Sebelum membicarakan tentang badai matahari, kita akan melihat sekilas tentang
Matahari. Matahari adalah sebuah bintang, yaitu bola plasma panas yang ditopang oleh
gaya gravitasi. Di pusat Matahari (nomor 1 dalam Gambar 1), terjadi reaksi nuklir (fusi)
yang mengubah 4 atom hidrogen menjadi 1 atom helium. Reaksi fusi tersebut, selain
menghasilkan helium, juga menghasilkan energi dalam jumlah melimpah (ingat persamaan
terkenal oleh Einstein: E=mc2). Energi yang dihasilkan, di pancarkan keluar melewati
bagian-bagian Matahari, yaitu: zona radiatif (nomor 2), zona konventif (nomor 3), dan
bagian atmosfer Matahari, yang terdiri dari fotosfer (nomor 4), kromosfer (nomor 5), dan
korona (nomor 6). Dan badai Matahari adalah peristiwa yang berkaitan dengan bagian
atmosfer Matahari tersebut.
Bagian terluar dari Matahari, yaitu korona, memiliki temperatur yang mencapai jutaan
kelvin. Dengan temparatur yang tinggi tersebut, materi yang berada di korona
Matahari memiliki energi kinetik yang besar. Tarikan gravitasi Matahari tidak
cukup kuat untuk mempertahankan materi korona yang memiliki energi kinetik
yang besar itu dan secara terus menerus, partikel bermuatan yang berasal dari
korona, akan lepas keluar angkasa. Aliran partikel ini dikenal dengan nama angin
matahari, yang terutama terdiri dari elektron dan proton dengan energi sekitar 1 keV.
Setiap tahunnya, sebanyak 1012 ton materi korona lepas menjadi angin matahari, yang
bergerak dengan kecepatan antara 200-700 km/s.
Berbeda dengan pusat Matahari yang relatif sederhana, bagian atmosfer Matahari relatif
lebih rumit. Karena di atmosfer Matahari ini, medan magnetik Matahari berperan besar
terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Ada berbagai fenomena menarik
diamati di atmosfer Matahari berkaitan dengan medan magnetik Matahari, seperti bintik
matahari (sun spot), ledakan Matahari (solar flare), prominensa, dan pelontaran material
korona (CME – Coronal Mass Ejection). Hal-hal inilah yang berkaitan dengan badai
matahari.
Solar flare adalah ledakan di Matahari akibat terbukanya salah satu kumparan medan
magnet permukaan Matahari. Ledakan ini melepaskan partikel berenergi tinggi dan radiasi
elektromagnetik pada panjang gelombang sinar-x dan sinar gamma. Partikel berenergi
tinggi yang dilepaskan oleh peristiwa solar flare, jika mengarah ke Bumi, akan mencapai
Bumi dalam waktu 1-2 hari. Sedangkan radiasi elektromagnetik energi tingginya, akan
mencapai Bumi dalam waktu hanya sekitar 8 menit.
CME adalah pelepasan material dari korona yang teramati sebagai letupan yang
menyembur dari permukaan Matahari. Dalam semburan material korona ini, sekitar 2×1011
– 4×1013 kilogram material dilontarkan dengan energi sebesar 1022 – 6×1024 joule. Material
ini dilontarkan dengan kecepatan mulai dari 20 km/s sampai 2000 km/s, dengan rata-rata
kecepatan 350 km/s. Untuk mencapai Bumi, dibutuhkan waktu 1-3 hari.
Matahari kita memiliki siklus keaktifan dengan periode sekitar 11 tahun. Siklus
keaktifan ini berkaitan dengan pembalikan kutub magnetik di permukaan Matahari.
Keaktifan Matahari ini bisa dilihat dari jumlah bintik matahari yang teramati. Saat
keaktifan Matahari mencapai maksimum, kita akan mengamati bintik matahari
dalam jumlah paling banyak di permukaan Matahari dan pada saat keaktifan Matahari
mencapai maksimum inilah, angin matahari lebih ‘kencang’ dari biasanya dan partikel-
partikel yang dipancarkan juga lebih energetik. Dan peristiwa solar flare dan CME dalam
skala besar juga lebih dimungkinkan untuk terjadi. Dengan kata lain, saat keaktifan
Matahari mencapai maksimum, Bumi akan lebih banyak dipapar dengan partikel-partikel
bermuatan tinggi (lebih tinggi dari biasanya) dan radiasi elektromagnetik energi tinggi.
Partikel-partikel bermuatan yang dipancarkan dari peristiwa solar flare dan CME, saat
mencapai Bumi, akan berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Interaksi ini akan
menyebabkan gangguan pada medan magnetik Bumi buat sementara.
Saat partikel-partikel bermuatan dengan energi tinggi mencapai Bumi, ia akan diarahkan
oleh medan magnetik Bumi, untuk bergerak sesuai dengan garis-garis medan magnetik
Bumi, menuju ke arah kutub utara dan kutub selatan magnetik Bumi. Saat partikel-partikel
energetik tersebut berbenturan dengan partikel udara dalam atmosfer Bumi, ia akan
menyebabkan partikel udara (terutama nitrogen) terionisasi. Bagi kita yang berada di
permukaan Bumi, yang kita amati adalah bentuk seperti tirai-tirai cahaya warna-warni di
langit, yang dikenal dengan nama aurora. Aurora ini bisa diamati dari posisi lintang
tinggi di sekitar kutub magnetik Bumi (utara dan selatan).
Gambar 2. Aurora
Saat terjadi badai matahari, partikel-partikel energetik tadi tidak hanya menghasilkan
aurora yang indah yang bisa di amati di lintang tinggi. Tapi bisa memberikan dampak yang
relatif lebih besar dan lebih berbahaya. Dampak yang dimaksud antara lain: gangguan pada
jaringan listrik karena transformator dalam jaringan listrik akan mengalami kelebihan
muatan, gangguan telekomunikasi (merusak satelit, menyebabkan black-out frekuensi HF
radio, dll), navigasi, dan menyebabkan korosi pada jaringan pipa bawah tanah.
Peristiwa gangguan besar yang disebabkan oleh badai matahari, yang paling terkenal
adalah peristiwa tahun 1859, peristiwa yang dikenal dengan nama Carrington Event. Saat
itu, jaringan komunikasi telegraf masih relatif baru tapi sudah luas digunakan. Ketika
terjadi badai Matahari tahun 1859, jaringan telegraf seluruh Amerika dan Eropa mati total.
Aurora yang biasanya hanya bisa diamati di lintang tinggi, saat itu bahkan bisa diamati
sampai di equator.
Masih ada beberapa contoh peristiwa lain yang berkaitan dengan badai matahari yang
terjadi dalam abad ke-20 dan 21:
Badai Matahari juga bisa berbahaya bagi makhluk hidup secara biologi. Bahaya ini
terutama bagi para astronot yang kebetulan sedang berada di luar angkasa saat badai
matahari terjadi. Bagi kita yang berada di permukaan Bumi, kita relatif aman terlindungi
oleh medan magnetik Bumi. Pengaruh langsung dari badai matahari ini hanya dialami oleh
binatang-binatang yang peka terhadap medan magnetik Bumi. Karena badai matahari
mengganggu medan magnetik Bumi, maka binatang-binatang yang peka terhadap medan
magnetik akan secara langsung terimbas. Misalnya burung-burung, lumba-lumba, dan
paus, yang menggunakan medan magnetik Bumi untuk menentukan arah, untuk sesaat
ketika badai matahari terjadi, mereka akan kehilangan arah.
Saat ini, Matahari sedang menuju puncak keaktifan dalam siklusnya yang ke-24. Puncak
keaktifan Matahari ini diperkirakan terjadi sekitar tahun 2011-2013. Saat puncak keaktifan
Matahari pada siklus ke-24 ini, diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan saat puncak
keaktifan pada siklus-siklus sebelumnya. Mungkin efeknya akan sedikit lebih besar, tapi
ada juga yang menduga akan terjadi hal yang sebaliknya, justru lebih kecil efeknya. Yang
manapun itu kasusnya, bisa dikatakan semua ahli fisika matahari sepakat tidak mungkin
terjadi peristiwa besar yang akan membahayakan kehidupan di muka Bumi.
Berdasarkan pengetahuan kita saat ini, badai matahari hanya akan memberikan ancaman
bahaya yang rendah. Solar flare dan CME yang terjadi di Matahari, tidak akan cukup
untuk menyebabkan peristiwa seperti yang digambarkan dalam beberapa film yang beredar
belakangan ini. Beberapa bintang yang diamati memang menunjukkan adanya peristiwa
yang dikenal dengan istilah superflare, yaitu flare seperti yang kita amati di Matahari tapi
dengan intensitas yang jauh lebih besar. Tapi peristiwa serupa diduga bukan peristiwa yang
umum dan diragukan bakal terjadi pada Matahari kita, setidaknya saat ini. Memang
peristiwa solar flare dan CME belum bisa diprediksi dengan baik untuk saat ini. Tapi
pengetahuan kita yang didapat dari pengamatan Matahari lewat berbagai observatorium
landas-bumi dan wahana antariksa yang terus menerus mengamati Matahari, kita semakin
mengerti berbagai peristiwa yang terjadi di Matahari. Setidaknya untuk saat ini, kita
bisa mengatakan dengan cukup yakin bahwa yang digambarkan dalam film-film
fiksi ilmiah (misalnya: film 2012) tentang badai raksasa matahari, tidak akan terjadi
dalam waktu dekat.
Seiring dengan perkembangan teknologi elektronika, serta kaitannya dengan iklim, studi
tentang aktivitas matahari menjadi perhatian yang semakin perlu dikaji. Bisakah kita
memprediksi badai matahari? Dinamika siklusnya? Dinamika cuaca antariksa yang di
dorong dinamika matahari? Pengamatan matahari saat ini telah menggunakan teknologi
satelit dalam menentukan bilamanakah terjadi aktivitas yang tiba-tiba dari matahari.