DHF Grade ii +s.

cap
Rizqiyanti R.

051415153007

Febrina P.P

051415153022

Dessy Surya S.

051415153008

Mareta Rindang A

051415153025

Rahmawati Raising

051415153011

Nur Hadiyanti

051415153026

Fitria Wahyuning W.

051415153013

Febriansyah N.U

051415153027

Hargus Haraudi B.

051415153014

Laurin Anastasia W

051415153029

Adi Nugraha A.

051415153019

Program Studi Magister Farmasi Klinik

2014-2015

IDENTITAS PASIEN
Nama

Tn. S

No.MR

12449xxx

Umur

34 tahun

BB

60 kg

Alamat

Surabaya

Tanggal MRS

13 Oktober 2015

Alasan MRS

Demam sejak 4 hari yang lalu, mual (+), batuk (+), rujukan dari RS
Haji, Konsul TS IPD

Diagnosis

(14/10/15): DHF Grade I + vomiting+ hipokalemia

(15/10/15): DHF Grade II + s. CAP

Riwayat penyakit

DHF Tahun 2006

DATA KLINIK
Parameter

Normal

Tanggal Pemeriksaan

14/10

15/10

16/10

17/10
36

Suhu

36,5-37,5 oC

38,2

38,5

37

Nadi

60 100/min

100

96

88

RR

20 24/min

20

20

20

120/70

100/60

Tekanan
darah

<120/80
mmHg

Mual

Muntah

Ptechiae
Batuk

DATA LABORATORIUM
Tanggal
Data Lab.

Nilai Rujukan

Hb

13/10
RS Haji

14/10

15/10

16/10

11,0-14,7 g/dL

16,2

15,7

15,9

16

WBC

3,37-10x103/uL

5,37

4,45

4,57

4,36

PLT

150-450x103/uL

116

95

85,6

113

RBC

3,69-5,46x106/uL

5,20

5,05

5,01

HCT

35,2-46,7 %

45,0

46,5

43,4

MCV

86,7-102,3 fL

86,5

92,2

86,6

MCH

27,1-32,4 pg

31,2

31,0

31,8

MCHC

29,7-33,1 g/dL

36,0

33,7

36,8

3,8-5,0 mmol

3,4

3,6

Na

136-144 mmol

138

137

Cl

97-103 mmol

103

102

BUN

10-20 mg/dL

SK

0,50-1,20 mg/dL

0,93

Alb

3,40-5,00 g/dL

3,88

GDA

40-121 mg/dL

77

SGOT

< 41 U/L

46

85

SGPT

< 38 U/L

69

78

APTT

Kontrol: 25,7

42,5

PPT

Kontrol: 11,4

12

HASIL PEMERIKSAAN WIDAL

(tgl 13/10/15)
Parameter

Nilai Rujukan

Hasil

Salmonella Typhi O

Negatif

Negatif

Salmonella Typhi H

Negatif

Negatif

Salmonella Paratyphi a

Negatif

Positif (1/80)

Salmonella Paratyphi b

Negatif

Negatif

HASIL PEMERIKSAAN SEROLOGI

Parameter

Nilai Rujukan

Hasil

IgM Dengue Capture

Negatif: <0,9 Indeks

Equivocal: 0,9-1,1 Indeks
Positif: >1,1 Indeks

4,4

IgG Dengue Capture

Negatif: <1,8 Indeks

Equivocal: 1,8-2,2 Indeks
Positif: >2,2 Indeks

DATA PENUNJANG
Tanggal

Jenis Pemeriksaan

Kesimpulan

14/10/15

Foto thorax

Cor dan pulmo tak tampak kelainan

PROFIL TERAPI
Tanggal

Nama Obat

Regimen
Dosis

14/10

NaCl 0,9%

21 tpm IV

Asering

21 tpm IV

Metampiron

2X500 mg IV

\\

Paracetamol

3x500 mg PO

Sistenol

3x1 tab

KSR

2x600 mg PO

Ranitidin

2x50 mg IV

OBH sirup

15/10

16/10

17/10 (KRS)

2x150 mg

3xCI

Codein

3x10 mg

B kompleks

2x1 tab

Curcuma

3x1 tab

PROBLEM MEDIS

DHF

Hipokalemia

Klasifikasi DHF

World Health Organization. 2011. Comprehensive Guidelines prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. SEARO
Technical Publication Series No.60

Patofisiologi

Perjalanan Penyakit DHF

World Health Organization. 2011. Comprehensive Guidelines prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. SEARO
Technical PublicatIion Series No.60

Perjalanan Penyakit DHF

Fase

Deskripsi

Fase Demam

Dehidrasi, demam tinggi dapat

menyebabkan gangguan neurologis dan
kejang demam pada anak-anak

Fase Kritis

Syok dikarenakan adanya kebocoran

plasma, perdarahan hebat, gangguan
organ

Fase Penyembuhan

Hipervolemia (hanya jika pemberian infus

cairan terlalu berlebihan dan/atau
diperpanjang sampai fase ini

World Health Organization. 2011. Comprehensive Guidelines prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. SEARO
Technical Publication Series No.60

Dengue Warning Signs

World Health Organization. 2011. Comprehensive Guidelines prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. SEARO
Technical Publication Series No.60

Manajemen Terapi DHF grade I

dan II
Jika pasien datang dengan DHF grade I/II terapi
cairan rumatan

(WHO, 2011)

ANALISA TERAPI CAIRAN

Tanggal
Nama Obat

Regimen Dosis

NaCl 0,9%

21 tpm IV

Asering

21 tpm IV

14/10

15/10

16/10

Komentar:
Pada BB 60 kg, berdasarkan guideline WHO , terapi rumatan cairan sebesar 2300
mL cairan. Pasien mendapatkan cairan isotonis infus sebanyak 1500 ml (21 tpm),
sedangkan sisanya diperoleh dari intake makanan.

PRINSIP TERAPI CAIRAN

Lobo DN, Lewington AJP, Allison SP. 2013. Basic Concepts of Fluid and electrolyte Therapy.
Melsungen: Bibliomed-Medizinische Verlagsgesellschaft

PERBANDINGAN KOMPOSISI ELEKTROLIT PADA

BEBERAPA SEDIAAN KRISTALOID

Lobo DN, Lewington AJP, Allison SP. 2013. Basic Concepts of Fluid and electrolyte Therapy.
Melsungen: Bibliomed-Medizinische Verlagsgesellschaft

KOMENTAR TERHADAP TERAPI

CAIRAN
Pemilihan cairan berupa NaCl 0,9% dan Ringer Asetat
sudah benar, karena NaCl 0,9% dan Ringer asetat
merupakan cairan isotonis, dan Ringer Asetat
memiliki nilai Kalium 5meq, dapat pula memenuhi
asupan kalium pada pasien
Jumlah cairan yang diberikan sudah sesuai

ANALISA TERAPI ANTIPIRETIK

Tanggal

Nama Obat
Metampiron

Regimen Dosis
2X500 mg IV

Paracetamol

3x500 mg PO

Sistenol

3x1 tab
Parameter

14/10

15/10

\\

16/10

Normal

Tanggal Pemeriksaan
14/10

15/10

16/10

38,2

38,5

37

Suhu

36,5-37,5 oC

SGOT

< 41 U/L

46

85

SGPT

< 38 U/L

69

78

Komentar:
Pemberian sistenol sudah sesuai
Saito, 2010. Novel Mechanisms Of Protection Against Acetaminophen
Hepatotoxicity In Mice By Glutathione And N-acetylcysteine. Hepatology 2010
January ; 51(1): 246254

Metamizole
Mekanisme antipiretik berbeda dengan NSAID
lainnya, yaitu dapat menghambat jalur demam
dependen PG maupun non-dependen PG, yang
diinduksi lipopolisakarida (Jasiecka, 2014).
Metamizole dapat diberikan secara injeksi intravena
atau intramuscular (Sweetman, 2009).
Pemberian Metamizole direkomendasikan dengan
injeksi pelan (1ml/menit atau 0,5 g/menit) karena
pemberian yang terlalu cepat dapat menyebabkan
shock (Mustchler, 1995)
Jasiecka, et al, 2014. Polish Journal of Veterinary Sciences Vol. 17, No. 1 (2014), 207214
Sweetman, 2009. Martindale The Complete Drug Refrences
Mustchler and Derendorf, 1995. Drug Actions: Basic Principles and Theraputic Aspects

Mekanisme N-asetilsistein
N-asetilsistein merupakan
antioksidan bekerja
sebagai prekursor
glutation, berikatan dan
mendetoksifikasi NAPQI
sehingga mencegah
toksisitasnya. Nasetilsistein juga dapat
menurunkan
pembentukan NAPQI
dengan meningkatkan
konjugasi paracetamol
dengan sulfat menjadi
metabolit non toksik
(Saito, 2010).
Penambahan 200 mg Nasetilsistein ke dalam
500 mg paracetamol
dapat mencegah
toksisitas paracetamol
(Aronson, 2009).

ANALISA TERAPI HIPOKALEMIA

Tanggal
Nama Obat

Regimen Dosis

KSR

2x600 mg PO

14/10

15/10

Tanggal

Parameter
Monitoring

Nilai
Rujukan

14/10

15/10

Kalium

3,5-5,5

3,4

3,6

Muntah

16/10

Diberikan hari pertama sbg maintenance hipokalemia diberikan

krn px hanya diberi PZ.Pada hari ke-2 distop krn diganti asering
(Scaefer and Wolford, 2005)
(mengandung kalium 5 mmol/L)

Oral Potassium
Dosis : dosis penjagaan 40-100 meq/hari/terbagi 2-4
dosis maksimum 120 meq.
Terapi hipokalemia ringan (>2,5 meq) : oral
potassium 60-80 meq per hari terbagi 2-4 dosis
KSR Tab : 1 tab setara 8 meq, 2x8 meq=16 meq/hari

(Global RPH, 2011)

Algoritma
Terapi
Hipokalemia

(Alfonzo, et al., 2006)

Lullman, H., 2010., Color Atlas of Pharmacology 3rd.hal 210

ANALISA TERAPI BATUK

Tanggal
Nama Obat

Regimen Dosis

OBH sirup
Codein

15/10

16/10

3xCI

3x10 mg

Parameter
Monitoring
Batuk

14/10

Tanggal

14/10

15/10

16/10

Obat Batuk Hitam

Komposisi

Per 15 mL mengandung
Succus liquiritiae 500 mg,
Ammonium Chlorida 300 mg,
Ammonium Anisi Spir 300 mg

Indikasi

Batuk yang produktif

Dosis

Dewasa 1sendok makan(15 mL) 3-4 kali

sehari

Administrasi

Diminum bersama makanan atau

setelah makan

www.mims.com/indonesia/drug/codeine, diakses pada tanggal 18 Oktober 2015.

CODEIN
Dosis untuk dewasa atau >12 tahun adalah 10-20 mg
setiap 4-6 jam , maksimal 120 mg per hari .
Onset : Oral: 0.5-1 jam
Peak effect: Oral: 1-1.5 jam.
T 2,5 -3 jam
Batuk berfungsi untuk mengusir kelebihan sekresi
trakeobronkial , penekanan refleks fisiologis ini
dibenarkan hanya bila batuk berbahaya ( setelah operasi.
Kodein menekan batuk oleh aksi sentral (antitusiv) efek
diproduksi oleh penghambatan refleks batuk independen
dari efek pada nosisepsi atau respirasi
Lullman, H., Color Atlast of Pharmacology, 2010, AHFS, lexy

VITAMIN B COMPLEX
Tanggal
Nama Obat

Regimen Dosis

B kompleks

2x1 tab

14/10

15/10

16/10

Vitamin B6 is a
cofactor in
metabolism of
Homocysteine in
Transsulfuration
pathway to form
cysteine.

Vitamin B12 as a cofactor in the

conversion of 5-MTHF to Methionine
(Remethylation pathways)

Brustolin, et al., 2010

Curcuma
Nama Obat

Regimen Dosis

Curcuma

3x1 tab

Tanggal
14/10

15/10

16/10

Tanggal

Data Lab.

Nilai Rujukan

13/10
RS Haji

14/10

15/10

SGOT

< 41 U/L

46

85

SGPT

< 38 U/L

69

78

Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa
pada tikus yang
diinduksi dengan CCl4
untuk menginduksi
hepar, dengan
pemberian Curcuma
terjadi penurunan nilai
SGOT SGPT selain itu
Curcuma juga
mempunyai aktivitas
antioksidan

RANITIDIN
Tanggal
Nama Obat

Regimen Dosis

Ranitidin

2x50 mg IV

Parameter

14/10

15/10

16/10

Tanggal Pemeriksaan

Normal

14/10

Mual

Manifestasion
Fever
Petechiae
Lymphadenopathy
GI bleeding

15/10

16/10

DF
++++
++
++

DHF
++++
++
++

(+1-25%,++26-50%,+++51-75%,++++76-100%)
Ranitidin diindikasikan sbg terapi profilaksis GI bleeding yang
merupakan salah satu manifestasi klinik dari DHF

.... Gastric ulcer and hemorrhagic gastritis

each endoscopically found in one fatal
patient with massive GI bleeding in our
series raises the question of whether a
H2-blocker or proton-pump inhibitor
should be used in patients with severe
DHF patients for prevention of massive GI
bleeding. Further study is needed to
answer this question...

(Ing Kit-Lee et al, 2012)

ADMINISTRASI RANITIDIN
Injeksi ranitidin HCl diberikan intramuskular atau
lambat intravena setelah pengenceran
Untuk injeksi intravena langsung, 50 mg diencerkan
dengan total minimal 20 mL dengan cairan infus
intravena yang kompatibel (NS,D5)dan diberikan
selama setidaknya 2-5 menit (4 mL / menit)
Untuk infus intravena intermiten, 50 mg dapat
ditambahkan setidaknya 100 mL pelarut kompatibel
dan diberikan selama 15 sampai 20 menit.
Untuk infus intravena kontinu, 150 mg ranitidin HCl
dapat diencerkan dalam 250 ml cairan intravena dan
infus di 6,25 mg / jam

Efek samping yang banyak dilaporkan jika diberikan

bolus cepat antara lain bradikardi
Trissel, LA. 2009. Handbook On Injectable Drugs. Maryland: American Society of Health System
Pharmacists

DAFTAR PUSTAKA

Lobo DN, Lewington AJP, Allison SP. 2013. Basic Concepts of Fluid and electrolyte Therapy.
Melsungen: Bibliomed-Medizinische Verlagsgesellschaft
World Health Organization. 2011. Comprehensive Guidelines prevention and Control of
Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. SEARO Technical Publication Series No.60
Aronson, 2009. Meylers Side Effects of Drugs, 15 Edition. Elsevier, United Kingdom.
Saito, 2010. Novel Mechanisms Of Protection Against Acetaminophen Hepatotoxicity In
Mice By Glutathione And N-acetylcysteine. Hepatology 2010 January ; 51(1): 246254
www.mims.com/indonesia/drug/codeine, diakses pada tanggal 18oktober 2015. pada jam
19.00
Lullman, H., 2010., Color Atlas of Pharmacology 3rd.hal 210
McEvoy., G., 2011., AHFS Drug Information.
Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, N.P., Lance, L.L. (Ed.), 2009. Drug Information Handbook
17th edition. APhA : Lexi-Comp
Devaraj et al, 2014. Investigation of Antioxidant and Hepatoprotective Activity of
Standardized Curcuma xanthorrhiza Rhizome in Carbon Tetrachloride-Induced Hepatic
Damaged Rats. Scientific World Journal Volume 2014, Article ID 353128, page.8
Trissel, LA. 2009. Handbook On Injectable Drugs. Maryland: American Society of Health
System Pharmacists

DAFTAR PUSTAKA
Jasiecka, et al, 2014. Pharmacological characteristics
of metamizole. Polish Journal of Veterinary Sciences
Vol. 17, No. 1 (2014), 207214
Mustchler and Derendorf, 1995. Drug Actions: Basic
Principles and Theraputic Aspects