Sawo Manila
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Ericales
Famili: Sapotaceae
Genus: Manilkara
Spesies: M. zapota
Nama binomial
Manilkara zapota
(L.) P. Royen
Sinonim
Achras zapota L., 1753 (nama
invalid)
Sawo manila (Manilkara zapota) adalah pohon buah yang berumur panjang. Pohon dan buahnya dikenal
dengan beberapa nama seperti sawo (Ind., Jw.), sauh atau sauh manila, atau ciku (Mly.).
Nama-namanya dalam berbagai bahasa: chico (Filipina), ciku (Malaysia), chikoo atau sapota (India), sofeda
(Bangladesh), xa p ch atau hng xim (Vietnam), rata-mi (Sri Lanka), lamoot () di Thailand, Laos dan
Kamboja, nspero (Venezuela), sugardilly (Kep. Bahama), naseberry (Hindia Barat), sapote (Nicaragua), sapoti
(Brazil), sapotillier (bahasa Perancis) dan sapodilla (bahasa Inggris).
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Pemerian
2 Kegunaan
5 Lihat pula
6 Rujukan
7 Pranala luar
Pemerian
Pohon sawo
Buah buni bertangkai pendek, bulat, bulat telur atau jorong, 3-6 x 3-8 cm, coklat kemerahan sampai kekuningan
di luarnya dengan sisik-sisik kasar coklat yang mudah mengelupas, sering dengan sisa tangkai putik yang
mengering di ujungnya. Berkulit tipis, dengan daging buah yang lembut dan kadang-kadang memasir, coklat
kemerahan sampai kekuningan, manis dan mengandung banyak sari buah. Berbiji sampai 12 butir, namun
kebanyakan kurang dari 6, lonjong pipih, hitam atau kecoklatan mengkilap, panjang lk. 2 cm, keping biji
berwarna putih lilin.
Kegunaan
Sawo manila merupakan buah yang sangat populer di Asia Tenggara. Wilayah ini adalah produsen dan
sekaligus konsumen utama buah ini di dunia. Sawo disukai terutama karena rasanya yang manis dan daging
buahnya yang lembut.
Kebanyakan buah sawo manila dimakan dalam keadaan segar. Akan tetapi sawo dapat pula diolah menjadi
serbat (sherbet), dicampurkan ke dalam es krim, atau dijadikan selai. Sari buah sawo dapat dipekatkan menjadi
sirup, atau difermentasi menjadi anggur atau cuka.
Getah pohon sawo disadap di Amerika, dikentalkan menjadi chicle yang merupakan bahan permen karet alami.
Getah ini juga diolah menjadi aneka bahan baku industri sebagai pengganti getah perca dan bahan penambal
gigi.
Kayu sawo berkualitas bagus, tergolong kayu keras dan berat, dengan tekstur halus dan pola warna yang
menarik. Kayu ini terutama disukai sebagai bahan perabot dan ukir-ukiran, termasuk untuk pembuatan patung,
karena sifatnya yang mudah dikerjakan dan mudah dipelitur dengan hasil yang baik. Kayu sawo memiliki
keawetan yang baik, tahan terhadap serangan jamur dan serangga. Kayu ini juga merupakan favorit anak-anak
di Jawa untuk membuat gasing.
Kulit kayunya menghasilkan tanin, yang secara tradisional digunakan nelayan sebagai bahan pencelup (ubar)
layar dan alat pancing. Beberapa bagian pohon sawo juga digunakan sebagai bahan obat tradisional untuk
mengatasi diare (tanin), demam (tanin dan biji), dan bahan bedak untuk memulihkan tubuh sehabis bersalin
(bunga).
Sawo duren
?
Sawo Duren
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Plantae
Upakeraja Tracheobionta
an:
Divisi:
Magnoliophyta
Upadivisi:
Spermatophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Upakelas:
Dilleniidae
Ordo:
Ericales
Famili:
Sapotaceae
Genus:
Chrysophyllum
Spesies:
Chrysophyllum
cainito
Nama binomial
Chrysophyllum cainito
L., 1753
Sawo duren disebut neesbery adalah nama sejenis buah dari suku sawo-sawoan (Sapotaceae). Buah ini juga
dikenal dengan nama sawo apel, sawo ijo atau apel ijo (Jw.), sawo hejo (Sd.), sawo kadu (Banten), dan kenitu
atau mancu (Jatim).
Dalam pelbagai bahasa asing seperti di Filipina dengan sebutan cainito, Inggris dengan sebutan caimito dan
star apple, Thailand dengan sebutan Sataa appoen serta Malaysia dengan sebutan sawu duren dan pepulut buah
ini dikenal pula dengan pelbagai nama lain seperti chicle durian, , sterappel, golden leaf tree, abiaba, pomme
de lait, estrella, aguay dan lain-lain. Nama ilmiahnya adalah Chrysophyllum cainito.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Asal-usul dan
penyebaran
2 Deskripsi
3 Kegunaan
4.1 Hama
4.2 Penyakit
5 Lihat pula
6 Rujukan
7 Pranala luar
Deskripsi
Tumbuhan daerah tropis yang berbentuk pohon, berumur menahun (perenial), tinggi 15 - 20 dapat mencapai
ketinggian tidak melebihi 30 m yang selalu hijau dan tumbuh cepat, berakar tunggang. dengan batang berkayu,
silindris, tegak, warna cokelat, abu-abu gelap sampai keputihan, permukaan kasar berdaun tunggal, warna
permukaan atas hijau - bawah cokelat, panjang 9 - 14 cm, lebar 3 - 5 cm, helaian daun agak tebal, kaku, bentuk
lonjong (elliptica), ujung runcing (acutus), pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata, pertulangan menyirip
(pinnate), tidak pernah meluruh Bunga Buah buni (bacca), bulat, warna hijau keputih-putihan, dengan biji
hitam, pipih, panjang sekitar 1 cm, berkeping dua Perbanyaan Generatif (biji) dengan banyak bagian pohon
yang mengeluarkan lateks, getah putih yang pekat, apabila dilukai.
Daun tunggal berwarna coklat-keemasan (chrysophyllum berarti daun yang berwarna keemasan), karena bulubulu halus yang tumbuh terutama di sisi bawah daun dan di rerantingan; permukaan atasnya lekas gundul dan
berwarna hijau cerah. Duduk daun berseling, memencar, bentuk lonjong sampai bundar telur terbalik, 3-6 x 516 cm, seperti kulit, bertangkai 0,6-1,7 cm panjangnya.
Perbungaan terletak di ketiak daun, berupa kelompok 5-35 kuntum bunga kecil-kecil bertangkai panjang,
kekuningan sampai putih lembayung, harum manis. Kelopak 5 helai, bundar sampai bundar telur; mahkota
bentuk tabung bercuping 5, bundar telur, panjang sampai 4 mm.
Buah buni berbentuk bulat hingga bulat telur sungsang, berdiameter 5-10 cm, dengan kulit buah licin
mengkilap, coklat keunguan atau hijau kekuningan sampai keputihan. Kulit agak tebal, liat, banyak
mengandung lateks dan tak dapat dimakan. Daging buah putih atau keunguan, lembut dan banyak mengandung
sari buah, manis, membungkus endokarp berwarna putih yang terdiri dari 4-11 ruang yang bentuknya mirip
bintang jika dipotong melintang. Biji 3-10 butir, pipih agak bulat telur, coklat muda sampai hitam keunguan,
keras berkilap.
Kegunaan
Sawo duren umumnya dikonsumsi sebagai buah segar, meski juga dapat digunakan sebagai bahan baku es krim
atau serbat (sherbet). Pohon sawo duren menghasilkan buah setelah berumur 5-6 tahun, dan biasanya musim
puncak buah itu di Jawa pada musim kemarau.
Di samping itu, banyak bagian pohon yang berkhasiat obat; misalnya kulit kayunya, getah, buah dan biji.
Rebusan daunnya dipakai untuk menyembuhkan diabetes dan rematik. Dari pepagannya (kulit kayu) dihasilkan
obat kuat dan obat batuk.
Pohonnya kerap digunakan sebagai tanaman hias dan peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Kayunya cukup
baik sebagai bahan bangunan. Dan cabang-cabangnya yang tua dimanfaatkan untuk menumbuhkan anggrek.
Lalat buah (Dacus sp), Gejala terdapat bintik-bintik kecil berwarna hitam atau cokelat pada
permukaan kulit, tetapi dagin buah sudah membusuk. Cara pengendaliannya (1)
membersihkan (sanitasi) sisa-sisa tanaman di sekitar tanaman dan kebun; (2)
membungkus buah sejak stadium muda; (3) memasang perangkap lalat buah yang
mengandung bahan metyl eugenol, misalnya M-Atraktan, dalam botol plastik bekas; (4)
menyemprotkan perangkap lalat buah, seperti Promar yang dicampur dengan insektisida
kontak atau sistemik; (5) menginfus akar tanaman dengan larutan insektisida sistemik,
seperti Tamaron, dengan konsentrasi 3-5% pada fase sebelum berbunga; (6) menyemprot
tanaman dengan insektisida kontak, seperti Agrothion 50 EC dengan dosis 3-4 cc/liter air.
Kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat (Saissetia nigra) yang
menyerang ranting muda dan daun tanaman sawo dengan cara menghisap cairan yang
terdapat di dalamnya. Selain menghisap cairan, kutu-kutu ini juga menghasilkan embun
madu yang dapat mengundang kehadiran cendawan jelaga. Cara pengendaliannya
dengan penyemprotan insektisida, seperti Diasinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/liter air
atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter air yang disemprotkan langsung ke kutu-kutu
tersebut.
Penyakit
Jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonocolor. Spora dari jamur ini menular
kemana-mana oleh hembusan angin. Gejala: (1) Stadium rumah laba-laba, yaitu ditandai
dengan munculnya meselium tipis berwarna mengkilat seperti sutera atau perak. pada
stadium ini jamur belum masuk ke dalam kulit tanaman sawo; (2) Stadium bongkol, yaitu
stadium dimana jamur membentuk gumpalan-gumpalan hifa di depan lentisel; (3) Stadium
corticium, yaitu stadium dimana jamur membentuk kerak berwarna merah muda yang
berangsur-angsur berubah menjadi lebih muda lalu menjadi putih. Kerak yang terbentuk
terdiri dari lapisan basidium yang pada setiap basidiumnya terdapat basidiospora. Kulit
tanaman sawo yang terdapat di bawah kerak tersebut akhirnya busuk; (4) Stadium
necator, yaitu stadium dimana jamur membentuk banyak piknidium yang berwarna
merah. Piknidium ini terdapat pada sisi cabang atau ranting yang lebih kering. Cara
pengendaliannya (1) Pada stadium laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara
menggosok tempat yang terserang jamur sampai hilang. Bekas luka gosokan diolesi
dengan cat meni, ter, atau carbolineum; (2) Penyemprotan dengan fungisida yang
mengandung tembaga berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis 4 gram/liter
air setiap tiga minggu sekali untuk menghindari munculnya serangan lagi; (3) Pemotongan
pada bagian tanaman yang terserang apabila jamur sudah mencapai stadium bongkol,
corticium, atau necator. Pemotongan dilakukan pada bagian yang sehat jauh dari batas
bagian yang sakit. Bagian yang dipotong kemudian diolesi dengan fungisida dan dibakar.
Jamur jelaga disebabkan oleh jamur Capnodium sp Gejala penerangan jamur ini berupa
warna hitam seperti beludru yang menutupi permukaan daun sawo. Serangan lebih lanjut
dapat menutupi seluruh daun dan ranting tanaman sawo.Jika serangan jamur ini
berjumlah banyak, proses fotosintesa tanaman sawo akan terganggu sehingga
pertumbuhan terhambat. Serangan yang terjadi pada saat tanaman berbunga dapat
mengakibatkan buah yang terbentuk hanya sedikit. Jika yang terserang adalah buah,
dapat menyebabkan kerontokan atau berkurangnya kualitas buah. Cara pengendaliannya
(1) melenyapkan serangga yang menghasilkan embun madu terlebih dahulu dengan
insektisida; (2) dilakukan penyemprotan dengan fungisida seperti Antracol 70 WP dengan
dosis 2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air.
Busuk buah disebabkan oleh jamur Phytopthora palmivora Butl, Gejala mula-mula kulit
buah berbercak-bercak kecil berwarna hitam atau cokelat, kemudian melebar dan
menyatu secara tidak beraturan, daging buah membusuk dan berair, serta kadang-kadang
buah berjatuhan (gugur). Cara pengendaliannya (1) dengan cara pemotongan buah yang
sakit berat, pengumpulan dan pemusnahan buah yang terserang; (2) penyemprotan
fungisida, seperti Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8 gr 2,4 gram/liter air.
Hawar benang putih disebabkan oleh jamur Marasmius scandens Mass, yang tumbuh pada
permukaan batang dan cabang tanaman sawo. Gejala: daun-daun mengering dan
berguguran. Pada ranting yang mengering terdapat benang-benang jamur berwarna putih.
Cara pengendaliannya (1) dengan cara mengurangi kelembaban kebun, memotong bagian
tanaman yang sakit berat; (2) mengoleskan atau menyemprotkan fungisida, seperti
Benlate dengan dosis 2 gr/1 air