Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal
3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam rangka
mencapai amanat Undang-Undang tersebut dimana guru mempunyai fungsi
strategis mengembangkan potensi peserta didik dalam hal ketakwaan,
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa secara keseluruhan. Peran guru
juga sangat diharapkan mampu secara optimal mengembangkan peserta didik
dengan tidak hanya sebagai pembelajar, melainkan juga sebagai pembimbing
peserta didik dalam mengenal dirinya dan lingkungannya. Hal ini dilakukan
agar peserta didik tidak tersesat dalam proses menuju generasi yang sesuai
amanat Undang-Undang. Salah satu cara atau wadah untuk mempermudah
mewujudkan hal tersebut adalah layanan bimbingan dan konseling bagi
peserta didik di sekolah.
Secara operasional, pelaksana utama layanan bimbingan dan
konseling di sekolah adalah para guru pembimbing atau konselor sekolah
dibawah koordinasi seorang koordinator bimbingan dan konseling. Namun,
bimbingan dan konseling di sekolah yang oleh banyak pakar dikatakan
sebagai team work (Shetzer dan Stone, 1985) dalam penyelenggaraannya mau
tidak mau akan melibatkan personil sekolah lainnya agar berperan sesuai
batas-batas kewenangan dan tanggung jawabnya.
Personil yang dimaksud tersebut mencakup : Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah, Koordinator Bimbingan dan konseling, Guru Pembimbing
(Konselor sekolah), Guru, Wali Kelas, serta Staf Administrasi.
Tanpa bantuan dan kerja sama dari semua pihak, maka pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat berjalan dengan
baik. Salah satu partner guru yang penting dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru mata pelajaran. Hal ini
dikarenakan porsi tatap muka guru mata pelajaran dengan siswa jauh lebih
besar daripada guru bimbingan dan konseling itu sendiri. Porsi tatap muka
yang sering itu juga dapat membuat siswa merasa lebih dekat dan lebih
nyaman dengan guru mata pelajaran. Selain itu, guru mata pelajaran akan
1

lebih mudah dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan layanan


bimbingan dan konseling, karena akan terlihat pada proses pembelajaran.
Kerjasama antara guru bimbingan dan konseling dan guru mata
pelajaran dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
merupakan suatu kerja sama yang saling menguntungkan. Dari sisi guru
bimbingan dan konseling, keterlibatan guru mapel dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling dapat membantu meringankan tugas guru
bimbingan dan konseling, karena umumnya masalah utama yang dihadapi
guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah masalah kekurangan
personil, sehingga pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tidak
dapat berjalan secara maksimal dan menyeluruh. Dari sisi guru mata
pelajaran, keterlibatannya dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah secara tidak langsung juga dapat memudahkan dirinya
dalam melaksanakan tanggung jawabnya mentransfer ilmu kepada siswa.
Apabila kondisi kejiwaan siswa tidak dalam keadaan yang siap untuk
menerima materi pembelajaran ataupun tidak ada motivasi dari diri siswa
untuk memahami materi pembelajaran, maka proses pembelajaran di kelas
tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
Dari uraian diatas telah jelas bahwa dalam pelaksanaan kegiatan
belajar dan mengajar di sekolah juga dipengaruhi oleh kondisi siswa. Oleh
karena itu keterlibatan guru bimbingan dan konseling serta guru mata
pelajaran dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
merupakan masalah yang penting. Karena pentingnya masalah tersebut, maka
penulis akan membahas lebih lanjut mengenai peran guru Bimbingan dan
konseling dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
berdasarkan data hasil observasi yang telah diperoleh. Pelaksanaan observasi
mengenai peran guru Bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah ini bertujuan untuk mengetahui apakah
guru Bimbingan dan konseling berperan dengan baik dalam mengatasi
masalah siswa-siswi di sekolah.

B. Profil Sekolah dan Profil Bimbingan dan Konseling di Sekolah


1. Profil Sekolah
Nama
: SMA Negeri 1 Majenang
Alamat
: Jl. Raya Pahonjean KP.07 Majenang, Cilacap, Indonesia
53257
Visi
: Unggul dalam Mutu Berwawasan IMTAQ, IPTEK dan
SKILL

2. Profil Guru BIMBINGAN DAN KONSELING


a. Nama
: Dra. Hj. Elli Carlina S.
Alamat : Jl. Raya Padangjaya No. 277A, Majenang
b. Nama
: Drs. Djanu Imron
Alamat : Jl. Gor No.7 RT 05/03 Sindangsari, Majenang
c. Nama
: Drs. Muchalim
Alamat : Cibeureum RT.01/08 Sidamulya, Wanareja
d. Nama
: H.M. Ahyani, S.Pd, MM
Alamat : Jl. Raya Cileumeuh 776, Cimanggu
e. Nama
: Muhani, S.Pd
Alamat : Majenang

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran dari 4 bidang bimbingan dalam pelayana bimbingan dan
konseling di sekolah?
2. Apakah peran guru bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran dan
kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling di sekolah?
3. Apakah hal-hal yang tercantum dalam buku catatan bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 1 Majenang?

BAB II
TEMUAN HASIL PENDATAAN DAN INFORMASI
A. IDENTIFIKASI SURVEY
Dalam pelaksanaan survey kepada guru Bimbingan dan konseling,
penulis mewawancarai dua orang guru bimbingan dan konseling yang ada di
ruang BK SMA Negeri 1 Majenang dan beliau saling mengenal ketika penulis
masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Beliau merupakan guru
bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Majenang. Berikut adalah
spesifikasi guru tersebut:
1. Nama
Bidang Studi
Sekolah
2. Nama
Bidang Studi
Sekolah

: Drs. Muchalim
: Bimbingan dan konseling
: SMA Negeri 1 Majenang
: H.M. Ahyani, S.Pd, MM
: Bimbingan dan konseling
: SMA Negeri 1 Majenang

Pelaksanaan observasi dilakukan pada hari Sabtu tanggal 16 Nopember 2013


pukul 09.45 WIB di ruang Bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Majenang.
B. PROSES PELAKSANAAN
Dalam melakukan observasi mengenai peran guru mata pelajaran dalam
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, penulis mengajukan
beberapa pertanyaan kepada guru bimbingan dan konseling yang dalam hal ini
adalah Bapak Muchalim dan Bapak Ahyani, guru bimbingan dan konseling di
SMA Negeri 1 Majenang. Berikut ini merupakan pertanyaan yang diajukan dan
jawaban yang diberikan selama proses pelaksanaan observasi:
a. Guru sebagai Informator
1. Apakah guru bimbingan dan konseling terlibat dalam memasyarakatkan
bimbingan dan konseling di kelas?
Jawab :
Iya, salah satunya dengan memperkenalkan fungsi bimbingan dan
konseling dan berbagai hal tentang bimbingan dan konseling kepada
siswa di dalam kelas, jika hanya siswa yang menjumpai guru bimbingan
dan konseling di dalam ruangannya mungkin kurang efektif, karena
tidak semua siswa peka dan ingin pergi ke ruang bimbingan dan
konseling untuk melakukan bimbingan dan konseling. Sehingga setiap
guru bimbingan dan konseling mempunyai 1 jam pelajaran untuk
memasuki setiap ruang kelas.

2. Apakah guru bimbingan dan konseling juga memberikan informasi lain


yang diperlukan siswa?
Jawab :
Iya, tentu saja guru bimbingan dan konseling memberikan banyak
informasi yang diperlukan oleh siswa.
3. Jika iya, informasi apa saja yang diberikan kepada siswa?
- Informasi tentang kegiatan sekolah?
Jawab :
Iya, seperti pada saat sekolah akan mengadakan kegiatan diesnatalis,
guru bimbingan dan konseling, terutama wali kelas
menginformasikan kepada siswa.
- Informasi tentang dunia pendidikan/karrier?
Jawab :
Iya, terutama pemberian informasi penjurusan bagi siswa kelas X
dan informasi mengenai ujian nasional maupun ujian masuk
perguruan tinggi atau dunia kerja bagi kelas XII.
- Informasi tentang kehidupan sosial?
Jawab :
Iya, misalnya dalam berhubungan dengan teman, sopan santun
kepada guru serta kepada seluruh warga sekolah, dan tentunya
kepada orang tua.
4. Adakah siswa yang menanyakan informasi tertentu tidak kepada guru
bimbingan dan konseling tetapi justru kepada guru lain?
Jawab :
Ada, mungkin siswa itu lebih nyaman bertanya kepada guru lain yang
lebih dekat daripada kepada guru bimbingan dan konseling mungkin
wali kelas atau guru lainnya, karena kebanyakan dari siswa kami
sebagian besar masih canggung untuk bertanya atau berkonsultasi
dengan guru bimbingan dan konseling.
5. Apakah layanan pemberian informasi ini bisa dilakukan diluar kelas?
Jawab :
Bisa saja, selama saya dapat membantu, maka akan saya bantu.
Misalkan saat jam istirahat sekolah pun saya memberi waktu untuk
siswa yang ingin bertanya informasi saya bolehkan langsung menemui
saya di ruang bimbingan dan konseling atau diluar sekolah seperti di
rumah.
6. Adakah kendala yang dialami oleh guru bimbingan dan konseling
dalam melaksanakan perannya sebagai informator? Jika ada, apa saja
kendala yang dialami?
Jawab:
Sampai sejauh ini belum ada masalah, atas inisiatif siswa saja.
7. Apakah kepala sekolah dan guru mata pelajaran juga ikut berperan
dalam proses bimbingan dan konseling?
Jawab :

Iya, kepala sekolah ikut memantau keadaan siswa di sekolah dan guru
mata pelajaran ikut berperan dalam membantu proses bimbingan dan
konseling di sekolah. Karena mungkin guru mata pelajaran lebih sering
bertatap muka langsung dengan siswa, daripada guru bimbingan dan
konseling itu sendiri, jadi guru mata pelajaran juga berperan penting.
b. Guru sebagai Fasilitator
1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling?
Jawab :
Proses bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan itu berdasarkan
layanan-layanan yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa. Karena
proses layanan yang dibutuhkan setiap siswa itu berbeda-beda. Dalam
bimbingan ada 9 layanan yang dapat diberikan oleh guru bimbingan
dan konseling.
2. Bagaimana proses bimbingan pribadi yang dilakukan guru bimbingan
dan konseling di sekolah?
Jawab :
Proses bimbingan dan konseling yang dilakukan itu sesuai kebutuhan
dengan kebutuhan setiap siswa, karena setiap siswa memiliki masalah
individu yang berbeda-beda.
3. Bagaimana proses bimbingan sosial yang dilakukan guru bimbingan
dan konseling di sekolah?
Jawab :
Proses bimbingan sosial yang dilakukan guru bimbingan dan konseling
di sekolah itu bisa seperti mengukur tingkat pergaulan siswa. Misalnya
ditemukan anak yang minder dan sulit bergaul di dalam kelas, anak
tersebut dapat di ukur dengan sosiometri.
4. Bagaimana proses bimbingan belajar yang dilakukan guru bimbingan
dan konseling di sekolah?
Jawab :
Bimbingan belajar ini adalah bimbingan yang paling ditekankan.
Karena seiring waktu berjalan proses belajar itu akan berubah-ubah
sesuai dengan keadaan siswa. Saya juga harus tahu cara belajar dari
siswa dan bagaimana hasilnya dengan cara belajar tersebut. Apabila
cara hasil belajar berbeda dengan potensi dan intelegensi yang dia
miliki, berarti siswa tersebut sedang mengalami masalah. Sehingga
siswa berhak mendapat berbagai motivasi untuk mendukung kegiatan
belajarnya. Siswa juga harus mampu memanage waktu dan lingkungan
yang nyaman.
5. Bagaimana proses bimbingan karrier yang dilakukan guru bimbingan
dan konseling di sekolah?
Jawab :

Proses bimbingan karrier yang dilakukan guru bimbingan dan konseling


di sekolah contohnya seperti pemberian informasi penjurusan bagi
siswa kelas X dan informasi mengenai Universitas atau Institut yang
tepat untuk kelanjutan studi siswa dengan kondisi siswa yang sesuai
maupun informasi tentang dunia kerja bagi kelas XII. Karrier siswa itu
dipengaruhi oleh minat dari masing-masing siswa. Ada juga pengaruh
dan dukungan dari orang tua.
6. Apa yang dilakukan guru bimbingan dan konseling apabila ada siswa
yang menggerombol / ngegeng di kelas?
Jawab :
Perlu adanya pengkondisian tempat duduk, jadi kelompo-kelompok
tersebut tidak menggerombol dalam satu lingkup saja, tetapi harus
menyebar. Dapat pula dilakukan dengan sosiometri.
7. Bagaimana proses bimbingan dan konseling kelompok yang
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Majenang?
Jawab :
Proses bimbingan dan konseling kelompok dilakukan apabila ada
beberapa siswa yang memiliki masalah sama dan dapat dikelompokkan
menjdai satu untuk diberi bimbingan dan konseling tentang apa masalah
yang di alami. Biasanya siswa membutuhkan konseling untuk
memecahkan masalah yang dialamninya. Proses bimbingan kelompok
itu biasanya dilakukan 1 bulan 2 kali.
8. Ada berapa kejadian yang sering terjadi dalam kurun waktu 1 tahun ke
belakang?
Jawab :
Kejadian yang sering terjadi dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang
sebanyak 36 kejadian, seperti kehilangan helm, stnk, membolos
sekolah, tidak tertib, dan lain-lain.
9. Berapa kali kunjungan ke rumah dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang?
Jawab :
kunjungan ke rumah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang itu sebanyak 3 kali. Apabila
orang tua tidak sempat ke sekolah dan siswa masih tetap sulit di
peringatkan dan maslah yang dialami siswa belum dapat teratasi, maka
guru bimbingan dan konseling dapat mengunjungi langsung rumah
siswa.
10. Berapa kali pemanggilan orangtua dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang?
Jawab :
Pemanggilan orang tua sudah dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang ini sebanyak 22 kali
dengan berbagai kejadian yang dilanggar oleh siswa. Mulai dari siswa
yang sering membolos, pernah berkelahi, maupun yang lainnya.
7

11. Berapa kali proses alih tangan bimbingan dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang ?
Jawab :
Proses alih tangan bimbingan dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang ini sebanyak 20 kali.
Entah itu siswa ingin melakukan bimbingan lain yang guru bimbingan
dan konseling sendiri belum bisa menangani masalah tersebut. Siswa
yang sakit dan guru bimbingan dan konseling tidak mampu
menanganinya. Maka diperlukan proses alih tangan agar siswa dapat
menyelesaikan masalahnya itu.

BAB III
KAJIAN TEORI
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah/
madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik (konseling), agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya
(menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseling sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses
berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu perkembangan ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli
memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau
wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan
arah kehidupanya.
Fungsi bimbingan sangatlah menunjang bagi perkembangan siswa secara
optimal, terutama dalam proses belajar mengajar. Bimbingan tidak hanya sebagai
penunjang kegiatan belajar mengajar, melainkan juga sebagai pengiring dalam
proses pendidikan dan pengajaran. Bimbingan merupakan bagian integral dari
pendidikan dalam lingkup sekolah.

A. Bidang Bimbingan
1. Bidang Bimbingan Pribadi
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami,
menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat
sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara
realistik.
Contoh : Pengetrapan tentang pemahaman kekuatan diri konseling dan
pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif,
dalam kehidupan sehari-hari untunk di masa depan konseling.
2. Bidang Bimbingan Sosial
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang
sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
Contoh : Pengetrapan tentang kemampuan bertingkah laku dan
berhubungan sosial, dengan menjunjung tinggi tata krama, adat istiadat,
hukum, ilmu dan norma kebiasaan yang berlaku.
3. Bidang Bimbingan Belajar

Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan


kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah /
madrasah dan belajar secara mandiri.
Contoh : Pengetrapan tentang sikap, kebiasaan belajar yang efektif ,
efisien. Semangat serta produktif mencari sumber belajar, sikap pada
guru, mengembangkan ketrampilan belajar, tertib mengerjakan tugastugas pelajaran.
4. Bidang Bimbingan Karir
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai informasi serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Contoh : Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha
memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebagai
wawasan mengembangkan karir dimasa yang akan datang.

B. Fungsi Bimbingan dan konseling di Sekolah


Fungsi seorang pembimbing di sekolah adalah membantu kepala
sekolah serta stafnya didalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah
(schoolwelfare) . sehubungan tentang fungsi ini maka seorang pembimbing
mempunyai tugas-tugas tetentu. Pelayanan bimbingan dan konseling
mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling.
Fungsi-fungsi tersebut adalah :
1. Fungsi Pemahaman,
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki pemahaman tehadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini,
konseling diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara
optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif.
Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik
sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing.
Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (temasuk didalam nya
lingkungan keluagga dan sekolah), terutama oleh peserta didik sendiri,
orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya
informasi pendidikan, informasi jabatan atau pekerjaan, dan informasi
sosial dan budaya / nilai-nilai), terutama oleh peserta didik.

2. Fungsi Prefentif / Pencegahan,


Ada suatu slogan yang berkembang dalam bidang kesehatan, yaitu
mencegah lebih baik daripada mengobati. Slogan ini relefan dengan

10

bidang bimbingan dan konseling yang sangat mendambakam sebaiknya


individu tidak mengalami suatu masalah. Apa bila individu tidak
mengalami suatu masalah, maka besarlah kemungkinan ia akan dapat
melaksanakan proses perkembangannya dengan baik, dan kegiatannya
kehidupanya pun dapat terlaksana tanpa ada hambatan yang berarti.
Pengertian fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat
menggangu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan atau kerugian
tertentu dalam proses perkembangannya.
3. Fungsi pengembangan,
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling
diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan
berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar
tetap baik dan mantap. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan
mengembangkan bebagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Fungsi bimbingan dan koseling yang sifatnya lebih proaktif dari
fungsi-fungsi lainya. Koselor senantiasa berupaya menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang mengfasilitasi perkembangan
konseling. Konselor dan personel sekolah secara sinergi sebagai team
work bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu
konseling mencapai tugas-tugas perkembangannnya. Teknik bimbingan
yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi
kelompok, dll.
4. Fungsi penyembuhan / Pengentasan,
Yaitu fungsi bimbingan dan koseling yang berkaitan erat dengan
upaya pemberian bantuan kepada konseling yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier.
5. Fungsi Penyaluran,
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat,
bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian yang lainnya. Dalam
melaksanakan fungsi ini konselor perlu berkerjasama dengan pendidik
lainya didalam maupun di luar lembaga pendidikan.
Dalam pemilihan murid, pembimbing mestilah mempertimbangkan
kebutuhan, kecakapan, bakat, minat, cita-cita dan ciri-ciri lain pribadi
murid. Oleh karena pelaksanaan pertimbangan ciri-ciri pribadi murid tadi
sangat konplek, maka mudah dipahami kalau keberhasilan fungsi

11

penyaluran ini banyak tergantung pada kerja sama antara anggota staf
bimbingan disekolah.
6. Fungsi Adaptasi,
Yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah
dan staf, konselor dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan
konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai koseli,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan
konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah,
metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran
sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli, memilih metode
interaksi belajar mengajar yang tepat, ataupun memilih alat bantu
mengajar yang tepat.
Dalam pelaksanaan fungsi pengadaptasian ini, kerja sama antara
guru-guru dengan konselor adalah sangat utama dan sabgat di perlukan
kecakapan human relationships yang tinggi bagi konselor dan guru
dengan bekal utama saling mengerti dan memahami, bahwa tugas
mendidik mereka adalah semata bagi kepentingan murid.
7. Fungsi Penyesuaian,
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseling
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara
dinamis dan konstruktif. Pelaksanaan fungsi ini di wujudkan dalam
membantu murid menghadapi masalah penyesuaian yang di alaminya
yaitu melalui identifikasi diri dan masalahnya, memahami diri dan
masalah sehingga murid dapat memecahkan sendiri masalah penyesuaian
yang dihadapinya. Dalam praktek bimbingan, bantuan tadi dinyatakan
dalam layanan penyuluhan (caunseling), disamping berbagai bentuk
bimbingan dan penyuluhan semisal bimbingan kelompok dan konseling
kelompok. Untuk kelancaran pelaksanaan fungsi penyesuaian ini
diperlukan pulakerjasam konselor dengan guru-guru dan staf sekolah
yang lain.
Kerja sama dan keikutsertaan guru-guru terutama diharapkan
dalam hal-hal seperti identifikasi (mengenai) murid yang mengalami
gangguan penyesuaian, mengumpulkan data khusus (misalnya melalui
anecdotal record) tentang murid yang bersangutan, dan pengiriman murid
dari guru ke konselor. Keikutsertaan lain guru yang amat diperlukan
adalah dalam pelaksanaan bimbingan kelompok.
8. Fungsi Perbaikan,
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseling
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan
bertindak. Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan)
terhadap konseling supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional,

12

dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat penghantarkan mereka


kepada tindakan yang produktif dan normatif.
9. Fungsi Fasilitasi,
Yaitu memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan
seimbang seluruh aspek dalam diri konseling.
10. Fungsi Pemeliharaan,
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseling
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang
telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar
terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyababimbingan dan
konselingan penurunan produktifitas diri. Pelaksanaan fungsi ini di
wujudkan melalui program-progran yang menarik, kreatif, dan fakultatif
(pilihan) sesuai dengan minat koseling.

13

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali
lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi
guru bimbingan dan konseling tetap sangat diharapkan guna kepentingan
efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan konseling di sekolah. Bahkan
dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi
siswanya. Sementara itu, berkenaan dengan peran guru bimbingan dan konseling
dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa
guru-guru bimbingan dan konseling dalam melakukan pendekatan kepada siswa
harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan menghargai tanpa syarat.
Tugas guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseking di sekolah diantaranya adalah:
a) Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada
siswa
b) Melakukan kerjasama dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling
c) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru
pembimbing lain apabila masalah yang dialami belum terselesaikan
d) Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan (program perbaikan
dan program pengayaan)
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan
bimbingan dan konseling dari guru pembimbing
f) Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian layanan bimbingan, membantu mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan
g) Ikut serta dalam program layanan bimbingan
h) Berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konferensi kasus
i) Berpartisipasi dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam
pengembangan potensi.
Dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran di
sekolah, guru bimbingan dan konseling dapat meminta bantuan kepada guru mata
pelajaran, karena guru mata pelajaran memiliki posisi yang strategis.
Dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor, misalnya, guru lebih
sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara
rutin tentang perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan
tidak mungkin akan langsung berhadapan dengan permasalahan siswa. Oleh

14

karena itu tidak salah jika dalam pelayanan bimbingan dan konseling guru
ditempatkan sebagai mitra kerja utama, disamping wali kelas.
Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang
guru ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling di sekolah.
a) Guru sebagai Informator
Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperan sebagai informatori,
terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau
konselor dalam memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada
siswa pada umumnya. Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan
berbagai hal tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi dan
manfaatnya bagi siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan, guru bimbingan
dan konseling berperan penting dalam pemberian informasi mengenai Dasar
pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah/ madrasah,
bukan semata-mata terletak pada ada tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting
adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik (konseling), agar
mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual).
Konseling sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses
berkembang atau menjadi (on becoming) , yaitu perkembangan ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli
memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman
atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupanya.
Fungsi bimbingan sangatlah menunjang bagi perkembangan siswa
secara optimal, terutama dalam proses belajar mengajar. Bimbingan tidak
hanya sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, melainkan juga sebagai
pengiring dalam proses pendidikan dan pengajaran. Bimbingan merupakan
bagian integral dari pendidikan dalam lingkup sekolah. maupun informasi
lain baik mengenai pendidikan/karrier, kegiatan sekolah, maupun kehidupan
sosial sudah cukup baik. Pemberian informasi tersebut sebagian merupakan
tugas yang diberikan secara terstruktur, seperti pemberian informasi
mengenai pendidikan atau hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan sekolah.
Sebagian yang lainnya, seperti informasi yang berkaitan dengan kehidupan
sosial merupakan hal yang perlu juga dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling. Ada pula siswa yang menanyakan informasi tertentu tidak kepada

15

guru bimbingan dan konseling tetapi justru kepada guru lain. Hal tersebut
mungkin karena siswa merasa lebih nyaman bertanya kepada guru lain yang
lebih dekat daripada kepada guru bimbingan dan konseling mungkin wali
kelas atau guru lainnya, karena kebanyakan dari siswa kami sebagian besar
masih canggung untuk bertanya atau berkonsultasi dengan guru bimbingan
dan konseling.
Sampai sejauh ini belum ada kendala yang dialami guru bimbingan
dan konseling dalam mengatasi berbagai masalah dari siswa. Dalam hal ini
kepala sekolah dan guru mata pelajaran juga ikut berperan dalam proses
bimbingan dan konseling dalam membantu proses bimbingan dan konseling
di sekolah karena mungkin guru mata pelajaran lebih sering bertatap muka
langsung dengan siswa, daripada guru bimbingan dan konseling itu sendiri,
jadi guru mata pelajaran juga berperan penting. Dalam hal ini kepala sekolah
juga ikut memantau keadaan siswa di sekolah.
Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di
sekolah guru dapat berkolaborasi dengan guru bimbingan dan konseling atau
konselor sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan
orientasi, informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan
pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan lainnya
yang relevan.
Biasanya guru mata pelajaran bekerja sama dengan guru bimbingan
dan konseling dalam hal pengumpulan data siswa, pemberian informasi dan
orientasi kepada siswa, maupun pengalihtanganan siswa bermasalah.
Sementara dalam kapasitasnya sebagai guru mata pelajaran belum terlibat
langsung dalam kegiatan konferensi kasus, karena hal itu merupakan tugas
dan kewenangan wali kelas. Beliau juga bekerja sama dengan guru bimbingan
dan konseling dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling serta selalu melaporkan perkembangan siswa
kepada guru bimbingan dan konseling. Menurut beliau, setiap semester
dilaksanakan rapat pleno yang dihadiri oleh seluruh guru, termasuk guru mata
pelajaran untuk membahas dan mensosialisasikan program masing-masing.
Pada saat itu akan dibahas juga mengenai program guru bimbingan dan
konseling berkenaan dengan siswa agar dapat dipahami oleh setiap guru mata
pelajaran agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Bila
ada masalah-masalah penting tertentu yang mengharuskan guru bimbingan
dan konseling untuk masuk kelas, maka guru mata pelajaran juga dapat
memberikan jamnya untuk diberikan kepada guru bimbingan dan konseling,
akan tetapi untuk hal seperti itu guru bimbingan dan konseling biasanya akan
lebih mengutamakan untuk meminta jam wali kelas.

16

Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi


siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah,
sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan
konseling. Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan, keterlibatan guru
bimbingan dan konseling dalam memberikan informasi kepada siswa sudah
terlaksana dengan baik, baik itu motivasi belajar maupun motivasi lainnya,
seperti masalah peningkatan rasa percaya diri siswa. Pemberian motivasi
tersebut dapat dilakukan secara umum di depan kelas, secara kelompok,
maupun secara pribadi, tergantung dari situasi yang ada. Pemberian motivasi
kepada siswa dapat dilakukan sewaktu-waktu, baik saat kegiatan belajar
mengajar maupun diluar kelas. Kendala yang dialami dalam proses
pemberian motivasi umumnya berasal dari diri siswa sendiri, kebanyakan
siswa tidak memiliki motivasi internal yang cukup tinggi sehingga pemberian
motivasi eksternal dari guru kurang terserap dengan baik.
Dalam kedudukannya yang strategis, yakni berhadapan langsung
dengan siswa, guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan guru
pembimbing. Menurut keterangan dari guru bimbingan dan konseling
keterlibatan beliau sebagai mediator antara siswa dengan siswa sudah cukup
baik, tidak jarang siswa yang mendatangi beliau untuk membantu menengahi
permasalahan diantara mereka. Tidak hanya antar siswa, beliau juga pernah
memediasi antara siswa dengan guru. ataupun memediasi antara siswa dengan
orang tua, karena itu merupakan wewenangnya juga. Dalam melaksanakan
perannya sebagai mediator, kendala yang dialami adalah kedua belah pihak
menganggap dirinya paling benar dan tidak mau menurunkan emosi masingmasing.
b) Guru sebagai Fasilitator
Proses bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan
dan konseling itu berdasarkan layanan-layanan yang dibutuhkan oleh masingmasing siswa. Karena proses layanan yang dibutuhkan setiap siswa itu
berbeda-beda. Jadi proses bimbingan dan konseling yang diterima oleh setiap
siswa berbeda-beda.
Proses bimbingan pribadi yang dilakukan guru bimbingan dan
konseling di sekolah itu sesuai kebutuhan dengan kebutuhan setiap siswa,
karena setiap siswa memiliki masalah individu yang berbeda-beda. Dan ada
pula 9 layanan yang mungkin berbeda kebutuhannya bagi setiap siswa.
Proses bimbingan sosial yang dilakukan guru bimbingan dan
konseling di sekolah itu bisa seperti mengukur tingkat pergaulan siswa.
Misalnya ditemukan anak yang minder dan sulit bergaul di dalam kelas, anak
tersebut dapat di ukur dengan sosiometri. Anak dapat mengisi sosiometri
yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling.

17

Proses bimbingan belajar yang dilakukan guru bimbingan dan


konseling di sekolah itu yang paling penting. Bimbingan belajar ini adalah
bimbingan yang paling ditekankan. Karena seiring waktu berjalan proses
belajar itu akan berubah-ubah sesuai dengan keadaan siswa. Saya juga harus
tahu cara belajar dari siswa dan bagaimana hasilnya dengan cara belajar
tersebut. Apabila cara hasil belajar berbeda dengan potensi dan intelegensi
yang dia miliki, berarti siswa tersebut sedang mengalami masalah. Sehingga
siswa berhak mendapat berbagai motivasi untuk mendukung kegiatan
belajarnya. Siswa juga harus mampu memanage waktu dan lingkungan yang
nyaman.
Proses bimbingan karrier yang dilakukan guru bimbingan dan
konseling di sekolah contohnya seperti pemberian informasi penjurusan bagi
siswa kelas X dan informasi mengenai Universitas atau Institut yang tepat
untuk kelanjutan studi siswa dengan kondisi siswa yang sesuai maupun
informasi tentang dunia kerja bagi kelas XII. Karrier siswa itu dipengaruhi
oleh minat dari masing-masing siswa. Ada juga pengaruh dan dukungan dari
orang tua.
Apabila ada sekelompok siswa yang menggerombol / ng geng di kelas
yang seharusnya dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling itu dengan
perlunya pengkondisian tempat duduk, jadi kelompo-kelompok tersebut tidak
menggerombol dalam satu lingkup saja, tetapi harus menyebar. Dapat pula
dilakukan dengan sosiometri.
Proses bimbingan dan konseling kelompok yang dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Majenang dilakukan apabila ada beberapa siswa yang memiliki
masalah sama dan dapat dikelompokkan menjadi satu untuk diberi bimbingan
dan konseling tentang apa masalah yang di alami. Biasanya siswa
membutuhkan konseling untuk memecahkan masalah yang dialaminya. Proses
bimbingan kelompok itu biasanya dilakukan 1 bulan 2 kali.
Hal-hal yang tercantum dalam buku catatan bimbingan dan konseling
di SMA Negeri 1 Majenang :
1. Kejadian yang sering terjadi dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang ini
sebanyak 36 kejadian, seperti kehilangan helm, stnk, membolos sekolah,
tidak tertib, dan lain-lain.
2. Kunjungan ke rumah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam
kurun waktu 1 tahun ke belakang ini sebanyak 3 kali. Apabila orang tua
tidak sempat ke sekolah dan siswa masih tetap sulit di peringatkan, maka
guru bimbingan dan konseling dapat mengunjungi langsung rumah siswa.
Tetapi sebaiknya memang dalam kurun waktu tertentu guru bimbingan dan
konseling dapat mengunjungi rumah-rumah siswa.

18

3. Pemanggilan orang tua sudah dilakukan oleh guru bimbingan dan


konseling dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang ini sebanyak 22 kali
dengan berbagai kejadian yang dilanggar oleh siswa. Mulai dari siswa
yang sering membolos, pernah berkelahi, maupun yang lainnya.
4. Proses alih tangan bimbingan dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang ini sebanyak 20 kali.
Entah itu siswa ingin melakukan bimbingan lain yang guru bimbingan dan
konseling sendiri belum bisa menangani masalah tersebut. Siswa yang
sakit dan guru bimbingan dan konseling tidak mampu menanganinya.
Maka diperlukan proses alih tangan agar siswa dapat menyelesaikan
masalahnya itu.

19

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan mengenai peran guru
bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah, yang dalam hal ini sebagai informan adalah Bapak
Muchalim dan Bapak Ahyani, guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 1
Majenang dapat disimpulkan bahwa:
1. Peran guru bimbingan dan konseling sebagai informator telah
terlaksana dengan baik, dan telah ada tugas terstruktur dalam hal
tertentu.
2. Beliau juga telah menjalankan perannya sebagai fasilitator, terutama
dalam membantu memecahkan masalah siswa.
3. Dalam 4 proses bimbingan, yaitu bimbingan individu, sosial, belajar
dan karrier telah terlaksana dengan baik sesuai dengan kebutuhan
siswa.
4. Guru mata pelajaran juga ikut berperan dalam proses bimbingan dan
konseling di sekolah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran guru bimbingan
dan konseling dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan telah dilaksanakan
dengan baik, khususnya oleh guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1
Majenang.

B. Rekomendasi
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah ikut mengawasi atau memantau keadaan siswa di sekolah.
2. Guru Pembimbing (Guru bimbingan dan konseling)
Guru pembimbing atau guru bimbingan dan konseling harus lebih
memantau keadaan siswa di sekolah maupun di rumah.
3. Guru mata pelajaran
Guru mata pelajaran ikut memantau keadaan siswa di sekolah karena guru
mata pelajaranlah yang lebih sering bertatap muka langsung dengan siswa
di dalam kelas

20

DAFTAR PUSTAKA
Agustiansyah. 2011. Tugas dan Tanggung Jawab Petugas Bimbingan Konseling
di sekolah.
(http://oxygendistro.blogspot.com/2011/10/tugas-dan-tanggung-jawabpetugas-bimbingan dan konseling.html)
Faqih, Muhammad. 2012. Peran Guru Mata Pelajaran dalam Bimbingan
Konseling.
(http://izafaqih.blogspot.com/2012/01/peran-guru-mata-pelajaran-dalam.html)
Mugiarso, Heru dkk, 2011. Bimbingan & Konseling. Semarang : UNNES PRESS
Nilasari, Ayunda P. 2011. Peranan Guru Mata Pelajaran dalam Pelayanan
Bimbingan dan konseling.
(http://kafeilmuayundaputri.blogspot.com/2011/04/peranan-guru-matapelajaran-dalam.html)
Sigalingging, David. 2011. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Program
Bimbingan
dan
konseling
di
Sekolah.
(http://www.scribd.com/doc/59678589/5-Peranan-Guru-Dalam-PelaksanaaanProgram-Bimbingan-Dan-Konseling-Di-Sekolah

21

Lampiran 1
VERBATIF OBSERVASI BIMBINGAN DAN KONSELING
Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Proses Bimbingan dan
Konseling untuk Mengatasi Masalah Siswa-Siswi di SMA Negeri 1 Majenang
a. Guru sebagai Informator
1. Apakah guru BK terlibat dalam memasyarakatkan BK di kelas?
Jawab :
Iya, salah satunya dengan memperkenalkan fungsi BK dan berbagai hal
tentang BK kepada siswa di dalam kelas, jika hanya siswa yang
menjumpai guru bimbingan dan konseling di dalam ruangannya mungkin
kurang efektif, karena tidak semua siswa peka dan ingin pergi ke ruang
BK untuk melakukan bimbingan dan konseling. Sehingga setiap guru
bimbingan dan konseling mempunyai 1 jam pelajaran untuk memasuki
setiap ruang kelas.
2. Apakah guru BK juga memberikan informasi lain yang diperlukan siswa?
Jawab :
Iya, tentu saja guru bimbingan dan konseling memberikan banyak
informasi yang diperlukan oleh siswa.
3. Jika iya, informasi apa saja yang diberikan kepada siswa?
- Informasi tentang kegiatan sekolah?
Jawab :
Iya, seperti pada saat sekolah akan mengadakan kegiatan diesnatalis,
guru bimbingan dan konseling, terutama wali kelas menginformasikan
kepada siswa.
- Informasi tentang dunia pendidikan/karrier?
Jawab :
Iya, terutama pemberian informasi penjurusan bagi siswa kelas X dan
informasi mengenai ujian nasional maupun ujian masuk perguruan
tinggi atau dunia kerja bagi kelas XII.
- Informasi tentang kehidupan sosial?
Jawab :
Iya, misalnya dalam berhubungan dengan teman, sopan santun kepada
guru serta kepada seluruh warga sekolah, dan tentunya kepada orang
tua.
4. Adakah siswa yang menanyakan informasi tertentu tidak kepada guru BK
tetapi justru kepada guru lain?
Jawab :
Ada, mungkin siswa itu lebih nyaman bertanya kepada guru lain yang
lebih dekat daripada kepada guru BK mungkin wali kelas atau guru
lainnya, karena kebanyakan dari siswa kami sebagian besar masih
canggung untuk bertanya atau berkonsultasi dengan guru BK.
5. Apakah layanan pemberian informasi ini bisa dilakukan diluar kelas?

22

Jawab :
Bisa saja, selama saya dapat membantu, maka akan saya bantu. Misalkan
saat jam istirahat sekolah pun saya memberi waktu untuk siswa yang ingin
bertanya informasi saya bolehkan langsung menemui saya di ruang BK
atau diluar sekolah seperti di rumah.
6. Adakah kendala yang dialami oleh guru BK dalam melaksanakan
perannya sebagai informator? Jika ada, apa saja kendala yang dialami?
Jawab:
Sampai sejauh ini belum ada masalah, atas inisiatif siswa saja.
7. Apakah guru mata pelajaran juga ikut berperan dalam proses bimbingan
dan konseling?
Jawab :
Iya, guru mata pelajaran ikut berperan dalam membantu proses bimbingan
dan konseling di sekolah. Karena mungkin guru mata pelajaran lebih
sering bertatap muka langsung dengan siswa, daripada guru bimbingan
dan konseling itu sendiri, jadi guru mata pelajaran juga berperan penting.
b. Guru sebagai Fasilitator
1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling?
Jawab :
Proses bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan itu berdasarkan
layanan-layanan yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa. Karena
proses layanan yang dibutuhkan setiap siswa itu berbeda-beda.
2. Bagaimana proses bimbingan pribadi yang dilakukan guru BK di sekolah?
Jawab :
Proses bimbingan dan konseling yang dilakukan itu sesuai kebutuhan
dengan kebutuhan setiap siswa, karena setiap siswa memiliki masalah
individu yang berbeda-beda.
3. Bagaimana proses bimbingan sosial yang dilakukan guru BK di sekolah?
Jawab :
Proses bimbingan sosial yang dilakukan guru bimbingan dan konseling di
sekolah itu bisa seperti mengukur tingkat pergaulan siswa. Misalnya
ditemukan anak yang minder dan sulit bergaul di dalam kelas, anak
tersebut dapat di ukur dengan sosiometri.
4. Bagaimana proses bimbingan belajar yang dilakukan guru BK di sekolah?
Jawab :
Bimbingan belajar ini adalah bimbingan yang paling ditekankan. Karena
seiring waktu berjalan proses belajar itu akan berubah-ubah sesuai dengan
keadaan siswa. Saya juga harus tahu cara belajar dari siswa dan bagaimana
hasilnya dengan cara belajar tersebut. Apabila cara hasil belajar berbeda
dengan potensi dan intelegensi yang dia miliki, berarti siswa tersebut
sedang mengalami masalah. Sehingga siswa berhak mendapat berbagai
motivasi untuk mendukung kegiatan belajarnya. Siswa juga harus mampu
memanage waktu dan lingkungan yang nyaman.
23

5. Bagaimana proses bimbingan karrier yang dilakukan guru BK di sekolah?


Jawab :
Proses bimbingan karrier yang dilakukan guru bimbingan dan konseling di
sekolah contohnya seperti pemberian informasi penjurusan bagi siswa
kelas X dan informasi mengenai Universitas atau Institut yang tepat untuk
kelanjutan studi siswa dengan kondisi siswa yang sesuai maupun
informasi tentang dunia kerja bagi kelas XII. Karrier siswa itu dipengaruhi
oleh minat dari masing-masing siswa. Ada juga pengaruh dan dukungan
dari orang tua.
6. Apa yang dilakukan guru BK apabila ada siswa yang menggerombol /
ngegeng di kelas?
Jawab :
Perlu adanya pengkondisian tempat duduk, jadi kelompo-kelompok
tersebut tidak menggerombol dalam satu lingkup saja, tetapi harus
menyebar. Dapat pula dilakukan dengan sosiometri.
7. Bagaimana proses bimbingan dan konseling kelompok yang dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Majenang?
Jawab :
Proses bimbingan dan konseling kelompok dilakukan apabila ada beberapa
siswa yang memiliki masalah sama dan dapat dikelompokkan menjdai satu
untuk diberi bimbingan dan konseling tentang apa masalah yang di alami.
Biasanya siswa membutuhkan konseling untuk memecahkan masalah yang
dialamninya. Proses bimbingan kelompok itu biasanya dilakukan 1 bulan 2
kali.
8. Ada berapa kejadian yang sering terjadi dalam kurun waktu 1 tahun ke
belakang?
Jawab :
Kejadian yang sering terjadi dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang
sebanyak 36 kejadian, seperti kehilangan helm, stnk, tidak tertib, dan lainlain.
9. Berapa kali kunjungan ke rumah dilakukan oleh guru BK dalam kurun
waktu 1 tahun ke belakang?
Jawab :
kunjungan ke rumah dilakukan oleh guru BK dalam kurun waktu 1 tahun
ke belakang itu sebanyak 3 kali. Apabila orang tua tidak sempat ke sekolah
dan siswa masih tetap sulit di peringatkan, maka guru BK dapat
mengunjungi langsung rumah siswa.
10. Berapa kali pemanggilan orangtua dilakukan oleh guru BK dalam kurun
waktu 1 tahun ke belakang?
Jawab :
Pemanggilan orangtua dilakukan oleh guru BK dalam kurun waktu 1 tahun
ke belakang itu sebanyak 22 kali dengan berbagai kejadian yang dilanggar
oleh siswa.

24

11. Berapa kali proses alih tangan bimbingan dilakukan oleh guru BK dalam
kurun waktu 1 tahun ke belakang ?
Jawab :
Proses alih tangan bimbingan dilakukan oleh guru BK dalam kurun waktu
1 tahun ke belakang itu sebanyak 20 kali. Entah itu siswa ingin melakukan
bimbingan lain yang guru BK sendiri belum bisa menangani masalah
tersebut. Maka diperlukan proses alih tangan.

Lampiran 2

25

26

Anda mungkin juga menyukai