PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Trauma toraks semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan
kondisi social ekonomi masyarakat.Data yang akurat mengenai trauma toraks di
Indonesia belum pernah diteliti.Ancaman kematian oleh karena trauma thoraks
sangat tinggi.Di Amerika didapatkan 180.000 kematian pertahun karena
trauma.25 % diantaranya karena trauma toraks langsung. Di Australia, 45 % dari
trauma tumpul mengenai rongga thoraks.
Semakin berkembangnya zaman maka semakin maju pula pola piker manusia
misalnya, manusia dapat menciptakan transportasi yang sangat dibutuhkan oleh
manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari.Tapi selain segi positif timbul pula
segi negative misalnya, dengan alat transportasi yang digunakan untuk
beraktifitas dapat menyebabkan kecelakaan, salah satunya adalah fraktur pada
tulang dan dapat pula terjadi trauma pada dada.
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka.Kata tersebut digunakan
untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang.Para
psikolog menyatakan bahwa trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan
atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas.Biasanya
bersifat negative dan dalam istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome
disorder.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru diafragma
ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat
menyebabkan gangguan sistem pernafasan.
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu : Nyeri pada
tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan krepitasi
yang sangat palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, dyspnea,
takipnea, takikardi, tekanan darah menurun, gelisah dan agitas, kemungkinan
sianosis, batuk mengeluarkan sputum bercak darah, hypertympani pada perkusi di
atas daerah yang sakit dan ada jelas pada thorak.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Thoraks?
2. Apa pengertian dari Trauma Thoraks?
3. Bagaimana epidemiologi dari Trauma Thoraks?
4. Apakah etiologi dari Trauma Thoraks?
5. Bagaimana klasifikasi dari Trauma Thoraks?
6. Bagaimana tanda dan gejala dari Trauma Thoraks?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Trauma Thoraks?
8. Bagaimana patofisiologi dari Trauma Thoraks?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari Trauma Thoraks?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk megetahui anatomi dan fisiologi dari Thoraks.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Trauma Thoraks.
3. Untuk mengetahui epidemiologi dari Trauma Thoraks.
4. Untuk mengetahui etiologi dari Trauma Thoraks.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Trauma Thoraks.
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Trauma Thoraks.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Trauma Thoraks.
8. Untuk mengetahui patofisiologi dari Trauma Thoraks.
9. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan dari Trauma Thoraks.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI THORAKS
1) Anatomi
Kerangka dada di bentuk oleh susunan tulang yang melindungi rongga
dada yang terdiri dari 3 bagian, yaitu tulang dada, tulang iga dan vertebra
torakalis (Setiadi, 2007).
1. Tulang Sternum
3. Vertebra torakalis
a. Bentuk ruas tulang belakang
Terdiri dari 12 ruas yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1) Badan ruas, merupakan bagian yang terbesar dengan bentuk
tebal dan kuat yang terletak di sebelah depan
2) Lengkung ruas, yang melingkari dan melindungi lubang ruas
tulang belakang
b. Bagian ruas tulang belakang
Bagian-bagian ruas tulang belakang terdiri dari :
1) Vertebra servikalis (tulang leher) ada 7 ruas
2) Vertebra torakalis (tulang punggung) ada 12 ruas
3) Vertebre lumbalis (tulang pinggang) ada 5 ruas
4) Vertebre sakralis (tulang kelangkang) ada 5 ruas
5) Vertebre koksigialis (tulang ekor) ada 4 ruas
4. Trakea
Trakea adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter
2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esofagus. Tuba ini
merentang dari laring pada area vertebra serviks keenam sampai area
vertebra toraks kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus utama.
a. Trakea dapat tetap terbuka karena adanya 16 sampai 20 cincin
kartilago berbentuk C. Ujung posterior mulut cincin di hubungkan
oleh jaringan ikat dan otot sehingga memungkinkan ekspansi
esofagus.
b. Trakea dilapisi epitelium respiratorik (kolumnar bertingkat dan
bersilia) yang mengandung banyak sel goblet.
c. Percabangan bronkus kanan dan kiri dikenal sebagai karina (carina)
(Sloane, 2003).
5. Percabangan Bronkus
a. Bronkus primer (utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal,
dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta
membelokkan trakea bawah ke kanan. Objek asing yang masuk ke
dalam trakea kemungkinan ditempatkan dalam bronkus kanan.
b. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk
bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin kecil.
Saat tuba semakin menyempit, batang atau lempeng kartilago
mengganti cincin kartilago.
5
6. Paru-Paru
a. Paru-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi
udara, terletak dalam rongga toraks.
a) Paru kanan memiliki tiga lobus; paru kiri memiliki dua lobus.
b) Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas
iga pertama, sebuah permukaan diafragmatik (bagian dasar)
terletak di atas diafragma, sebuah permukaan mediastinal
(medial) yang terpisah dari paru lain oleh mediastinum, dan
permukaan kostal terletak di atas kerangka iga.
c) Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan
keluarnya pembuluh darah bronki, pulmonar, dan bronkial dari
paru (Sloane, 2003).
b. Pleura adalah membran penutup yang membungkus setiap paru.
a) Pleura parietal melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma,
mediastinum).
b) Pleura viseral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura
parietal di bawah bagian paru.
c) Rongga pleura (ruang intrapleural) adalah ruang potensial antara
pleura parietal dan viseral yang mengandung lapisan tipis cairan
pelumas. Cairan ini diseresi oleh sel-sel pleura sehingga paruparu dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan
3) Fisiologi Pernafasan
Sistem pernafasan dapat disebut juga dengan system respirasi yang
berarti bernafas kembali. System ini berperan menyediakan oksigen yang
diambil dari atmosfer dan mengeluarkan karbondioksida dari sel-sel tubuh
menuju ke udara bebas. Proses bernafas berlangsung dalam beberapa langka
dan berlansung dengan dukungan system saraf pusat dan system
kardiovaskuler. Pada dasarnya system pernafasan terdiri atas rangkaian
saluran udara yang menghantarkan udara luar agar dapat bersentuhan dengan
membrane kapiler alveoli yang memisahkan antara system pernafasan dan
system kardiovaskuler (Muttaqin,2012).
Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
akan
memberikan
tenaga
pendorong
bagi
gerakan
udara
(Muttaqin,2012).
bertekanan rendah. Di dalam alveoli, O2 melintasi membrane alveolikapiler dari alveoli ke darah karena adanya perbedaan tekanan PO2 yang
tinggi di alveoli (100 mmHg) dan tekanan pada kapiler yang lebih rendah
(PO2 40 mmHg), CO2 berdifusi dengan arah berlawanan akibat perbedaan
tekanan PCO2 darah 45 mmHg dan di alveoli 40 mmHg (Muttaqin, 2012).
3. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 ke
dalam sel darah yang bergabung dengan Hemoglobin yang kemudian
membentuk
oksihemoglobin
sebanyak
97
dan
sisanya
3%
overinflation
paru.
Terjadi
10
12
2.2 PENGERTIAN
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2002).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera
fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau
organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam.
Memahami kinematis dari trauma akan meningkatkan kemampuan deteksi dan
identifikasi awal atas trauma sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan
segera (Kukuh, 2002; David, 2005).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks,
hematompneumothoraks (FKUI, 1995).Trauma thorax adalah semua ruda paksa
pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.
(Hudak, 1999).
13
2.2 EPIDEMIOLOGI
WHO pada tahun 2002 mengestimasi 1,2 juta orang yang terbunuh akibat
kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya dan 50 juta orang yang mengalami lukaluka. Pada tahun 2001 cause specific death rate (csdr) kecelakaan lalu lintas pada
perempuan di Indonesia yaitu 18 per 100.000 penduduk dan pada laki-laki 71 per
100.000 penduduk.
Di Bagian Bedah FKUI/RSUPNCM pada tahun 1981 didapatkan 20% dari
pasien trauma mengenai trauma toraks. Di Amerika didapatkan 180.000 kematian
pertahun karena trauma.25% diantaranya karena trauma toraks langsung.
Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan
adanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien
dengan trauma. Pneumotoraks, hematotoraks, kontusio paru dan flail chest dapat
meningkatkan kematian : 38%,42%,56% dan 69% (Eggiimann, 2005; Jean,
2005).
2.1ETILOGI
a. Trauma tembus
1. Luka tembak
2. Luka tikam atau tusuk
b. Trauma tumpul
1. Kecelakaan kendaraan bermotor
2. Terjatuh
3. Pukulan pada dada
Penyebab trauma toraks tersering adalah oleh karena kecelakaan kendaraan
bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis tabrakan
(impact) yang berbeda, yaitu;
1. Pada Mobil
a. Tabrakan depan/frontal
Benturan frontal adalah tabrakan atau benturan dengan benda didepan
kendaraan, yang secara tiba-tiba mengurangi kecepatan sehingga secara
14
sendi
panggul
karena
dalam
karena
perlukaan/rupture
dada
seperti
patah
15
c) Fase 3
Tubuh penderita akan naik, lalu
kepala membentur kaca mobil bagian
depan atau bagian samping.
Kemungkinan cedera yang akan
terjadi :
a. Cedera kepala (berat, sedang,
ringan).
b. Patah tulang leher (fraktur servikal).
d) Fase 4
Setelah muka membentur kaca, penderita kembali terpental
ketempat duduk. Perlu mendapat perhatian khusus apabila kursi mobil
tidak tersedia head rest karena kepalaakan melenting dibagian atas
sandaran kursi. Kondisi akan semakin parah apabila penderita
terpental keluar dari kendaraan
Kemungkinan cedera yang akan terjadi :
a. Patah
tulang
(servikal-koksigis)
belakang
karena
16
kecepatannya
penumpangnya
perpindahan
lebih
mengalami
energi
dari
lambat.
Kendaraan
percepatan
benturannya.
tersebut
(akselerasi)
Badan
berikut
kedepan
oleh
penumpang
akan
kabin
penumpang,
posisi
pengemudi
18
karena
semua
bagian
bisa
meningkat
300
kalau
cedera
yang
terjadi :
a) Multiple trauma
b) Trauma kepala
c) Trauma organ dalam
d) Fraktur servikal
2. Pada Pejalan Kaki
19
akan
Di Amerika Serikat lebih dari 7000 pejalan kaki meninggal setiap tahun
setelah tertabrak kendaraan bermotor, 110.000 korban lainnya mengalami
trauma serius setelah tabrakan tersebut.
Trauma yang dialami pejalan kaki pada umumnya meliputi kepala, thorak,
dan ekstremitas bawah. Terdapat 3 fase benturan yang dialami pada saat
pejalan kaki tertambrak :
a. Benturan dengan bemper
Tinggi bemper versus ketinggian penderita merupakan faktor kritis
dalam trauma yang terjadi. Pada orang dewasa dengan posisi berdiri,
benturan awal dengan bemper biasanya mengenai tungkai, lutut dan
pelvis. Anak anak lebih mungkin terkena pada bagian abdomen dan
dada.
b. Benturan dengan kaca depan dan tutup mesin
Pada fase ini pejalan kaki melayang diatas mobil dan kemudian
membentur tutup mesin dan kaca depan kendaraan. Kejadian ini
mengakibatkan trauma dada dan kepala dengan tingkat keparahan sesuai
dengan kerasnya benturan.
c. Benturan dengan tanah / ground
Benturan dengan tanah mengakibatkan beberapa truma yaitu fraktur
servikal dan tulang belakang, trauma kepala dan kompresi organ.
20
a. Benturan frontal
Bila roda depan menabrak suatu
objek dan berhenti mendadak maka
kendaraan akan berputar kedepan,
dengan
kesumbu
kedepan
pengendara
momentum
depan.
akan
dan
mengarah
Momentum
tetap,
sampai
kendaraannya
dihentikan oleh tanahatau benda lain. Pada saat gerakan kedepan ini
kepala, dada atau perut pengendara mungkin membentur stang kemudi.
Bila pengendara terlempar keatas melewati stang kemudi, maka
tungkainya mungkin yang akan membentur stang kemudi, dan dapat
terjadi fraktur femur bilateral.
b. Benturan lateral
Pada benturan samping, mungkin akan terjadi fraktur terbuka atau
tertutup tungkai bawah. Kalau sepeda / motor tertabrak oleh kendaraan
yang bergerak maka akan rawan untuk menglami tipe trauma yang sama
dengan pemakai mobil yang mengalami tabrakan samping. Pada tabrakan
21
samping
pengendara
terpental
karena
keseimbangan
juga
akan
kehilangan
sehingga
akan
objek
yang
akan
ditabraknya
dan
memisahkannya
dari
22
kontusi,
edema
dan
rupture
yang
dapat
menghasilkan
23
25
b. Senjata dengan energi menengah dan tinggi (medium and high energy)
Senjata dengan energi menengah contohnya adalah pistol, sedangkan
senjata dengan energi tinggi seperti senjata militer dan senjata untuk
berburu. Semakin banyak jumlah mesiu, maka akan semakin meningkat
kecepatan peluru dan energi kinetiknya. Kerusakan jaringan tidak hanya
daerah yang dilalui peluru tetapi juga pada daerah disekitar alurnya akibat
tekanan dan regangan jaringan yang dilalui peluru. Peluru akibat senjata
energi tinggi dan menengah juga menyebabkan kavitasi / rongga yang
lebih besar dari lubang masuknya. Untuk senjata dengan energi menengah
biasanya menyebabkan kavitasi 3-6 kali dari ukuran frontal peluru,
sedangkan untuk energi tinggi akan lebih besar lagi demikian juga
kerusakan jaringan yang ditimbulkannya akan lebih besar lagi.
26
trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3, berdasarkan tingkat
energinya yaitu: trauma tusuk atau tembak dengan energi rendah, berenergi
sedang dengan kecepatan kurang dari 1500 kaki per detik (seperti pistol) dan
trauma toraks oleh karena proyektil berenergi tinggi (senjata militer) dengan
kecepatan melebihi 3000 kaki per detik. Penyebab trauma toraks yang lain oleh
karena adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru bisa menimbulkan pecah
atau pneumotoraks (seperti pada scuba) (David.A, 2005; Sjamsoehidajat, 2003).
yang
mengganggu
integritas
dinding
dada
dan
peningkatan
tekanan
dalam
rongga
pleura
menyebabkan
27
dapat
saat
melalui
udara
yang
terdenga
defek
dinding dada.
Penatalaksanaan
1) Intervensi kedaruratan : untuk menghentikan aliran udara melalui
pembukaan pada dinding dada
a) Gunakan apa saja yang cukup besar untuk menutupi lubang
(handscoen, handuk, sapu tangan, tumit telapak tangan)
b) Tutup plester tiga sisi
c) Jika memungkinkan pembukaan disumbat dengan menutupnya
menggunakan kasa petroleum-impreganet
d) Pasang chest tube
2) Intervensi medical
28
b. Hemothoraks
Hemothoraks adalah akumulasi darah dalam rongga pleura sering kali
timbul pada trauma dada yang hebat dan sering tetapi tidak selalu di sertai
dengan pnumothoraks. Hemothoraks dapat disebabkan oleh cedera dari
vascular dinding dada, pembuluh-pembuluh darah besar atau organ-organ
intra-thoraks seperti paru, jantung atau esophagus. Hemothoraks yang
besar dapat menimbulkan : Syok hipovolemik dan Hipoksia akibat
terganggunya ekspansi dari paru.
Diagnosis dari hemothoraks dapat dilihat dari tanda gejala seperti :
29
Gejala-gejala :
a) Nyeri dada pleuritik
b) Dispnea
Pemeriksaan Fisik :
a) Bunyi nafas yang berkurang
b) Pada perkusi terdengar redup
kecuali
di
pneumothoraks
sertai
yang
bermakna
Rontgen dada :
a) Cairan jelas terlihat di bagian bawah dari paru pada foto film tegak
b) Hemothoraks mngkin samar-samar pada foto berbaring dan hanya
menimbulkan redup yang kurang jelas pada sisi yang terkena
Penatalaksanaan dari hemothorak diantaranya adalah :
a) Hemothoraks yang sangat kecil dapat ditangani dengan observasi
b) Setiap hemothoraks yang bermakna di drainase dengan thorakostomi
pipa dan di hubungkan dengan suatu water seal
c) Darah harus dikeluarkan dan paru harus direekspansi
d) Drainase melalui pipa dada harus mencerminkan besarnya perdarahan.
e) Restorasi volume darah dengan cairan IV atau darah harus di mulai
dengan segera
f) Thorakostomi dalam ruang oprasi harus dipertimbangkan dengan
seksama apabila pasien gagal berespon terhadap tindakan-tindakan
yang disebutkan diatas
c. Rupture diafragma
Rupture diafragma sering ditemukan sesudah trauma tumpul pada
dada atau abdomen. Tanda-tanda rupture dapat timbul segera atau dapat
tertunda beberapa bulan. Apabila defeknya besar, isi abdomen akan
mengalami herniasi ke dalam rongga dada. Robekan biasanya pada sisi
kiri. Perubahan pada fisiologi pernafasan sebagian besar menyerupai apa
30
Nyeri abdominal
Acute respiratory distress
Penurunan suara nafas
Emfisema subkutan
Penetrasi jelas diperut
Perut cekung dan/atau perut yang muncul kosong
Manajement rupture diafragma menurut (Jones, 2009)
1. Bantuan ventilasi
2. Pemberian oksigen
3. Pemasangan selang nasogastric atau orogasrtik untuk dekompensasi
lambung
2. Cedera tumpul (non penetrasi) merusak struktur di dalam rongga dada tanpa
mengganggu integritas dinding dada, misalnya :
a. Pneumothoraks tertutup (simple pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka
pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar.
Tekanan didalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat
laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru
disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum mengalami reekspansi,
sehingga masih ada rongga plura, meskipun tekanan didalamnya sudah
kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara
31
didalam rongga pleura tetap negatif. Misal terdapat robekan pada pleura
viseralis dan paru atau jalan nafas atau esophagus, sehingga masuk kavum
pleura karena tekanan kavum pleura negatif (Alsagaff, 2009).
Diagnosis
a) Gejala-gejala : Dispnea dan nyeri dada pluritik
b) Pemeriksaan fisik
1. Bunyi napas yang berkurang pada auskultasi sisi dada yang
2.
3.
4.
5.
6.
terkena.
Pada perkusi dapat ditemukan bunyi timpani.
Emfisiema subkutan dapat ditemukan, dapat juga tidak.
Tanda-tanda ini tidak jelas apabila pneumutoraksnya kecil
Paru pada sisi yang terkena akan terjadi kolaps
Pengembangan dada menurun
Penatalaksanaan:
1. Pemasangan WSD (water sealed drainage)
Fungsi WSD sebagai alat:
a. Diagnostic
b. Terapeutik
c. Follow-up
Tujuan :
a. Evakuasi darah/udara
b. Pengembangan paru maksimal
c. Monitoring
Indikasi pemasangan:
a.
b.
c.
d.
Pneumotoraks
Hematoraks
Empyema
Efusi pleura lainnya
b. Tension pneumothoraks
Apabila udara yang masuk keruang pleura selama inspirasi lebih
banyak dari pada yang dikeluarkan selama ekspirasi, berarti terjadi efek
pentil. Tekanan intrapleura terus meningkat meskipun parunya sudah
kolaps semua. Akhirnya tekanan ini menjadi begitu tinggi, sehingga
mediasternum kesisi yang berlawanan menyebabkan konpresi pada paru
32
10.
11.
12.
13.
Hipotensi
Devisiasi trakea ke sisi berlawanan yang dapat dideteksi
dengan palpasi leher
Pergeseran letak jantung kearah yang berlawana yang dapat
dideteksi dengan perkusi dan aulkustasi
Syock dengan distensi vena leher merupakan petunjuk kuat
kearah pneumotoraks tension apabila bunyi nafas berkurang
atau asimetri, atau tanponade perikard jika bunyi nafas normal.
Syock kehilangan darah seharusnya menyebabkan vena leher
kolaps (Eliastam,1998).
Penatalaksanaan:
a. Udara dalam keadaan tegang harus dikeluarkan secepatnya
b. Jarum berukuran besar (min 16 max 14) di pakai untuk
menghilangkan ketegangan (udara) tersebut
c. Hal ini dapat dikerjakan secara aman melalui sela iga ke 2 pada garis
midklavikularis
d. Suatu pipa dada diinsersikan dan di hubungkan dengan water seal
dan penghisapan (Eliastam,1998).
34
35
c. Cereda tracheobronkial
Cedera tracheobronchial jarang terjadi, tetapi sering mengancam
kehidupanini terjadi dalam waktu kurang dari 3% dari cedera dada tumpul
dan tajam, tetapi dapat memiliki hingga tingkat kematian 30% lebih sering
disebabkan oleh penetrasi cedera, kebanyakan cedera terjadi dalam satu
inci dan setengah dari carina tetapi dapat terjadi dimana saja di sepanjang
pohon trakeobronkial ( Jones, 2009).
Tanda dan gejala menurut (Jones, 2009)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1. Pemberian oksigen
2. Menyediakan ventilasi tekana positif, kecuali keadaan pasien
memburuk
3. Melakukan dekompresi jarum jika perlu
36
inspirasi
bergerak
keluar
ekspirasi.
c. Pergerakan
menimbulkan
dan
selama
paradoks
ini
penurunan
nafas
37
pleksus
brakhialis.
Rusuk
4-9
paling
sering,
berakibat
penetrasi),
sehingga
mengakibatkan
hemothoraks
atau
pneumothoraks.
Tanda dan gejala umum dari fraktur rusuk termasuk :
a. Nyeri pada tempat cedera, yang meningkat saat inspirasi
b. Nyeri tekan setempat dan krepitus saat palpasi, dan
c. Nafas dangkal dan keberadaan fraktur rusuk dibuktikan oleh hasil
temuan foto-ronsen (Asih & Yasmi, 2003).
Diagnosis
a. Pasien dengan fraktur iga simple merasa nyeri pada palpasi dan
mengeluh nyeri bertambah hebat pada saat batuk, menarik nafas
dalam atau pergerakan.
b. Rongten dada, termasuk iga secara detail, mengkonfirmasi
diagnosis dan membantu menyingkirkan adanya pneumotoraks
atau hemotoraks.
c. Sebagian besar dinding dada anterior terdiri dari tulang rawan yang
non klasifikasi, oleh karena itu suatu fraktur tulang rawan iga tidak
tampak secara radiografi, tetapi secara klinis menyerupai fraktur
iga.
Pengobatan
a. Nyeri biasanya dapat ditanggulangi dengan analgesic oral seperti
kodein 60 mg dengan aspirin 600 mg setiap 4 jam.
b. Anastesi block intercostal dapat dipakai untuk menangani nyeri
hebat dari fraktur iga.
1. Bupivacain (marcaine) 0.5% di infiltrasikan di setiap nervus
intercostalis dari iga yang fraktur, demikian juga untuk sela
39
f. Kontusion pulmonal
Kontusio pulmonal adalah memarya parenkin paru yang sering
disebabkan oleh trauma tumpul. Kelainan ini dapat tidak terdiagnosa saat
pemeriksaan ronsen dada pertama, namun dalam keadaan fraktur scapula,
fraktur rusuk, atau flail-chest, perawat harus mewaspadai terhadap
kemungkinan adanya kontusio pulmonary.
Tanda dan gejala klinis yang tampak termasuk :
40
a.
b.
c.
d.
Dispnea
Rales
Hemoptisis
Takipnea
Kontusio hebat dapat juga
mengakibatkan
puncak
peningkatan
tekanan
jalan
nafas,
hipoksemia,
respirasi
asidosis.
Kontusio
pulmonal
dapat
menyerupai
ARDS,
dimana
41