Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Aktivitas Study
Mencangkup pelaksanaan pengambilan data-data dilapangan dan pengolahan data
b.
Palangka
Raya
dalam menjalankan
kebijakan dan
strategi
dan
pertumbuhan
antara
wilayah
ekonomi
juga
di
daerah,
diperlukan
selain
dermaga
jalan
sungai
yang
untuk
menghubungkan daerah-daerah yang yang sulit di jangkau melalui jalan, dan juga
dermaga dapat di jadikan sarana bongkar muat barang untuk menunjang
perekonomian di daerah tersebut.
Salah satu program yang dilaksanakan Kantor Balai Lalu Lintas Angkutan
Jalan Sungai Danau dan Penyeberangan Palangka Raya dengan tujuan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan sarana lalu lintas melalui
Perencanaan UKL-UPL / DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan
Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi).
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pelaksanaan pekerjaan yang tepat
sasaran dan memenuhi kualitas yang diisyaratkan, maka dalam pelaksanaannya
dibutuhkan Konsultan untuk melakukan pekerjaan perencanaan tersebut.
2.5
Tujuan pokok dari kegiatan ini adalah melaksanakan Pekerjaan Perencanaan UKLUPL / DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala
(Dermaga Penggilingan Padi). secara terperinci sedemikian rupa sehingga tercapai
tepat sasaran,tepat mutu/kualitas dan tepat dana.
2.6 Sasaran
Adapun sasaran dari pekerjaan Perencanaan UKL-UPL / DPLH Pembangunan Dermaga
Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi) adalah ;
Tersedianya output / hasil akhir dari kajian penelitian yang detail, akurat, yang
dapat dipertanggung jawabkan, dan dihasilkan Buku UKL-UPL / DPLH;
Teknis, Aspek Pembiayaan, Aspek Peraturan dan Aspek Peran Serta Masyarakat dan
Swasta.
Mengacu pada lingkup substansi di atas, maka kerangka logis penyelenggarannya dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. KELUARAN (OUTPUT)
Adapun keluaran (output) fisik dari pekerjaan ini adalah :
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah Buku UKL-UPL /
DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga
Penggilingan Padi) yang telah mendapat rekomendasi/pengesahan dari Kantor BLH
setempat.
2. PELAPORAN
Laporan yang menjadi tanggung jawab konsultan perencana adalah :
a. Laporan Pendahuluan:
b. Laporan Executive Summary
c. Laporan Akhir UKL-UPL / DPLH.
Melakukan
tinjauan
lapangan
(site
orientation),
Tinjauan terhadap kawasan lokasi proyek secara umum, lengkap dengan peta lokasi
pekerjaan
Memanfaatkan data pokok wilayah yang sudah ada untuk penyusunan laporan awal
Pengukuran titik control horizontal dan vertical dengan sistim polygon dengan cara
ring-ring atau raster (grade) atau cara lain yang memungkinkan untuk dilaksanakan.
Pengambilan azimuth (utara magnetis) dilakukan dengan kompas atau dengan Global
Positioning System (GPS)
Patok Tetap (Bench Mark), dipasang pada lokasi yang dimungkinkan aman terhadap
pelaksanaan fisik dan mudah dicari, patok tetap ini dibuat dari beton 20 x 20 cm atau
pipa diameter 10 cm dicor beton pada bagian ujung diberi mur/baut.
posisi-posisi dangkal
lokasi
pengembangan
pelabuhan.
kedalaman
menggunakan
echosounder
dan
pengukuran
posisi
Survey Hidro-Oceanografi
Survey Hidro-ocianografi dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi
perairan setempat yaitu kondisi arus, dan sediment.
Penyelidikan tanah
Untuk mengetahui karakterristik lapisan tanah dan sifat-sifat tanah guna memperoleh data
yang baik dan memadai untuk menunjang perencanaan.
Boring
Sondir
Pemeriksaan CBR
Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis ini konsultan harus melakukan beberapa tahapan pelaksanaan
pekerjaan sebagai berikut :
2.
4. Melakukan pengumpulan data dan analisa, dan hasil tersebut dituangkan dalam
laporan. Hasil laporan tersebut dalam bentuk laporan antara (interm report)
dan diserahkan kepada Pemimpin Pelaksana Teknis Kegiatan untuk dapat
didiskusikan dengan pihak pemberi pekerjaan guna memperoleh berbagai
masukan yang konstruktif;
5. Menyusun rancangan rencana berupa konsep, tujuan kebijakan, strategi dan
alternatif-alternatif rencana/ pilihan, hasil dalam bentuk laporan Draft Akhir
Rencana (Laporan Rancangan Rencana)
6.
7.
Arahan ini dimaksudkan sebagai petunjuk bagi konsultan yang memuat dan
harus dipenuhi atau dipertanggungjawabkan dalam pelaksanan tugasnya.
Dengan arahan ini diharapkan konsultan dapat melaksanakan tugas dengan baik
dan lancar sehingga dapat menghasilkan produk akhir sengan kualitas maupun
kuantitas sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
2.
(tiga)
tahun
di
bidangnya, Secara umum tugas dan tanggung jawabnya adalah membantu ketua
tim dalam mengadakan perencanaan dari segi bidang tersebut.
5. Ahli Lingkungan
Adalah seorang sarjana (S1) atau strata yang lebih tinggi di bidang Ilmu Lingkungan
dan berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidangnya, Secara umum tugas dan
tanggung jawabnya adalah membantu ketua tim dalam mengadakan perencanaan
dari segi bidang Lingkungan.
6. Ahli Perairan
Adalah seorang sarjana (S1) atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Perairan
dan berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidangnya, Secara umum tugas dan
tanggung jawabnya adalah membantu ketua tim dalam melakukan survey dan
analisis data pengairan/hidrologi, evaluasi ketersediaan air dan analisis banjir.
7. Surveyor
Minimal Diploma (D3) atau SMK dan berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun di
bidang Juru Ukur (SKTK Juru Ukur), Secara umum tugas dan tanggung jawabnya
adalah membantu ketua tim dalam mengadakan pengukuran.
8. Drafter
Adalah seorang sarjana (S1) atau Diploma (D3) di bidang Teknik sipil/arsitek dan
berpengalaman minimal 3 (tiga)
tugas dan tanggung jawabnya adalah membantu ketua tim dan ahli desain dalam
menggambar desain bangunan/lay out.
Secara umum tugas dan tanggung jawabnya adalah mengelola administrasi dan
keuangan pekerjaan.
BAB III
TANGGAPAN TERHADAP KAK
E.1 UMUM
Didalam bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai gambaran umum, konsepsi
pendekatan,
metodologi
dan
program
kerja
Konsultan
dalam
mempersiapkan,
2.
Pengelolaan
lingkungan
bertujuan
untuk
menanggulangi,
mengeliminir
atau
mengendalikan dampak negatif yang muncul pada saat tahap pra konstruksi, konstruksi
maupun tahap pasca konstruksi.
3.
Program
pengelolaan
lingkungan
hidup
yang
dilakukan
ditunjukan
untuk
E.2.1
Pendekatan Umum
E.2.2
2.
Adanya garis instruksi dan koordinasi yang jelas diantara tenaga Konsultan
Semua anggota Tim Konsultan akan dilengkapi dengan uraian pekerjaan yang akan
memberikan gambaran yang jelas untuk setiap tenaga ahli mengenai tanggung jawab,
wewenang dan hasil yang diharapkan dari Pekerjaan Perencanaan UKL-UPL DPLH
Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan
Padi
E.2.3
Pendekatan Kelembagaan
2.
Memberi kewenangan pengawasan yang penuh terhadap hasil unjuk kerja pengelolaan
lingkungan hidup, kepada instansi yang berwewenang.
3.
4.
E.2.4
Pendekatan Teknis
E.2.5
Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan sosial ekonomi, merupakan langkahlangkah yang akan ditempuh pemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak penting,
melalui tindakan-tindakan yang berlandaskan interaksi sosial, dan bantuan peran dari
pemerintah. Dengan demikian, upaya untuk mengelola dampak dengan pendekatan sosial
ekonomi, diharapkan mampu untuk menanggulangi dampak negatif akibat pembangunan.
Alternatif pengelolaan lingkungan yang dilakukan dengan cara pendekatan sosial ekonomi,
antara lain :
1.
Melibatkan masyarakat disekitarnya, untuk ikut serta berperan aktif dalam pengelolaan
lingkungan.
2.
3.
4.
Melakukan penyuluhan dan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat di masingmasing lokasi pekerjaan
Umum
E.3.2
2.
3.
Penerapan AMDAL pada setiap kegiatan Setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang
diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus dilengkapi
dengan Amdal atau UKL UPL. Setelah dampak penting tersebut diidentifikasi,
dipekirakan dan dievaluasi maka langkah selanjutnya dalah bagaiman dampak tersebut
dikelola. Pengelolaan tersebut tertuang dalam RKL RPL.
4.
5.
E.3.3
Sebagai landasan dalam penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) Kegiatan Pembangunan Embung adalah sebagai berikut:
1.
2.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Sistemnya.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
9.
E.3.4
Kewajiban ketersediaan dokumen Amdal berikut UKL dan UPL didasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan yang ditetapkan tanggal 23 Oktober 1993. Peraturan Pemerintah ini sering
disebut juga sebagai upaya "deregulasi Amdal", karena umumnya lebih sederhana jika
dibandingkan dengan peraturan yang lama yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
1986 (yang kemudian dicabut dengan dikeluarkannyaP P Nomor 51 Tahun 1993 ini).
Berdasarkan PP Nomor 51 Tahun 1993 dokumen Amdal yang ada hanya ANDAL (Analisis
Dampak Ungkungan), RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan
Lingkungan). Jadi bentuk dokumen seperti PIL (Penyajiar. Informasi Lingkungan), PEL
(Penyajian Evaluasi Lingkungan). dan SEL (Studi Evaluasi Lingkungan) sudah tidak digunakan
lagi sejak 23 Oktober 1993.
Menurut PP Nomor 51 Tahun 1993 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan
bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha atau kegiatan. Hasil analisis mengenai
dampak lingkungan ini digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan wilayah. Usaha
atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan meliputi:
1.
2.
Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbarui maupun yang tak terbarui
3.
Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, kerusakan,
dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya
4.
Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan sosial dan budaya
5.
6.
7.
8.
9.
Suatu rencana usaha atau kegiatan yang akan dibangun di kawasan lindung yang telah
berubah peruntukannya atau lokasi rencana usaha atau kegiatan tersebut berbatasan
langsung dengan kawasan lindung, termasuk dalam kategori menimbulkan dampak penting.
Yang dimaksud dengan kawasan lindung menurut Penjelasan Pasal 7 UU Nomor 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang adalah sebagai berikut:
1.
2.
Kawasan Bergambut
3.
4.
Sempadan Pantai
5.
Sempadan Sungai
6.
7.
8.
Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Hutan Wisata, Daerah
Pertindungan Plasma Nutfah, dan Daerah Pengungsian Satwa)
9.
Kawasan Suaka AMam Laut dan Perairan lainnya (termasuk perairan laut, perairan
darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang atau terumbu karang, dan atoll
yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistim)
14. Kawasan Cagar Budaya dan limu Pengetahuan (termasuk daerah Karst berair, daerah
dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi situs purbakala atau peninggalan
sejarah yang bemilai tinggi)
15. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Republik Indonesia telah mengeluarkan
keputusan nomor : KEP 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak
Penting. Menurut keputusan ini ukuran dampak penting terhadap lingkungan perlu disertai
dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:
1.
2.
Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan dapat pula didasarkan pada
dampak usaha atau kegiatan tersebut terhadap salah satu aspek lingkungan saja, atau
dapat juga terhadap kesatuan dan tata kaitannya dengan aspek-aspek lingkungan
lainnya dalam batas wilayah studi yang telah ditentukan.
3.
Pedoman mengenai ukuran dampak penting menurut keputusan ini adalah sebagai berikut;
1.
terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan,
jumiahnya sama atau lebih besar dari jumiah manusia yang menikmati manfaat dari
usaha atau kegiatan di wilayah studi.
Adapun yang dimaksud dengan manfaat dari usaha atau kegiatan adalah manusia yang
secara langsung menikmati produk suatu rencana usaha atau kegiatan dan atau yang
diserap secara langsung sebagai tenaga kerja pada rencana usaha atau kegiatan.
2.
3.
4.
Intensitas Dampak
Intensitas dampak mengandung pengertian perubahan lingkungan yang timbul bersifat
hebat, atau drastis, serta berlangsung di areal yang relatif luas, dalam kurun waktu yang
relatif singkat. Dengan demikian dampak lingkungan tergolong penting bila:
a.
Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik
dan atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut
peraturan perundang-undang yang berlaku
b.
c.
d.
e.
Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-benda dan
bangunan peninggalan sejarah yang bemilai tinggi
f.
g.
5.
6.
a.
Dampak Iingkungan berdangsung berulang kali dan terus menerus, sehingga pada
kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya
b.
c.
Dampak lingkungan dan berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling
memperkuat (sinergetik)
7.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP11/MENLH/3/94 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan, daftar kegiatan wajib Amdal untuk bidang Pekerjaan Umum
adalah sebagai berikut:
1.
Pembangunan Bendungan atau Waduk dengan tinggi 15 m atau luas genangan 100
ha
2.
3.
4.
5.
6.
Kanalisasi / Kanal banjir dikota besar dengan panjang 5 km atau lebar > 20 m
7.
lebar 50 m
8.
9.
10. Pembangunan dan peningkatan jalan dengan pelebaran diluar daerah milik jalan
kota besar dan metropolitan yang berfungsi arteri atau kolektor dengan panjang
> 5 km atau luas 5 ha
11. Pengolahan sampah dengan incinerator dengan 800 ton/hari
12. Pembuangan sampah dengan sistem control landfill dan sanitary landfill dengan
800 ton/hari
13. Pembuangan sampah dengan sisten open dumping dengan 80 ton/hari
14. Pembuangan sistem drainase dengan saluran dikota metropolitan dan besar dengan
saturan primer panjang 5 km
15. Air Limbah : Pembuangan IPAL untuk pemukiman dengan luas 50 ha, Pembangunan
sistem sewerage dengan pelayanan 2500 ha
16. Pengambilan air dari danau, sungai, mata air, atau sumber air lainnya dengan debit 2
m3/detik
17. Pembangunan perumahan dan pemukiman umum dengan luas 200 ha
18. Peremajaan kota dengan luas 5 ha
19. Gedung bertingkat I apartemen dengan tinggi 60 m
E.3.5
Kewajiban UKL/UPL
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor: KEP-12/
MENLH/3/94 tanggal 19 Maret 1994, lampiran Mll dan IV tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Rencana usaha atau kegiatan
yang tidak ada dampak pentingnya, dan atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak
pentingnya diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan yang ditetapkan didalam syarat-syarat
perizinannya menurut peraturan yang berlaku.
Berdasarkan ketentuan tersebut, oleh karena itu maka Pembangunan 10 Embung di Pulau
Lombok melakukan penapisan proyek, dengan kriteria yang telah disesuaikan dengan
kondisi di lokasi, Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) bukan merupakan bagian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, oleh sebab itu UKL
dan UPL tidak dinilai oleh Komisi AMDAL, melainkan diarahkan langsung oleh instansi teknis
yang membidangi dan bertanggung jawab langsung atas pembinaan usaha atau kegiatan
tersebut melalui suatu petunjuk teknis sesuai jenis usaha atau kegiatannya. Pedoman Umum
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Inffrastruktur Embung
berfungsi sebagai:
1.
Acuan dalam penyusunan Pedoman Teknis Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan bagi Andal khusus.
2.
3.
Dengan adanya pedoman ini, maka pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan baik,
lebih terarah, efektif dan efisien. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan perlu disusun sedemikian rupa, sehingga dapat:
1.
Langsung mengemukakan informasi penting setiap jenis rencana usaha atau kegiatan
yang merupakan sifat khas proyek itu sendiri dan dapat menimbulkan dampak potensial
terhadap lingkungannya
2.
3.
Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang harus dilakukan oleh
pemrakarsa pada tahap prakonstruksi, konstruksi, maupun pasca konstruksi.
E.3.6
2.
Komponen Lingkungan
3.
4.
5.
6.
Pelaporan
7.
Pernyataan Pelaksanaan
Pada bagian ini hanya akan diuraikan tentang Rencana Usaha atau Kegiatan dan Komponen
Lingkungan. Dampak-dampak yang akan terjadi dan upaya Pengelolaan Lingkungan serta
upaya Pemantauan Lingkungan akan diuraikan menurut komponen proyek pada bagian
berikut. Pada bab terakhir akan diuraikan tentang Pelaporan dan Pernyataan Pelaksanaan.
E.3.7
yang
akan
dijadikan
panduan
dalam
Konsultan
menyusun
pelaksaan pekerjaan.
Penapisan terhadap jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan upaya
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL) perlu
dilakukan mengingat besarnya rentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
UKL-UPL. Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk dalam kriteria wajib amdal, wajib memiliki UKL-UPL. Pasal 35 ayat (1) UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
mengatur pula bahwa usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL- UPL, wajib
membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
(SPPL). Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL
dan SPPL diatur dengan peraturan Menteri. Secara skematik, pembagian tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
Skema tersebut di atas dalam pelaksanaannya berbeda-beda untuk setiap daerah sehingga
menimbulkan perbedaan pembebanan tanggung jawab bagi pemrakarsa usaha dan/atau
kegiatan untuk daerah yang berbeda walaupun jenis usaha dan/atau kegiatannya adalah
sama. Untuk menjamin bahwa UKL-UPL dilakukan secara tepat, maka perlu dilakukan
penapisan untuk menetapkan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan UKL-UPL.
Adapun usaha dan/atau kegiatan di luar daftar jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan UKL-UPL dapat langsung diperintahkan melakukan upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai prosedur operasional standar (POS)
yang tersedia bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, dan melengkapi diri dengan
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPL).
Disamping itu, mekanisme perizinan telah berkembang ke arah lebih sempurna, sehingga
dengan kondisi tersebut beban kajian lingkungan dapat didorong untuk dapat menjadi
bagian langsung dari mekanisme penerbitan izin.
UKL-UPL merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam pelaksanaan
penerbitan izin lingkungan, sehingga bagi usaha dan/atau kegiatan yang UKL-UPLnya ditolak
maka pejabat pemberi izin wajib menolak penerbitan izin bagi usaha dan/atau kegiatan
bersangkutan. UKL-UPL dinyatakan berlaku sepanjang usaha dan/atau kegiatan tidak
melakukan perubahan lokasi, desain, proses, bahan baku dan/atau bahan penolong. Bagi
UKL-UPL yang telah dinyatakan sesuai dengan isian formulir atau layak, maka UKL-UPL
tersebut dinyatakan kadaluarsa apabila usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak rekomendasi atas UKL-UPL diterbitkan.
1) Langkah dan Kriteria Penapisan Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan UKL-UPL
Penapisan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL
dilakukan dengan langkah berikut:
a)
Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak termasuk dalam
jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi amdal.
i)
ii) Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak berlokasi di
kawasan lindung;
Catatan: Usaha dan/atau kegiatan yang berbatasan dan/atau berlokasi di
kawasan lindung wajib dilengkapi amdal.
iii) Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak berlokasi di
lokasi yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan/atau
rencana tata ruang kawasan setempat.
Catatan: Usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi tidak sesuai tata ruang wajib
ditolak.
b) Pastikan bahwa potensi dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan telah
tersedia teknologi untuk menanggulangi dampak tersebut.
Catatan : Jika tidak tersedia teknologi penanganan dampak dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan, maka kemungkinan rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut
wajib dilengkapi amdal.
c)
Periksa peraturan yang ditetapkan oleh menteri departemen sektoral atau kepala
lembaga pemerintah non departemen (LPND) tentang jenis usaha dan/atau kegiatan
wajib UKL-UPL untuk ditetapkan menjadi usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan UKL-UPL.
Catatan:
i)
Dalam hal menteri departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non
departemen (LPND) belum menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan wajib
UKL-UPL, maka lakukan penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL
sebagaimana langkah keempat dan langkah kelima.
ii) Dalam hal menteri departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non
departemen (LPND) telah menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKLUPL tetapi tidak dilengkapi dengan skala/besaran, atau skala/besarannya
ditentukan tetapi tidak ditentukan batas bawahnya, maka lakukan penetapan
jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL sebagaimana langkah keempat dan
langkah kelima.
iii) Dalam hal terjadi perubahan terhadap peraturan yang ditetapkan oleh menteri
departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non departemen (LPND)
tentang jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL, maka ketentuan dalam
langkah ketiga ini wajib mengikuti peraturan yang mengalami perubahan
tersebut.
d)
Ya/Tidak
Jelaskan!
Skala/besaran/ukuran
Kapasitas produksi
Luasan lahan yang dimanfaatkan
Limbah dan/atau cemaran dan/atau dampak lingkungan
Teknologi yang tersedia dan/atau digunakan
Jumlah komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
Besaran investasi
Terkonsentrasi atau tidaknya kegiatan
Jumlah tenaga kerja
Aspek sosial kegiatan
kriteria tersebut, maka diindikasikan kegiatan tersebut wajib dilengkapi dengan UKLUPL.
e)
Tetapkan jenis dan skala/besaran rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut wajib
dilengkapi dengan UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup (SPPL).
Catatan : Pemerintah daerah dapat menetapkan jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan wajib UKL-UPL di luar jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL yang
ditetapkan oleh menteri departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non
departemen (LPND).
2) Manfaat UKL-UPL
a)
Pada Pemerintah :
i)
iii) Mencegah potensi SDA di sekitar lokasi proyek tidak rusak dan menjaga
kelestarian LH.
b)
Pada Masyarakat :
i)
ii) Mengetahui perubahan lingkungan yang akan terjadi dan manfaat serta
kerugian akibat adanya suatu kegiatan.
iii) Mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungan dengan usaha dan/atau
kegiatan di dalam menjaga dan mengelola kualitas lingkungan.
c)
Pada Pemrakarsa :
i)
2.
Tahap Survey : Survey Lapangan, Sampling Kualitas Air, Survey Sosial Ekonomi
3.
4.
Tahap Akhir : Diskusi Laporan/Dokumen UKL UPL, Sosialisasi pada Masing-masing Lokasi
Embung, Pembahasan di BLH Setempat
Untuk lebih jelasnya mengenai Metodologi ini dapat dilihat pada Gambar E1 berikut ini.
Start
Tahap Persiapan
Mobilisasi Personil
Mobilisasi Peralatan
Mobilisasi Bahan
Tenaga Ahli
Tenaga
Pendukung
Perlengkapan
Kantor, Lapangan,
Kendaraan
Bahan habis
pakai kantor,
lapangan
cek
cek
cek
Persiapan Administrasi
Survey Pendahuluan
Pengumpulan Data
Awal/Literatur
Surat yang
diperlukan
Orientasi
lapangan,
sosialisasi awal
DED masing2
embung,
Rona awal
cek
cek
cek
Penyusunan Konsep
Pendauhuluan
Uraian Pekerjaan,
Metotologi,
Rencana Kerja
cek
Diskusi Laporan
Pendahuluan
Perbaikan Laporan
Pendauhuluan
Perbaikan
sesuai hasil
diskusi
cek
Final Laporan
Pendahuluan
Tahap Survey
Komponen Sosial
Kemasyarakatan
Sampling
kualitas air
Kependudukan,
Ekonomi, Keamanan,
ketertiban, persepsi
Kesehatan Masy
Sampling
Kualitas udara,
Kebisingan,
Hidrologi, geologi
cek
cek
cek
Tahap Analisis
Analisis Dampak
Lingkungan
Program UKL/UPL
Tahap Pra
Konstruksi,
Konstruksi, Operasi,
Pasca Operasi
Dampak penting,
Program UKL/UPL,
Lokasi UKL/UPL,
Periode UKL/UPL
cek
cek
cek
Penyusunan
Draft UKL/UPL
Sosialisasi
Masukan dan
Persepsi
Masyarakat
cek
Draft Dokumen
UKL/UPL
cek
Finish
Final Dokumen
UKL/UPL
E.4.1
Tahap Persiapan
Persiapan merupakan tahap konsolidasi dari tim pelaksana dalam melaksanakan Pekerjaan
Perencanaan UKL-UPL/DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kec. Katingan Kuala
(Dermaga Penggilingan Padi) ini, menyiapkan
dan
dasar
mengumpulkan
pemikiran
data,
kegiatan
literatur,
pekerjaan
ini,
persepsi,
referensi/studi terdahulu
serta
akan
menyiapkan keperluan
dan
lengkap
sangat
dibutuhkan
agar
hasil
perencanaan
dapat
dipertanggungjawabkan.
E.4.2
Tahap Survey
Setelah mendapatkan data sekunder, selanjutnya dilakukan survey lapangan untuk meninjau
langsung lokasi perencanaan embung tersebut, serta mengecek apakah ada perubahan
lokasi perencanaan. Selain itu juga dicek tentang status kepemilikan lahan yang akan
dijadikan lokasi embung tersebut.
Dalam survey lapangan ini juga dilakukan dilakukan pengambilan air/sampling kualitas air
sungai yang nantinya akan menjadi sumber air baku embung yang direncanakan. Dilakukan
juga pengambilan/sampling kualitas udara untuk mengetahui seperti apa kondisi udara di
sekitar lokasi rencana pembangunan embung.
Analisa kualitas air dan udara akan dilakukan pada Laboratorium yang telah memiliki
akreditasi. Sebagai acuan baku mutu yang akan digunakan adalah Kelas Mutu Air Kelas I PP
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kegiatan lain yang dilakukan dalam Tahap Survey ini adalah Survey Sosial Ekonomi. Tujuan
dari Survey Sosial Ekonomi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
masyarakat tentang kegiatan yang akan dilaksanakan serta mengetahui juga sebesar apa
manfaat untuk masyarakat serta keterlibatan masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan ini
mulai dari pra konstruksi konstruksi dan pasca konstruksi.
Yang menjadi responden dalam Survey Sosial Eknomi ini adalah masyarakat yang akan
menerima manfaat dari kegiatan, masyarakat yang terkena dampak (pembebasan lahan)
dari kegiatan ini serta stake holder lainnya yang terkait dengan kegiatan ini.
E.4.3
Tahap Analisa
3.
4.
6.
Pernyataan Pemrakarsa
Selanjutnya dilakukan kajian terhadap Hasil Analisa Kualitas Air dan Kualitas Udara. Dari
analisa tersebut selanjutnya disusun Dokumen UKL/UPL Pembangunan Dermaga.
Dimana dalam hal ini akan ada 10 buah dokumen untuk masing-masing embung.
E.4.4
Tahap Akhir
Semua data primer maupun data sekunder yang telah diperoleh selanjutnya dianalisa
dengan dua cara, yaitu :
1.
2.
Selanjutnya akan diuraikan metode studi untuk pengumpulan data, analisa data dan
parameter apa saja yang harus diukur dalam setiap komponen lingkungan.
Tata Ruang
- Parameter yang akan dikaji:
Pada komponen tata ruang ini akan dikaji kondisi tata guna lahan dengan parameter
berupa:
- Jenis/fungsi dan pola penggunaan lahan
- Arahan rencana pengembangan
- Metode pengumpulan data :
Data tata guna lahan dapat berupa data primer dengan pengamatan visual dengan
cara inventarisasi tata guna lahan. Disamping itu bisa juga berupa data sekunder
yang diperoleh dari data Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang ada.
-
b)
Iklim
- Parameter yang akan dikaji:
Data iklim yang akan dikaji adalah tipe iklim, suhu udara, curah hujan, intensitas
matahari, kelembaban nisbi, tekanan udara, arah dan kecepatan angin.
- Metode pengumpulan data :
Data iklim merupakan data sekunder yang bisa diperoleh dari stasiun metereologi
(BMG) di sekitar lokasi kegiatan. Data iklim yang dikumpulkan dapat mencangkup
rentang waktu 10 tahun terakhir.
-
Metode analisa data dengan metode trend series, metode analogi atau metode lain
yang relevan seperti metode tabulasi.
c)
Hidrologi
- Parameter yang akan dikaji:
Data iklim yang akan dikaji adalah tipe iklim, suhu udara, curah hujan, intensitas
matahari, kelembaban nisbi, tekanan udara, arah dan kecepatan angin.
Indikator hidrologi yang akan dikaji meliputi parameter fisik maupun kimia dari
kualitas air permukaan dan air bawah tanah di daerah lokasi kegiatan dan sekitarnya.
yang akan ditinjau bisa berdasarkan Kondisi kualitas udara dan kebisingan di sekitar
lokasi proyek.
- Metode pengumpulan data :
Metode pengambilan sampel/contoh kualitas udara dan kebisingan dengan
mengukur tinggi rendahnya tingkat kebisingan dengan alat pegukur suara.
- Metode analisa data
Metode analisa data kualitas udara berdasarkan :
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35/MenLH/10/1993 tentang
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.
- Metode matematik
e)
2) Komponen Biologi
a)
Keanekaragaman Flora
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada indikator keaneka ragaman flora atau vegetasi di
sekitar lokasi kegiatan meliputi :
- populasi
- jenis
- sebaran jenis
- manfaat/fungsi
- Metode pengumpulan data :
Data keanekaragaman flora dapat berupa data primer yang diperoleh dengan
pengamatan di lapangan. Disamping itu bisa juga berupa data sekunder yang
diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui data tersebut.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam indikator keanekaragama adalah dengan analisis tabulasi dan deskriptif.
b)
Keanekaragaman Fauna
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada indikator keaneka ragaman fauna atau satwa di
sekitar lokasi kegiatan meliputi :
- populasi
- jenis
- intensitas kasus
- Metode pengumpulan data :
Data keanekaragaman fauna dapat berupa data primer yang diperoleh dengan
pengamatan di lapangan. Disamping itu bisa juga berupa data sekunder yang
diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui data tersebut.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam indikator keanekaragaman adalah dengan analisis tabulasi dan deskriptif.
c)
Demografi/Kependudukan
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada indikator kependudukan meliputi :
- Jumlah penduduk
- kepadatan
- struktur umur
- Metode pengumpulan data :
Data kependudukan berupa data sekunder yang bisa diperoleh dari instansi yang
terkait.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam indikator kependudukan adalah dengan analisis tabulasi dan deskriptif.
b)
Sosial Budaya
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada komponen sosial budaya di sekitar lokasi kegiatan
meliputi :
- Jumlah pemeluk agama
- Tingkat pendidikan
- Persepsi dan sikap masyarakat
- Tingkat keamanan dan ketertiban
- Metode pengumpulan data :
Data untuk parameter-parameter sosial budaya dapat berupa data primer yang
diperoleh dengan survei dan wawancara. Disamping itu bisa juga berupa data
sekunder yang diperoleh dari BPS atau kantor pemerintahan setempat.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam komponen sosial ekonomi adalah dengan analisis tabulasi, deskriptif, trend
series maupun grafis.
c)
Sosial Ekonomi
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada komponen sosial ekonomi di sekitar lokasi kegiatan
meliputi :
- Komposisi lapangan pekerjaan
- Jumlah dan jenis pusat kegiatan perekonomian
- Metode pengumpulan data :
Data untuk parameter-parameter sosial ekonomi dapat berupa data primer yang
diperoleh dengan survei dan wawancara. Disamping itu bisa juga berupa data
sekunder yang diperoleh dari BPS atau kantor pemerintahan setempat.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam komponen sosial budaya adalah dengan analisis tabulasi, deskriptif, trend
series maupun grafis.
Sanitasi Lingkungan
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada indikator sanitasi lingkungan di sekitar lokasi
kegiatan meliputi :
- Sarana pembuangan sampah
- Sarana penyediaan air bersih
- Sarana pembuangan air limbah
- Kondisi rumah tinggal
- Luas dan lama genangan
- Metode pengumpulan data :
Data untuk parameter-parameter kesehatan lingkungan dapat berupa data primer
yang diperoleh dengan survei dan wawancara. Disamping itu bisa juga berupa data
sekunder yang diperoleh dari BPS atau kantor pemerintahan setempat.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam indikator kesehatan lingkungan adalah dengan analisis tabulasi dan deskriptif.
b)
Status Kesehatan
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada komponen statkesehatan lingkungan di sekitar
lokasi kegiatan meliputi :
- Jenis penyakit yang pernah diderita
E.5.2
Dalam melakukan identifikasi dampak potensial, metode yang bisa dipakai atau dipilih
antara lain :
1.
Metode teoritis, yaitu: ad-hoc, daftar uji, matriks, dan bagan alir.
2.
3.
4.
5.
6.
Melakukan penelitian
7.
E.5.3
Metode prakiraan dampak digunakan untuk memprakirakan besaran dampak dan tingkat
kepentingan dampak. Untuk memprakirakan besarnya dampak, digunakan metode :
1.
Formal atau teoritis, yaitu metode perkiraan cepat, metode matematika, metode fisik,
metode eksperimental.
2.
3.
Khusus untuk dampak sosial tersedia beberapa metode, yaitu : argument dengan
analogi, studi lapangan masyarakat sejenis, Delphi, proses kelompok nominal, diskusi
kelompok terfokus.
E.5.4
Untuk mengevaluasi semua dampak yang terjadi dengan adanya kegiatan pembangunan
Infrastruktur Embung digunakan metode evaluasi matriks antara daftar rencana kegiatan
proyek dengan komponen lingkungan yang potensial menerima dampak dengan
menentukan tingkat besaran dan pentingnya dampak.
Tahap Persiapan
- Mobilisasi Personil
- Penyesuaian Metodologi dan Rencana Kerja
- Koordinasi dengan Pemberi Tugas
- Pengumpulan Data Awal
- Penyiapan Format Pendataan
- Penyiapan Kuesioner Survey Sosek
2.
Tahap Survey
- Pengamatan Kondisi Eksisting Lokasi Dermaga
- Identifikasi Rona Lingkungan Awal
- Sampling Kualitas Air
- Sampling Kualitas Udara
- Survey Sosial dan Ekonomi
3.
Tahap Analisa
- Analisa Dokumen DED Dermaga
- Analisa Rona Lingkungan Awal
- Analisa Hasil Laboratorium Kualitas Air
- Analisa Hasil Laboratorium Kualitas Udara
- Analisa Survey Sosial dan ekonomi
- Penyusunan Dokumen UKL/UPL Dermaga (Konsep)
4.
Tahap Akhir
- Diskusi dengan Pihak BWS NTT 1
- Diskusi dengan BLH
- Sosialisasi
E.8 ORGANISASI
Organisasi dan personil yang akan ditugaskan memegang peranan penting untuk
mengendalikan pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan ini. Oleh karena itu komposisi tim
dan penugasan, pada hakekatnya merupakan jawaban atas kebutuhan struktur organisasi
pelaksana pekerjaan sesuai tuntutan kerangka acuan kerja. Di sini dipresentasikan mengenai
kebutuhan unit-unit pelaksana serta hubungan kerja antar unit tersebut, maupun dengan
pemberi tugas.
Untuk ini konsultan telah menyusun suatu struktur organisasi kerja untuk pelaksanaan yang
secara garis besar terdiri dari 2 bagian yaitu pemberi tugas dan pelaksana tugas. Diharapkan
dengan terbentuknya tim ini, kegiatan diskusi rutin dengan Tim Teknis dalam rangka
pembahasan progres pelaksanaan kegiatan serta memecahkan permasalahan yang mungkin
timbul selama pelaksanaan dapat berjalan lancar.