Membaca Al Quran Namun Berbuat Syirik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

muslim.or.

id

http://muslim.or.id/al-quran/membaca-al-quran-namun-berbuat-syirik.html

Membaca Al Quran Namun Berbuat Syirik


Yulian
Purnama

26 June
2015

Tidak diragukan lagi bahwa Al Quran telah menjelaskan segala aspek yang dibutuhkan oleh manusia. Allah
Taala berfirman:

dan Kami telah menurunkan Al Kitab kepadamu sebagai penjelasan atas segala sesuatu serta sebagai petunjuk
dan rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang Muslim (QS. An Nahl: 89).
Dan penjelasan yang paling dibutuhkan serta paling urgen bagi manusia di dalam Al Quran adalah tentang
tauhid dan syirik. Karena perkara ini adalah pokok agama dan hal mendasar dalam Islam. Tauhid lah yang
menjadi pondasi dari semua amalan yang dilakukan seorang Muslim, dan syirik lah yang bisa membatalkan
semua amalan tersebut.
Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Taala telah menjelaskan kedua perkara ini di dalam Al Quran dengan
penjelasan yang gamblang dan jelas. Allah Taala berfirman:

Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar
kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. (QS. Al Baqarah: 99).
Bahkan semua bagian dari Al Quran adalah penjelasan mengenai tauhid dan syirik. Ibnul Qayyim mengatakan
bahwa Al Quran seluruhnya menjelaskan tentang tauhid. Karena isi dari Al Quran pasti tidak lepas dari:
Perintah untuk beribadah kepada Allah dan meninggalkan syirik
Penjelasan tentang balasan baik bagi ahli tauhid, dan balasan buruk bagi ahli syirik
Penjelasan tentang hukum halal dan haram, yang ini merupakan konsekuensi tauhid
Kisah-kisah tentang para Rasul dan umat mereka, dan pergolakan yang mereka alami, yang ini
merupakan pelajaran mengenai balasan atas tauhid dan syirik (Syarh Al Ushul As Sittah , Syaikh Shalih Al
Fauzan, 16).
Maka Al Quran yang dibaca siang dan malam, dalam shalat, di luar shalat, dilantunkan oleh para qaari, dan
dihafal oleh banyak orang, semuanya berisi tentang tauhid. Namun sayang sungguh sayang, masih banyak orang
yang terluput dari hal ini. Mereka membaca dan mendengarkan Al Quran namun tauhid tidak nampak dalam
perilaku mereka, bahkan mereka terjerumus dalam kesyirikan.

Tujuan membaca Al Quran


Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan mengatakan: anda dapati banyak orang yang membaca Al Quran namun
mereka terjerumus dalam kesyirikan dan meninggalkan tauhid. Padahal perkara tauhid ini sangat jelas di dalam
Kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Karena mereka melestarikan apa yang mereka
dapati dari kakek moyang mereka, para syaikh mereka, dan kebiasaan penduduk daerah mereka. Mereka tidak
merenungkan barang satu hari pun, dan tidak men-tadabburi, apa yang ada di dalam Al Quran. Dan mereka tidak
berusaha mengkiritis apa yang dilakukan orang-orang, apakah hal tersebut sudah benar atau tidak?.
Beliau melanjutkan, bahkan mereka mempraktekkan taklid buta kepada kakek moyang mereka. Mereka
menganggap Al Quran hanya dibaca sekedar untuk mengambil berkahnya saja dan meraih pahala dari
membacanya. Mereka tidak bermaksud untuk mentadabburi dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya

(Syarh Al Ushul As Sittah , Syaikh Shalih Al Fauzan, 10).


Padahal Al Quran dibaca untuk diamalkan, karena ia adalah sumber hidayah, Allah Taala berfirman:
(9 :) ( )
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan hidayah kepada (jalan) yang lebih lurus (QS. Al Isra: 9).
Allah Taala juga memerintahkan kita untuk mentadabburi isi Al Quran, bukan sekedar membaca tanpa
perenungan. Allah Taala berfirman:
(24:) ( )
Maka apakah mereka tidak men-tadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad: 24).
Bahkan sebaik-baik manusia adalah orang yang mempelajarinya, berusaha memahami isinya dan
mengajarkannya kepada orang lain. Bukan sekedar membacanya tanpa pemahaman. Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam bersabda:


sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya (HR. Al Bukhari 4639).
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan melanjutkan, sedikit sekali orang yang membaca Al Quran dengan tujuan
ini. Kebanyakan mereka hanya membacanya untuk mencari berkah atau sekedar bernikmat-nikmat
mendengarkan tilawah sang qaari, atau untuk mengobati orang sakit. Adapun membaca Al Quran untuk
mengamalkannya, serta mentadabburinya, dan mengembalikan apa yang dilakukan oleh orang-orang kepada Al
Quran, ini semua tidak ditemukan kecuali hanya pada sedikit orang saja (Syarh Al Ushul As Sittah , Syaikh
Shalih Al Fauzan, 11-12).

Terlalu perhatian pada tajwid, namun lalai para tauhid


Sebagian orang, memberikan perhatian yang begitu serius dalam tajwid (membaguskan bacaan Al Quran). Atau
sangat perhatian pada langgam-langgam dalam membaca Al Quran, menghafal dan melatih langgamlanggamnya, atau mengoleksi banyak rekaman para qaari dan menirukan bacaan serta iramanya. Namun justru
mereka lalai terhadap esensi dari apa yang dibaca.
Syaikh Shalih Al Fauzan menyebutkan, orang-orang membaca Al Quran, memperbanyak bacaannya,
mengkhatamkannya berkali-kali, menghafalnya, mentartilkannya, mereka sangat perhatian pada lafadz-lafadz
dan tajwidnya. Sangat perhatian pada hukum-hukum mad, hukum-hukum idgham, ghunnah, iqlab, izhar, ikhfa,
dan mencurahkan perhatian yang sangat besar dalam hal itu. Ini memang baik. Namun tujuan yang lebih urgen
bukanlah ini. Tujuan yang lebih urgen adalah mentadabburinya, memahami Kitabullah, dan mengembalikan
amalan kita serta amalan manusia kepada Kitabullah, apakah amalan-amalan tersebut sesuai dengan Kitabullah
atau bertentangan? (Syarh Al Ushul As Sittah , 13).

Tantangan berat bagi pada dai tauhid


Beliau juga mengatakan, bahkan jika ada seorang dai yang ingin memperbaharui kebiasaan buruk yang ada
pada diri mereka, mereka akan marah dan menuduhnya berbuat kesesatan. Bahkan mereka juga menuduhnya
telah keluar dari ajaran agama, atau ia telah membaca ajaran baru, dan tuduhan-tuduhan lainnya (Syarh Al
Ushul As Sittah, 12).
Sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa orang mendakwahkan untuk kembali kepada Al Quran dan As
Sunnah, mengajak manusia untuk bertauhid yang benar dan meninggalkan kesyirikan, akan mendapat
penentangan dari orang-orang. Hal itu tidak akan membuat mereka menjadi rendah dan hina, justru akan
mengangkat derajat mereka di sisi Allah. Justru orang-orang yang menyelisih Al Quran dan sunnah yang

hakikatnya hina dan rendah. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:



Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al Quran ini, dan merendahkan kaum-kaum yang lainnya
dengannya (HR. Muslim).

Mereka telah didahului oleh para Nabi dan Rasul Allah yang juga mengalami hal yang serupa, bahkan lebih
dahsyat lagi. Oleh karena itu Allah menghibur Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam serta para dai ilallah yang
berjalan di atas jalannya:

Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu (wahai Muhammad) kecuali sesungguhnya hal
serupa telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mempunyai
ampunan dan hukuman yang pedih (QS. Fushilat: 43).
Semoga kita dimasukkan oleh Allah ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa mempelajari, merenungkan
dan mengamalkan kandungan Al Quran. Semoga kita digolongkan menjadi orang-orang yang bertauhid dan
dijauhkan sejauh-jauhnya dari kesyirikan. Wallahu waliyu dzalika wal qaadiru alahi.
***
Penulis: Yulian Purnama
Artikel Muslim.or.id
2015 Yayasan Pendidikan Islam Al Atsary, Yogyakarta
Kembali ke atas

Anda mungkin juga menyukai