hal ini gak berarti sword skill milik pendekar pedang di UnderWorld itu
rendahan. Hal ini juga adalah sesuatu yang kupelajari selama 2 tahun kebelakang.
Selama mereka terus melatih style yang sama berulang ulang, kekuatan dari tiap
serangan yang telah ia habiskan waktu untuk melatih nya akan menutupi kelemahan
dari gak punya pengalaman bertarung yang sebenarnya.
Ini semua karena kekuatan dari Imajinasi.
UnderWorld adalah dunia virtual, tapi konstruksi nya sangat berbeda dengan
Aincrad. Di dunia ini, kekuatan imajinasi yang diciptakan oleh jiwa oleh Fluctlights,
kadang-kadang akan mempengaruhi hasil.
Seberapa kuat orang itu akan ditentukan oleh imajinasi orang itu yang telah ia
gunakan untuk melatih skill yang sama berulang-ulang selama 10, 20 tahun sejak
muda... Pada sisi lain, Aku, yang mempunyai kelebihan di OC Authority, dipukul
mundur oleh Rina-senpai seperti di situasi yang sekarang, yang menunjukkan kalau
hal itu benar. Kekuatan imajinasi gak ditunjukkan dengan angka, tapi kekuatan
sebenar nya yang tersembunyi didalam dunia ini. Hal itu adalah sesuatu yang baik
aku, yang bangun di dunia ini baru dua tahun, atau Eugeo, yang memulai latihan
pedang nya di waktu yang sama, bisa memahami nya dengan mudah.
Murid di akademi ini kebanyakan lahir di keluarga Bangsawan, elit yang memulai
latihan seni bermain pedang sejak 3, 4 tahun. Meskipun begitu, hanya beberapa
golongan yang menghabiskan waktu dan usaha mereka untuk benar-benar berlatih.
Namun di situasi seperti ini, Eugeo dan Aku harus mengalahkan orang-orang kuat
itu dan menjadi ranking top pada tahun ini.
Karena hal ini, satu-satu nya senjata yang bisa kuandalkan adalah Aincrad-style
sword skill.
Kenapa sword skill ada di Underworld, aku sendiri gak tau, bahkan sampai
sekarang.
Namun, sepertinya pendekar pedang di dunia ini hanya mengetahui skill dasar
single-strike, atau lebih tepatnya, mereka hanya menggunakan skill seperti itu.
Setahun yang lalu, saat Turnamen Zakkaria, magang penjaga bernama Egome
menggunakan Zakkaligt style Azure Wind Slash. Di istilah swords skill SAO, itu
adalah serangan diagonal satutangan Slash. Gerakan Celulute-style yang Rinasenpai gunakan tadi, Linker, adalah tebasan pedang berputas dua-tangan,
Cyclone. Gerakan lain yang kulihat adalah Norlangarth-style Lightning Slash,
yang adalah sword skill satu-tangan Vertical, sementara skill level tinggi
Norlangarth, Heavens and Mountains Break adalah tebasan vertikal dua-tangan
Avalanche.
Itu semua adalah semua secret move dari tiap sekolah, dan sepertinya gak ada
gerakan super yang seperti ultimate move. Kemudian, dua, tiga serangan beruntun
yang kukuasai mungkin adalah senjata yang bisa menyaingi pedang kuat milik para
elit disini. Hal itu hanyalah perkiraan sekarang, tapi Aku harus bilang kalau itu adalah
tindakan yang agak tercela. Namun, kami gak disini untuk mendapat kebanggaan
menjadi yang terkuat di dunia manusia. Kami hanya ingin melewati gerbang Centoria
Cathedral milik Gereja Axiom yang terletak di bukit beberapa kilometer jauh nya dari
Master Sword Academy, menara raksasa yang benar-benar diluar batas bagi kami.
Demi untuk membantu Eugeo bertemu dengan Alice yang dibawa saat kecil.
Dan aku ingin bertemu dengan Pemimpin dunia ini.
Jika kami bisa mencapai tujuan kami, gak masalah meski orang-orang menjuluki
kami sebagai orang hina saat turnamen. Aku harus ikut serta di semua turnamen
pendekar pedang level tinggi yang aku tau, dan terus menang, sampai aku menjadi
yang terbaik di Turnamen Persatuan Empat Kerajaan dan mendapatkan hak untuk
menjadi Integrity Knight.
Inilah alasan mengapa aku menyegel gerakan yang lebih dari dua serangan
beruntun selama setahun ini sejak Aku menjadi murid di Akademi ini. Yang aku
gunakan hanyalah skill menerobos, Rage Spike.
Namun, sepertinya senior yang cantik ini dapat melihat secret move yang
kusembunyikan,
Rina-senpai kemudian mendekatkan wajah nya beberapa sentimeter, dan
membisikkan sesuatu dengan suara yang halus seolah-olah sebuah rahasia.
"Leluhur keluarga Celulute membuat sang Kaisar gak senang pada masa lalu, dan
sejak saat itu, mereka dilarang mewariskan sword skill tradisional High level
Norlangarth style. Kemudian, kami mulai menggunakan senjata yang gak lazim
seperti cambuk dan pisau, dan menghabiskan banyak waktu bergantung hanya
pada sword skill yang halus. Ini adalah Celulute-style... Jangan salah, aku benarbenar bukannya gak senang. Aku bangga menjadi satu-satu nya pewaris dari style
ini, dan selalu berlatih sampai sekarang..."
Tangan putih mulus itu gemetar sedikit, gak seperti yang baru saja ia katakan.
Pedang kayu yang sedang berbentrokan mengluarkan suara gemerincing. Meskipun
ini mungkin kesempatan ku untuk menarik pedang ku kembali, Aku gak melakukan
hal itu dan kembali mempertahankan posisi ini untuk menunggu kata-kata nya yang
berikut nya.
"Dan ayahku mengharapkan ku untuk lulus sebagai murid ranking top dari Akademi
ini dan memenangkan turnamen Kekaisaran untuk membangkitkan kembali
kehormatan keluarga Celulute. Namun, bukan nya ini sedikit ironis? Kalau aku
menjawab ekspektasi ayah ku dan membuat sang Kaisar untuk menarik kembali
larangan untuk mewariskan Norlangarth-style tingkat tinggi... keluarga kami akan
menyerah dalam Celulute style, kan? Kalau begitu... bagaimana dengan
kebanggaan yang kusimpan dalam hati sejak Aku masih kecil?"
Aku gak bisa membuat jawaban cepat untuk pertanyaan ini.
Akhir-akhir ini, kesadaran ku kadang entah menjadi lemah, tapi Aku merasa kalau
Rina-senpai didepan ku, partner penting ku Eugeo, semua murid dan instruktur di
Akademi ini... dan semua orang yang hidup di UnderWorld adalah manusia yang
berbeda dari ku dalam arti tertentu. Mereka hanya diberikan istilah Unit Manusia
di dunia virtual bernama UnderWorld ini.
Meskipun begitu, mereka berbeda dari para NPC yang ada di VRMMO. Mereka
adalah Fluctlight Buatan, dikopi dari Fluctlight dari jiwa manusia dan ditempatkan
di suatu medium yang spesial. Mereka adalah kemungkinan besar, mereka adalah
AI tipe baru yang dibuat oleh suatu organisasi di dunia nyata, mungkin oleh
perusahaan misterius RATH
Namun, emosi yang mereka tunjukkan kadang-kadang lebih besar dibanding orangorang di dunia nyata. Mereka bisa merasakan sesuatu, merasa repot, menerima
takdir yang dunia ini berikan kepada mereka. Saat aku melihat mereka seperti ini,
Aku merasa akan mustahil untuk merasa gak gelisah. Eksistensi mereka... Enggak,
eksistensi dari Solterina-senpai yang beradu pedang dengan ku dalam jarak dekat
ini pada dasar nya seperti keajaiban.
...Senpai.
Mendengar hal itu, Rina-senpai menunjukkan sedikit senyuman yang mengejek diri
nya sendiri.
"Aku selalu mempunyai keraguan di dalam hatiku sebelum Aku masuk Akademi ini.
Selama dua tahun ini, Aku gak pernah bisa mengalahkan pria itu, dan itu mungkin
karena aku sudah merasa hilang."
Pria itu mengacu pada pendekar pedang elit top yang ranking nya gak berubah
tahun ini, seorang pria bernama Uolo Levanteinn. Ia berasal dari keluarga
bangsawan kelas dua yang diwariskan tradisi keluarga nya untuk dilatih oleh Ksatria
Kerajaan Norlangarth, seorang pengguna Mighty Sword yang mengintimidasi.
Imajinasi dan kekuatan yang berasal dari pria ini ada di kedudukan yang sangat
tinggi. Aku melihat nya menggunakan pedang kayu untuk membelah kayu bundar
manjadi dua.
Pendekar elit, terbaik di Akademi ini diberi ranking dari pertama sampai 12. Ranking
ini akan berubah selama tes yang dilakukan 4 kali dalam setahun.
Tentu saja, Aku menonton nya dari bangku penonton terdepan selama 3 turnamen
terakhir, Mereka menggunakan sistem turnamen eliminasi yang sama dengan
turnamen Zakkaria dan mengurangi jumlah orang dari 12 menjadi 3 dalam dua
ronde. Orang yang berada di ranking top sebelumnya akan menjadi unggulan.
Selama tiga final penentuan, Rina-senpai bertarung melawan Uolo, dan tiga kali
kalah melawan nya.
Sejauh yang aku lihat, kemampuan bermain pedang mereka sangat berbeda. Rinasenpai menggunakan style tajam dan halus dibandingkan dengan style Uolo yang
keras. Rina-senpai membatalkan serangan yang sangat kuat seperti aliran air, dan
kadang-kadang akan melancarkan serangan balasan yang tajam. Skill milik senpai
pada dasar nya sempurna. Mereka berdua gak pernah bisa melancarkan serangan
yang sukses, tapi ketika waktu sudah mulai habis, Uolo menggunakan skill tingkat
tinggi Norlangarth, serangan memotong dari atas kepala, dan selama tiga
pertandingan, Rina-senpai gak pernah bisa mengatasi serangan itu. pedang kayu
nya terlempar dua kali dan tersentak sekali.
Keputusan juri dibutuhkan untuk menentukan ketiga pertandingan, dan sudah jelas
mereka akan memilih Uolo sebagai pemenang. Kemudian pada tahun ini, Uolo
menjadi ketua, dan senpai tetap menjadi wakil-ketua, posisi mereka gak pernah
berubah.
Sekedar tambahan, ranking tiga juga gak pernah berubah. Ia adalah pria besar,
Gorgolosso Valto, yang selalu dikalahka Rina-senpai di semifinal. Dan juga, yang
menjadi valet Gorgolosso-senpai adalah teman baik ku, Eugeo.
'Ini adalah yang terakhir' yang Rina-senpai katakan sebelum latihan ini dimulai
mengacu pada Kontes Kelulusan ke-4 yang akan diselenggarakan dua hari
kemudian. Hal itu akan menjadi penentuan ranking yang terakhir. Dua hari
kemudian, para murid tingkat tinggi termasuk 12 pendekar elit akan lulus.
Dengan kata lain, turnamen dua hari kemudian akan menjadi kesempatan terakhir
bagi Rina-senpai untuk mengalahkan Uolo-senpai. Lebih akurat nya, dua orang
ranking teratas akan mendapatkan hak untuk ikut serta dalam Imperial
Swordsmanship Tournament. Ia bisa saja bertemu Uolo disana, tapi kurasa senpai,
yang selalu dikalahkan nya di sekolah, gak akan bisa mengalahkan nya.
"...Aku akan jujur disini."
Rina-senpai terus membiarkan pedang nya beradu dengan ku dan ia menurunkan
suaranya dan berkata padaku,
"Kapanpun Aku melihat Splitting Wave of Heavens and Mountains milik pria itu...
Aku pasti merasa takut. Gak peduli berapa kali Aku berlatih, Aku gak punya
keyakinan untuk bisa menerima serangan dari nya. Sejak saat kami menjadi murid
pemula... Enggak, sejak saat pertama kali aku melihat pedang nya saat ujian masuk
dua tahun yang lalu, aku selalu merasa seperti itu..."
Ini pertama kali nya aku melihat senpai seperti ini, sembari merasa kaget, Aku
dengan tulus setuju.
Sesuai dugaan, gak ada perbedaan dari kemampuan senpai dan Uolo. Itu hanyalah
kekuatan dari imajinasi... Seberapa kuat kepercayaan-diri nya, ini adalah faktor
penting yang menjadi kelemahan senpai.
Seperti yang sudah aku simpulkan, jika UnderWorld adalah dunia virtual yang
dibentuk oleh Mnemonic Visual Data, kekuatan imajinasi akan menjadi faktor yang
penting dalam menentukan suatu hasil. Itu karena Rina-sanpai dan Aku lihat dan
apa yang kami sentuh bukanlah poligon, tapi memory imagination yang
didapatkan dari Fluctlight.
Tiap orang harusnya mempunyai keunikan mereka, data imajinasi yang sedikit
berbeda, kan...? Mungkin data yang dibebaskan oleh Fluctlight yang banyak bisa
ditempatkan di sebuah Main memory holder dan disamakan. Kemudian, jika
Fluctlight seperti itu muncul, kekuatan imajinasi yang dibebaskan akan cukup untuk
mempengaruhi data, dan gak akan sulit untuk membayangkan kalau suatu kejadian
akan dirubah oleh kemauan pribadi.
Ambil contoh Uolo Levanteinn, alasan kenapa pengguna Mighty Sword ini begitu
kuat adalah karena hal ini. Ia memiliki keyakinan yang kuat kepada sword skill dan
style nya. Imajinasi nya disokong oleh keyakinan yang kuat ini, dan karena imajinasi
yang seperti itu lah ia bisa menampilkan kekuatan serangan yang luar biasa seperti
itu.
Sebaliknya, Rina-senpai selalu merasa hilang pada sword skill nya. Alasan nya
karena Celulute-style yang ia sebutkan sebelum nya. Norlangarth style tingkat tinggi
terlarang untuk diwariskan, jadi mereka hanya bisa membuat style nya sendiri
sebagai pengganti. Hal ini menyebabkan tercipta nya suatu bentuk Inferioritas di
hatinya. Karena hal ini, mau gak mau ia dikalahkan oleh Uolo-senpai, yang
mempunyai keyakinan yang kuat terhadap sword skill milik nya... Mungkin seperti
itu.
Namun, Aku ingin Rina-senpai menang kali ini. Ini bukan karena bagaimana
komposisi dan imajinasi dunia ini akan ditulis ulang, tapi Aku ingin ia berdiri dengan
bangga dan lulus dari Akademi ini. Senpai mempunyai hak dan kehormatan untuk
hal ini. Pada tahun ini, diantara 12 pendekar elit, senpai
"...Senpai, kamu menghabiskan waktu yang lebih banyak dari pada siapapun untuk
berlatih keras, termasuk Uolo-senpai. Apakah hal itu belum cukup untuk membuat
mu lebih percaya diri...?"
Mendengar hal itu, Rina-senpai terdiam sejenak, dan dengan lembut
menggelengkan kepalanya,
"Ya... Sepertinya masih belum cukup. Semakin banyak Aku melatih Celulute style,
semakin banyak pula aku memikirkan nya. Apa yang akan terjadi kalau itu bukan
sparing menggunakan pedang kayu, tapi menggunakan pedang besi; apa yang akan
terjadi kalau cambuk dan pisau bisa digunakan. Kalau hal itu bisa digunakan, gak
perlu khawatir akan ceroboh melawan Norlangarth style. Tapi itu semua hanya
alasan. Di Dunia Manusia ini, sparing sebenarnya... pertarungan sebenarnya gak
akan terjadi. Sampai Aku berhenti membuat alasan untuk kegagalan ku ini, Aku gak
akan pernah bisa untuk melawan serangan dari pedang Uolo..."
Sebelum Aku sempat memberi respon, senpai tersenyum sedikit dan melanjutkan,
"Tapi kamu berbeda, Kirito. Aku gak bisa merasakan sedikitpun perasaan inferioritas
meskipun kamu juga pengguna style yang unik. Aku selalu memperhatikan mu
selama setahun ini, dan akhirnya mengerti alasan nya. Aku mengatakan ini sebelum
nya... Itu bukan seluruh nya dari Aincrad Style, kan? Seharus nya ada lebih
banyak lagi skill luar biasa yang kamu punya, makanya hatimu gak pernah goncang.
Itu seperti hal yang kamu sebutkan sebelum nya, pohon besar yang terletak di hutan
dekat kampung halaman mu... Gigas Cedar itu."
Tanpa sadar, lengan kami menjadi rileks dan juga pedang kayu yang berbentrokan
satu sama lain itu. Meskipun begitu, senpai gak menggerakkan tubuh nya; atau
malahan, ia memiringkan tubuh nya kedepan, mencoba menggunakan kekuatan
tubuh nya untuk mendorong ku kebawah. Ia kemudian mengatakan suatu hal degan
suara yang agak berat untuk seorang wanita.
"Pohon itu sudah tertanam didalam hatimu, kurasa. Gak peduli seberapa kuat angin
nya, pohon itu gak akan bengkok, dan terus melihat keatas ke Solus di langit...
Kirito, Aku ingin melihat kekuatan yang kamu sembunyikan."
...
"Ini gak ada hubungan nya dengan pertandingan melawan Uolo. Tapi hanya, Aku
ingin melihatnya... Bukan, Aku ingin tau. Aku ingin tau semua nya tentang dirimu
sebagai pendekar pedang sebelum Aku lulus dari Akademi ini."
Jauh didalam mata biru nya, sebuah bintang kecil terlihat bersinar tepat didepan
mata ku.
Wajah cantik yang terlihat dapat mengambil jiwa siapapun itu tanpa kusadari jarak
nya hanya 5mm dari ku. Pada saat ini, sedikit nyeri terjadi tepat didepan rambut ku,
menyebabkan ku untuk pulih segera. Aku mengedip dan mulai berfikir lagi.
Aku gak pernah menunjukkan Aincrad style yang luar biasa, sword skill tingkat
tinggi kepada Rina-senpai, bukan karena suatu alasan yang licik seperti menyimpan
nya sebaga senjata rahasia.
Itu karena Aku gak bisa menggunakan nya dengan pedang kayu level 15 yang
digunakan untuk latihan dan kompetisi. Yang terbaik yang bisa kugunakan adalah
skill dua serangan beruntun Snake Bite dan Vertical Arc. Sekeras apapun Aku
mencoba, Aku gak bisa mengeluarkan tiga serangan beruntun. Aku mencoba nya
dengan pedang besi yang level nya sama, tapi hasil nya nihil. Aku hanya bisa
mengeluarkan sword skill empat serangan beruntun saat aku menggunakan Divine
Tool level 45, Blue Rose Sword yang menebang jatuh Gigas Cedar. Aku masih
gak tau kenapa, tapi gak ada batasan seperti itu di SAO dulu.
Bagaimanapun juga, berhubung senpai ingin melihatku mengeluarkan seluruh
nya, Aku gak bisa menipu nya hanya dengan menggunakan dua serangan
beruntun. Hanya ada satu cara yang tersisa. Aku harus meminjam Blue Rose Sword
dari Eugeo, pada saat itu, Aku bisa mengeluarkan skill 4 serangan beruntun terkuat
dengan pedang itu.
Kalau aku meminta Eugeo, ia pasti akan membolehkan nya, tapi sejujur nya, Aku
masih merasa agak ragu. Blue Rose Sword adalah milik Eugeo, dan sebuah pedang
mempunyai jiwa seorang pendekar. Kepercayaan ini sudah tertanam didalam pikiran
ku. Untuk suatu alasan, Aku gak bisa membayangkan diriku mengeluarkan skill
terbaik-ku karena batas kesadaran kalau aku menggunakan benda yang kupinjam.
Namun, Aku gak bisa meminjam pedang dengan prioritas tertinggi dari toko senjata
Akademi, dan itu bukanlah pedang milik ku.
Memang gak ada cara lain. Sepertinya aku harus meminjam Blue Rose Sword. Aku
membuat keputusan itu dan berkata,
"Aku mengerti. Tapi maaf, tolong berikan aku waktu satu hari. Besok, pada saat
yang sama, Aku pasti akan menunjukkan nya padamu... sword skill terbaik yang
kupunya."
Setelah Aku selesai, bibir Rina-senpai menunjukkan sedikit senyuman di wajah nya,
tapi sepertinya segera menyadari sesuatu dan mengerutkan dahi,
"Tapi besok adalah hari istirahat. Dilarang untuk berlatih. Kamu gak bisa
menggunakan lapangan latihan ini."
"...Ini bukan latihan."
Jawabku. Untuk suatu alasan, senpai menunjukkan ekspresi yang agak tertarik
sembari memiringkan kepalanya,
"Terus, apaan dong?"
"Eh, itu..."
rumor yang orang lain sebarkan, tapi Aku gak pernah sekalipun berfikir ini karena
Rina-senpai memilihku sebagai valet nya.
"Meskipun... Meskipun ada tradisi seperti itu, mengapa kamu masih memilih ku...?
Kalau berdasarkan ranking, ada 6 orang lain yang berada diatas ku. Mereka semua
bangsawan, jadi kalau kamu memilih salah satu dari mereka, mungkin gak akan ada
yang protes..."
"Tapi 6 orang itu hanya mendapat poin dari performa, kan? Aku sama sekali gak
tertarik dengan ke indahan suatu style. Bagi ku, performa-mu lah yang paling
menarik dibandingkan dengan yang para instruktur pilih. Enggak, dari pada dibilang
menarik, Aku harus bilang kalau..."
Rina-senpai gak meneruskan kata-kata nya lalu menutup mulutnya, menunjukkan
sedikit senyum, dan melanjutkan kata-katanya,
"...Untuk sekarang, Aku gak akan bilang kenapa Aku memilih mu. Itu karena
sebentar lagi Aku akan lulus. Yang lebih penting, tentang besok. Kalau hadiah yang
akan kau berikan padaku adalah penampilan dari teknik rahasia Aincrad-style,
dengan senang hati akan kuterima, Kirito."
"Ah, i-iya. Aku senang kamu menyukai nya."
"...Namun, Aku sedikit kepikiran. Dari penjelasan yang kamu berikan tadi, sepertinya
kamu memutuskan hal ini disini karena kamu lupa kalau kamu harus memberikan ku
hadiah Kupikir Aku bisa menganggap nya seperti itu..."
"Enggak, tentu saja enggak, aku sama sekali gak lupa! Aku udah memikirkan nya
sejak awal. Beneran!"
Buru-buru aku menolak nya. "Kalau begitu sudah cukup untuk hari ini." Rina-senpai
menunjukkan ekspresi yang cool, kemudian berubah,
"Kita simpan hal itu untuk nanti. Ini waktunya untuk menentukan pemenang dari
pertandingan kita."
Eh? Ah.
Pada saat ini, Aku baru ingat kalai kami masih ditengah-tengah pertandingan
sparing. Namun, sebelum aku sempat merespon, pedang kayu yang bersentuhan
satu sama lain itu memberikan dorongan yang kuat. Itu bukan sword skill, tapi lebih
tepat nya, salah satu dari sedikit teknik menangkis dari Celulute style Still Water
yang digunakan untuk mementalkan musuh ketika kedua pedang saling
bersentuhan.
Aku melompat kebelakang dengan sekuat tenaga, gak menerima serangan itu
langsung. Gak seperti Active Water sebelumnya, Still Water memberikan beban
yang berat ke kaki, dan setelah menggunakan nya, akan ada sedikit jeda. Dan juga,
senpai gak punya cambuk di tangan kiri nya.
Mari akhiri ini dengan lompatan kedepan. Aku mendarat, dan mengangkat tinggi
pedang ku.
Pada momen ini, Aku merasakan hawa dingin di tulang belakang ku.
Rina-senpai benar-benar menggenggam pedang kayu itu dengan kedua tangan
Tapi cambuk yang seharus nya ada dibelakang nya menghilang. Kemana cambuk
itu menghilang? Aku melebarkan mataku, namun Aku gak bisa menghentikan sword
skill ku. Serangan menerobos satu-tangan Sonic Leap telah teraktifkan, dan
pedang ku mengeluarkan cahaya biru...
Pada saat yang bersamaan dengan aktif nya sword skill ku.
Tangan kiri Rina-senpai pindah dari pedang kayu menuju keatas. Ia terlihat sedang
menggenggam sesuatu dan kemudian melemparkan nya. Sebuah benda putih yang
seperti ular terbang dari genggaman nya, menuju kearah ku, melilit tubuh ku yang
sudah siap untuk menyerbu.
Cambuk yang kukira terbang jauh ternyata ada di atap diatas lapangan. Cambuk itu
sudah menggantung disana sementara pedang kami beradu.
Menyadari hal ini, Aku terjatuh kearah belakang dan bagian belakang kepalaku
membentur lantai.
Aku dengan tatapan hampa melihat kearah bintang yang muncul di pandangan ku,
dan tampak merasakan menarik nafas panjang 'haa' datang dari kepalaku.
Bagian 2
Kerajaan Norlangarth, kota terbesar di Dunia Manusia Centoria adalah yang
dibentengi oleh tembok yang melingkar mengelilingi nya dan berdiameter 10km...
atau dengan satuan di dunia ini, 10 KiloMel.
Lantai pertama dari kastil melayang Aincrad juga berbentuk bundar dengan diameter
10km. Dengan kata lain, dua area besar ini serupa dari segi bentuk dan luas, Kota
ini mempunyai ukuran yang gak bisa dijelaskan untuk sebuah kota di dunia virtual,
dan populasi nya mencapai 20.000.
Juga, kota ini mempunyai struktur yang unik. Tembok kuat dari kota ini bertemu
pada sebuah titik, membentuk perpotongan X dan membagi kota menjadi empat
area. Penjelasan lain nya, 4 tembok ini memotong dengan sudut 90 derajat
membuat bentuk kipas saat mereka bertemu. Yang paling mengagetkan adalah
empat kota ini bernama Centoria Utara, Centoria Timur, Centoria Barat dan
Centoria Selatan, ibu kota dari 4 Kerajaan yang menguasai seluruh Dunia
Manusia.
Dengan kata lain ibu kota 4 Kerajaan Besar semuanya ada di tengah-tengah
Dunia Manusia, hanya dipisahkan oleh sebuah dinding.
Aku sangat kaget saat mendengar hal ini. Raja dan pasukan utama, Markas besar
para Ksatria, pasti ada disuatu tempat di ibu kota. Bukan nya akan langsung menjadi
'final battle' kalau terjadi perang? Aku hampir mengatakan hal itu kepada Eugeo,
tapi masih sempat menghentikan diriku sendiri. Di dunia ini, dimana pencurian, dan
pembunuhan gak akan terjadi sama sekali, akan sangat mustahil terjadi nya perang
antar Kerajaan.
Meskipun butuh identifikasi untuk melewati tembok marmer besar ini yang
sepertinya disebut Immortal Wall melihat lebih dalam Centoria Utara dimana
kita berada, terdapat lumayan banyak orang-orang berambut hitam dari Kerajaan
Timur, orang berkulit coklat dari Selatan dan orang kurus dari Barat yang merupakan
pedagang atau turis. Mereka semua orang asing, tapi mungkin menggunakan
bahasa yang sama (meskipun ada beberapa logat), gak ada perselisihan antara
mereka.
Aku bahkan gak bisa merasakan perasaan permusuhan antar kerajaan, apalagi
perang. Alasan nya sudah pasti adalah menara putih murni yang berdiri kokoh di
tengah-tengah ibu kota, pusat dari Dunia Manusia.
Centoria Cathedral milik Gereja Axiom.
Atap nya selalu terselimuti, seperti bersatu dengan langit, jadi Aku gak bisa melihat
pasti berapa ratus meter tinggi nya menara itu. Mungkin akan terlihat sangat megah
jika dilihat dari bawah, tapi tanah Gereja yang melingkar juga dikelilingi oleh tembok
yang tinggi, jadi gak mungkin untuk mengintip kedalam. Immortal Wall yang ada di
tengah-tengah Centoria tersambung dengan erat ke empat penjuru dari tembok
Cathedral... atau lebih tepatnya, akan lebih baik mengatakan kalau tembok itu
menjulur keluar dari Cathedral.
Sedikit tambahan, Immortal Wall ini gak hanya menyelimuti jalanan Centoria. Itu juga
mencapai pilar kota, yang membentang keluar melewati padang rumput, hutan,
padang pasir, dan sampai ujung dari Mountain Range at the Edge, 750km jauh
nya.[10]. Secara natural, dunia ini gak punya mesin konstruksi atau semacam nya,
jadi benar-benar menakutkan membayangkan berapa lama dan berapa jumlah
pekerja untuk membangun tembok seperti ini.
Itu berarti kewenangan Gereja Axiom adalah absolut.
Menara yang mencengangkan ini, kastil ini, dimana orang bisa melihat 4 Kerajaan
tempat para Raja tinggal dari atas, berdiri dipusat Dunia Manusia. Mungkin, di
UnderWorld ini, pembedaa antara orang-orang dari negara yang berbeda hampir
sama seperti penduduk Tokyo dan penduduk Saitama bagiku itu adalah
feeling yang kurasakan.
Kalau begitu, apa guna nya membagi Dunia Manusia yang bahkan populasi nya gak
sampai 100.000 menjadi 4 Negara? Fikiran ku mempunyai pertanyaan seperti ini,
dan sampai sekarang, Aku masih belum menemukan jawaban nya. Pada saat yang
sama, Aku sama sekali gak bisa tau alasan kenapa ada Gereja Axiom yang eksis
diatas negara.
Di Gereja Axiom, ada petugas sipil seperti pendeta dan patriark, dan juga
petugas militer yang bernama Integrity Knight, tapi jumlah mereka gak banyak.
Sepertinya jumlah mereka gak lebih dari 100. Rina-senpai memberitaukan hal ini
sebelum nya. Sebaliknya, jumlah total dari ksatria dan prajurit di 4 Kerajaan
berjumlah sekitar 2000 orang. Namun, gak ada sejarah raja menentang Gereja
sebelum nya... Apakah ini karena bahkan seorang raja gak bisa melawan Gereja
dan Taboo Index? Atau karena beberapa Integrity Knights masih lebih kuat dari
pada pasukan 2000 orang? Atau karena kedua nya?
Keagungan dari Centoria Cathedral yang memanjang keangkasa bisa dilihat
darimanapun dari kampus Master Swords Academy. Setelah Aku menyelesaikan
yang bisa-disebut-latihan dengan Rina-senpai, Aku dengan capat berjalan keluar
asrama pendekar elit, melewati udara dingin sore dari musim semi, dan melihat
keatas kearah menara putih besar yang terlihat oranye dan biru dari kejauhan.
Pada saat ini, si pengamat, yang berdiri di atap menara itu dan melihat kebawah ke
Dunia Manusia ini, seseorang dari dunia nyata seperti ku? Atau apakah ia
seseorang dari UnderWorld, sebuah Fluctlight buatan? Meskipun rencana kami
sukses, akan butuh waktu satu setengah tahun lagi untuk menemukan jawaban
pertanyaan ini. Tentu saja, kalau akselerasi berjalan 1000 kali tanpa gangguan,
hanya 10 jam berlalu di dunia nyata, tapi itu masih sangat lama dari pandangan ku.
Sudah dua tahun lamanya sejak aku bangun di hutan dekat Rulid. Selama dua tahun
ini, Aku telah diburu oleh malam tanpa tidur yang membuat ku gemetar, oleh
kegelisahan akan tak mengertinya situasi ku dan keinginan untuk bertemu Asuna,
Suguha, orang tua dan teman-teman ku.
Tapi pada saat yang sama Aku sedikit merasa takut untuk menemukan pintu
keluar di puncak Cathedral. Sekali aku log out dari dunia ini, itu berarti Aku akan
mengucapkan selamat tinggal kepada banyak orang di dunia ini. Selka dan anakanak lain yang sudah lama tidak kutemui, beberapa teman ku di sekolah, Solterinasenpai yang selalu melatih ku sebagai valet nya selama setahun ini, dan tentu saja,
satu-satu nya partner ku, Eugeo.
Sejak lama sekali, Aku gak bisa memperlakukan mereka seperti AI. Selain
perbedaan kecil yaitu berada di medium jiwa yang berbeda, mereka adalah manusia
seperti ku juga. Kami membutukan waktu dua tahun pindah dari Rulid ke Zakkaria,
dan akhirnya ke Centoria, dan aku punya perasaan yang kuat tentang hal ini
sekarang.
Enggak, itu bukan hanya persahabatan dan kasih sayang yang simpel dengan
Eugeo dan yang lain nya. Ke dunia yang indah dan sangat luas ini, Aku...
Aku memotong pikiran ku, mengambil nafas panjang, dan mengubur nya dalamdalam.
Aku melihat kearah tempat yang kutuju, bangunan yang terlihat tua yang ada di
depan pandangan ku. Bangunan batu yang tinggi nya 2 lantai, dan atap nya
diletakkan dengan ubin batu hijau. Ini adalah asrama dimana 120 murid di Centoria
Master Swords Academy tinggal.
Kalau bisa, Aku benar-benar ingin melompat ke atap dari lantai kedua dan kembali
ke ruangan ku untuk lebih simpel, tapi menurut aturan asrama, Aku gak bisa
melakukan nya. Gak seperti asrama pendekar elit yang santai, asrama murid
pemula dan menengah yang berlokasi agak berdekatan mempunyai aturan yang
ketat seperti Knight of Blood di SAO.
Aku meyakinkan pikiran ku dan berjalan menaiki tangga batu di pintu masuk,
berhati-hati dan mendorong pintu asrama. Aku untuk sementara melangkah ke lobi,
mengambil 1, 2 langkah maju dan tiba-tiba ada suara batuk dari sisi kanan.
Dengan deg-degan, Aku berbalik arah untuk melihat sumber suara itu, dan saling
memandang dengan wanita yang duduk dibelakang counter. Rambut berwarna teh
nya diikat dengan rapi, dan penampilan nya adalah perwujudan dari istilah 'galak'.
Wanita itu berumur 25 tahun.
Aku meletakkan tangan kiri ku dekat dengan pinggang, meletakkan kepalan tangan
kanan di sisi kiri dadaku, memberikan 'Salam Ksatria', dan dengan keras berseru,
"MURID PEMULA KIRITO TELAH KEMBALI KE ASRAMA!"
"...Tapi sepertinya kau terlambat dari waktu yang ditentukan selama 38 menit."
Gak ada jam didunia ini, jadi manusia hanya bisa mengecek jam dengan Bells of
Time-Telling yang ada di seluruh penjuru kota, termasuk di Akademi, yang berbunyi
tiap 30 menit. Normalnya, butuh sihir spesial tingkat tinggi untuk menentukan waktu
dengan akurat, tapi untuk suatu alasan, wanita itu Nyonya Azurika, supervisor
asrama, sepertinya menggunakan kemampuan sistem luar atau apapun itu untuk
mengetahui kalau sekarang jam 5.38pm.
Aku mempertahankan posisi salam ku, menurunkan suara ku sedikit, dan menjawab,
"Itu karena Saya mendapat pelajaran tambahan dan tips praktis dari mentor ku,
pendekar elit Celulute."
Mendengar perkataan itu, Suster [11] Azurika menatap ku dengan mata hijau kebiruan
nya. Entah karena aura galak yang mengelilingi nya atau karena nama yang familiar,
Aku teringat akan seseorang. Aku pernah berfikir ingin bertanya sebelum Aku pergi
"Apa kamu punya saudara di Utara bernama Suster Azariya?" , tapi sayang sekali,
Aku gak pernah punya kesempatan untuk melakukan nya. Kapan pun Aku berbicara
dengan nya, Aku selalu mendapatkan peringatan, seperti sekarang.
"...Memang gak bisa diapa-apain berhubung tugas valet adalah untuk menerima
bimbingan dari pendekar elit. Tapi Murid Pemula Kirito, mungkin kamu gak pernah
menggunakan nya sebagai tugas, tapi sebagai alasan untuk telat pulang... Kamu
gak pernah menghapuskan kecurigaan ku selama ini."
Mendengar hal ini, Aku melepaskan Salam Ksatria ku, meletakkan tangan kanan ku
kebelakang kepala, melemaskan otot-ku dan tersenyum dengan paksa,
"A-Anda benar-benar suka bercanda yah, Nyonya Azurika. Tujuan ku hanya
mengembangkan sword skill, Telat pulang hanyalah efek samping nya. Saya gak
pernah pulang telat dengan sengaja, gak akan pernah!"
"Aku mengerti. Jadi kamu menghabiskan setahun bekerja keras sampai melanggar
jam lama. Sepertinya kau mungkin sudah melatih dirimu sendiri sampai tingkat yang
terolah. Kalau kamu benar-benar ingin melihat hasil latihan mu, Aku akan benarbenar senang untuk menjadi lawan tanding mu, kau mau?"
"Hukk." Aku membeku lagi saat mendengar hal ini.
Sacred Task Nyonya Azurika adalah menjadi 'Supervisor Asrama Murid Pemula,
Master Swords Academy Centoria Utara', dan bukan sebagai instruktur. Namun,
semua orang dewasa di akademi ini pada dasarnya lulusan Akademi ini, jagi dengan
kata lain, kemampuan sword skill mereka bukan main. Setiap murid disini tau kalau
murid yang gak melanggar peraturan, tapi melakukan sesuatu yang menentang nya,
akan diberikan remedial spesial yang mengerikan dari nya, seorang pengguna
Nolgea-style.
Kalau begitu, apa yang akan terjadi jika ada murid yang melanggar peraturan
Untunglah, hal seperti itu gak akan terjadi. Orang-orang yang tinggal di dunia ini,
Fluctlight buatan mempunyai sifat unik yang 'gak bisa melanggar peraturan'. Hanya
ada satu pengecualian, Aku, seseorang dari medium Fluctlight yang berbeda.
Memikirkan hal itu, benar-benar ajaib bahwa Aku gak pernah sekalipun melanggar
peraturan sekolah ini selama setahun kebelakang. Aku menelan pikiran ini dan
menggelengkan kepalaku dengan keras.
"Enggak, kenapa Saya berani-berani nya merepotkan mu, Azurika-sensei? Saya
baru saja menyelesaikan tahun pertama latihan saya."
"Beneran? Kalau begitu, tunjukkan hasil latihan mu padaku setelah kamu
menyelesaikan tahun kedua mu."
"...Ya, pasti."
Aku harus menundukkan kepala ku dan berdoa sungguh-sungguh agar ia
melupakan tentang hal ini tahun depan. Nyonya Azarika akhirnya memalingkan mata
nya menuju dokumen di tangan nya dan berkata,
"Waktu makan malam 17 menit lagi. Jangan telat."
"Y-Ya! Permisi!"
Aku kemudian menunduk, dengan cepat berbalik arah, dan berlari keatas melalui
tangga besar didepan dengan kecepatan maksimum yang diperbolehkan. Eugeo
dan Aku tinggal di ruangan 206 di lantai dua. Ada 10 orang yang tinggal di ruangan,
tapi 8 orang lain nya semuanya baik-baik. Mereka dari ruangan 106, tempat
perempuan tinggal, dan ruangan 206 ini semuanya adalah murid dengan latar
belakang rakyat jelata. 100 orang lain nya semuanya anak bangsawan dan anak
saudagar kaya. Ini dilakukan untuk mencegah interaksi yang canggung di ruangan...
dan beberapa alasan lain. Aku dengan mulus menghindari murid yang sedang
berbincang dan tertawa di koridor sambil menuju ke kantin, membuka pintu di ujung
bagian barat, dan pada saat aku memasuki ruangan
"Kau sangat lambat, Kirito!"
Sebuah suara menyambut ku.
Tentu saja, yang berbicara adalah partner yang duduk di tempat tidur kedua dari
belakang di sisi kanan...bukan, partner yang sudah berdiri, Eugeo.
Tubuh yang berdiri dengan kedua tangan di pinggang nya lebih tinggi 3cm dibanding
2 tahun yang lalu, dan fisik nya terlihat lebih kuat. Sudah dapat diperkirakan,
berhehubung ia berumur 19 tahun ini Namun, wajah ramah dan kilauan di mata
hijau nya sama sekali gak berubah sejak pertama kali Aku bertemu dengan nya.
Selama dua tahun ini, ada beberapa kejadian yang gak menyenangkan, mau itu
pada tahun pertama saat masa-masa menjadi pasukan penjaga Zakkaria, atau pada
tahun kedua saat kami belajar di Akademi ini, tapi jiwa yang teguh itu gak pernah
menunjukkan sedikit pun kegoyahan.
Sebaliknya, kalau berbicara tentang diriku, secara personal Aku gak pernah
berubah, tapi yang menakutkan adalah fisik ku sudah berubah seperti partner ku.
Aku tambah tinggi, dan otot ku tambah kuat. Aku berumur 17 saat masuk kedalam
dunia ini. Dengan kata lain, ada perbedaan waktu 2 tahun antara diriku yang ada di
UnderWorld dengan diriku yang ada di dunia nyata.
Setelah menghabiskan waktu 2 tahun di SAO sebelum bebas, Aku bisa mengatasi
ketidaknyamanan itu, tapi ketika aku melihat kondisi yang sekarang, sepertinya aku
mungkin harus menghabiskan 3-4 tahun sebelum berasil keluar... sambil berfikir
tentang hal seperti itu di pikiran ku, Aku berjalan kearah partner ku, membuat isyarat
'maaf' dengan tangan kanan ku, lalu berbicara,
"Maaf membuatmu menunggu. Latihan ku dengan Rina-sanpai kali ini extra
panjang..."
"...Yah, hari ini adalah yang terakhir, jadi bukan nya aku gak ngerti."
Ucap Eugeo sambil menatap ku. Setelah itu, ia tiba-tiba menunjukkan sedikit
senyum.
"Tapi sebenarnya, Aku juga telat 12 menit. Aku keasyikan ngorol dengan
Gorgolosso-senpai di ruangan nya."
"Apa, jadi kamu baru sampai juga... Tapi benar-benar gak terduga. Kupikir Golossosenpai itu orang yang akan menggunakan pedang nya untuk memberikan pelajaran
terakhir nya."
Aku berjalan melewat Eugeo, menuju ke tempat tidur paling jauh yang dekat dengan
tembok dan menyatu dengan meja, dan menaruh sarung tangan, pelindung siku dan
pelindung lutut diatas laci. Kalau ini di dunia nyata, alat pelindung untuk kendo pasti
akan mengeluarkan bau yang menjijikkan kalau aku tinggalkan seperti ini, tapi gak
perlu khawatir tentang hal seperti itu saat bakteri gak eksis di dunia ini. Seragam
yang tadinya basah karena keringat saat latihan sekarang sudah mengering dengan
ajaib meskipun Rina-senpai gak pernah berkeringat sama sekali dari awal sampai
akhir.
Setelah melepaskan beban dari tubuh ku, Aku mengangkat kepala ku, dan Eugeo
memberikan senyum masam dan menjawab.
"Kamu harusnya gak melihat Gosso-senpai seperti itu, ia sebenarnya banyak fokus
ke masalah teori juga... Bukan, kurang tepat kalau aku mengatakan nya begitu. Ia
bilang kalau aspek mental dan estetika sangat penting juga..."
"Ahh, Aku bisa mengerti itu. Valto style yang pria itu gunakan terasa lebih fokus ke
one-hit-ko dibanding dengan Nolgea style."
"Itu benar. Dasar dari Aincrad style kita untuk merespon pada saat genting. Namun,
senpai sering bilang padaku, 'Sesekali, pendekar pedang harus mempertaruhkan
segala nya pada momentum kuat yang gak bisa digoyahkan untuk melancarkan
serangan yang kuat!'"
"Aku mengerti. Hal itu mungkin benar. Sekarang kau mengatakan nya, Kurasa
gerakan pedangmu menjadi lebih berat akhir-akhir ini... Tapi kalau aku bilang begitu,
bagaimana kalau Aku menggabungkan Aincrad-style dimana Aku harus merespon
pada situasi genting dengan Celulute-style yang terus berubah?"
Kami berdua berjalan keluar kamar sambil bertukar pikiran seputar topik ini.
Sepertinya 8 orang lain nya sudah keluar ke kantin berhubung kami gak bisa melihat
mereka di koridor. Asrama ini, satu-satu nya peraturan tentang makan malam ialah
kami harus menyelesaikan makanan kami sebelum jam 7pm, jadi kami harus sampai
disana jam 5 lewat sedikit, tapi kami akan mendapat masalah kalau kami
ketinggalan waktu berdoa sebelum makan malam. Bagi murid-murid lain yang
seorang bangsawan, kami hanyalah 'cowok arogan yang hanya rakyat jelata, tapi
terpili menjadi salah satu dari 12 valet'.
Kami berjalan secepat nya dan menuju ke kantin besar di sisi paling Timur. Bukan
suatu kebetulan bahwa kamar rakyat jelata berada paling jauh dari kantin. Kudengar
asrama pendekar elit juga sama-sama terletak paling jauh bagi rakyat jelata, tapi
pada bulan April, kami gak perlu melewati jalan panjang ini Kupikir. Itu karena
kami akan menjadi salah satu dari 12 murid top saat ujian kenaikan pada akhir
bulan, dan dipastikan menjadi pendekar pedang elit.
Pada saat ini, seperti nya Eugeo memikirkan hal yang sama dan dengan pelan
berkata,
"...Sudah gak banyak lagi sisa hari dimana kita harus 'berjalan melewati koridor
dengan cepat'"
"Ahh, dibandingkan disini, asrama pendekar elit benar-benar kebebasan... Tapi
Eugeo, ada sesuatu yang Aku belum terbiasa tentang kehidupan pendekar elit..."
"Gak perlu kamu bilang juga Aku udah tau. Ini tentang memiliki valet, kan?"
"Jawaban yang bagus. Aku senang Aku bisa membantu Rina-senpai melakukan
sesuatu dan menerima bimbingan nya... Tapi kalau Aku ada di posisi senpai..."
"Ya... Aku gak tau apa yang akan terjadi kalau anak bangsawan menjadi valet kita..."
Kami berdua menghela nafas yang panjang.
Pada saat ini, kami akhirnya melewati koridor yang panjang. Kami mendorong pintu
didepan kami, dan atmosfir yang berdegung keluar dari dalam, mengelilingi kami.
Kantin ini menduduki lantai pertama dan kedua, dan satu-satu nya fasilitas umum
yang laki-laki dan perempuan gunakan bersama-sama. Kebanyakan dari laki-laki,
yang merupakan mayoritas dari 120 murid, duduk berkelompok di meja mereka,
sama juga seperti perempuan, tapi di tengah, ada beberapa orang berkemampuan
tinggi dari jenis kelamin yang berbeda asyik ngobrol dan tertawa. Hal itu gak terlalu
berbeda dengan dunia nyata.
Eugeo dan Aku buru-buru menuruni tangga, mengambil nampan yang makan malam
nya sudah disiapkan dari counter, dan pergi ke meja kosong di pojokan. Kemudian
bel jam 6 berbunyi. Sepertinya kami gak telat. Aku sedikit menghela dengan lega.
Murid laki-laki (tentu saja, bangsawan kelas atas) yang merupakan ketua asrama
berdiri dan menjunjungkan doa kepada Gereja Axiom. Semua murid mengucapkan
sebuah kata-kata bersama-sama Awai Ardmina. Aku sama sekali gak tau apa arti
kata-kata ini. Akhirnya, waktunya untuk makan.
Menu makan malam hari ini adalah whitefish goreng yang diberi saus vanilla, salad,
sup sayuran dan dua roti. Ini gak terlalu berbeda dengan makanan yang disiapkan
Gereja di Rulid dan peternakan Zakkaria, jadi benar-benar mengejutkan untuk
melihat sekolah berisi banyak bangsawan menyediakan makanan pribumi, tapi
mereka gak menunjukkan rasa gak puas dan dengan normal memakan nya.
Itu karena, meskipun mereka bangsawan, gaya hidup mereka tak terduga ternyata
simpel atau enggak. Sepertinya Sumber Daya yang unik dari UnderWorld
adalah alasan nya.Untuk menjelaskan hal ini, ada sebuah sistem, 'batasan dari
berapa banyak objek yang bisa diproduksi di area tertentu'. Itu berarti mereka hanya
bisa mendapatkan beberapa jumlah hasil panen, ternak, hewan liar dan ikan pada
waktu tertentu, dan batasan itu gak bisa dirusak.
Kalau ada bangsawan yang memonopoli makanan dalam jumlah besar, berarti akan
ada beberapa dari rakyat jelata yang akan mati kelaparan. Life mereka akan
berkurang. Ini adala sesuatu yang melanggar Taboo Index 'tidak boleh mengurangi
Life orang lain tanpa alasan yang valid', dan bahkan bangsawan atau raja pun gak
bisa melanggar nya. Demikian, dengan cara ini, desakan untuk memiliki berbagai
jenis makanan itu berhubungan dengan mempertahankan Life, dan memonopoli
makanan itu sudah terlarang dari awal... atau seperti itulah masalah nya kira-kira."
Tapi meskipun mereka gak menuntut makanan mewah, bukan berarti kalau semua
bangsawan itu orang baik.
"...Itu benar-benar bikin iri, Tuan Raios!"
Pada saat kami tak sengaja mendengar kata-kata itu dari belakang kami, Eugeo dan
Aku menunjukkan wajah yang jengkel.
"Kita bekerja keras dan berkeringat membersihkan kantin, tapi beberapa orang
hanya perlu datang dengan santai dan tinggal makan. Bukan nya itu bikin ngiri?"
Suara yang lain mengucapkan kata-kata itu yang sangat jelas ingin orang lain
mendengar,
"Yah, jangan bilang begitu, Wanbell. Valet juga bekerja keras di tempat yang gak
bisa kita lihat."
"Kuku, bener juga. Kudengar kalau valet harus menuruti semua kata-kata mentor
nya."
"Kalau, kita bertemu mentor yang latar belakang nya rakyat jelata atau latar
belakang terlarang, kita gak akan tau akan dipaksa melakukan apa saja."
Kami akan terjebak pancingan mereka kalau kami bereaksi. Karena itulah Aku
hanya membelakangi mereka dan berkonsentrasi menggerakkan garpu ku. Tapi
meskipun Aku bisa menahan tindakan ku, Aku gak bisa menahan kemarahan
didalam hatiku. Bukan masalah kalau hanya Eugeo dan aku, tapi yang mereka
singgung 'rakyat jelata' disini adalah mentor Eugeo, Gorgolosso-senpai, dan
'terlarang' merujuk pada mentor ku, Solterina-senpai.
Pola mereka mengejek kami bukan hanya terbatas pada mengejek mentor kami.
Mereka sudah berusaha memancing kami dari awal saat mereka berkata 'beberapa
orang hanya perlu datang dengan santai'. Meskipun ada banyak valet lain disini
selain Eugeo dan aku, hanya kami berdua yang masuk saat hampir makan malam
dimulai. Dengan kata-lain, ejekan itu memang sudah ditargetkan pada kami.
Kami bertemu beberapa orang yang mengesalkan di Zakkaria sebelum nya. Saat
turnamen, orang itu, Egome Zakkalight yang menjadi lawan ku adalah orang yang
agak standard dari segi kearoganan nya, tapi cara sinting mereka menentang kami
di Akademi benar-benar membuatku terkesan. Ini adalah salah satu alasan kenapa
'semua penduduk didunia ini adalah Fluctlight buatan, AI' dihapus seluruh ingatan
nya, dan itu mungkin karena kaya akan kosakata yang mereka punya.
"...Cukup bertahan selama beberapa hari."
Yang berbicara dengan pelan adalah Eugeo, yang duduk disamping ku sambil
merobek roti.
Kata-kata itu mempunyai arti dari 'kita akan menjadi pendekar elit, kita akan pergi ke
asrama yang berbeda dengan orang-orang itu'. Bagi Eugeo, mungkin ini kata-kata
yang kompetitif, tapi bukan berarti pemikiran tanpa dasar.
Dari 120 Murid, hanya 12 yang akan menjadi Valet, dan mereka semua dipilih
oleh 12 Pendekar Elit murid tahun kedua dari murid kelas satu yang top.
Kalau menjadi valet, mereka gak perlu membersikan asrama atau memperbaiki
peralatan mereka. Namun, setelah sekolah, valet harus pergi ke kamar pendekar
elit, mentor mereka, membersihkan kamar mereka, melayani mereka, dan menjadi
lawan sparing mereka.
Gak ada dari mereka berdua yang mengucapkan kata-kata sarkasme yang menjadi
valet, itu berarti nilai mereka lebih rendah dari pada Eugeo dan Aku pada saat
penerimaan. Selama satu taun ini, mereka selalu mondar-mandir diantara peringkat
20 sampai 30, jadi Eugeo bukan hanya asal memprediksi kalau mereka gak akan
menjadi pendekar elit.
...Tapi sebenarnya, apa yang terjadi...?
Aku bergumam dalam hati sambil memegang pisau makan, menatap sosok
dibelakang ku yang terpantul di pisau silver yang berkilau ini.
Dua orang yang duduk di meja yang agak jauh terus melanjutkan pembicaraan
sarkastik mereka sambil melihat kesini. Orang yang duduk dikiri dengan rambut abuabu yang disisir kebelakang, menutupi bagian belakang kepala, bernama Wanbell
Jezeku, dan dia adalah anak bangsawan kelas-4. Di kanan, murid dengan rambut
pirang keriting yang diikat kebelakang adalah anak tertua dari suatu bangsawan
kelas-3 bernama Raios Antinos. Di akademi ini, gak ada bangsawan kelas-1
(sepertinya mereka sudah memanggil guru privat sendiri dan menjadi murid
mereka), dan mereka yang bangsawan kelas-2 ialah Uolo Levanteinn dan beberapa
orang lain nya. Kemudian, bangsawan kelas-3 disini adalah golongan yang dihormati
disini.
Namun, gak semua bangsawan kelas atas seperti mereka. Aku sebenar nya gak
banyak berinteraksi dengan mereka, tapi Uolo-senpai adalah tipe prajurit yang selalu
diam, dan Rina-senpai, yang merupakan bangsawan kelas-3 seperti Raios, adalah
orang yang sangat jujur dan beradab.
Dengan kata lain, Raios dan Wanbell benar-benar tipe 'tuan muda yang cuman bisa
ngomong dan gak bisa apa-apa'... Tapi apa cuma begitu saja? Aku bertanya-tanya.
Aku gak pernah bertanding melawan mereka sebelum nya, tapi ada kemungkinan
kalau mereka hanya main-main saat melakukan ujian tiap 3 bulan... Atau bahkan
saat tes masuk.
Tentu saja, alasan kenapa mereka melakukan hal itu karena 12 murid top semuanya
akan dipilih menjadi valet pendekar elit. Dan di Akademi, hal ini biasanya adalah
suatu kebanggaan, tapi bagi Raios dan yang lainnya yang punya harga diri paling
besar di sekolah, mereka mungkin merendahkan ranking mereka dengan sengaja
agar enggak menjadi valet dan disuruh ini dan itu oleh mentor mereka.
Tentu saja, ini hanya tebakan asal, tapi di latihan yang sebenarnya, Aku merasakan
sedikit tekanan saat melihat styles mereka. Aku merasakan rasa tinggi-diri absolut
yang dimiliki hanya oleh bangsawan kelas atas, dan kekuatan imajinasi yang keluar
dari hal itu.
ditugaskan untuk menjaga bunga ini, tapi bunga ini bukan cuman berfungsi untuk
dipandang. 4 jenis bunga ini adalah material katalis yang digunakan untuk pelajaran
Sacred Arts. Bunga-bunga ditanam tiap 3 bulan, jadi buah nya bisa dibudidayakan
sepanjang tahun. Kalau buah yang kering dihancurkan dengan jari, Sacred power
akan keluar dari nya, dan murid-murid menggunakannya sebagai sumber daya
latihan Sihir.
Tentu saja, Bumi dan Matahari terus menerus memberikan sumber daya, tapi
kekuatan Bumi di kota sangat lemah, dan Matahari suka terpengaruh oleh cuaca.
Harus ada energi dengan bentuk selain kedua hal itu jadi 120 murid setiap tahun
dapat menggunakan sihir mereka dengan handal.
Seperti hal nya musim semi ini, bunga yang mekar musim ini adalah Anemone biru
yang ada di sisi Timur Laut. Sepertinya adalah prioritas tinggi seperti Marigold di
Musim Panas, Dahlia di Musim Gugur dan Cattleya di Musim Dingin... Dengan kata
lain, bunga-bunga inilah yang memberikan sumber daya terbesar.
Selama kira-kira 380 tahun UnderWorld ada, segala bentuk kehidupan mempunyai
perubahan unik mereka tersendiri, tapi mereka tetap sama jenis nya dengan seperti
di dunia nyata. Aku bisa mengerti penting nya tanaman ini, tapi Aku gak begitu yakin
kalau mereka sama seperti yang di dunia nyata.
Setelah bunga layu, mereka akan menghasilkan buah yang berbentuk seperti bola.
Jika seseorang menggunakan jari nya untuk menghancurkan nya, cahaya hijau
(Sacred Power) akan mengapung... Jadi hal ini sama sekali gak ada hubungan nya
dengan yang dunia nyata.
Selama pelajaran Sacred Arts, guru pernah menyebutkan sebelum nya kalau selain
4 Bunga Suci, ada tanaman ajaib bernama Mawar yang memberikan sumber
daya yang besar dan menghasilkan bunga berkali-kali setiap tahun. Para penduduk,
dan bahkan bangsawan dan raja gak dibolehkan menanam nya. Kalau ingin melihat
nya, mereka harus pergi ke tempat langka dimana mawar itu tumbuh di sebuah
gunung. Begitu mendengar nya, Aku menyadari kalau Aku gak pernah melihat
mawar asli sejak Aku datang ke dunia ini. Kalau begitu, berarti mawar itu mungkin
digunakan sebagai tanda Sacred Tool.
Aku terus menikmati dan menatap Anemones yang indah itu saat Aku segera
melewati jalanan berbentuk X dan pergi ke arah barat. Ada gudang yang besar di
ujung, dan sekop, selang dan alat-alat bercocok tanam lain nya ditaruh disana
dengan rapi.
Di tempat tertutup di gudang, ada pot bunga keciil. Eugeo dan Aku jongkok di depan
nya.
"Benar, tumbuh dengan baik. Bukannya akan menghasilkan buah disini?"
Aku mengangguk mendengar perkataan partner ku,
"Udah gagal 3 kali. Baguslah kalau bisa mekar kali ini..."
Yang kami besarkan di pot bunga ini adalah tanaman dengan daun yang tajam yang
hampir seluruhnya biru. Tanaman yang bernama Zephyria, dan sepertinya
merupakan tanaman langka di UnderWorld. Memang gak menghasilkan banyak
sumber daya, tapi memiliki keindahan yang sangat luar biasa... setidak nya menurut
kami seperti itu. Alasan kenapa kami gak tau? Itu karena Eugeo dan Aku dan semua
orang di Kerajaan Norlangarth gak pernah melihat Zephyria asli sebelum nya.
Bunga Zephyria ini adalah tanaman yang tumbuh di sisi lain dari Immortal Wall,
tanaman dari Kerajaan Wesdarath. Gak ada yang menanam ini di Kerajaan Utara.
Ada transaksi antar kerajaan meskipun bunga bukan hal utama, jadi gak
mengagetkan untuk melihat bunga-bunga dan apapun yang berhubungan dengan
bercocok tanam. Namun, bukan begitu yang terjadi. Alasan kenapa gak ada Sacred
Task seperti Tukang Bunga adalah karena 'bunga yang gak bisa dimakan seharus
nya ditanam untuk kepentingan pribadi. Mubazir Sacred Power kalau dijual'. Ada
yang namanya 'penjual herbal', dan mereka menanam tanaman di perkebunan, tapi
hanya 4 tanaman suci. Dunia ini memanfaatkan ideologi ini dengan efektif.
Kalau begitu, darimana Aku mendapatkan bunga Zephyria ini?
"Aku yakin ini pasti dari sekumpulan biji yang kamu dapatkan, kan, Kirito?"
Aku mengangguk mendengar pertanyaan Eugeo.
"Ahh, ini yang terakhir... kesempatan terakhir. Paman dari toko rempah itu bilang
suplai selanjutnya akan datang musim gugur berikut nya."
Ya, meskipun gak ada yang menjual bunga, tapi ada orang yang menjual biji. Saat
biji Zephyria ditumbuk menjadi bubuk, mereka mengeluarkan aroma harum vanilla.
Demikian, beberapa biji akan di impor dari kerajaan Barat sebagai bumbu dari suatu
makanan... ini adalah sesuatu yang kudapat musim gugur terakhir.
Pada waktu itu, Aku pada dasarnya gak pernah menggunakan uangku, gaji yang
kudapatkan sebagai penjaga Zakkaria, jadi Aku membeli sebanyak mungkin dari
pedagang rempah namun, ia hanya memiliki kantung kecil penuh biji dan aku
mencoba untuk membesarkan nya.
Ada dua alasan kenapa Aku tiba-tiba tertarik bercocok tanam.
Pertama, ini adalah eksperimen terhadap sesuatu yang tersembunyi didalam dunia
ini, yang kunamakan Imagine System.
Paman dari Toko Rempah bilang padaku kalau bunga Zephyria gak akan bisa
tumbuh di tanah Norlangarth. Aku berfikir untuk menggunakan tanah dari Kerajaan
Barat untuk membesarkan nya, dan bahkan berlari sepanjang jalanan di pinggir
Central dan menggali sedikit tanah. Namun, biji pertama yang kutaruh gak pernah
tumbuh, dan kemudian, Life nya berkurang menjadi 0 kemudian menghilang di pot
bunga. Namun, hal ini gak ditentukan oleh orang-orang di dunia nyata yang
"Tapi omong-omong, Kirito, kita udah bersama-sama selama dua tahun, tapi Aku
gak tau kalau kamu tertarik akan hal yang beginian."
"Yah anu, sebenarnya, Aku sebenarnya juga gak tau kenapa..."
Itu hanya jawaban asal, dan gak ada makna tertentu dibalik nya. Namun, ekspresi
Eugeo berubah saat ia mendekatiku, sebelum berkata,
"Gak, ini adalah tanda kalau ingatan mu mulai pulih. Kamu mungkin merawat bunga
di rumah sebelum muncul di Rulid, Kirito... Atau mungkin Sacred Task aslimu adalah
sesuatu seperti ini atau semacam nya."
Mendengar hal itu, Aku menunjukkan tatapan kosong ke wajah partner ku.
Kemudian buru-buru berdehem dan berkata,
"Oh-Oh begitu...kenapa yah? Aku gak tau apapun tentang tanaman. Yang kulakukan
hanya belajar dari tukang kebun Miller dan yang lain nya."
Aku sebenarnya hampir lupa akan hal ini, tapi Aku adalah Lost Child of Vector...
Manusia yang ingatan nya diambil oleh Dewa Kegelapan Vector dan dilempar ke
tempat yang jauh dari desa. Di Akademi, tempat lahir ku adalah Rulid, jadi hanya
Eugeo lah yang tau asal usul ku. Dan juga, akhir-akhir ini dia gak pernah
membicarakan apapun tentang ingatan ku, jadi kupikir dia udah gak memikirkan
nya tapi kayaknya gak gitu.
Mendengar jawaban ku, Eugeo mengangguk, tapi gak meneruskan nya dan
memalingkan pandangan nya ke pot bunga,
"Sip, ayo cepat siram bunga nya. Mereka menyuruh kita untuk bergegas."
"Oh, jadi sekarang kamu bisa mendengar mereka, Eugeo-kun?"
"Tentu saja, Aku sudah mengurus mereka bersama Kirito-kun."
Itu semua hanya candaan lalu Aku bersiap-siap didepan pot bungi dan mulai
bergumam dalam hati.
...Pot ini memang kecil, tapi itu adalah negara mu. Gak ada yang bisa mengancam
mu. Kamu harus besenang-senang dibawah matahari, serap air ini dan tumbuhlah
menjadi bunga.
Aku membiarkan imajinasi ku ini masuk kedalam air di penyiram, dan menyiram nya
dengan tangan kanan ku. Tetesan air mendarat di batang biru yang agak tipis dan
daun dari Zephyria, melembabkan nya, mengalir kebawa dan menghilang di tanah
hitam.
Pada saat ini, Aku sepertinya melihat kilauan hangat yang menyelimuti ke 23
kecambah.
Apakah ini imajinasi sepert sebelumnya? Ataukah selagi aku berfikir seperti ini,
Aku berbalik untuk melihat Eugeo yang ada disamping ku, tapi ia sepertinya
menutup mata nya dan gak menyadari hal ini. Saat aku memalingkan pandangan ku
kembali ke pot bunga, cahaya putih telah hilang tanpa jejak.
Aku merasa segan ke Eugeo, yang melakukan hal ini bersama ku demi kesenangan
pribadi ku (alasan untuk sebuah experimen), tapi Aku gak pernah bilang kepadanya
kalau ini adalah bunga Zephyria. Ia pikir ini hanyalah biji yang gak diketahui yang
kudapatkan dari toko.
Alasan kenapa Aku gak mengatakan kebenaran kepadanya adalah karena kalau
Aku bilang kepada nya, akal sehat Eugeo akan terkikis oleh imajinasi ku. Tujuan dari
eksperimen ku bukan untuk bertarung di pertarungan kehendak melawan partner ku,
dan ini sudah pasti bukan lah keinginan pribadi ku. Jujur saja, Aku selalu takut kalau
saat kami menjalani ujian sparing antara pendekar elit, Aku akan melawan Eugeo...
...Hey, Kirito.
Tiba-tiba, Aku dipanggil oleh Eugeo, yang melebarkan matanya. Secara naluri Aku
menengok untuk melihat, tapi, meskipun ini bukan suara dari hatiku, yang Eugeo
katakan benar-benar tak kuduga,
"Kirito, kalau ingatanmu kembali, apa yang akan kau lakukan setelah nya...?"
"Eh...? Apa yang akan kulakukan? Apa maksudmu?"
"Kau tau, Kirito, kamu bekerja keras, belajar untuk menjadi pendekar elit di Akademi
ini... untuk akhirnya menjadi Integrity Knight. Kamu hanya perlu menemani ku untuk
mencapai tujuan ku, benar kan? Tujuan ku adalah untuk menemui Alice, yang
dibawa pergi oleh Gereja Axiom 8 tahun yang lalu, tapi... Kalau ingatan mu pulih dan
memikirkan kampung halaman mu..."
...Kamu pasti ingin kembali, kan?
Eugeo gak mengatakan hal itu tapi bertanya dengan mata nya.
Apa Aku ingin kembali ke kampung halaman ku? Tentu saja, jawaban ku adalah
'ya'. Tapi, kampung halaman ku gak ada dimanapun di UnderWorld. Tempat dimana
rumahku berada, dimana orang-orang menunggu ku, adalah negara yang bernama
Jepang di dunia nyata, diluar dunia ini.
Kalau Aku ingin log out dari sini, Aku harus menemukan Sistem Admin atau Sistem
Konsol atau semacam nya. Dan kalau Aku harus menebak dimana letak benda
seperti itu, jawaban nya adalah area Pusat dari Centoria Cathedral, Gereja Axiom.
Demikian, Aku mempunyai alasan yang berbeda untuk menjadi Integrity Knight
dibandingkan dengan alasan Eugeo.
Aku menahan keinginan ku untuk memberitau partner ku, bukan, teman baikku;
memindahkan botol kosong ke tangan kiri nya dan menepuk pundak nya dengan
tangan kanan ku. Aku menaruh tangan kanan ku di pundak nya dan berkata dengan
pelan,
"...Enggak, meskipun jika ingatanku benar-benar pulih, Aku gak akan kembali. Aku
benar-benar merasa kalau aku adalah Pendekar Pedang dari tempat Aku
berasal... Meskipun aku punya ketertarikan akan menanam bunga, bukannya tujuan
akhir ku adalah mencapai Turnamen Persatuan Empat Kerajaan di Centoria?"
...
Mendengar kata-kata ku, bahu Eugeo sedikit gemetaran.
Ia tetap berada dalam posisi jongkok nya sambil menundukkan kepala dengan
rambut berwarna kuning muda nya dan berkata dengan suara yang nyaris tak
terdengar.
"...Aku, benar-benar orang yang lemah. Kalau aku gak bertemu dengan mu dibawah
Gigas Cedar, Aku mungkin masih akan mengayunkan kapak ku setiap hari. Aku
hanya akan menggunakan Sacred Task ku sebagai alasan dan gak pernah serius
berfikir akan meninggalkan desa... dan akhirnya, melupakan tentang Alice..."
Eugeo menatap kearah batu bata disamping nya, dan ia mengutarakan apa yang ia
pikirkan selama ini dengan suara yang amat kecil.
"...Itu juga sama dengan saat Aku bergabung dengan pasukan penjaga di Zakkaria,
dan sama dengan saat Aku bisa pergi ke Centoria dan masuk ke Akademi ini. Itu
semua karena kamu ada didepan ku jadi Aku bisa melakukan semua itu, Kirito. Jadi
setidaknya... Aku harus menjadi sekuat dirimu sebelum Aku lulus, Kirito, itu yang
kupikirkan. Tapi, saat kamu bilang gak akan kembali ke kampung halaman mu
meskipun ingatan mu pulih... Aku merasa lega..."
Tangan ku merasakan sedikit gerakan karena terkejut.
Aku menyalurka tenaga ke tangan kanan ku, dan mulai menggumam dalam hati
seperti yang kulakukan terhadap bunga. Kamu sangat kuat, kamu lah yang
memutuskan untuk meninggalkan desa untuk mencapai tujuanmu di dunia yang
penuh dengan berbagai hukum, aturan, dan segala batasan ini. Aku bergumam.
"...Dengarkan aku, Aku gak mungkin bisa mencapai Central sendirian."
Sembari Aku bergumam dalam hati, Aku mengatakan hal ini kepadanya.
"Aku gak tau jalan nya, Aku gak mungkin bisa mengingat hukum-hukum Kerajaan...
Dan yang paling penting, Aku bahkan gak punya sepeserpun Shears. Alasan
kenapa kita bisa sampai ke Akademi ini karena kita berdua menjalani nya bersamasama. Hal itu akan sama dengan hari ini dan seterus nya. Kalau kita enggak bekerja
sama, kita gak mungkin bisa mengalahkan para bangsawan muda dan para elit
Imperial Knight yang sudah belajar saat mereka baru belajar berjalan. Sangat
terlambat untuk berusaha keras sendirian dan menjadi Integrity Knight."
...
Bahkan setelah mendengar kata-kata ku, Eugeo tetap terdiam. Tapi setelah
beberapa saat, ia balas berbisik,
"Ahh... Ahh, benar. Kita sudah sampai sejauh ini. Jadi kita harus sampai di menara
putih itu."
"Ya. Untuk itu, kita harus menjadi top 12 pada tes bulan ini... Selain skill praktis, Aku
benar-benar gak terlalu ngerti tentang Sacred Arts... Ajarin aku dengan cara yang
mudah setelah kita kembali ke kamar."
"...Haha, oke. Kita mulai dari Compressed Power lagi."
"O-Oke."
Aku menepuk pundak Eugeo dan berdiri.
Eugeo, yang berdiri agak belakangan, meninggalkan senyuman tenang yang
biasanya. Pada saat ini, partner ku memiringkan kepalanya, dan sepertinya
mengingat sesuatu lalu berkata,
"Omong-omong, apa yang mau kamu bicarakan dengan ku di kantin?"
"Eh...? Aah, ahh, iya, Aku hampir lupa tentang hal itu.:
Aku membalikkan badan ku dan menghadap nya, lalu berbicara dengan nada ku
yang biasanya.
"Eugeo, boleh kupinjam Blue Rose Sword mu untuk kugunakan besok?"
Hmm, okay.
Eugeo sepertinya setuju dengan sepenuh hati sambil mengangguk, dan kemudian
memiringkan kepalanya.
"Tapi kenapa? Bukannya kamu bilang akan lebih baik berlatih dengan pedang kayu
karena kau bilang feel nya bakal ilang?"
"Itu yang Aku bilang tapi... Masalah nya seperti ini. Aku kemarin berjanji pada Rinasenpai kalau Aku akan menunjukkan sword skill ku yang sebenar nya untuk yang
terakhir kali. Aku mungkin hanya bisa mengeluarkan skill dua serangan beruntun
dengan pedang kayu."
"Oh, jadi begitu. Kalau begitu, kamu harus sepenuhnya menunjukkan Aincrad-style
yang sebenarnya. Kamu bisa memakai Blue Rose Sword, tapi..."
Pada saat ini, Eugeo berhenti sejenak, dan kemudian berkata dengan ekspresi yang
agak bingung,
"Haduh, Kirito, apa kau lupa? Hari istirahat besok adalah 'hari itu'."
"Eh? 'Hari itu' apaan..."
"Oi oi, tanggal 6 Maret. Kamu sangat menanti hari itu kan."
"...Ah, ahh, benarkah? Hari benda itu selesai? ...Yah, bukannya Aku lupa...tapi Aku
gak mengira kalau akan makan waktu setahun...."
"Bukannya kamu udah lupa?"
Ahaha, Eugeo tertawa, dan bertanya lagi,
"Jadi, bagaimana? Blue Rose Sword, atau..."
"Enggak, Aku ingin menggunakan pedang ku sendiri. Sepertinya Stacia-sama benarbenar telah membimbing ku. Kamu bilang kamu bersedia meminjamkan pedang mu,
maaf."
"Gak apa-apa. Kalau begitu, ayo kembali ke kamar, oke? Aku akan mengajarimu
dengan benar sampai lampu mati."
"...Mo-Mohon bimbingan nya."
Aku meletakkan alat penyiram kembali ke gudang dan berlari mengejar Eugeo, yang
berjalan keluar.
Aku menengok kebelakang melihat pot bunga untuk terakhir kali, dan melihat
puncak dari pohon muda itu, terdapat tetesan air di kuncup bunga yang menunjuk
kearah langit malam.
Alasan kedua kenapa Aku memutuskan untuk menanam Zephyria untuk eksperimen
ini Jujur saja, Aku merasa ragu setiap Aku memikirkan tentang hal itu.
Karena alasan nya itu sedikit, enggak, sangat memalukan.
Bagian 3
Di UnderWorld, terdapat berbagai macam Sacred Task, tapi diantara nya, mustahil
untuk menemukan sesuatu yang masuk kedalam kategori 'penjelajah'.
'Pedagang' yang melewati batas negara untuk berjualan terlihat mirip dengan
'penjelajah', tapi sedikit rumit untik mendeskripsikan pergerakan mereka sama
seperti 'penjelajah'. Itu karena mereka hanya memindahkan barang-barang mereka
dari satu penjuru dari Central yang bulat ini ke tempat lain, seperti dari Centoria
Utara ke Centoria Timur, atau sebalik nya. Jarak nya juga paling jauh hanya 5km.
Desa di perbatasan terlihat efisien, dan obat-obatan atau barang-barang logam yang
diproses yang mereka gak bisa produksi semuanya dikirim dari kota terdekat
menggunakan kereta kuda (contoh nya, seperti Zakkaria bagi Rulid). Sacred Task
seperti Penghibur Keliling dan Penyanyi Jalanan gak ada, jadi mereka yang
ingin pergi berlibur saat waktu bebas nya akan ada waktunya saat hari istirahat tiap
minggu.
Satu-satu nya pengecualian ialah Integrity Knights yang bisa terbang
menggunakan wyvern dari Centoria ke Mountain Range at the Edge 750km, tapi
Sacred Task itu terlalu unik.
Demikian, penduduk di UnderWorld pada dasar nya gak akan berpindah terlalu jauh.
Namun, hal ini bukan berarti kalau bepergian itu dilarang. Mereka bisa dibolehkan
pergi jauh selama mereka mengikuti aturan Sacred Task mereka seperti agen
furnitur Centoria yang pergi ke Zakkaria di Utara yang jauh. Di samping itu, Aku
sendiri mengikuti peraturan dunia ini dan bahkan telah melewati sebuah negara.
Dengan kata lain, tergantung kepribadian mereka ingin pergi melakukan perjalanan
atau tidak. Dan untuk kepribadian, 99% dari penduduk UnderWorld semuanya
konservatif.
Namun, bukan berarti kalau gak ada satupun orang yang punya selera yang tinggi
akan petualangan.
Salah satunya adalah seorang pengrajin, Satore, yang membuka toko nya di distrik
ke-7 Centoria Utara
Aku menanyakan nya tentang apa perbedaan antara pandai besi dan pengrajin di
dunia ini, dan tak terduga, hanya peralatan lah yang membedakan mereka. Pandai
besi bekerja menggunakan tungku pembakaran, landasan dan palu untuk membuat
produk. Sebalik nya, pengrajin menggunakan pahatan, palu dan alat ukir. Dengan
kata lain, itu hanya perbedaan menempa dan mengukir.
Di dunia nyata, Aku menggunakan dua jenis peralatan, aluminum tempa dan
aluminum pahat di sepeda gunung ku, jadi kupikir disini agak sama... dan jadi saat
Aku asal mengatakan 'kalau mereka berdua memproduksi pedang, gak apa-apa
buat nyuruh pengrajin'. Namun, saat aku mengatakan hal itu, si pemilik toko Satore
memelototi ku dengan pandangan yang tajam dan berkata, "Meskipun jenis besi
yang digunakan sama, hasil jadi nya gak akan sama".
Dari caranya mengucapkan hal ini, seperti nya meskipun besi yang sama persis
digunakan, pedang yang ditempa diengan temperatur tinggi akan mempunyai
prioritas yang lebih besar (Level Objek atau semacam nya) dibanding memahat
pedang. Karena hal inilah, Satore dipandang sebagai seorang 'penempa palsu' saat
ia mulai membuat pedang.
Pada saat itu, jiwa muda dan petualang Satore membawa dengan amarah dan
motivasi. Ia bekerja keras untuk menyiapkan produk yang setahun nilai nya,
menitipkan tokonya kepada istri dan murid nya, dan melakukan perjalanan panjang
untuk menemukan material yang bisa membuat pedang yang lebih bagus dipahat
daripada ditempa.
Tapi meskipun itu adalah perjalanan, seorang pengrajin gak akan mendapatkan izin
untuk meninggalkan negara, jadi ia hanya bisa pindah ke Centoria Utara. Untuk
beberapa bulan, ia pindah dari kota ke kota, desa ke desa, menemukan beberapa
material prospektif tapi mereka gak bisa memenuhi harapan nya. Akhirnya ia
mencapai pohon besar yang tumbuh melewati awan di hutan dekat perbatasan
Utara.
Itu adalah sebuah pohon cedar besar berwarna hitam pucat yang tak terkalahkan
yang gak akan terbakar oleh api, dan gak akan hancur oleh ayunan pedang atau
kapak... tentu saja, itu adalah Pohon Iblis Gigas Cedar.
Pada saat itu, ia bertemu Penebang si tua Garitta (yang seharusnya masih muda
pada saat itu) dan menjadi teman. Ia berniat untuk memotong cabang dari Gigas
Cedar untuk mendapatkan material untuk sebuah pedang, jadi ia memanjat pohon
itu melalui pertolongan Garitta, menggunakan parutan untuk mencoba menggilas
cabang yang ia sukai, tapi bahkan gak bisa membuat sedikitpun potongan selama 3
hari 3 malam.
Satore mulai menangis saat ia menyerah akan niat nya itu, dan bilang pada si tua
Garitta untuk mengabari nya kalau suatu hari pohon ini berhasil ditebang. Pada saat
itu, ia pasti akan kembali ke hutan ini untuk mengambil cabang nya.
Si tua Garitta memenuhi permohonan Satore dengan cara yang agak berbeda.
Bulan Maret terakhir, saat kami akhirnya mencapai tujuan dari perjalanan panjang
kami, Centoria Utara, kami mengikuti perkataan si tua Garitta dan mengunjungi toko
besi Satore. Satore terdiam tak bisa berkata-kata selama 3 menit saat ia melihat
sebuah cabang disajikan kepadanya. Ia menghabiskan waktu 5 menit untuk
memeriksa nya, lalu berkata,
-Beri aku waktu setahun. Setahun kemudian, cabang ini akan menjadi pedang yang
tak bisa dipercaya.
Saking tak bisa dipercaya nya sampai-sampai divine tool milik Integrity Knights
gak akan bisa dibandingkan dengan nya.
Dan kemudian, setelah satu tahun pada suatu hari, Kalender Dunia Manusia
Tahun 380, Hari ke-7 dari bulan Maret, hari ini, si pemilik menyambut Eugeo dan
aku, yang mengunjungi toko nya ini, dengan ekspresi yang menggelora.
"Te-Terus... A-Apa pedang nya udah selesai?"
Aku dengan takut menyela komplein tak berakhir dari Satori.
Tutup mulutmu. Si pemilik toko yang menatap langsung kearah ku dengan jenggot
abu-abu nya mengeluarkan dengusan dan membungkuk kebawah. Satore
mengeluarkan bungkusan paket yang panjang dan sempit dari bawah kasir dengan
kedua tangan nya, mengerahkan tenaga dari tubuh keras nya untuk mengangkat
paket itu.
*GONK!* Paket itu mengeluarkan suara tumpul ketika mendarat di kasir. Si pemilik
toko enggak membukanya langsung.
Ia membiarkan paket nya begitu saja ditangan kanan nya, menggunakan tangan kiri
nya untuk menggaruk jenggot nya, lalu berbicara,
"Anak muda, Aku masih belum bicara tentang pembayaran."
Ugh.
Aku tak bisa berkata apa-apa. Master Swords Academy dikelola oleh negeri, jadi
bayaran sekolah nya gratis. Tapi selama ini, Aku telah menggunakan uang ku untuk
makanan atau hal lain saat hari istirahat, jadi Aku menghabiskan cukup banyak uang
yang kutabung dari pasukan penjaga Zakkaria. Saat ini, pembayaran untuk pedang
(belum lagi biaya usaha 1 tahun dan 6 batu asah tingkat tinggi) sepertinya gak
murah disini.
"...Jangan khawatir, Kirito. Aku membawa smua uang ku kesini untuk jaga-jaga."
Aku benar-benar sangat lega mendengar perkataan Eugeo yang ada dibelakang ku,
tapi untuk suatu alasan, Aku mempunya perasaan yang sangat buruk tentang hal ini.
Jika, hanya jika, total uang kami masih belum cukup untuk membayar ini... apakah
kami akan melanggar Taboo Index? Apakah polisi, bukan, para Integrity Knights
akan segera datang terbang kesini untuk menangkap dan mengirim kami ke
penjara...?
"Bukannya aku gak bisa memberikan nya secara gratis."
Setelah beberapa saat, Satore akhirnya mengatakan kata-kata ini, jadi Eugeo dan
Aku punya keinginan untuk menghela nafas panjang yang lega. Namun, tepat
sebelum itu, ia meneruskan "Tapi",
"...Tapi, anak muda, kalian harus bisa memakai monster ini. Benda ini dan material
nya sendiri sangat lah berat, dan sepertinya kalian punya cukup kemampuan untuk
menenteng material ini jauh dari Utara sampai ke Centoria... benda ini mungkin akan
menjadi lebih berat ketika menjadi pedang. Penempa dan pengrajin semuanya
dilindungi oleh God Terraria, jadi gak peduli seberapa kuat pedang nya, seharusnya
gak akan ada masalah memindahkan nya... tapi bahkan orang tua ini hanya bisa
mengangkat nya setinggi 1 Mel meskipun sudah sekuat tenaga."
"...Monster, huh?"
Aku menggumamkan kata-kata ini selagi menurunkan kepalaku untuk melihat paket
itu.
Meskipun dibungkus dengan karung yang sangat tebal, Aku bisa merasakan
eksistensi yang mendistorsi ruangan keluar darinya. Untuk suatu alasan, Aku gak
bisa bergerak menuju benda yang sangat menggiurkan bagiku... atau mungkin
tubuhku ini termagnetasi oleh nya selagi Aku ragu.
2 tahun yang lalu, Eugeo dan Aku melakukan perjalanan ke Selatan.
Eugeo mempunyai Blue Rose Sword, yang disimpan di bawah tempat tidur asrama
murid pemula, diikat di pinggang nya, dan Aku mempunyai cabang pohon hitam
pekat yang kupotong dari Gigas Cedar. Si tua Garitta meminta tolong padaku
langsung untuk meminta pengrajin Satore untuk mengolah nya, tapi pada momen
itu, Aku dikendalikan niatan apakah Aku harus menguburnya dalam-dalam di hutan
atau tidak.
Meskipun sampai sekarang, Aku masih gak ngerti kenapa. Logis nya, akan lebih
nyaman bagi dua pendekar pedang untuk masing-masing memiliki pedang nya
sendiri dibanding harus berbagi, dan lebih natural. Demikian, Aku harusnya senang
kalau ada cara untuk membuat pedang yang setara dengan Blue Rose Sword.
Aku menepis sedikit firasat ini dengan akal sehat logika ku dan Aku membawa
cabang Gigas Cedar ini ke Centoria dan memberikan nya ke Satore.
Dan kemudian, pada hari ini, setahun kemudian, cabang ini akhirnya berubah
menjadi sebuah pedang, menungguku untuk membuat kontak pertama dengan nya
dibalik karung goni.
Aku mengambil nafas panjang, menghembuskan nya, dan menjulurkan tangan kiri
ku. Aku menggenggam paket itu dan mengangkat nya dari kasir. Perasaan tebal dan
berat bertekanan tinggi terasa, dan berat nya seperti nya mirip dengan Blue Rose
Sword.
Karung goni itu hanya menyelimuti paket itu sedikit, jadi bagian atas nya akan jatuh
kalau dinaikkan keatas, menampakkan gagang nya.
Pelana nya berbentuk gelendong yang simpel, dan ada lapisan dari kulit tipis yang
diukir membungkus nya dengan kuat. Knuckle-guard nya terlihat agak kecil, mungkin
karena itu adalah cabang. Gagang pedang nya berwarna hitam transparan dari
Gigas Cedar, dan kulit yang membungkus nya hitam berkilau.
Sarung yang membungkus pedang juga dibuat dari kulit berwarna hitam. Aku
menjulurkan tangan kanan ku, membiarkan jari-jariku membungkus disekitar
pegangan, dan mengerahkan tenaga dalam satu terjangan.
Sampai saat ini, Aku telah memakai banyak pedang, tapi sebagian besar darinya
adalah equipment di dunia VRMMO. Pengecualian nya hanyalah pedang bambu tua
di rumah. Tapi meski begitu atau lebih tepat nya, karena hal ini, Aku merasakan
suatu jenis feeling kapanpun Aku menggenggam gagang pedang. Perasaan seperti
es menjulur ke telapak tangan kanan ku, melewati pergelangan tangan, lengan,
bahu, dan punggung.
Pada lantai pertama Aincrad, saat Aku memakai Anneal Blade yang kudapatkan
dari misi pertama.
Pada lantai sembilan, saat Aku memakai Queen's Knightsword yang diberikan
dark elf queen.
Pada lantai 50, saat Aku memakai longsword hitam Elucidator yang didrop oleh
boss.
Saat Aku memakai longsword putih Dark Repulser yang blacksmith Lizbeth tempa
untukku.
Dan di dunia peri ALFheim, saat Aku memakai senjata legendaris Excaliber
setelah usaha keras dan menyakitkan
Perasaan dingin yang sama, atau mungkin kuat, menjulur ke seluruh tubuh ku,
membuatku gak bisa bergerak untuk sementara waktu, Kemudian getaran itu
menghilang dan Aku mengerahkan tenaga ku kedalam daerah perutku, menarik
pedang dari sarung pedang hitam itu.
*Jiiinnn!!* Suara pedang yang lebih berat dari Blue Rose Sword menggema
keseluruh ruangan. Pedang ini berat, tapi gak ada rasa kalau ini adalah besi yang
keras. Tentu saja, ini berbeda dengan pedang kayu. Ini adalah suara yang
menunjukkan tingkat kekerasan yang tak terdefinisikan, dan juga menunjukkan
kekokohan yang jauh lebih besar. Aku membalikkan pergelangan tangan ku dan
mengarahkan pedang itu ke langit, *riiiin*, dan bilah pedang nya mengeluarkan
sedikit seruan.
Mu...
Pengrajin Satore bergumam,
Wa...!
Eugeo mengeluarkan sedikit suara.
Dan Aku menahan nafas ku, terpikat oleh pedang di tangan kanan ku.
Panjang bilah pedang nya bisa dikatakan sama persis dengan pedang lama
kesayangan ku Elucidator, tapi Aku lah yang memotong cabang ini dari Gigas
Cedar, dan Aku lah yang mengira-ngira panjang nya, jadi hal itu sudah bisa diduga.
Bilah pedang nya juga ditutupi warna hitam pekat seperti gagang nya. Namun, ada
sedikit rasa transparan ketika cahaya matahari menyinari nya melewati jendela dari
sebuah sudut, mengeluarkan cahaya emas. Bentuk nya seperti pedang lurus satutangan yang biasa, tapi sedikit lebih lebar dibanding Blue Rose Sword.
Ujung pedang nya terlihat menakutkan, dan sepertinya kulit ku akan terpotong kalau
Aku menyentuhnya bahkan di bagian terlembut nya dengan tangan ku.
"...Bisakah kau mengayun nya?" Ucap Satore dengan suara yang berat.
Aku gak menjawab, tapi melihat kesekeliling untuk melihat gak ada pelanggan lain.
Murid yang masih muda gak terlihat akan pergi meninggalkan toko.
Aku menggerakkan tubuh ku dan berpose paralel dengan counter yang panjang.
Ada ruang lebih dari 5m panjang nya kedepan, dan itu akan cukup untuk mengetes
pedang ini. Aku menggenggam sarung pedang dengan tangan kiri ku, melebarkan
kaki-ku dan condong ke bawah. Aku membuat postur untuk tebasan vertikal satutangan berhubung Aku gak ada niat untuk menggunakan sword skill.
Tepat didepan ku ada perisai bundar yang terbuat dari besi. Aku menggunakan
benda itu yang kira-kira berjarak 5m dari ku sebagai target imajiner dan
mengayunkan pedang ku.
Selama setahun ini, Aku selalu berlatih hanya dengan pedang kayu dengan tangan
kanan, dan pedang hitam ini terasa sangat berat. Namun, itu bukanlah hal yang
buruk. Pedang ini seperti memotivasi ku atau memohon padaku untuk menggunakan
nya dengan baik, perasaan berat yang nyaman.
Selagi pedang ini mengarah ke atas, Aku mengambil langkah kedepan.
Menggunakan momentum yang dihasilkan dari pergeseran bukannya dari kekuatan
pergelangan tangan ku dan mengumpulkan imajinasi ku. Dengan seluruh energi
yang terkumpul di ujung pedang Aku mengambil langkah tajam kedepan dan
melepaskan momentum ku.
Sh...!
Cahaya hitam melesat di garis lurus. Setelah setelah sesaat, *swoosh*, suara
robekan bisa terdengar di udara. Ujung pedang berhenti tepat sebelum menyentuh
lantai, tapi kekuatan ayunan nya melesat keluar dan membuat lantai nya bergetar.
Aku pelan-pelan bangun. Eugeo mulai bertepuk tangan, dan Satore berkata dengan
kasar.
"Oh... jadi, murid dari Akademi bisa mengayun benda itu, huh?"
"Ini adalah pedang yang bagus."
Aku merasa kalau gak perlu mengatakan hal yang lain sembari menjawab.
Mendegar hal ini, si pengrajin akhirnya menunjukkan senyum dan menggaruk
jenggot nya sambil berkata,
"Benar-benar kata-kata yang berlebihan. Benda itu menghabiskan 6 batu asah
Corengan... Tapi, janji adalah janji. Aku gak akan meminta bayaran. Tapi setelah
kau menjadi terkenal, cukup sebarkan kata-kata kalau pedangmu itu dibuat oleh
pengrajin Satore. Benda itu menjadi milikmu sekarang."
"...Saya benar-benar bersyukur."
Aku menundukkan kepalaku, dan Eugeo melakukan hal yang sama. Mengangkat
kepalaku dan menyarungkan pedang ini.
Satore menatap pedang hitam ini selama dua detik, dan kemudian tertawa kecil.
"Kau bisa menentukan nama pedang itu. Pedang itu akan menjadi tanda toko ku.
Jangan berikan nama yang aneh-aneh."
Uu...
Aku sedikit terdiam mendengar kata-kata ini. Kemungkinan besar, itu karena semua
equipment ku sebelumnya sudah mempunyai nama, jadi Aku gak terlalu handal
memberi nama.
"...Sa-Saya akan memikirkan nya dengan hati-hati. Terus, kalau Life pedang ini
turun, Saya akan datang kesini untuk meminta memperbaiki nya..."
"Um. Pertama-tama aku akan mengatakan ini. Jangan harap untuk mendapatkan
nya gratis selanjutnya."
"Te-Tentu saja."
Kami bertukar kata-kata, dan Aku menunduk lagi untuk terakhir kalinya sebelum
melangkah kearah pintu keluar dengan Eugeo.
Pada saat ini, *GLANK!* Suara keras logam bisa terdengar dari belakang, membuat
ku sedikit melompat karena kaget. Aku membalikkan kepalaku dan melihat mata
Satore yang melebar melihat kearah tembok barat.
Aku mengikuti pandangan nya, dan yang Aku lihat adalah perisai yang untuk dijual
terbelah dua dan bagian kanan nya jatuh ke lantai.
Tanah pribadi itu mempunyai desa kecil didalam nya, dan penduduk disana
diperlakukan seperti pelayan bangsawan. Terkadang, anak yang tumbuh di suasana
seperti itu akan menjadi tuan muda yang tak beradab seperti Raios dan Wanbell.
Dan kemudian, di area 5, ada fasilitas dengan nama Imperial, seperti markas
ksatria dan arena. Tentu saja, Imperial Master Sword Academy terletak disana juga.
Area 6 dan 7 adalah distrik bisnis, dan di area utara 8, 9, 10, adalah jalanan dimana
penduduk Centoria tinggal.
Berdasarkan apa yang kupelajari saat pelajaran geografi, struktur nya sama persis
dengan ibu kota Kerajaan yang lain, Centoria Timur, Barat, dan Selatan.
Bagaimanapun Aku memikirkan nya, hal ini pasti bukanlah kebetulan, tapi
merupakan hal yang mustahil untuk membayangkan 4 raja berkumpul bersama dan
ngobrol dengan ramah. Kupikir ini adalah hal yang dirancang oleh atasan dari
Geraja.
Lalu
Kalau Aku ingin kembali dari toko besi Satore di area 7 ke Master Sword Academy di
area 5, Aku harus melewati area 6, dan area 6 adalah distrik bisnis dipenuhi dengan
toko makanan dan restoran, tempat yang penuh godaan. Aku harus bilang kalau
seluruh koin perunggu dan perak yang ada di dompetku semuanya kugunakan disini
kapanpun Aku pergi selama tahun ini.
Yang paling membahayakan adalah saat jam 2pm pada hari istirahat siang ini. Ada
restoran di Jalan Timur 3 bernama Jumping Deer Inn, dan saat mereka
memanggang pai madu ciri khas mereka, aroma harum nya akan menyebar
kesepanjang jalanan, menggoyahkan dan mengetes niat ku untuk berhemat. Aku
gak pernah bisa melewati tes ini dengan sukses sebelum nya.
"...Hey, Eugeo. Untunglah kita gak disuruh mengganti rugi perisai yang rusak itu."
Aku melambat saat Aku mengatakan nya, dan partner ku mengangguk dan
menjawab,
"...Iya. Aku baru tau setelah kita masuk Akademi kalau Satore-san adalah orang
terkenal yang mempunyai bukti sebagai pengrajin kelas-satu. Kalau kita membayar
perisai itu, mungkin total uang kita masih gak akan cukup untuk membayar nya."
"Heh... Kalau begitu, ini memang agak telat... tapi apa yang akan terjadi kalau gak
cukup? Apakah kita akan ditangkap ditempat?"
"Mereka gak akan melakukan sejauh itu. Pada saat itu, dia akan mencatat nya, dan
kamu harus datang membayarnya dengan bunga tiap bulan."
"O-Oh begitu..."
Gak seperti Aincrad, yang menggunakan sistem Cardinal untuk mengontrol sistem
pertukaran col[12], dunia ini sepertinya kurang lebih mempunyai aktifitas ekonomi nya
dengan penduduk. Kemudian, sebagai murid yang miskin, haruskah Aku bekerja
keras untuk mendapatkan kemakmuran ini?
Aku menyimpan motif bangsawan ini dan meminta sesuatu ke Eugeo,
"...Berhubung kita udah menyelesaikan masalah uang, bagaimana kalau 3?"
Partnerku menghela nafas dengan perasaan Aku tau ini akan terjadi,
"Paling banyak dua."
Ia menjawab. Aku nyengir dan mengangguk, dan merubah posisi kaki ku ke sisi kiri
atas sebelum berlari ke onee-san penjaga toko yang menyajikan pai madu yang
baru dipanggang itu di corner take-out.
Tanpa sadar, tubuhku sudah benar-benar terbiasa dengan pedang hitam ini, yang
ada di punggung ku dengan tali pengikat, dan sepertinya gak merasakan berat itu
lagi. Aku merasa seperti pedang itu sudah berada disana selama beberapa tahun.
Bagian 4
Harmoni dari madu dan gula yang cair menari-nari, menghasilkan sebuah simfoni.
Saat kami sampai di Akademi, Aku berpisah dengan Eugeo, yang ingin pergi ke
kamar Gorgolosso-senpai, dan pergi ke Kantor di asrama pemula. Hal ini kulakukan
untuk mendapat izin dari manajer asrama, Nyonya Azurika untuk menyimpan
pedang ini sebagai barang pribadi ku.
Di dunia nyata, kalau Aku membawa barang tajam yang panjang nya lebih dari 1m,
Aku pasti akan di marahi oleh guru, atau bahkan memanggil polisi untuk menangkap
ku. Namun, Akademi ini, di dunia lain ini, adalah organisasi yang penuh dengan
pendekar pedang. Asalkan Aku hanya punya satu pedang asli, Aku akan
diperbolehkan untuk membawa nya.
Alasan kenapa Aku hanya boleh membawa satu, itu karena di dunia ini, semua
senjata, termasuk pedang, akan menyerap Sacred Power sedikit demi sedikit
menyerap sumber daya. Lebih spesifik nya, senjata yang Life nya berkurang sedikit
dalam pertarungan akan memulihkan Life nya pelan-pelan jika disarungkan dengan
benar... Jadi pedang pada dasar nya menyerap Sacred Power di sekeliling. Tentu
saja, kalau pedang nya menjadi tumpul dan gak bisa pulih dengan sendirinya, Aku
harus mencari pengasah, dan tukang besi kalau hancur atau semacam nya.
Kalau gak ada pembatasan dari memperbolehkan murid untuk membawa pedang
mereka sendiri, murid yang seorang maniak senjata mungkin akan membawa
seratusa pedang, dan setelah itu, kamar nya akan menyerap jumlah Sacred Power
yang abnormal. Sepertinya ini lah alasan kenapa satu orang hanya boleh
memasukkan satu pedang kedalam.
Karena sekarang hari istirahat, Nyonya Azurika gak ada di counter resepsi, tapi
duduk di ruangan kantor dengan pintu yang terbuka, sedang menyorting dokumen.
Setelah mendengar ketukan ku, ia mengangkat kepala nya dan mengedipkan mata
biru ke abu-abuan nya.
"Ada apa, Murid Pemula Kirito?"
"Permisi... Saya kesini hari ini untuk meminta izin untuk memiliki pedang sebagai
barang pribadi."
Aku menunduk, berjalan masuk dari pintu, dan melihat-lihat dengan singkat. Banyak
folder kulit yang tertutup di rak buku disamping tembok, tapi hanya ada sebuah meja
dan kursi. Dengan kata lain, wanita ini sendirian mengurus kinerja asrama yang diisi
120 murid ini.
Setelah mendengar kata-kata ku, Nyonya Azurika memiringkan kepala nya sedikit,
tapi segera bangun, dan mengambil folder dari dokumen yang ada di rak buku tanpa
ragu. Ia kemudian mengambil salah satu dari dokumen dan menaruh nya tepat
didepan ku.
"Tulis keterangan yang perlu disitu."
"Ya, mengerti."
Aku untuk sementara menurunkan kepalaku dan melihat-lihat. Di formulir ini, ada
hal-hal yang simpel seperti nama, nomor murid dan prioritas pedang. Selagi Aku
memikirkan tentang bahwa Aku gak perlu tanda tangan wali saat ini, Aku mengisi
nama dengan katakana 'Kirito', nomor murid '7' dan tiba-tiba, Aku berhenti
menggerakkan pulpen. Aku mengingat-ingat, dan meskipun Aku mencoba
mengayunkan pedang ini sebelumnya, Aku gak pernah membuka window untuk
mengecek.
Dengan Nyonya Azurika menatapku, Aku buru-buru melepas karung goni di
punggung ku dan melepas tali kulit yang terikat. Aku membuka sedikit sisi, berniat
untuk membuka window dengan menunjukkan gagang nya, dan pada saat itu,
...!
Aku mengangkat kepalaku saat mendengar engahan tajam itu. Yang terlihat dimata
ku adalah Nyonya Azurika yang melebarkan matanya yang jarang kulihat karena
biasanya ia selalu menunjukkan ekspresi yang tenang.
"A-Ada apa?"
Nyonya Azurika berkedip beberapa kali setelah mendengar suara ku, dan kemudian
menggelengkan kepalanya, "Enggak, gak ada apa-apa." . Sepertinya gak ada hal
lain yang ingin ia sampaikan tentang hal ini, jadi Aku memalingkan pandangan ku
kembali ke pedang, dan menggunakan dua jari tangan kanan ku untuk memasuki
layar command. Aku menyentuh gagang pedang itu dengan pelan, dan window
properti nya muncul dengan efek suara yang berbunyi.
Prioritas yang terlihat adalahLevel 46.
Prioritas nya lebih tinggi 1 level daripada Divine Tool Blue Rose Sword. Pantas saja
pedang ini sangat berat. Setelah Aku mengisi angka di kolom ketiga, Aku
mengembalikan pedang ini ke kondisi sebelum nya, dan menyerahkan formulir yang
sudah kuisi.
...Apakah ada masalah. Jangan bilang kalau ada batasan di prioritas? Pikirku
dengan tak sabar.
"Murid Pemula Kirito."
"Y-Ya."
"Kau punya... memori tentang pedang itu..."
Ia berbicara sampai sini, tapi tiba-tiba berhenti. Nyonya Azurika menutup mata nya,
dan saat ia menaikkan alis nya kembali, mata nya kembali ke mata galak supervisor
asrama yang biasa nya.
"...Gak, lupakan. Aku telah menerima aplikasimu. Kupikir gak perlu bagiku untuk
menegaskan hal ini, tapi ingat, pedang sungguhan hanya boleh digunakan untuk
latihan sendiri. Gak bisa digunakan di ujian dan latihan berkelompok, mengerti?"
"Mengerti!"
Aku dengan semangat menjawab nya dan menaruh pedang hitam yang disarungkan
itu dipunggung ku, dan bertanya-tanya apakah Aku harus menanyakan tentang hal
yang tadi ingin dikatakan Nyonya Azurika. Tapi sepertinya, Aku gak akan
mendapatkan jawaban darinya. Demikian, Aku hanya melakukan salam ksatria dan
meninggalkan kantor.
Aku berjalan melewati koridor depan, dan berfikir dengan bingung,
Memori... pedang?
Benar-benar kata-kata yang gak bisa dijelaskan. Memang benar kalau di dunia ini,
semua barang, termasuk pedang disimpan dengan bantuan Mnemonic Visual. Tapi
itu adalah teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan RATH di dunia nyata,
jadi penduduk UnderWorld seharusnya gak akan bisa menyadari hal ini.
Dengan kata lain, 'ingatan pedang' yang Nyonya Azurika sebutkan tadi mengartikan
hal yang lain. Pedang hitam ini mempunyai suatu bentuk memori. Tapi memori
seperti apa itu? Apa yang ia lihat di pedang hitam ini...?
Aku mencari-cari jawaban dari keraguan ini selagi Aku berjalan keluar asrama, dan
mendengar melodi bel jam 3pm yang berbunyi dari menara bel yang memanjang
dari atap. Suara nya lebih dalam dari bel yang kudengar di Gereja Rulid, tapi melodi
nya sendiri sama persis.
Waktu yang dijanjikan Rina-senpai adalah jam 5pm.
Aku gak bisa merasakan sedikitpun perasaan aneh saat Aku mengetes nya di toko
Satore... Aku bisa bilang terasa agak lega, seolah-olah pedang tercintaku bangkit
lagi dari waktu Aku ada di SAO. Namun, akan lebih baik bagiku untuk mengetes
apakah Aku bisa menggunakan nya dengan teknik rahasia Aincrad, atau sword skill.
Hari istirahat ini berlangsung tiap minggu, dan hampir semua murid yang lahir di
Centoria pulang kerumah, beberapa murid yang lahir di tempat lain biasanya pergi
keluar untuk berjalan-jalan, dan lapangan Akademi yang luas ini terasa kosong. Dan
juga, ada hutan dan sungai di lapangan kampus, jadi ada beberapa tempat untukku
untuk melatih gerakan ku meskipun Aku bilang begitu, Aku masih ingin
menghapuskan kemungkinan orang lain melihat ku. Itu karena Aku ingin berlatih
Skill Serangan Beruntun yang gak dimiliki style yang ada di dunia ini.
Kenapa ada sword skill di UnderWorld?
Kenapa gak ada skill serangan beruntun?
Aku telah berada di dunia ini selama hampir dua tahun, tapi bahkan samapi
sekarang, Aku masih belum menemukan jawaban nya. Satu-satunya hal yang bisa
kubayangkan adalah saat teknisi RATH yang mengkonstruksi UnderWorld, dia
mungkin menggunakan paket The Seed dengan suatu cara... Tapi meskipun itu
adalah faktanya, hal itu masih belum menjelaskan seluruhnya.
Untuk kenapa, itu karena The Seed yang beredar dengan bebas versi simpel
dari sistem Cardinal gak punya sword skill didalam nya. Saat ini, ditahun 2026,
diantara sekian banyak VRMMO, hanya ALO, duplikat copy dari server lama SAO,
mempunyai sword skill. Sangat gak mungkin kalau perusahaan Ymir, operator
ALO, membantu RATH disini.
Setelah itu, Aku hanya bisa memikirkan berbagai tebakan yang sama sekali gak
berdasar. Kalau Aku ingin mengetahui kebenaran, Aku harus bertemu dengan
pemimpin di puncak Centoria Cathedral, dan gak ada jalan lain.
Lalu teknik rahasia dari para pendekar pedang di UnderWorld ini semuanya
adalah skill satu-tebasan; seperti Vertical dan Avalanche.
Untuk alasan dibalik masalah ini, Aku sudah mempunyai sebuah bentuk deduksi.
Sepertinya hal ini adalah alasan kenapa UnderWorld gak punya pertarungan yang
sebenarnya. Dengan hukum absolut dari Taboo Index, dengan prajurit tak
terkalahkan dari Integrity Knight melindungi UnderWorld, seluruh pertarungan
pastinya akan menjadi sebuah pertandingan. Yang menunjukkan kemenangan
yang indah dan elegan. Apakah ini hal yang para pendekar di dunia ini cari selama
ratusan tahun? Untuk melakukan pose yang perkasa dari kejauhan sebelum
menggunakan skill satu-serangan untuk menang?
Dan juga, alasan yang lain mungkin untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Pertandingan di turnamen lokal berlangsung sampai satu pihak terpojok, dan bahkan
di tingkat Central dan turnamen level tinggi, kemenangan hanya ditentukan dengan
sistem first-strike.
Di situasi seperti ini, kekuatan lengan dan fisik akan mendapatkan keunggulan,
berhubung mereka akan mendapatkan kepercayaan diri yang absolut pada kekuatan
dari satu serangan mereka... Jadi sudah bisa ditebak kalau orang-orang seperti
kepala pendekar elit, Uolo Levanteinn yang merupakan pengguna mighty sword bisa
menjadi kuat.
Ini juga adalah alasan yang sama kenapa Solterina-senpai terus terusan kalah oleh
Uolo-senpai selama dua tahun ini.
Meskipun Aku menunjukkan skill serangan beruntun kepada Rina-senpai, mustahil
baginya untuk mempelajarinya. Bahkan Eugeo, yang gak punya pengalaman apaapa dengan style yang ada, butuh beberapa bulan untuk belajar skill dua-seranganberuntun Vertical Arc.
Namun, kalau Aku bisa menunjukkan kalau sword skill itu bukan hanya tentang
tebasan hebat dari atas, kalau aku bisa menggoyahkan kebimbangan di hati senpai
tentang bagaimana Aincrad-style dan Celulute-style itu berbeda dengan
Norlangarth-style tingkat tinggi, ia seharusnya bisa mempunyai peluang untuk
menang di duel kelulusan.
Aku terus memikirkan tentang hal ini selagi berjalan ke timur, dan tanpa sadar, Aku
telah sampai di sisi timur dari kampus.
Kampus sekolah yang dikelilingi oleh tembok berbentuk kipas mempunyai kampus
pusat, arena latihan yang besar, perpustakaan, asrama murid dan instruktur, asrama
pendekar elit dan banyak bangunan lain nya, dan masih banyak ruang yang kosong.
Tembok di sisi utara dan selatan mempunyai gerbang besar, ada bukit yang agak
tinggi di sisi barat, dan hutan yang agak besar di sisi timur. Dimanapun itu, Aku gak
melihat satupun murid disekeliling.
Meskipun begitu, Aku memilih hutan dengan banyak nya halangan untuk jaga-jaga.
Aku menemukan ruang kosong di hutan dan berhenti. Rumput yang tipis dan pendek
tumbuh berapatan seperti rumput di lapangan football, jadi seharusnya gak ada
tempat yang bisa membuatku tersandung. Aku melihat kesekeliling, mengecek dan
hanya ada 2-3 kupu-kupu disekitarku, dan menjulurkan tangan ku kebelakang
punggung.
Aku mencari, melepaskan kain karung, dan memegang gagang pedang yang
tampak. Setelah merasakan pegangan yang terasa seperti menempel ke tangan ku,
Aku segera menarik pedangku keluar.
Longsword hitam pekat yang disinari oleh cahaya matahari melewati ranting dan
dedaunan aslinya terbuat dari cabang Gigas Cedar, jadi secara teknis, pedang ini
adalah Pedang Kayu. Tapi bilah pedang nya memantulkan sinar yang gak bisa
dibayangkan siapapun. Pengrajin terkenal Satore menghabiskan waktu setahun
untuk membuat pedang ini, pada pandangan pertama, orang bisa merasakan jumlah
prioritas yang menakutkan... Tapi Aku gak bisa melihat apapun yang seperti
memori dari benda yang gak bisa berbicara ini.
Aku mengesampingkan keraguan ku dan memperagakan postur dasar. Kali ini,
pikiranku berimajinasi dengan kuat, gak seperti saat Aku mengetes pedang ini di
toko. Aku mengimajinasikan sword skill satu-serangan diagonal yang telah
kugunakan berkali-kali sampai tak terhitung Slant.
Setelah mengumpulkan dengan sekejap, bilah pedang ku mengeluarkan cahaya
terang berwarna air. Aku menggunakan belakang kaki ku dan tangan kanan untuk
mengakselerasi sword skill dan tubuhku bergerak seperti didorong tangan yang tak
terlihat.
*Shoobash!* Suara tajam dapat terdengar, dan lintasan dari tebasan keluar di udara.
Garis yang miring itu menghilang seperti api matahari selagi angin dari tebasan
melintas lurus, meniup rerumputan di tanah.
Aku menahan tubuhku di posisi menebas kebawah dan menatap kearah ranting
pohon yang berada 5m didepan ku. Namun, gak ada tanda-tanda ranting pohon itu
hancur bahkan setelah efek dari skill itu menghilang.
Hal ini sudah bisa ditebak. Jarak skill dasar Slant hanya 2.5m. Kekuatan nya gak
bisa meraih jarak yang dua kali lebih jauh.
Tapi, meskipun kalau begitu... perisai bundar yang jaraknya sama-sama 5m di toko
pengrajin seharusnya gak terbelah. Mustahil kalau pada saat itu, Life perisai itu
secara kebetulan sudah hampir habis, dan Aku benar-benar gak mengeluarkan
sword skill apapun. Eugeo mengatakan kalau 'pedang nya bersinar'... Tapi Aku
sama sekali gak tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku benar-benar gak tau apa-apa.
Aku masih belum tau banyak hal tentang dunia ini.
Aku menghela nafas dan berdiri tegak. Aku mengatur nafasku dan masuk ke posisi
untuk skill selanjut nya.
Aku menebas kebawah dari atas kanan, dan tepat saat pedang hampir menyentuh
tanah, Aku menarik ujung pedang keatas kembali seolah-olah terpantul keatas dan
mengayunnya keatas lagi. Skill dua-serangan-beruntun Vertical Arc. Angin dari
tebasan nya lebih ganas dari sebelum nya terbang dan menggoyangkan tanah
berumput dengan kasar.
Sampai sekarang, Aku telah melatih sword skill yang bisa kugunakan dengan
pedang kayu. Aku mengubah postur kaki ku, menaruh pedang di pinggang ku, dan
memutar tubuhku ke kanan.
...!'
Aku mengumpulkan tenaga dan mengeluarkan tebasan horizontal ke kiri. Tebasan
nya terlihat seperti menabrak suatu benda yang tak terlihat didepanku selagi
gerakan horizontal tiba-tiba berhenti dan berbelok ke kanan atas. Aku melangkah
kedepan dan mengeluarkan tebasan jarak-pendek yang kuat kearah depan. Ini
adalah skill tiga-serangan-beruntun Savage Fulcrum.
Aku tanpa suara menatap jejak berwarna merah tua yang berbentuk seperti angka 4
Arab[13] menghilang di udara. Aku mengangguk dan lanjut untuk menyiapkan sword
skill berikut nya. Aku mengangkat pedang ku tepat keatas ku dan melakukan ayunan
dari belakang kepala.
Aku melakukan tebasan level-tinggi, tebasan level-rendah, dan tebasan kedepan
yang dihubungkan, dan kemudian mengangkat pedang kebelakang punggung ku
sebelum melepaskan tebasan yang ganas. Cahaya biru yang melesat di udara terus
berputar sambil maju kedepan. Jarak nya sangat jauh, dan hanya ada sedikit celah.
Ini adalah sword skill yang kusukai di SAO, Vertical Square.
Aku berhasil melakukan 4 jenis sword skill dengan sukses tanpa pengecualian.
Kalau begitu, ini berarti pedang hitam ini mempunyai level prioritas yang sama
dengan Divine Tool Blue Rose Sword milik Eugeo. Namun, Aku sudah
menebaknya saat Aku membuka window di kantor asrama dan melihat angka
level 46.
Sepertinya Aku bisa menepati janji ku untuk menunjukkan sword skill tingkat tinggi
ku kepada Rina-senpai. Sebelum Aku menghela nafas lega, ada feeling lain yang
bergemuruh di pikiran ku.
Kapanpun Aku menggunakan Blue Rose Sword, Aku hanya bisa menggunakan
sword skill sampai empat-serangan-beruntun. Tak peduli berapa kali kucoba, Aku
gak bisa mengeluarkan skill 5-serangan-beruntun atau lebih. Kalau begitu,
bagaimana dengan pedang hitam ini? Berhubung Aku harus melakukan nya cepat
atau lambat, dan berhubung gak ada orang disekitar, bukannya sekarang
kesempatan yang bagus?
Aku memegang pedang ku dengan erat, mengambil langkah besar kedepan dengan
kaki kanan, dan mengumpulkan imajinasi yang terisi dengan kekuatan kearah
pedang yang ada di bahu kiri ku, siap diluncurkan.
Tanpa sadar, Aku merasakan sedikit rasa nyeri dari poni ku, seperti memberi
peringatan padaku, tapi Aku menghilangkan pikiran yang tak perlu itu dan fokus
untuk membuat sword skill ku.
*Chka*, *chka*, Aku melihat bilah pedang ku mengeluarkan kilatan oranye.
Itu adalah cahaya samar-samar yang berbeda dengan efek cahaya yang kulihat
selama ini. Aku berusaha semampu ku untuk membayangkan sword skill dan
mempertahankan sikap siap, tapi kilatan itu terus terbang dan gak ada tanda-tanda
akan tenang.
Aku terus bersikeras sampai postur yang udah gak stabil ini gak bisa menahan nya
lebih lama, dan segera memulai gerakan ku.
Uooh...!
Aku tanpa sadar mengeluarkan geraman yang dalam, dan kaki kanan yang
melangkah menggetarkan tanah. Pedang yang mengayun dari sisi atas kiri ke kanan
bawah mengeluarkan tebasan tajam dengan sudut yang tajam dengan bantuan
sistem seharusnya begitu. Namun, pedang nya gak berhenti dan menabrak
landasan.
Recoil yang sangat kuat terasa di tangan kanan ku. Kalau Aku memaksa untuk
menarik pedang ku kembali, Aku pasti akan terluka saat ini, ini adalah keputusan
yang dengan sekejap kubuat. Aku menggertakkan gigi ku dan menarik pedang yang
menancap di tanah sedalam 20cm, kelihatan nya menancap saat Aku terjatuh
kebelakang.
*ZPANG!* Suara dampak yang tumpul berbunyi dibelakang ku. Aku berbalik
kebelakang dan punggung ku mendarat di tanah penuh rumput.
Jadi Aku gagal? Apa yang kurang? Level ku? Prioritas pedang? Ataukah
keduanya...?
Yang terlihat oleh mata dari tubuhku yang berbaring di tanah
Banyak tanah dan rumput yang terbang oleh tebasan itu.
Dan sosok pria yang berdiri di pojokan sunyi dari ruang kosong ini di sisi lain.
Yang menutupi tubuh tinggi dan kurus itu adalah seragam sekolah, tapi warnanya
bukan berdasarkan warna abu-abu. Terlihat garis biru kobalt terang di seragam yang
sepertinya berwarna dasar putih mutiara. Itu adalah hak istimewa bagi pendekar elit
untuk bisa memodifikasi warna seragam mereka semau nya.
Rina-senpai berwarna ungu. Gorgolosso-senpai berwarna hijau tua. Dan untuk putih
mutiara dengan biru... itu seharusnya warna milik kepala pendekar Uolo
Levanteinn
Rambut pirang terang nya dibuat pendek, dan tak salah lagi, orang yang menatap ku
dengan mata biru tanpa emosi itu adalah pria terkuat di Akademi ini.
Sembari berbaring di tanah, Aku menatap ke noda tanah hitam di bagian seragam
putih itu, yang diterbangkan pedang ku.
Jujur saja, bukan nya aku gak pernah punya pikiran untuk melarikan diri.
Kalau ini Aincrad, dan lawan nya adalah atasan dari Guild Divine Dragon Alliance,
Aku mungkin sudah kabur tanpa ragu. Tapi di dunia ini, kabur adalah pilihan
terburuk kalau Aku membuat suatu masalah. Akan ada hukuman atas kejahatan ku,
dan pada akhirnya, akan melanggar Taboo Index yang menakutkan.
Demikian, Aku hanya bisa terdiam selama beberapa saat, dan segera berlutut
sambil menaruh pedang ku di tangan kananku ke tanah untuk menunjukkan
respek paling tinggi menundukkan kepala ku dan berseru,
"SAYA BENAR-BENAR MINTA MAAF, TUAN PENDEKAR ELIT LEVANTEINN!!
MOHON MAAFKAN SIKAP TAK TERHORMAT INI!"
Satu-satu nya saat lain Aku meminta pengampunan dengan mati-matian sepertinya
saat di lantai 61 Aincrad saat Asuna menghajarku di ruangan nya. Aku terus
memikirkan tentang hal yang tak berguna itu selagi berlutut.
"Kalau tidak salah, seperti nya kau adalah valet dari pendekar elit Celulute."
Aku mendengar suara yang dalam.
Aku untuk sementara mengangkat kepala ku, dan melihat mata biru baja nya segera
sebelum menganggukkan kepala.
"Ya, Saya Murid Pemula Kirito."
"Begitukah."
Pendekar elit itu menatap pedang hitam di tanah berumput, dan kemudian
melanjutkan dengan suara pria bernada tinggi,
"Menurut aturan Akademi 'mengotori baju senior' akan mendapatkan hukuman
karena merupakan perbuatan kurang ajar..."
Mendengar hal ini, Aku gak bisa menahan untuk mengerang dalam hati.
Hak menghukum ini adalah hak yang dimiliki pendekar elit. Mereka boleh
menghukum murid yang melanggar peraturan ringan akademi dengan cara gak
sengaja tergantung kebijaksanaan nya. Aku telah berkali-kali diberikan latihan
mengayun karena Aku telat datang ke kamar Rina-senpai.
Lalu, apa yang akan mereka lakukan kepada orang yang melanggar keras peraturan
akademi Di dunia ini, hal seperti itu gak akan terjadi. Tentu saja, melanggar keras
peraturan secara natural bukanlah sesuatu yang bisa terjadi karena gak sengaja,
dan Fluctlight buatan itu sendiri gak bisa melanggar peraturan ini dengan sendiri
nya. Satu-satu nya orang yang bisa disini hanyalah Aku, sebuah Fluctlight natural,
tapi untunglah, Aku gak melakukan apapun yang menarik perhatian dan berhasil
bertahan selama setahun dengan aman. Namun.
Untuk mengotori seragam Uolo-senpai dengan kotoran tanah... hal itu bisa jadi
kejahatan yang parah disini...
"Namun, Aku gak membencimu karena sembunyi-sembunyi dari yang lain dan
berlatih pada hari istirahat, meskipun kau gak peduli kalau berlatih pada hari
istirahat itu sendiri melanggar peraturan."
GehhhLagi-lagi Aku mengeluarkan tangisan dalam hati.
Saat ini mungkin itu masalah nya. Namun, kalau Aku setuju tentang hal ini
sekarang, mungkin akan berakhir dengan menambah kemungkinan hukuman yang
akan diberikan. Tapi aku gak tau apakah hal ini percuma atau tidak, tapi Aku harus
berjuang.
"I-Ini bukan seperti yang anda pikirkan, Tuan Uolo. Ini bukan latihan... EH, erm, yah,
Saya hanya mengetes pedang baru ku. Perbaikan dari pedang ini yang kuminta
pada sebuah toko di area 7 sudah selesai, dan Saya gak bisa nunggu sampai
besok..."
Pada saat ini, Aku akhirnya menyadari suatu hal penting.
Pria berambut pirang pendek ini... Kapan ia pertama kali melihatku? Bukan, sebelum
itu, kenapa dia ada disini?
Aku sengaja datang jauh-jauh ke hutan ini untuk berlatih skills serangan beruntun
yang tak dimiliki sword skill di UnderWorld. Alasan Aku melakukan hal ini adalah
untuk menunjukkan nya kepada Rina-senpai. Namun, pria ini melihat nya sebelum
Aku sempat menunjukkan nya kepada senpai. Bukannya ini benar-benar kebalikan
dari apa yang ingin kulakukan?
Kelihatan nya pria terkuat di Akademi ini menyadari pikiran ku dan memberikan
senyum masam.
"...Kau bilang kau ada disini untuk mengetes pedang mu, tapi teriakan mu terlihat
terlalu kuat. Omong-omong, Aku hanya melihatmu menggunakan pedang itu untuk
menebas ke tanah dan terlempar kebelakang. Aku hanya akan menyikapi nya
sebagai... gak bisa berdiri dengan tegak saat menggunakan pedang yang belum
terbiasa kau gunakan, itu saja. Aku akan menganggap kalau kau gak melanggar
peraturan berlatih di hari istirahat, berhubung Aku datang kesini untuk alasan yang
sama."
Selagi Aku merasa lega mendengar hal ini, Aku memiringkan kepalaku dengan
bingung,
"Alasan... yang sama?"
"Anggap saja bukan hanya kau yang mencoba mengayunkan pedang pada hari
istirahat untuk alasan ini."
Bibir nya menunjukkan senyuman penuh percaya diri lalu Uolo memalingkan
pandangan nya ke tanah kosong tempat Aku berlatih.
"Tapi Aku menemukan tempat ini duluan. Dan setuju untuk meninggalkan tempat ini
untuk valet ku setelah Aku lulus. Jadi kau harus mencari tempat lain."
Oh begitu. Pantas saja. Pikir ku. Pria yang berdiri didepan ku telah menemukan
alasan kalau ini bukanlah latihan, tapi hal yang lain, dan datang kesini untuk berlatih
pada hari istirahat... Ruang kosong ini biasa digunakan untuk berlatih, dan Aku
hanya kebetulan tiba ditempat ini pada waktu yang sama, itu saja. Alasan kenapa
tanah berumput ini sangat rapi karena Life nya ter-reset setiap minggu saat Uolo
menginjak nya.
Kalau begitu Aku akan mencari tempat dengan lebih banyak rumput. Aku membuat
keputusan seperti itu didalam hati dan menundukkan kepalaku lagi.
"...Saya mengerti, Saya akan melakukan nya. Terima kasih atas kemurahan hati
anda..."
"Terlalu cepat untuk mengucapkan terima kasih padaku, murid pemula Kirito."
"A-Apa?"
"Aku memang bilang kalau Aku gak akan mempermaslahkan tentang berlatih pada
hari istirahat, tapi Aku gak pernah bilang kalau Aku akan memaafkan mu tentang hal
ini."
Aku pelan-pelan mengangkat kepala ku, dan melihat sang pendekar elit itu
menaikkan tangan kanan nya dengan ekspresi serius di wajah nya sambil menunjuk
ke dada di seragam nya. Ia menunjuk kearah noda hitam di baju putih mutiara nya.
"Ta-Tapi, senpai, bukannya tadi senpai bilang 'gak membenci' saya karena hal itu..."
"Ahh, Aku bilang seperti itu. Karena itulah Aku gak akan memberikan mu hukuman
seperti membersihkan seluruh asrama atau menulis 1000 baris kalimat sihir."
Phew. Aku merasa mendengar hal itu.
Pendekar terkuat berambut pendek itu menggunakan jarinya untuk membersihkan
noda di seragam nya dan mengatakan sesuatu yang tak bisa dipercaya.
"Murid pemula Kirito, hukuman mu adalah sparing melawan ku satu kali. Bukan
menggunakan pedang kayu, tapi menggunakan pedang yang kau gunakan itu. Aku
akan menggunakan pedang ku juga."
Pada momen ini, Aku akhirnya menyadari kalau pedang yang ada di pinggang kiri
dari pendekar elit itu mempunyai gagang berwarna emas murni dan sarung pedang
berwarna biru tua. Siapapun bisa tau kalau itu adalah pedang sungguhan dengan
prioritas yang sangat tinggi.
"...Spa-Sparing...? Di-Dimana?"
"Istilah sparing hanya berarti 'berlatih dengan format bertarung', gak ada yang lain.
Namun, tempat ini mempunyai ruang yang terlalu sedikit. Arena latihan yang besar
seharusnya kosong pada hari istirahat, jadi ayo pindah kesana."
Setelah mengatakan nya dengan sangat lancar, kepala pendekar itu hanya berbalik
kebelakang.
Selama dua detik, Aku menatap kosong ke punggung putih yang terlihat melancar
dibawah pepohonan. Setelah pikiranku akhirnya memahami situasi ini, Aku dengan
serius memikirkan apakah Aku harus kabur, tapi gak melakukan hukuman ku
akan menjadi pelanggaran serius kali ini. Aku gak bisa membiarkan diriku diusir dari
Akademi ini kalau Aku ingin menadi pendekar elit saat ujian promosi pada akhir
bulan ini seperti Uolo.
Aku mengangkat pedang hitam yang berbaring didepan ku dan menyarungkan nya
dibelakang ku sebelum berdiri. Gak ada kemauan untuk menyerah, Aku menatap
dua kali ke tembok batu dari Akademi yang terlihat melewat pepohonan, membuat
keputusan dengan segan, dan mengejar pria berambut pirang pendek itu.
Ada segala macam gulma dan rumput menjuntai disekitar kaki dari tanah kosong
satu langkah jauh nya, tapi Uolo gak pernah menunjukkan sedikitpun tanda terkejut.
...Bukannya sangat mudah bagi pria ini untuk menghindari atau memukul jatuh
tumpukan kotoran itu?
Pada momen ini, Aku menyadari hal itu, tapi semuanya sudah terlambat.
Bagian 5
Aku berjalan keluar hutan, mengejar Uolo di jalanan batu, dan bel jam 4pm berbunyi.
Tanpa sadar, langit sudah diwarnai dengan warna langit malam, dan kampus mulai
menunjukkan tanda-tanda para murid kembali dari jalanan. Mereka semua
melebarkan mata mereka ketika mereka melihat sosok dengan seragam putih dan
biru berjalan didepan ku.
Hal ini sudah diperkirakan. Sejak saat Uolo Levanteinn menjadi pendekar pedang
elit, ia bisa dibilang gak pernah muncul selain di asrama. Ia adalah karakter yang
jarang sekali muncul bahkan selain valet nya, murid lain hanya akan melihat nya
pada saat tes yang diadakan 4 kali dalam setahun. Bahkan Aku, valet Rina-senpai,
hanya melihatnya beberapa kali di koridor bahkan setelah keluar masuk asrama nya
setiap hari. Kalau harus bilang, ini adalah pertama kalinya Aku benar-benar bertemu
dengan nya.
Dan tepat dibelakang eksistensi legendaris ini adalah murid pemula yang adalah
rakyat jelata... dan lokasi nya adalah arena besar untuk latihan, jadi pasti akan
menarik perhatian. Namun, yang paling menakutkan pada saat ini adalah beberapa
murid yang mengetahui hal ini segera berlari dari kampus ke asrama nya. Pada saat
ini, seluruh akademi seperti 'Ada sesuatu yang menarik di arena latihan!', dan berita
ini pasti sudah tersebar kemana-mana.
Jam malam pada hari istirahat adalah jam 7pm, yang masih agak lama, jadi lebih
dari setengah murid-murid masih berada di luar pada saat ini. Tapi meskipun begitu,
ada sekelompok besar murid-murid yang berdatangan kemari untuk mengamati,
bukan, menonton hal ini. Dalam kasus ini, Aku hanya perlu buru-buru,
menyelesaikan hal ini, dan sembunyi di kamar Rina-senpai sampai keributan
berakhir.
"Eh, tunggu. Bagaimana cara nya menenangkan keributan ini..."
Seperti yang Uolo katakan, sparring di akademi ini pada dasarnya adalah duel
yang tak tuntas yang lebih dari latihan. Peraturan nya adalah kami bertarung sampai
satu sisi terpojok, tapi kalau kedua pihak setuju, peraturan first strike wins seperti
di era SAO akan dilakukan. Dengan kata lain, saat satu sisi mendapat pukulan dari
lawan, pertarungan akan berakhir.
Dalam situasi ini, yang kalah pasti akan menerima beberapa luka. Hal ini adalah
salah satu pengecualian untuk peraturan Dengan sengaja mengurangi Life orang
lain di Taboo Index yang terlarang. Duel 'first strike win' yang bahkan gak
dibolehkan di penjaga Zakkaria diperbolehkan di Akademi ini, dan alasan untuk itu
adalah medical office sudah mengumpulkan berbagai macam obat mahal dan para
guru dapat mengeluarkan Sacred Arts level tinggi. Dengan kata lain, meskipun
mendapatkan luka berat pada sparing, akan baik-baik saja kalau bisa dirawat.
Meskipun Aku bilang begitu, Uolo bilang ia akan menggunakan pedang sungguhan
pada sparing ini, jadi peraturan nya harusnya kami bertarung sampai satu sisi
terpojok. Kalau Aku ingin menang, Aku hanya perlu menghindar atau menangkis
serangan dari atas kepala nya yang kuat itu, dan memastikan pedang ku berhenti
sebelum Aku mengenai nya saat membalas.
"Tentu saja, Aku bisa bilang kalau hal itu sangat sulit. Enggak, sebelum itu, apakah
Aku benar-benar harus menang?"
Uolo adalah tujuan terbesar Rina-senpai yang ingin ia kalahkan. Apakah boleh
bagiku, seorang valet yang menjalani latihan dari senpai, untuk mengalahkan lawan
nya? Apakah Rina-senpai benar-benar akan senang kalau Aku menang...
Selagi Aku mulai menundukkan kepalaku dan memikirkan hal ini, dua pasang
langkah kaki yang terburu-buru tanpa sadar memasuki telinga ku.
Aku tiba-tiba tersadar, mengangkat kepala ku dan melihat ke arah kiri. Yang terlihat
dimataku adalah pemandangan Pendekar Elit Solterina Celulute dengan rok panjang
nya yang berkibar selagi ia berlari kesini dan partner ku Eugeo yang berlari
dibelakang nya. Mereka berdua gak berlari melewati jalanan, tapi pergi langsung
melewati bukit yang tertutup rerumputan.
"Seperti yang diharapkan darimu yang sudah sangat lama bersamaku, partner."
Aku secara tak sadar tertawa. Eugeo menepuk pundak ku, membuatku untuk
melihat kearah lain.
Rina-senpai masih menatap Uolo-senpai dengan ekspresi yang galak, tapi bahkan
Aku, yang sulit mengingat peraturan, tau kalau keluar dari jalan buntu ini mustahil.
Aku meninggalkan Eugeo dan pergi ke sisi Senpai, mengangguk dengan lembut ke
mentor tercinta ku.
"Aku sangat minta maaf telah membuatmu khawatir, senpai. Tapi Aku baik-baik
saja... Atau lebih tepatnya, Aku merasa beruntung bisa berhadapan melawan Uolosenapi."
Aku berbisik selagi Aku menatap mata biru tua senpai, mencoba untuk membaca
perasaannya. Aku ingin tau apa yang ia rasakan tentang valet nya yang akan
berhadapan dengan lawan terbesarnya.
Namun Aku tiba-tiba merasakan penyesalan akan tindakan ku. Aku hanya bisa
melihat kekhawatiran jauh di mata senpai.
"Kirito... Bagaimana caramu untuk memenangkan sparing ini?"
Pertanyaan ini terlalu tiba-tiba, jadi Aku mengedip dan menjawab,
"Eh...? Kami menggunakan pedang sungguhan, jadi kupikir kami akan bertanding
sampai terpojok..."
"Oh iya, Aku lupa menjelaskan."
Uolo menyela lalu menjelaskan dengan ekspresi tenang nya,
"Aku gak akan melakukan sparing dimana kita bertarung sampai satu sisi terpojok
karena itu hanya akan menumpulkan serangan pedang ku. Ujian yang Akademi
tentukan adalah sesuatu yang diluar kehendakku, tapi secara pribadi, Aku selalu
menggunakan peraturan 'first strike' di pertarungan ku."
"Eh...? Kalau begitu, dengan kata lain..."
Kepala pendekar itu menunjukkan sedikit perubahan ekspresi yang mengejutkan ku.
Ia terlihat seperti memamerkan... atau lebih tepatnya, memperlihatkan taring nya
seperti karnivora.
"Tapi omong-omong, kita hanya bisa melakukan pertandingan first strike atas
persetujuan dua pihak. Hal ini ditentukan oleh Taboo Index, jadi prioritas nya
melebihi aturan hukuman dari pendekar elit... Aku membiarkan mu untuk memilih,
Kirito."
untuk tujuan kuno dalam bermain, yaitu keinginan untuk 'bertarung melawan lawan
yang kuat'.
Tapi pada saat ini, di hati ku, ada permintaan yang jauh lebih kuat dibanding
bertarung melawan Uolo.
Aku ingin membiarkan Rina-senpai menang melawan pria ini di pertarungan terakhir.
Untuk membiarkan nya mengalahkan pria ini dan membebaskan nya dari keadaan
terikat nya. Selama setahun Aku melayani nya, Aku gak pernah melihat senyuman
tulus dari nya sebelum nya.
Selagi hatiku diganggu oleh pemikiran ini, Aku terus menatap Uolo, yang berdiri di
sisi lain arena, memeriksa bilah yang tajam dari pedang tercinta nya
Kirito.
Suara Rina-senpai datang dari belakang ku, membuatku berpaling kebelakang
seperti terlempar.
Pendekar peringkat dua itu menatap tepat kearah ku dengan mata biru-laut nya, dan
berbisik kepada ku dengan suara yang nyaris tak terdengar,
"Aku percaya akan kekuatan mu, Kirito. Aku mempercayai mu, jadi Aku akan
mengatakan hal ini kepadamu. Keluarga Levanteinn yang mengajarkan ksatria
Kerajaan mempunyai ajaran keluarga rahasia yang disebut 'Pedang meminum darah
dari yang kuat. Kekuatan akan menjadi milikku'."
"...Darah, huh?"
Senpai mengangguk balik kepada ku yang berbisik.
"Ya. Uolo mungkin telah melakukan pertandingan first strike yang cukup banyak di
tanah pribadi nya sebelum dia masuk Akademi. Pengalaman itu mungkin
menciptakan pedangnya yang kuat dan menakutkan itu. Dan saat ini, dia... ingin
mengubah kekuatan dari pedang mu itu menjadi darah segar dan menyerapnya
seperti makanan."
Kata-kata itu sulit dimengerti dengan langsung, tapi Aku mengubah nya ke
pemahaman yang Aku sudah familiar di otak ku, dan segera menjawab "Oh begitu"
dan mengangguk.
Itu semua karena Imagine Power. Seperti hal nya bagaimana pendekar pedang
dari keluarga Celulute dikekang oleh pemikiran kalau 'Celulute-style adalah style
rendahan karena mereka terlarang untuk mewariskan sword style tradisional',
generasi keluarga Levanteinn mempunyai imajinasi dari 'Semakin pedang diwarnai
oleh darah dari lawan yang kuat, semakin kuatlah mereka', dan hal ini memberikan
Uolo kekuatan kepada pedang nya.
Kemungkinan besar, pria itu melihat tebasan dari serangan beruntun milikku di
ruang kosong di hutam itu dan pedang hitam dengan prioritas tinggi dan
menganggap ku sebagai lawan yang berharga untuk pedang nya diwarnai oleh
darahku. Itu terdengar terhormat, tapi faktanya, itu gak jauh beda dari 'mangsa
berkualitas tinggi'.
Dengan kata lain, kalau Aku mendapat serangan di sparing ini dan berdarah,
imajinasi Uolo akan bertambah kuat, dan jujur saja, kemungkinan hal itu akan terjadi
sangat tinggi.
Aku gak boleh membiarkan diriku menolong musuh sebelum pertarungan terakhir
Rina-senpai. Pada saat ini, Aku harus menarik kembali kata-kata ku dan mengganti
aturan menjadi pertandingan sampai terpojok... saat Aku berfikir tentang ini.
Senpai menepuk pundakku yang merunduk tanpa sadar dan berkata,
"Tapi Aku akan mengatakan ini lagi. Aku mempercayaimu. Aku percaya kalau kamu
bukanlah pendekar yang akan menerima gerakan pria itu dengan mudah... Kamu
enggak lupa tentang hal yang kamu janjikan hari ini, kan?"
"Yang Aku janjikan...?"
Aku mengulangnya, dan mengangguk dengan keras,
"Ya. Aku berjanji padamu kalau Aku akan memperlihatkan mu segalanya, senpai."
"Oke. Kondisinya memang agak berbeda sekarang, tapi tunjukan saja disini, Kirito.
Keluarkan seluruh kekuatan dan skill yang kamu punya dan kalahkan Uolo
Levanteinn."
Saat Aku mendengar kata-kata itu, Aku merasakan seluruh keraguan dalam diriku
lenyap.
Keraguan ku akan mengabaikan senpai dan melawan Uolo, dan ketakutanku akan
membuat musuh menjadi lebih kuat setelah kekalahan ku, itu semua hanyalah
alasan terburuk yang hanya dipikirkan oleh pecundang. Aku hampir memberikan
kekacauan itu kepada senpai yang kuhormati sebagai hadiah. Sekali Aku
menggenggam pedang, Aku hanya perlu memfokuskan seluruh jiwaku kedalam nya
dan mengayunnya dengan semua yang kupunya. Aku mungkin datang sampai
kesini dengan menggunakan hal itu sebagai filosofi nomor 1 ku.
Aku tersenyum kepada senpai, mengangguk, dan menengokkan kepalaku ke kanan.
Aku bertukar tatapan dengan Eugeo, yang sepertinya menyenderkan tubuhnya di
pegangan tangga bangku penonton. Aku menyengir kearah nya, dan ia memberikan
ku ekspresi khawatir yang biasanya sambil menaikkan kepalan tinju nya kearah ku.
Aku menjawab dengan tindakan yang sama, dan berpaling ke Rina-senpai lagi.
"Aku akan memenuhi janjiku."
Aku hanya mengatakan kata-kata ini, dan senpai mengangguk tanpa berkata apaapa sebelum melangkah pergi. Suara yang mantap kemudian datang dari sisi lain
arena, sepertinya menunggu untuk momen ini.
"Sepertinya kau sudah selesai, Murid Pemula Kirito."
Aku pelan-pelan berbalik arah, berjalan kearah ujung dari arena hitam, dan
menjawab "Ya". Uolo dan Aku kemudian memberikan salam ksatria yang simpel
dengan menaruh kepalan tangan kanan ke dada kiri. Berhubung ini bukan kontes
sparing resmi, gak ada instruktur yang menjadi wasit. Namun, Aku gak merasa ragu
sama sekali tentang kondisi kemenangan. Yang pertama terpukul pedang lawan dan
berdarah akan kalah.
Aku mengambil langkah kedepan dan melangkah keatas arena. 2 langkah, 3
langkah, setelah Aku mengambil 4 langkah, Aku berdiri di garis mulai yang
ditandakan dengan warna putih.
Kami menarik pedang kami, lawan ku menarik dari pinggang kiri nya, dan Aku dari
punggung. Aku melihat pedang Uolo yang gagang nya berwarna emas dan bilah
berwarna besi yang telah ditempa, dan murid-murid disekeliling mengeluarkan
teriakan kagum "Ohh". Setelah melihat pedang ku, kata-kata itu menjadi gumaman
ragu. Gak ada yang pernah melihat pedang sungguhan dengan gagang dan bilah
berwarna hitam.
"Oh astaga, astaga. Berfikir bahwa orang desa akan mempunyai pedang khusus
yang diwarnai dengan tinta hitam, Raios-dono!"
Wanbell, yang duduk di bangku penonton, berpura-pura berbisik selagi ia
mengucapkan nya dengan suara yang lantang yang cukup untuk bisa didengar
semua orang.
"Jangan bilang begitu, Wanbell. Valet-dono ini gak punya waktu untuk memoles
pedang nya."
Rainos namun berkata dengan kata-kata sarkasme nya yang biasanya,
menyebabkan para murid bangsawan disekeliling menjadi terhibur.
Namun, sekejap saat Uolo mulai mengayun pedang nya, atmosfir disekeliling
menjadi diam. Mungkin itu karena respek yang mereka punya terhadap kepala
pendekar, tapi Aku menebak kalau mereka merasakan tekanan yang kuat dari
postur nya itu.
Sebesar itu kah perbedaan antara pedang kayu dan pedang sungguhan?
Aku bergumam dalam hati.
Sebagai valet Rina-senpai, Aku telah menyaksikan gerakan yang Uolo Levanteinn
gunakan pada tiga ujian yang dilaksanakan di arena Northlangarth style
Avalanche, beberapa kali. Namun, tekanan yang kurasakan benar-benar berbeda
saat lawan menggunakan pedang sungguhan daripada pedang kayu, dan lawan nya
saat ini adalah Uolo.
Uolo yang berambut pirang dan pendek, yang sedikit lebih kurus daripada ku,
mempunyai kesan pilgrim. Namun, Aku akhir mengerti pada saat ini kalau itu adalah
kesalahan yang serius. Saat ini, mata biru-baja nya itu memiliki suatu bentuk cahaya
tersembunyi didalam nya, cahaya dari seorang pendekar pedang pengamuk yang
hanya ingin menggunakan pedang besi nya untuk merobek tubuh lawan.
Di dunia game ini, pedang Uolo bisa diklasifikasikan sebagai Bastard Sword. Uolo
menggunakan kedua tangan untuk mengangkat gagang dan bilah pedang yang
agak panjang. Bilah nya terasa seperti dikelilingi oleh api membara dari matahari,
dan itu bukanlah ilusi. Itu adalah prioritas dari pedang dan 'kekuatan' yang dihasilkan
dari kekuatan imajinasi pemilik nya yang menyebabkan ruangan ini bergetar.
*Zun*. Suara gemuruh yang berat terbebaskan, dan kepala pendekar itu telah
menyelesaikan postur diatas kepalanya.
Sekali ia menarik pedang nya jauh kebelakang, Heavens and Mountains Break...
yang bisa juga disebut serangan menusuk dua-tangan Avalanche, akan
teraktifkan.
Ini seperti waktu dulu sekali, tapi terasa seperti baru kemarin saat Aku
menghabiskan waktu ku di kastil melayang Aincrad. Aku melakukan banyak
pertarungan, termasuk pertandingan satu lawan satu. Salah satu dari pengguna
pedang dua-tangan yang memberi kesan terbesar pada diriku adalah seseorang dari
guild Knights of Blood, pengawal dari wakil ketua Asuna, pria bernama Kuradeel.
Aku, yang ditantang duel oleh nya, membaca serangan pertama nya Avalanche
dan menggunakan serangan tusukan yang mirip, Sonic Leap untuk mengincar sisi
senjata dan berhasil mencapai tujuan ku untuk menghancurkan senjata nya dengan
skill Arms Blast.
Memori ini muncul lagi, membuat ku tiba-tiba mempertimbangkan apakah Aku harus
menggunakan taktik yang sama seperti yang dulu atau tidak. Namun, Aku dengan
cepat membuang ide ini. Jangan kan menghancurkan pedang Uolo, Aku mungkin
akan berakhir menghancurkan pedangku sendiri pedang ku pasti akan
dimentalkan, dan Aku akan ditebas oleh nya di pundak.
Bentuk original dari Heavens and Mountains Break adalah Avalanche, tapi
gerakan yang Uolo lakukan benar-benar berbeda dengan Kuradeel dari sisi
kecepatan dan kekuatan. Ia mempunya kepercayaan yang tinggi kepada kekuatan
serangan nya, membuat pedang nya bertambah kuat karena nya. Kalau Aku gak
bisa menemukan imajinasi yang cukup kuat untuk menahan nya... Sebuah imajinasi
menghancurkan organ dan tubuh sampai ujung pedang nya menembus ke sisi lain,
Aku gak akan bisa berdiri sejajar dengan nya.
Sekarang bukan waktunya untuk menganggap hal ini sparing biasa. Aku harus
menggunakan serangan-beruntun.
Jadi Aku memikirkan gerakan yang mempunyai skill level paling tinggi yang dapat
kulakukan sampai sekarang 4-serangan-beruntun Vertical Square. Skill ini
memang membutuhkan kontrol tingkat tinggi, tapi Aku harus nya bisa menggunakan
serangan pertama, kedua, dan ketiga untuk meniadakan Avalanche lawan dan balas
menyerang dengan yang keempat untuk menang.
Aku mengangkat pedang di tangan kanan ku, menghadap wajah Uolo, dan
menunjukkan postur yang kokoh. Saat menggunakan sword skill untuk melawan
sword skill yang lain, timing sangatlah penting. Aku harus menggunakan sword skill
ku sementara menepatkan timing aktivasi sword skill lawan. Dengan kata lain, Aku
harus 'aktivasi belakangan, serang duluan'.
Ujung pedang hitam yang bergerak melengkung pelan-pelan ke puncak dari
lingkarang yang tergambar dan mulai sedikit memiring. Pada saat itu,
...HAA!!
Uolo mulai melakukan tindakan sambil mengeluarkan raungan yang menggetarkan
tulang.
Bilah dari broadsword dikelilingi oleh cahaya emas kemerahan. Tebasan dua-tangan
dari atas kepala yang menghancurkan Cyclone milik Rina-senpai tiga kali itu
terlihat seperti nyala api yang semakin mendekat.
Pada saat ini, tubuhku mulai bergerak. Aku melangkah dengan kuat untuk
mengaktifkan Vertical Square dengan waktu persiapan minimum, dan tebasan
pertamaku berakselerasi mengeluarkan tusukan yang terbang selagi bergerak maju.
*KIINN!!* Selagi suara keras logam berbunyi, tubrukan kuat terasa di tangan kanan
ku. Serangan pertama ku dalam sekejap dijatuhkan dengan muda. Murid-murid dan
instruktur di sekeliling mungkin berfikir kalau gerakan ku barusan adalah teknik
rahasia Norlangarth Lighting Strike, skill satu tebasan Vertical. Kalau memang
begitu, pemenang nya sudah ditentukan sekarang. Namun, pertunjukan sebenarnya
dimulai sekarang.
Meskipun Aku bertubrukan dengan gerakan musuh, kalau postur ku enggak goyah,
sword skill yang aktif akan dilanjutkan. Serangan kedua dari Vertical Square adalah
menebas ke kanan atas dari bawah. Sword skill ku belum berakhir.
ZAA!!
Aku membelokkan seluruh tubuh ku ke kiri, dan mengayun pedang ku keatas
dengan tajam. Suara tubrukan terdengar kembali. Cahaya biru yang menyelimuti
pedang ku bercampur dengan cahaya oranye milik pedang Uolo, membentuk
cahaya putih yang menyilaukan yang menerangi arena latihan yang agak gelap.
Kali ini, pedang ku terpantulkan lagi. Namun, Avalanche lawan juga melambat. Aku
menggertakkan gigi ku dan segera mengeluarkan serangan ketiga, tebasan vertikal
kebawah.
*GAGIINN!!* Suara yang jauh lebih keras dari sebelum nya berbunyi saat kedua
pedang beradu.
Ternyata benar, serangan ketiga ku gak cukup untuk mementalkan pedang Uolo,
tapi gerakan Uolo terhenti.
Kalau Aku bisa menekan nya sekarang, Avalanche akan terhenti, tapi Aku masih
punya serangan terakhir dari 4 serangan ku.
U...ohhh!!!
Nu...nn!!
Uolo dan Aku mengerang bersamaan, mati-matian untuk menangkis masing-masing
pedang lawan.
Pada saat ini, kekuatan serangan dari sword skill ku dan bantuan sistem atau
apapun itu tak berarti. Ini sudah menjadi imajinasi vs imajinasi, pertarungan tekad.
Kedua pedang yang bertabrakan mengeluarkan cahaya putih terang dari
perpotongan nya, mengeluarkan kilatan kecil yang terang. Lantai dari arena ini
mengeluarkan suara berderik, menahan tekanan yang sangat besar dari duel kami.
Kalau ada seseorang mengamati main memory installasi dari seluruh UnderWorld
pada saat ini, ia akan melihat kalau ada cahaya putih yang terang di medium
quantum. Fluctlight kami mengeluarkan sinyal, mati-matian mencoba
menghancurkan satu sama lain untuk menang. Lawan ku sudah kehilangan
ketenangan nya dan di wajah nya, dahi nya sudah mengerut dan bibir nya sudah
melengkung. Wajah ku mungkin juga mengeluarkan ekspresi yang sama.
This situation remained for 2, 3, 4 seconds at that moment. Pada saat itu Situasi
ini bertahan selama 2, 3, 4 detik
Aku melihat sesuatu yang tak terduga.
Disamping dan dibelakang pendekar elit Uolo Levanteinn, Aku melihat samar-samar
lebih dari 5 sosok yang mirip, tapi jelas berbeda dengan nya.
Yang bisa kulihat adalah tubuh transparan yang memegang pedang dengan postir
yang sama dengan Uolo, tapi instingku mengatakan kalau pendekar itu pasti adalah
pemimpin keluarga Levanteinn dari generasi sebelum nya yang mewariskan julukan
instruktur Imperial Knight turun temurun keluarga nya.
Dengan kata lain, ini adalah Uolo yang hanya seorang murid tanggung menjadi
pemimpin keluarga... Atau lebih tepatnya, yang ia dipaksa untuk menanggung nya.
Sumber sebenarnya dari kekuatan yang tersembunyi dalam tebasan Uolo.
Aku... gak boleh kalah disini!!
Aku sepertinya mendengar raungan ini. Pada saat selanjut nya, kekuatan yang jauh
lebih berat dan tekanan yang lebih mendesak dari sebelum nya menyerang bahu ku.
Broadsword yang diselimuti cahaya oranye seperti api mendorong pedang hitam
ditangan ku ini, terlihat seperti mencoba menghancurkan nya. Aku mati-matian
mencoba untuk bertahan, tapi kaki-ku pelan-pelan terdorong kebelakang.
Kalau Aku terdorong sampai 10... enggak, 5cm, sword skill ku akan terhentikan
dengan paksa. Pada saat itu, pedang ku akan dipentalkan, dan tubuh ku akan
tertebas dengan keras.
380 tahun.
Kata-kata itu tiba-tiba muncul di benak ku.
Sejumlah waktu ini telah lewat sejak UnderWorld tercipta. Meskipun dilindungi oleh
hukum absolut, meskipun dunia ini menjadi dunia yang gak ada pertarungan
sebenarnya, pendekar pedang yang lahir disini terus menerus menurunkan sword
skill yang mereka tempa untuk generasi selanjutnya selama sejarah ratausan tahun
ini. Hasil nya sudah jauh melampaui konsep skill serangan game VRMMO.
*Zuu*. Kaki kanan ku terdorong kebelakang lagi, dan cahaya yang menyelimuti
pedang hitam ku mulai bergetar dan berkelap kelip.
Namun.
Aku pastinya bukan bertarung hanya untuk menambah exp atau semacam nya.
Demi teman baik ku yang pertama kali kutemui, yang melampaikan tangan hangat
nya kepada ku, Eugeo. Demi Rina-senpai, yang dengan lembut dan juga galak
membimbing ku dan mengajari ku berbagai hal, dan demi orang-orang di dunia
nyata yang menunggu ku untuk kembali, Asuna, Suguha, Klein, Liz, Sinon, Agil,
Silca dan banyak lain nya.
"Aku juga... GAK BOLEH KALAH DISINI...!!!"
Yang membalas raungan respon ku bukanlah sebuah suara
*DOKUN!* Pedang di tangan kanan ku bergemetar.
Cahaya emas muncul di tengah-tengah cahaya biru yang hampir menghilang.
Cahaya itu terus berlipat ganda, akhirnya memenuhi seluruh pedang. Sementara
fenomena ini terjadi, sekeliling tiba-tiba menjadi lebih gelap secara drastis, tapi Aku
sepertinya gak menyadari hal ini.
Itu karena sesuatu yang lebih aneh sedang terjadi pada pedang ku sendiri.
*KIN*, *KIN*. Pedang ku pelan-pelan berkembang. Diselimuti oleh efek cahaya yang
kuat, hanya Uolo dan Aku yang bisa melihat kalau pedang ku hanya berkembang
beberapa centimeter. Namun, hal itu sudah jelas dan pasti bukanlah sebuah ilusi.
Bilah pedang, dan bahkan gagang nya sedikit bertambah panjang. Aku menjulurkan
tangan kiri ku, seperti dibimbing, dan menggunakan kedua tangan untuk
menggenggam gagang pedang berwarna hitam.
Kalau ini adalah Aincrad, ini akan menjadi equipment yang irregular, dan sword skill
akan berakhir dengan paksa. Tapi pada saat ini, cahaya biru dari Vertical Square
yang hampir musnah sekali lagi memperoleh cahaya nya saat tangan kiriku
menggenggam nya, menyatu dengan cahaya emas didalam pedang, dan sepertinya
berputar seperti pusaran air.
Aku melihat kekuatan liar yang keluar dari pedang hitam di tangan ku, dan untuk
suatu alasan, mengingat bentuk asli nya... Aku mengingat Gigas Cedar. Gigas
Cedar yang menjulang tinggi ditengah-tengah hutan utara dari Rulid, Aku mengingat
bagaimana pohon itu menyerap sejumlah besar dari sumberdaya dari bumi dan
matahari, pohon raksasa hitam pekat yang gak pernah tumbang selama lebih dari
300 tahun.
...Memori... pedang.
Kata-kata itu bangkit lagi di telingaku, dan segera ditutupi dengan raungan ku.
O...OOOOOOOHHHH!!!
Aku mengeluarkan seluruh kekuatan dan tekad ku yang tersisa, dan mengangkat
kaki kanan kumaju.
*ZUN*. Pada saat kaki kanan ku mendarat di lantai, intensitas dari energi yang
disebabkan oleh bentrokan antara dua pedang melewati batas dan meledak.
Hal itu disebabkan oleh sihir Sacred Art level tinggi yang mudah terbakar, melempar
Uolo dan aku sementara kami gak bisa menahan nya. Namun, kami berdua menolak
untuk mundur dan lanjut untuk menatap kedepan dan menguatkan kaki kami. Sol
yang sudah keras bergesekan dengan lantai arena, dan bau dari asap tercium. Kami
menyeret dua garis tanda terbakar dan Uolo dan Aku berhenti tepat di tepi arena.
Kedua sisi pedang nya terpentalkan dengan keras. Avalanche milik Uolo berakhir
dan cahaya oranye nya pelan-pelan menghilang.
Namun Vertical Square ku masih terus aktif dengan kedua tangan ku
menggenggam pedang.
SEIAAAAHHH!!
Menyadari hal ini, Aku melihat kearah sumber dari suara itu dengan ragu-ragu,
bertanya-tanya siapa yang berani-berani nya mengganggu sparing kepala pendekar
yang gak punya wasit ini. Lalu, Aku kaget tak bisa berkata apa-apa saat Aku melihat
Nyonya Azurika, si supervisor asrama murid pemula.
Kenapa dia, seorang supervisor asrama dan bukan seorang instruktur, membuat
keputusan yang seperti wasit itu? Dan kenapa Uolo mendengarkan nya dengan
patuh?
Aku menatap kosong sementara dua keraguan ini mengelilingi ku. Pada saat ini,
kepala pendekar yang menurunkan pedang nya berisik pada ku dari kiri,
"Keputusan nyonya itu harus ditaati."
"...Eh, anu... Kenapa begitu?"
"Karena wanita itu adalah perwakilan pendekar pertama dari Kerajaan Norlangarth
pada saat turnamen Persatuan Empat Kerajaan 7 tahun yang lalu."
EHH!?
Uolo Levanteinn kembali menghadap ku, dengan mata ku yang nyaris keluar, dan
mengagguk dengan ekspresi pilgrim, bukannya dengan ekspresi pendekar
pengamuk yang seperti sebelum nya.
"Hukuman untuk mu telah berakhir, murid pemula Kirito. Harap berhati-hati untuk
tidak menodai baju orang lain dengan kotoran lagi."
Setelah mengatakan itu, Uolo menyarungkan pedang nya kembali ke pinggang kiri
dan berbalik.
Seragam putih dan biru itu dengan santai melewati seluruh arena, dan pada saat ia
menghilang keluar dari pintu keluar
"UWAAHHH!!" Tepuk tangan yang amat meriah menghujani seluruh lapangan
latihan yang besar ini. Terkejut, Aku melihat ke sekeliling, dan melihat hampir 100
murid dan bahkan guru-guru di bangku penonton bertepuk tangan. Di barisan
terdepan, berdiri tepat disamping supervisor asrama Azurika, yang bertepuk tangan
dengan ekspresi serius yang biasanya, adalah partner ku yang mengeluarkan air
mata Eugeo, bertepuk tangan. Aku mengangkat kepalan tinju kiri ku kepadanya
dengan lembut. Disebelah nya adalah tubuh besar mentor nya, Gorgolosso-senpai
yang muncul tanpa kusadari.
Akhirnya, Aku menatap pedang yang ada di tangan kanan ku, mengecek apakah
pedangku kembali ke ukuran yang semula, dan menyarung kan nya dengan bunyi
chiin sesaat.
*BOSSN!*
Bahu ku dipukul dengan keras, membuatku melompat sedikit. Tangan putih mulus
secara sembrono membalikkan badan ku, dan Aku melihat Solterina-senpai
memberikan tangisan yang lebih parah daripada Eugeo.
"...Kupikir tadi kau akan ditebas."
Aku mendengar nya dengan suara yang mungkin hanya Aku yang bisa dengar, dan
mengangguk.
"Iya... Kupikir juga begitu."
"...Kamu tau itu dan tetap gak menyerah...... Kamu, dasar bodoh."
Senpai menutup matanya, dan bulu matanya mengejang sedikit. Namun, kelihatan
nya ia akhirnya bisa menghentikan tangisan nya dan kemudian ia mengambil nafas
yang dalam dan membuka lebar matanya. Mata biru-laut nya memiliki cahaya
lembut yang gak pernah kulihat sebelumnya.
"Tadi itu benar-benar indah... Benar-benar pertandingan yang seru, Kirito. Izinkan
Aku untuk berterimakasih. Sayang sekali Aku gak bisa melakukan nya... Tapi, kamu
telah menunjukkan pertarungan dengan seluruh kekuatan mu seperti yang telah
kamu janjikan... Terima kasih."
"Eh... Tapi, hasil nya seri..."
"Apa kau masih gak senang hasilnya seri, meskipun lawan nya adalah Levanteinn
itu?"
"Bu-Bukan, bukannya begitu."
Melihat kepala ku yang menggeleng seperti gelombang, senpai mengeluarkan
tertawa genit yang sangat jarang terlihat, mendekatkan bibir nya ke telinga ku dan
berbisik.
"Ini bukan masalah menang atau kalah. Performa mu di pertandingan tadi
menunjukkan sesuatu yang penting... Sesuatu yang sangat penting. Aku merasa
sangat bangga menjadi pewaris Celulute-style... dan senang... karena bisa menjadi
mentor mu juga."
*Pon*. Rina-senpai menepuk bahu ku, menegakkan tubuh nya, dan berkata dengan
beberapa bekas senyuman di bibir nya,
"Masih ada waktu sampai jam malam tiba. Bagaimana kalau kamu datang ke kamar
ku untuk merayakan nya? Kamu bisa mengajak Eugeo-kun juga... Untuk mentor
nya, yah, Aku akan mengizinkan nya juga."
Mendengar perkataan senpai, Aku nyengir dan mengangguk. Aku berbalik,
mengangkat tangan ku kearah Eugeo, dan menunjuk kearah pintu keluar. Aku
melihat nya dan Gorgolosso-senpai berjalan kesana, dan Aku berjalan bersebelahan
dengan Rina-senpai keluar dari arena yang masih penuh semangat ini.
Kali ini, yang 70% ada dipikiran ku bukanlah red wine milik senpai yang ia
sembunyikan, bukan tentang penjelasan penuh hasrat tentang sejarah sword skill
dari Gorgolosso-senpai
...Aku bisa saja menyerah saat sparing hukuman itu berlangsung!!!
Tapi hal itu.
Dari tepi mata ku, Aku bisa melihat Raios dan Wanbell memberikan pandangan
yang aneh kearah sini, tapi Aku gak ambil repot dan mengacuhkan mereka.
Bagian 6
Di kastil melayang Aincrad yang pernah tercipta, ada minuman beralkohol yang
seperti red wine dan bir.
Tapi berbicara secara logika, meskipun Aku meneguk satu tong besar penuh alkohol
kuat, mustahil bagiku untuk mabuk. Itu karena tubuh fisik yang berbaring di dunia
nyata gak meneguk setetespun alkohol.
Disini, yang paling mengagetkan adalah di dunia ini, alkohol adalah benda asli
Dengan kata lain, Aku akan mabuk kalau Aku meminum nya. Teori dibalik ini
kemungkinan besar karena Fluctlight memiliki sinyal Kondisi mabuk dan
membisikkan nya. Namun, seperti nya pendesain yang mendesain dunia tak kenal
ampun itu memiliki sedikit kesadaran meskipun mabuk, itu adalah 'kondisi aktif
dimana orang gak kehilangan pikiran nya'. Berhubung gak akan ada pemabuk yang
akan membuat kerusuhan dan mulai berteriak, gak akan ada orang yang melanggar
hukum karena sedang mabuk.
Meskipun begitu, gak ada yang bisa menjamin apakah fitur protektif ini akan efektif
terhadap ku, jadi Aku berhenti setelah meminum dua gelas anggur di 'perayaan'
yang berlangsung di kamar Rina-senpai. Namun, senpai membuka rahasia yang
sudah tersimpan selama lebih dari 100 tahun, membuat ku, seorang amatir kalau
masalah anggur, menyerukan kalau ini adalah anggur yang bagus, jadi
membutuhkan tekad yang banyak dariku agar bisa menahan diri menjaga rahasia
ini.
Senpai, Eugeo, Golgosso-senpai dan Aku berkumpul dan mengobrol tentang
kenangan selama setahun ini, prediksi kami untuk duel promosi/kelulusan, dan
ajaran penuh hasrat tentang sword skill dan style. Waktu berjalan, dan sekarang
sudah 15 menit sebelum jam malam asrama murid pemula.
Aku ogah-ogahan pergi dari asrama pendekar elit dan kembali ke asrama kami
bersama Eugeo. Aku meninggalkan partner ku yang mabuk berat di kamar dan pergi
ke pot bunga di sisi barat. Meskipun ini hari istirahat, Aku harus menyiram bunga
Zephyria. Aku berjalan turun tangga dari lantai kedua dan membuka gerbang di
asrama.
Saat Aku membaringkan Eugeo di kamar dan menaruh pedang hitam ku didekat
lemari, jejak terakhir dari cahaya menghilang dari langit, dan diluar diselimuti oleh
kegelapan malam.
Aku menutup mataku dengan lembut dan perlahan merasakan angin sepoi malam
hari yang dingin dan harum Anemone Sementara Aku melakukan nya, secara tak
sadar Aku mengerutkan dahi. Ada bentuk aroma lain yang berbeda dari bungabunga yang kutanam, bau lengket seperti binatang tercampur sedikit. Dan juga, Aku
mempunyai impresi terhadap bau ini. Itu adalah bau yang kucium saat makan
malam terakhir... Tapi, ini adalah bau yang seharusnya gak ada.
Aku tiba-tiba membuka lebar mataku, memfokuskan pandangan ku ke jalanan yang
membagi petak bunga menjadi dua sisi, dan dua sosok muncul di sisi lain dari
kegelapan. Mereka mengenakan seragam abu-abu, seperti ku, seragam murid
pemula. Namun, mereka gak mengenakan lebih dari 3 kancing didepan dada nya,
sepertinya memamerkan kaos yang warnanya aneh yang ia kenakan didalam. Yang
memakai kaos merah berkilau adalah Raios Antinos, dan yang memakai kaos
berwarna kuning neon terang adalah Wanbell Jezeku.
Kenapa mereka, yang gak ditugaskan untuk menanam dan gak terlihat kalau
mempunyai ketertarikan untuk menanam, ada di kebun... Ketika pikiran ini muncul di
otak ku, sebuah firasat buruk mencapai ku. Aku, yang mengambil langkah
kebelakang dari pintu tembok barat di asrama, gak bisa bergerak. Tepat didepan ku,
Rainos dan Wanbell datang tepat kearah ku, dan kemudian berhenti 1m jauh nya
dariku.
"Oh astaga, astaga. Benar-benar kebetulan sekali, Kirito."
Rainos menggunakan suara yang kasar... dan licik yang penuh niat buruk.
"Aku ingin bertemu denganmu sekarang. Hal ini akan menghemat pekerjaan."
Wanbell, yang berdiri dibelakang, mengeluarkan kotekan yang penuh semangat,
seperti memberikan melodi ke kata-kata itu. Aku menengok kembali ke Raios, dan
dengan dingin berkata,
"...Apa yang kalian inginkan?"
Mendengar kata-kata dingin itu, wajah Wanbell menggeliat, tapi Raios mengayun
tangan kanan nya untuk menghentikan nya dan menjawab pertanyaan ku.
"Tentu saja, Aku ingin memuji mu untuk pertandingan yang bagus tadi. Siapa yang
menduga kalau seorang valet yang diberi kekangan bisa bertanding seimbang
melawan Levanteinn-dono itu?"
"Oh astaga, astaga, itu benar. Sword skill yang seperti mainan itu benar-benar
membuat chairman-dono kesulitan."
"Ku ku ku." Mereka berdua mengkotek bersamaan setelah mereka selesai. Aku
merendahkan suaraku, dan berkata,
"Apa kalian memuji ku? Atau kalian ingin membuat ku menjual pertarungan untuk
kalian?"
"Hahaha. Bagaimana mungkin? Bangsawan kelas atas gak akan pernah meminta
orang desa untuk menjual apapun! Tentu saja, asrama tetap akan menjadi asrama!"
Setelah tertawa dengan riang untuk beberapa saat, tangan kiri Raios menggapai
kantung seragam nya, dan mengeluarkan sesuatu yang tipis dan panjang.
"Untuk memuji aksi mu... permisi, untuk duel yang sangat berani mu tadi, izinkan
Aku untuk memberikan ini. Kamu harus menerima nya."
Raios mengambil langkah kedepan dan menaruh sesuatu kedalam kantung dada di
seragam ku.
"...Kalau begitu, kami pergi duluan. Mimpi indah, Kirito-dono."
Raios bergumam sedikit kepadaku dari jarak dekat sambil menyeringai. Ia
menggelengkan rambut pirang nya dan melewati ku. Wanbell kemudian mengikuti
nya dan memperlihatkan wajah nya kesini.
"Jangan terlalu belagak, anak desa tanpa nama keluarga."
Ia meninggalkan kata-kata itu dan mengikuti Raios.
*BAM!* Bahkan setelah mereka berdua berjalan ke pintu dan menutup nya dengan
membanting, Aku gak bisa bergerak untuk sementara. Itu karena
Yang Raios taruh di kantung ku adalah tunas bunga yang mempunyai daun yang
hampir berwarna biru dan hampir mengeluarkan nya. Aku menggunakan tangan
kanan ku yang dingin seperti es untuk mengeluarkan nya dari kantung ku dan
menatap nya dengan hati-hati.
Batangnya yang lembut dengan kejam terputus, dan itu bukan salah satu dari 4
Sacred Flowers yang tumbuh di petak bunga. Itu adalah bunga dari Kerajaan Barat,
bunga Zephyria yang terus kurawat dengan susah payah gak peduli seberapa
banyak Aku gagal selama setengah tahun ini.
Saat Aku menyadari hal ini, Aku menggertakkan gigiku dengan kekuatan yang cukup
untuk menghancurkan tunas itu. Kalau Aku memegang pedang sekarang, mungkin
Aku sudah berlari ke asrama dan mencincang Raios dan Wanbell menjadi serpihan.
Aku menggenggam kencang tunas bunga berwarna air di tangan kanan ku dan
berlari kearah kebun. Aku berlari melewati persimpangan X dan ke gudang dekat
tembok. Porselein putih yang tertanam diletakkan di sudut gudang memasuki mata
ku.
...Ah, ahhh....
Tenggorokan ku mengeluarkan suara yang serak.
23 bibit Zephyria yang tumbuh dari benih yang kubeli dari pedagang rempa, benih
yang biasanya tumbuh di negeri asing, dan hampir saja tumbuh semuanya
dengan kejam tersentak terbelah dua.
Kuncup bunga bundar hancur dan jatuh disekitar penanam, dan mereka kehilangan
warna biru kehijauan yang unik itu. Batang yang tersisa di tanah merosot, dan sudah
jelas, Life mereka berkurang drastis.
Ditengah-tengah bunga yang mati ini, senjata yang melakukan kekejaman ini
menancap seperti batu nisan. Itu adalah sabit yang panjang dan miring yang
digunakan untuk tanaman dengan buah yang bundar. Seseorang... Bukan, Raios
dan Wanbell mengayunkan sabit ini dan dengan kejam menghancurkan bunga ini.
Kaki ku kehilangan seluruh kekuatan nya, dan Aku berlutut didepan pot itu dengan
gedebuk.
Aku menatap kosong kearah bunga yang yang tersebar-sebar, berfikir dengan
pikiran yang udah setengah mati.
Kenapa? Sementara Aku mengetahui motif dan cara nya dengan jelas, tapi kenapa
mereka bisa melakukan sesuatu seperti ini? Dengan sengaja menghancurkan benda
milik orang lain itu melanggar Taboo Index. Bahkan bangsawan kelas atas
seharusnya gak bisa melanggar hukum absolut ini.
Di UnderWorld, hak kepemilikan dari seluruh barang ditentukan tanpa error. Aku tau
hal itu setelah melakukan perjalanan. Saat membuka window ku yang unik, benda
yang hak kepemilikan nya adalah milikku akan mempunyai tanda P kecil di pojok.
Pada sisi lain, benda yang gak punya tanda P berarti bukan milikku, jadi mustahil
bagi mereka untuk mencuri atau menghancurkan nya.
Memang benar kalau tanaman yang tumbuh ini bukan milik siapa-siapa, tapi
kepemilikan pupuk, dan tanah adalah milik semuanya. Tanaman yang ditanam di
tanah siapapun akan menjadi milik orang itu. Anemone yang tumbuh di petak bunga
adalah milik Akademi. Dan juga, Kupikir bunga Zephyria yang ada di pot ini adalah
barang personal milikku karena Aku membeli nya dari toko di distrik 6 dan menanam
nya di pot didepan ku. Itu yang kupikirkan.
Pikiranku, yang bercampur aduk dengan amarah dan keputusasaan, berfikir sampai
sini. Aku memikirkan sesuatu yang membuat ku melebarkan mataku.
Tanah. Tanah hitam yang ada di pot... gak digali dari tanah di Akademi ataupun
dibeli dari toko. Itu dibawa dari tanah diluar Central, dari alam liar yang bukan milik
siapa-siapa. Aku pernah mengatakan ini ke Miller dari komite tanaman dan yang
lain. Raios dan kelompok nya tau hal ini dan memutuskan,
"Berhubung tanah ini dari alam liar yang bukan milik siapa-siapa, bunga ini berarti
bukan milik siapa-siapa juga, kan?"
Kalau masalah nya seperti ini, kalau begitu, ini adalah kesalahan yang kubuat.
Berhubung Aku meninggalkan nya di kebun bunga yang bisa diakses siapapun, Aku
harusnya berhati-hati dan memikirkan tentang masalah kepemilikan.
Orang-orang di UnderWorld gak akan melanggar hukum. Tapi bukan berarti semua
penduduk dunia ini ramah-ramah. Beberapa dari mereka adalah orang yang bahkan
berfikir kalau 'apapun yang gak dilarang hukum berarti boleh dilakukan'.
Aku seharusnya menyadari hal ini semenjak turnamen di Zakkaria.
"...Maaf..."
Aku mengambil tunas bunga yang terpisah-pisah di lantai dengan tangan kanan ku
dan mengumpulkan nya di tangan kiri. Namun, yang tadinya berwarna biru kehijauan
sekarang berubah warna menjadi lebih abu-abu di tangan ku.
Saat Aku mengambil seluruh 23 batang dan tunas bunga, Life mereka berkurang
menjadi 0. Tunas bunga membentuk partikel cahaya biru kehijauan yang seperti
mimpi dan menghilang di udara.
Tanpa sadar air mata telah mengalir dari mata ku.
Aku memaksakan bibir ku untuk tersenyum, kelihatan seperti mencoba untuk
mentertawakan diri sendiri karena telah membiarkan anak yang jahat merusak
bunga ku. Namun, pipiku mati rasa. Air mata yang kuhasilkan akhirnya jatuh, dan
genangan kecil mendarat di batu bata disamping ku.
Aku akhirnya mengerti apa yang kuharapkan saat menanam bunga Zephyria ini.
Alasan pertama membesarkan bunga ini adalah untuk mengetes kekuatan imajinasi
di UnderWorld.
Alasan kedua... untuk mengabulkan permohonan Rina-senpai, yang pernah bilang
kepadaku 'Aku ingin melihat bunga Zephyria yang asli sekali saja'.
Namun, ada alasan ketiga yang gak pernah Aku temukan sampai saat ini. Aku
benar-benar mencoba untuk menggunakan bunga ini sebagai peninggalan ku
dengan mati-matian mencoba untuk menumbuhkan bunga ini di negeri asing. Aku
ingin membagi beban ku dengan bunga ini, kesepian dan beban... dari
meninggalkan orang-orang yang kucintai di dunia nyata, tanpa tau kapan Aku akan
kembali...
Air mata terus berjatuhan dan meluncur di pipi ku, menetes ke lantai.
Suara itu berakhir disini, seperti menghilang disuatu tempat di tengah-tengah langit
malam.
Aku mengambil nafas yang dalam ke dadaku yang masih gemetar, mengeluarkan
nya, menggunakan lengan seragam ku untuk mengelap air mata, menguatkan diri
dan berdiri.
Aku pelan-pelan berbalik, dan pemandangan yang tak bisa dipercaya muncul tepat
didepan ku. 4 Sacred Flower yang tumbuh di 4 bagian petak bunga... Anemone yang
mekar, Marigold yang bahkan belum bertunas, Dahlia yang tumbuh batang kecil dan
bahkan Cattleya yang bersembunyi dibawah tanah semuanya memberikan cahaya
hijau di malam yang gelap.
Sacred Power. Sumber daya. Kata-kata itu semuanya gak berarti dihadapan cahaya
yang hangat, stabil tapi sangat kuat.
Aku menjulurkan lengan ku ke 4 Sacred Flower itu,
"...Tolong, berikan Aku kekuatan... Life, berikan sebagian untuk ku."
Aku menggumam sedikit dan membayangkan. Aku membayangkan Sacred Flower
memberikan Life, menggunakan diriku sebagai katalis dan mengalir ke sisa bunga
Zephyria di pot ini.
Sangat banyak garis hijau yang berkelip muncul di petak bunga. Mereka kemudian
saling mendekat dengan satu sama lain, menenun dengan satu sama lain, dan
akhirnya menjadi ikatan tebal yang tak terhitung jumlah nya. Aku melambaika jariku,
dan mereka menari di udara sebelum akhirnya bergerak ke satu titik.
Pada saat ini, Aku hanya perlu melihat mereka. Ikatan cahaya menyelimuti pot yang
hanya disisakan batang yang layu, tampaknya menyelimutinya berkali-kali... dan
tampaknya membentuk bunga besar saat mereka diserap oleh tanah dan
menghilang.
Dan kemudian,
Ke 23 batang pelan-pelan tumbuh dalam kecepatan yang bisa dilahat mata
telanjang.
Tunas bunga pelan-pelan berkembang, tampak nya menyebarkan daun-daun nya
yang tajam seperti pedang, dan tampak dilindungi oleh nya.
Aku melihat pemandangan ini, dan untuk kedua kali nya mengeluarkan air mata.
Ini benar-benar... dunia yang tak dapat dijelaskan. Semuanya seharusnya hanyalah
benda virtual, tapi itu mempunyai keindahan yang bahkan dunia nyata gak bisa
menyaingi... kekuatan dari Life... dan dari tekad yang kuat.
"...Terima kasih."
Aku berterimakasih kepada 4 Sacred Flowers di petak bunga dan pemilik dari suara
misterius itu. Aku merenung sementara, dan mengeluarkan emblem sekolah dari
baju seragam ku yang menempel dengan pin. Aku menjulurkan tangan ku, menaruh
nya di pojokan pot, dan tampaknya berseru: Ini adalah teritori-ku.
Saat Aku kembali ke kamar, Aku akan meminta maaf pada pedang hitam yang
bersender di lemari... kepada cabang Gigas Cedar. Dan kemudian, Aku akan
berterimakasih kepadanya karena telah menolongku saat duel melawan Uolo.
Selagi memikirkan hal ini, Aku terus menatap bunga Zephyria yang memulihkan Life
nya. Bel 7.30pm berbunyi, dan Aku akhirnya berdiri dari petak bunga dan berjalan
menuju asrama.
Aku tanpa sengaja menengokkan kepalaku tepat didepan pintu, dan segalanya,
pagar batu yang mengelilingi petak bunga, bagian belakang dari atap arena latihan
dan Centoria Cathedral milik Gereja Axiom yang kelihatan seperti memotong langit
malam penuh bintang ini memasuki mataku. Cahaya oranye keluar dari banyak
jendela seperti pencakar langit di dunia nyata, tapi itu jauh lebih tinggi dan lebih
indah dibanding pencakar langit itu.
Tiba-tiba, sebuah cahaya meninggalkan menara dari menara yang tinggi.
Bagaimana bisa? Aku menatap cahaya itu, tapi itu bukan kesalahan mataku atau
ilusi. Buktinya titik cahaya itu terus bertambah terang nya dan mendekat di jalanan
Centoria Utara. Cahaya itu kemudian mempertahankan ketinggian nya lalu pelanpelan meluncur, identitas aslinya adalah...
"...Naga yang terbang!"
Aku gak mungkin salah sekarang. Itu adalah cahaya dari lampu besar di armor naga
yang terbang di udara. Itu bukanlah sebuah cahaya sinyal atau peringatan, tapi
lampu untuk membiarkan orang-orang di tanah menunjukkan ketakutan dan
kekaguman nya. Yang mengendarai punggung naga itu adalah salah satu dari
penegak hukum terkuat di dunia ini seorang Integrity Knight.
Naga besar itu membuka sayap nya, tampak nya meluncur melewati langit malam
dan terbang ke timur laut. Kemungkinan besar sedang menjalankan tugas nya untuk
melindungi dunia manusia dan terbang ke Mountain Range of the Edge. Eugeo dan
Aku menghabiskan waktu setahun untuk melewati 750km itu, namun naga itu hanya
memerlukan waktu sehari.
Cahaya dari lampu itu menghilang, Aku berbalik untuk menyaksikan kemegahan
Cathedral. Integrity Knight itu mungkin terbang dari ketinggian nya. Mungkin ada
tempat semacam bandara disana. Aku terus melihat keatas, dan lantai tertinggi nya
bercampur dengan langit malam, jadi Aku gak bisa melihatnya. Seharusnya ada
pintu yang terhubung dengan dunia nyata, yang kucari-cari.
Namun Ada feeling yang lemah akan ingin pulang kerumah, bertambah besar hari
demi hari. Apakah itu hanya imajinasi ku? Aku juga merasakan feeling ingin
mengetahui lebih banyak tentang dunia ini, berbeda dengan yang Aku inginkan.
Apakah Aku terlalu banyak berfikir...?
Aku menghirup aroma bunga-bunga ini dan pelan-pelan menghembuskan nya. Aku
berpaling dari Cathedral dan dengan halus mendorong gerbang besar tua untuk
keluar.
Pada akhir bulan maret
Pendekar elit peringkat dua Solterina Celulute mengalahkan pendekar elit peringkat
satu Uolo Levanteinn saat pertandingan seleksi kelulusan yang terakhir, dan lulus
sebagai murid top dari Norlangarth Master Swords Academy.
Saat ia pergi, Aku memberiakn nya pot yang berisi penuh dengan bunga Zephyria.
Rina-senpai menunjukkan seyuman yang berseri-seri untuk pertama kalinya,
ditemani dengan air mata.
Selingan II
Suara sepatu boot bergema di seluruh ruangan luas .
"Swordsman Elit dalam pelatihan Eugeo-dono, Saya melapor! Tugas menyapu hari
ini selesai!"
Sumber suara itu adalah seorang gadis muda berpakaian seragam abu-abu pemula
swordman dalam pelatihan.
Belum sebulan ini sejak dia masuk sekolah di musim semi dan menjadi valet,
sikapnya penuh akan kegugupan.
Eugeo telah mencoba memperlakukan dia sebaik mungkin, tapi apapun yang dia
katakan, dia tak pernah bisa santai... Tapi Eugeo mengerti situasi ini karena dia
seperti itu tahun lalu. Dalam beberapa hal, fakta bahwa hanya ada 12 swordman elit
yang lebih menakutkan dari para instruktur sendiri untuk murid pemula.
Butuh waktu sekitar 2 bulan untuk melakukan percakapan biasa, dan sama juga
untuk Eugeo. Akan tetapi,bagaimanapun dia bukan rekan yang tipikal, dan ini hanya
akan menjadi satu-satunya pengecualian.
Setelah menutup buku teks tua seni suci, Eugeo berdiri dari kursi bersandaran tinggi
dan mengangguk sambil berkata.
"Terima kasih untuk semuanya, Teiza. Sekaran kamu bisa kembali ke asramamu...
Eh, erm..."
Pandangannya berpaling pada gadis berambut warna teh berdiri di sebelah Teiza
yang berambut merah tua, yang juga menegakkan punggungnya.
"...Maaf, Ronie. Aku menyuruh orang itu kembali setelah ruangannya disapu ..."
Eugeo meminta maaf untuk rekannya yang menghilang setelah latihan, pemula
dalam pelatihan bernama Ronie melebarkan matanya dan menggelengkan kepala,
"Ti-tidak apa, tugasnya hanya selesai setelah laporan!"
"Begini, meskipun ini memalukan, tunggulah sebentar lagi. Aku tak tahu bagaimana
mengatakannya, beginii... Aku meminta maaf atas kelakuan teman sekamarku.."
Akademi Master Pedang Kekaisaran Norlangarth adalah institusi yang
mengumpulkan putra dan putri bangsawan di Norlangarth dan mendidik mereka
untuk menjadi swordsman terbaik. Tapi sekali mereka melewati gerbang sekolah,
mereka yang berdarah bengsawan harus memulai dari dari garis yang sama dengan
pemula dalam pelatihan lainnya.
Untuk kelas satu, hampir tak ada kesempatan unutk menyentuh pedang sungguhan,
jadi hal yang mereka hanya bisa lakukan berlatih terus menerus dengan pedang
kayu, mempelajari Seni Pertarungan dan Seni Suci. Juga, Para pemula dalam
latihan harus menyelesaikan tugas bermacam-macam lainnya sambil belajar.
Tugas yang diserahkan pada mereka ditentukan dari nilaimu dalam ujian skill
pedang. 90% dari siswa ditugaskan untuk membersihkan sekolah dan merawat
peralatan ,atau menanam Bunga-bunga suci. 12 siswa teratas ditugaskan menjadi
valet untuk para swordsman elit, dan sering menjadi sasaran kecemburuan ,keirian
dari rekan-rekannya dan 2 bulan kegelisahan.
Tapi, meskipun mereka disebut valet, tugas-tugas yang mereka yang dapat tak
berbeda jauh dibandingkan dari murid-murid lain. Mereka membersihkan ruangan
para swordsman elit seperti kawan-kawannya membersihkan ruang kelas dan area
latihan. Jika siswa yang valet ikuti adalah orang buruk yang membuang sampah
dengan sengaja, membuat masalah atau cenderung pergi keluar dan menghilang,
valet itu akan kesusahan setiap hari.
"...Jika kamu mau, Ronie, Aku bisa berbicara pada guru dan mengganti guru
pribadimu... Jika kamu tetap mengikuti orang itu, ini akan menjadi tahun yang susah
buatmu."
"I-ini tidak susah sama sekali!"
Setelah mendengar ide Eugeo, Ronie sekali lagi menggelengkan kepala, dan saat
itu juga, ada suara yang akrab datang bukan dari pintu, tapi dari jendela terbuka
yang dipenuhi cahaya kuning matahati terbenam.
"Ayo cepat kembali ke asrama agar "Nyawa" makanan tidak berkurang terlalu
banyak! Sampai jumpa besok!" kata Teiza dengan keras.
Setelah melakukan hormat simpel cepat, keduanya berjalan melalui ruangan dengan
sepatu boot mereka berbunyi, membuka pintu, dan keluar dari koridor.
Mereka mengangguk sedikit sambil menutup pintu, pekikan senang bisa didengar
dengan langkah kaki yang cepat menghilang ketika mereka semakin menjauh.
"..."
Sambil menggigit potongan besar pie panggang segar, Eugeo menatap Kirito.
"...Apa?"
"Tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya berpikir, oh swordsman elit dalam pelatihan
Kirito-sama, bahwa kamu mungkin telah melupakan alasan sebenarnya mengapa
kita disini."
"Ha, siapa yang bisa melupakan itu?"
Kirito dengan cepat manghabiskan pienya, dan setelah menjilati ibu jarinya, matanya
yang hitam segera melihat ke jendela- jauh di atas asrama swordsman pemula
adalah menara besar Gereja Axiom yang berdiri di tengah tengah Centoria.
"3 kali lagi... Kita akhirnya sampai disini. Pertama, kita harus mengalahkan 10
swordsman elit lainnya saat tes kelulusan, dan mendapatkan peran sebagai
perwakilan sekolah ini. Kemudian, kita harus mengalahkan om-om, para kesatria
dan penjaga saat Turnamen Kepiawaian Berpedang Kekaisaran. Setelah itu, kita
harus menjadi 2 terakhir yang tersisa dalam Turnamen Persatuan Empat
Kekaisaran. Akhirnya, kamu bisa menjadi seorang Kesatria Integritas dan bebas
masuk menara itu."
"Mn... 1 tahun lagi... kemudian, kita akhirnya dapat..."
Dapat bertemu dengannya, gadis berambut pirang, temanku yang dibawa oleh
Kesatria Integritas di depan mataku sendiri delapan tahun yang lalu.
Eugeo mengalihkan matanya dari Katedral Pusat jauh, dan memfokuskannya pada
pedang hitam dan putih tergeletak pada dinding ruangan.
...Selama pedang-pedang takdir yang menuntun kita masih disini, kita pasti takkan
pernah gagal...
Eugeo sangat percaya tanpa keraguan sedikitpun.
Catatan Pengarang
Saya adalah Kawahara Reki. Ini adalah Sword Art Online 10 Proyek Alicization
Running untuk semuanya.
Tulisan Running maknanya sama seperti yang tertulis, bagaimana proyek itu
berjalan, proses berjalannya. Saya tidak mengharapkan volume ini untuk memberi
kesan berjalan tetapi setengah awal ceritanya benar-benar dipenuhi dengan
penjelasan mengenai situasinya (hal-hal seperti ini biasa terjadi saat saya menulis
buku). Kapan tepatnya pedang menjadi seni? Saya rasa ada beberapa pembaca
yang memikirkannya. Saya akan mengatakan kata-kata yang biasa melalui tulisan
ini. Saya benar-benar minta maaf karena punya banyak sekali penjelasan.
Sebagai catatan sampingan, saya ingin mengaku kepada semuanya. Bagian yang
dipertanyakan di mana Kikuoka-shi, yang seharusnya berperan protagonis, mulai
berbicara tentang semua hal-hal itu bukanlah gambaran dari pemikiran penulis.
Motifnya dibangun dari kedudukannya. Tentu saja, ada banyak karakter pemain
dengan motif berlawanan (kenyataannya, Asuna menolak pemikiran Kikuoka).
Saya tidak ingin melakukan ini menjauhkan karakter pemain dengan penulis pada
awalnya dan menjelaskan kedudukan saya di cerita utama kepada pembaca, tetapi
bagian tulisan saya ini tidak terlalu positif Saya melanjutkan bekerja keras dalam
meningkatkan kemampuan menulis saya, dan saya harap semuanya dapat
memahami.
Juga, ada hal lain yang saya harus minta maaf. Buku ini dikeluarkan pada tanggal
10 Juli 2012, memecahkan format menjual tradisional beberapa bulan tertentu
setelah dikeluarkan sejak dikeluarkan. Saya ingin menyamakan waktu
dikeluarkannya dengan diputarnya anime TV SAO, tetapi memang benar saya
mengambil risiko pewaktuannya. Saya benar-benar minta maaf kepada semua
pembaca yang berharap untuk waktu pengeluaran yang biasanya! Selain itu, saya
memprediksi (atau mungkin, saya harap) kalau Accel World 12 setelah volume ini
akan dikeluarkan Agustus seperti yang direncanakan. Setelah itu saya akan kembali
mengeluarkannya setiap bulan berselang-seling. Saya pikir saya benar-benar harus
bekerja keras dalam hal-hal yang saya harus lebih bekerja keras. Kalau ada hari di
mana jadwalnya tidak sesuai, saya akan meminta maaf sepenuhnya
kemudianmeskipun saya berkata demikian, saya akan sangat minta maaf jika hari
itu akan terjadi pada tahun ini
kemungkinan situasi ini tidak terjadi. Saya pada dasarnya seseorang yang akan
melakukan sesuatu jika saya ingin dan pasti tidak saya lakukan ketika tidak ingin,
tetapi tulisan ini yang disebut Sao memberi kekuatan begitu besar yang tidak pernah
saya bayangkan sebelumnya. Tentu saja, sebagian besar dari ini adalah kekuatan
para pembaca yang hebat yang mendukung tulisan ini dan penulis. Cerita ini akan
berlanjut, dan jika saya dapat melanjutkan untuk menemani Kirito di perjalanannya,
saya akan sangat berterima kasih.
Tanpa sadar, sekarang halaman ke-3. Saya ingin menulis tentang beberapa situasi
baru-baru initetapi saya tidak bisa memikirkan sesuatu yang baik untuk
dituliskan! Sepeda yang saya suka memiliki jarak bepergian tetap, persis sama
dengan treadmill yang saya miliki di rumah. Saya bertanya-tanya apakah outputnya
akan menurun dengan inputnya atau tidak, sehingga saya mencoba yang terbaik
untuk berpikir tentang apa yang ingin saya lakukan, berjalan ke mana-mana untuk
bepergian dan hal sejenisnya, tetapi karena keterbatasan waktu, ketertarikan saya
terbatas. Sejujurnya, saya benar-benar ingin melakukan hal-hal ini sekarang! Itulah
yang saya rasakan ketika menulis naskah asli (tertawa). Bahkan jika saya
melakukannya, kecepatan menulis saya tidak akan meningkat, yang benar-benar
membuat marah hatiku.
Hanyalah 3 tahun setelah keluaran yang saya mengungkapkan pikiran seperti itu,
tetapi saya sangat beruntung untuk menulis apa yang ingin saya tulis. Kelihatannya
mudah, tetapi sebenarnya, sangat, sangatlah susah. Dan bahkan jika saya bekerja
keras, yang bisa saya lakukan semakin sedikit dan sedikituntuk kesehatan saya,
saya harus terus bersepeda. Tujuan saya adalah untuk bersepeda 150km setiap
minggu.
Masih ada 14 baris, tetapi batas waktu untuk menyerahkan naskah adalah 10 menit
lagi, sehingga saya harus berhenti di sini. Kalau ini adalah saya yang dulu, saya
akan menulis 5 baris tulisan terima kasih, tetapi saya hanya dapat menulis beberapa
hal di sini, sehingga saya akan menggunakan perkembangan ke depannya
Di volume ke-3 seri Alicization, Kirito dan Eugeo akhirnya bergerak ke pusat
Underworld. Bagaimana dunia itu tersusun, dan siapa yang memimpinnya akan
terungkapiini seharusnya untuk perkembangan ke depannya, jadi tolong terus
dukung seri selanjutnya.
Saya harap dukungannya untuk anime dan SAO edisi game yang dikembangkan
oleh pembuatnya. Saya rasa itu tidak akan menjadi game mematikan di mana kamu
tidak bisa log out!