Laporan Observasi BK
Laporan Observasi BK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal
3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam rangka
mencapai amanat Undang-Undang tersebut dimana guru mempunyai fungsi
strategis mengembangkan potensi peserta didik dalam hal ketakwaan,
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa secara keseluruhan. Peran guru
juga sangat diharapkan mampu secara optimal mengembangkan peserta didik
dengan tidak hanya sebagai pembelajar, melainkan juga sebagai pembimbing
peserta didik dalam mengenal dirinya dan lingkungannya. Hal ini dilakukan
agar peserta didik tidak tersesat dalam proses menuju generasi yang sesuai
amanat Undang-Undang. Salah satu cara atau wadah untuk mempermudah
mewujudkan hal tersebut adalah layanan bimbingan dan konseling bagi
peserta didik di sekolah.
Secara operasional, pelaksana utama layanan bimbingan dan
konseling di sekolah adalah para guru pembimbing atau konselor sekolah
dibawah koordinasi seorang koordinator bimbingan dan konseling. Namun,
bimbingan dan konseling di sekolah yang oleh banyak pakar dikatakan
sebagai team work (Shetzer dan Stone, 1985) dalam penyelenggaraannya mau
tidak mau akan melibatkan personil sekolah lainnya agar berperan sesuai
batas-batas kewenangan dan tanggung jawabnya.
Personil yang dimaksud tersebut mencakup : Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah, Koordinator Bimbingan dan konseling, Guru Pembimbing
(Konselor sekolah), Guru, Wali Kelas, serta Staf Administrasi.
Tanpa bantuan dan kerja sama dari semua pihak, maka pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat berjalan dengan
baik. Salah satu partner guru yang penting dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru mata pelajaran. Hal ini
dikarenakan porsi tatap muka guru mata pelajaran dengan siswa jauh lebih
besar daripada guru bimbingan dan konseling itu sendiri. Porsi tatap muka
yang sering itu juga dapat membuat siswa merasa lebih dekat dan lebih
nyaman dengan guru mata pelajaran. Selain itu, guru mata pelajaran akan
1
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran dari 4 bidang bimbingan dalam pelayana bimbingan dan
konseling di sekolah?
2. Apakah peran guru bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran dan
kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling di sekolah?
3. Apakah hal-hal yang tercantum dalam buku catatan bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 1 Majenang?
BAB II
TEMUAN HASIL PENDATAAN DAN INFORMASI
A. IDENTIFIKASI SURVEY
Dalam pelaksanaan survey kepada guru Bimbingan dan konseling,
penulis mewawancarai dua orang guru bimbingan dan konseling yang ada di
ruang BK SMA Negeri 1 Majenang dan beliau saling mengenal ketika penulis
masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Beliau merupakan guru
bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Majenang. Berikut adalah
spesifikasi guru tersebut:
1. Nama
Bidang Studi
Sekolah
2. Nama
Bidang Studi
Sekolah
: Drs. Muchalim
: Bimbingan dan konseling
: SMA Negeri 1 Majenang
: H.M. Ahyani, S.Pd, MM
: Bimbingan dan konseling
: SMA Negeri 1 Majenang
Iya, kepala sekolah ikut memantau keadaan siswa di sekolah dan guru
mata pelajaran ikut berperan dalam membantu proses bimbingan dan
konseling di sekolah. Karena mungkin guru mata pelajaran lebih sering
bertatap muka langsung dengan siswa, daripada guru bimbingan dan
konseling itu sendiri, jadi guru mata pelajaran juga berperan penting.
b. Guru sebagai Fasilitator
1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling?
Jawab :
Proses bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan itu berdasarkan
layanan-layanan yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa. Karena
proses layanan yang dibutuhkan setiap siswa itu berbeda-beda. Dalam
bimbingan ada 9 layanan yang dapat diberikan oleh guru bimbingan
dan konseling.
2. Bagaimana proses bimbingan pribadi yang dilakukan guru bimbingan
dan konseling di sekolah?
Jawab :
Proses bimbingan dan konseling yang dilakukan itu sesuai kebutuhan
dengan kebutuhan setiap siswa, karena setiap siswa memiliki masalah
individu yang berbeda-beda.
3. Bagaimana proses bimbingan sosial yang dilakukan guru bimbingan
dan konseling di sekolah?
Jawab :
Proses bimbingan sosial yang dilakukan guru bimbingan dan konseling
di sekolah itu bisa seperti mengukur tingkat pergaulan siswa. Misalnya
ditemukan anak yang minder dan sulit bergaul di dalam kelas, anak
tersebut dapat di ukur dengan sosiometri.
4. Bagaimana proses bimbingan belajar yang dilakukan guru bimbingan
dan konseling di sekolah?
Jawab :
Bimbingan belajar ini adalah bimbingan yang paling ditekankan.
Karena seiring waktu berjalan proses belajar itu akan berubah-ubah
sesuai dengan keadaan siswa. Saya juga harus tahu cara belajar dari
siswa dan bagaimana hasilnya dengan cara belajar tersebut. Apabila
cara hasil belajar berbeda dengan potensi dan intelegensi yang dia
miliki, berarti siswa tersebut sedang mengalami masalah. Sehingga
siswa berhak mendapat berbagai motivasi untuk mendukung kegiatan
belajarnya. Siswa juga harus mampu memanage waktu dan lingkungan
yang nyaman.
5. Bagaimana proses bimbingan karrier yang dilakukan guru bimbingan
dan konseling di sekolah?
Jawab :
11. Berapa kali proses alih tangan bimbingan dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang ?
Jawab :
Proses alih tangan bimbingan dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang ini sebanyak 20 kali.
Entah itu siswa ingin melakukan bimbingan lain yang guru bimbingan
dan konseling sendiri belum bisa menangani masalah tersebut. Siswa
yang sakit dan guru bimbingan dan konseling tidak mampu
menanganinya. Maka diperlukan proses alih tangan agar siswa dapat
menyelesaikan masalahnya itu.
BAB III
KAJIAN TEORI
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah/
madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik (konseling), agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya
(menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseling sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses
berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu perkembangan ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli
memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau
wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan
arah kehidupanya.
Fungsi bimbingan sangatlah menunjang bagi perkembangan siswa secara
optimal, terutama dalam proses belajar mengajar. Bimbingan tidak hanya sebagai
penunjang kegiatan belajar mengajar, melainkan juga sebagai pengiring dalam
proses pendidikan dan pengajaran. Bimbingan merupakan bagian integral dari
pendidikan dalam lingkup sekolah.
A. Bidang Bimbingan
1. Bidang Bimbingan Pribadi
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami,
menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat
sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara
realistik.
Contoh : Pengetrapan tentang pemahaman kekuatan diri konseling dan
pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif,
dalam kehidupan sehari-hari untunk di masa depan konseling.
2. Bidang Bimbingan Sosial
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang
sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
Contoh : Pengetrapan tentang kemampuan bertingkah laku dan
berhubungan sosial, dengan menjunjung tinggi tata krama, adat istiadat,
hukum, ilmu dan norma kebiasaan yang berlaku.
3. Bidang Bimbingan Belajar
10
11
penyaluran ini banyak tergantung pada kerja sama antara anggota staf
bimbingan disekolah.
6. Fungsi Adaptasi,
Yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah
dan staf, konselor dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan
konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai koseli,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan
konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah,
metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran
sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli, memilih metode
interaksi belajar mengajar yang tepat, ataupun memilih alat bantu
mengajar yang tepat.
Dalam pelaksanaan fungsi pengadaptasian ini, kerja sama antara
guru-guru dengan konselor adalah sangat utama dan sabgat di perlukan
kecakapan human relationships yang tinggi bagi konselor dan guru
dengan bekal utama saling mengerti dan memahami, bahwa tugas
mendidik mereka adalah semata bagi kepentingan murid.
7. Fungsi Penyesuaian,
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseling
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara
dinamis dan konstruktif. Pelaksanaan fungsi ini di wujudkan dalam
membantu murid menghadapi masalah penyesuaian yang di alaminya
yaitu melalui identifikasi diri dan masalahnya, memahami diri dan
masalah sehingga murid dapat memecahkan sendiri masalah penyesuaian
yang dihadapinya. Dalam praktek bimbingan, bantuan tadi dinyatakan
dalam layanan penyuluhan (caunseling), disamping berbagai bentuk
bimbingan dan penyuluhan semisal bimbingan kelompok dan konseling
kelompok. Untuk kelancaran pelaksanaan fungsi penyesuaian ini
diperlukan pulakerjasam konselor dengan guru-guru dan staf sekolah
yang lain.
Kerja sama dan keikutsertaan guru-guru terutama diharapkan
dalam hal-hal seperti identifikasi (mengenai) murid yang mengalami
gangguan penyesuaian, mengumpulkan data khusus (misalnya melalui
anecdotal record) tentang murid yang bersangutan, dan pengiriman murid
dari guru ke konselor. Keikutsertaan lain guru yang amat diperlukan
adalah dalam pelaksanaan bimbingan kelompok.
8. Fungsi Perbaikan,
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseling
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan
bertindak. Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan)
terhadap konseling supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional,
12
13
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali
lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi
guru bimbingan dan konseling tetap sangat diharapkan guna kepentingan
efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan konseling di sekolah. Bahkan
dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi
siswanya. Sementara itu, berkenaan dengan peran guru bimbingan dan konseling
dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa
guru-guru bimbingan dan konseling dalam melakukan pendekatan kepada siswa
harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan menghargai tanpa syarat.
Tugas guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseking di sekolah diantaranya adalah:
a) Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada
siswa
b) Melakukan kerjasama dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling
c) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru
pembimbing lain apabila masalah yang dialami belum terselesaikan
d) Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan (program perbaikan
dan program pengayaan)
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan
bimbingan dan konseling dari guru pembimbing
f) Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian layanan bimbingan, membantu mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan
g) Ikut serta dalam program layanan bimbingan
h) Berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konferensi kasus
i) Berpartisipasi dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam
pengembangan potensi.
Dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran di
sekolah, guru bimbingan dan konseling dapat meminta bantuan kepada guru mata
pelajaran, karena guru mata pelajaran memiliki posisi yang strategis.
Dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor, misalnya, guru lebih
sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara
rutin tentang perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan
tidak mungkin akan langsung berhadapan dengan permasalahan siswa. Oleh
14
karena itu tidak salah jika dalam pelayanan bimbingan dan konseling guru
ditempatkan sebagai mitra kerja utama, disamping wali kelas.
Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang
guru ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling di sekolah.
a) Guru sebagai Informator
Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperan sebagai informatori,
terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau
konselor dalam memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada
siswa pada umumnya. Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan
berbagai hal tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi dan
manfaatnya bagi siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan, guru bimbingan
dan konseling berperan penting dalam pemberian informasi mengenai Dasar
pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah/ madrasah,
bukan semata-mata terletak pada ada tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting
adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik (konseling), agar
mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual).
Konseling sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses
berkembang atau menjadi (on becoming) , yaitu perkembangan ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli
memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman
atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupanya.
Fungsi bimbingan sangatlah menunjang bagi perkembangan siswa
secara optimal, terutama dalam proses belajar mengajar. Bimbingan tidak
hanya sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, melainkan juga sebagai
pengiring dalam proses pendidikan dan pengajaran. Bimbingan merupakan
bagian integral dari pendidikan dalam lingkup sekolah. maupun informasi
lain baik mengenai pendidikan/karrier, kegiatan sekolah, maupun kehidupan
sosial sudah cukup baik. Pemberian informasi tersebut sebagian merupakan
tugas yang diberikan secara terstruktur, seperti pemberian informasi
mengenai pendidikan atau hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan sekolah.
Sebagian yang lainnya, seperti informasi yang berkaitan dengan kehidupan
sosial merupakan hal yang perlu juga dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling. Ada pula siswa yang menanyakan informasi tertentu tidak kepada
15
guru bimbingan dan konseling tetapi justru kepada guru lain. Hal tersebut
mungkin karena siswa merasa lebih nyaman bertanya kepada guru lain yang
lebih dekat daripada kepada guru bimbingan dan konseling mungkin wali
kelas atau guru lainnya, karena kebanyakan dari siswa kami sebagian besar
masih canggung untuk bertanya atau berkonsultasi dengan guru bimbingan
dan konseling.
Sampai sejauh ini belum ada kendala yang dialami guru bimbingan
dan konseling dalam mengatasi berbagai masalah dari siswa. Dalam hal ini
kepala sekolah dan guru mata pelajaran juga ikut berperan dalam proses
bimbingan dan konseling dalam membantu proses bimbingan dan konseling
di sekolah karena mungkin guru mata pelajaran lebih sering bertatap muka
langsung dengan siswa, daripada guru bimbingan dan konseling itu sendiri,
jadi guru mata pelajaran juga berperan penting. Dalam hal ini kepala sekolah
juga ikut memantau keadaan siswa di sekolah.
Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di
sekolah guru dapat berkolaborasi dengan guru bimbingan dan konseling atau
konselor sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan
orientasi, informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan
pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan lainnya
yang relevan.
Biasanya guru mata pelajaran bekerja sama dengan guru bimbingan
dan konseling dalam hal pengumpulan data siswa, pemberian informasi dan
orientasi kepada siswa, maupun pengalihtanganan siswa bermasalah.
Sementara dalam kapasitasnya sebagai guru mata pelajaran belum terlibat
langsung dalam kegiatan konferensi kasus, karena hal itu merupakan tugas
dan kewenangan wali kelas. Beliau juga bekerja sama dengan guru bimbingan
dan konseling dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling serta selalu melaporkan perkembangan siswa
kepada guru bimbingan dan konseling. Menurut beliau, setiap semester
dilaksanakan rapat pleno yang dihadiri oleh seluruh guru, termasuk guru mata
pelajaran untuk membahas dan mensosialisasikan program masing-masing.
Pada saat itu akan dibahas juga mengenai program guru bimbingan dan
konseling berkenaan dengan siswa agar dapat dipahami oleh setiap guru mata
pelajaran agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Bila
ada masalah-masalah penting tertentu yang mengharuskan guru bimbingan
dan konseling untuk masuk kelas, maka guru mata pelajaran juga dapat
memberikan jamnya untuk diberikan kepada guru bimbingan dan konseling,
akan tetapi untuk hal seperti itu guru bimbingan dan konseling biasanya akan
lebih mengutamakan untuk meminta jam wali kelas.
16
17
18
19
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan mengenai peran guru
bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah, yang dalam hal ini sebagai informan adalah Bapak
Muchalim dan Bapak Ahyani, guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 1
Majenang dapat disimpulkan bahwa:
1. Peran guru bimbingan dan konseling sebagai informator telah
terlaksana dengan baik, dan telah ada tugas terstruktur dalam hal
tertentu.
2. Beliau juga telah menjalankan perannya sebagai fasilitator, terutama
dalam membantu memecahkan masalah siswa.
3. Dalam 4 proses bimbingan, yaitu bimbingan individu, sosial, belajar
dan karrier telah terlaksana dengan baik sesuai dengan kebutuhan
siswa.
4. Guru mata pelajaran juga ikut berperan dalam proses bimbingan dan
konseling di sekolah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran guru bimbingan
dan konseling dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan telah dilaksanakan
dengan baik, khususnya oleh guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1
Majenang.
B. Rekomendasi
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah ikut mengawasi atau memantau keadaan siswa di sekolah.
2. Guru Pembimbing (Guru bimbingan dan konseling)
Guru pembimbing atau guru bimbingan dan konseling harus lebih
memantau keadaan siswa di sekolah maupun di rumah.
3. Guru mata pelajaran
Guru mata pelajaran ikut memantau keadaan siswa di sekolah karena guru
mata pelajaranlah yang lebih sering bertatap muka langsung dengan siswa
di dalam kelas
20
DAFTAR PUSTAKA
Agustiansyah. 2011. Tugas dan Tanggung Jawab Petugas Bimbingan Konseling
di sekolah.
(http://oxygendistro.blogspot.com/2011/10/tugas-dan-tanggung-jawabpetugas-bimbingan dan konseling.html)
Faqih, Muhammad. 2012. Peran Guru Mata Pelajaran dalam Bimbingan
Konseling.
(http://izafaqih.blogspot.com/2012/01/peran-guru-mata-pelajaran-dalam.html)
Mugiarso, Heru dkk, 2011. Bimbingan & Konseling. Semarang : UNNES PRESS
Nilasari, Ayunda P. 2011. Peranan Guru Mata Pelajaran dalam Pelayanan
Bimbingan dan konseling.
(http://kafeilmuayundaputri.blogspot.com/2011/04/peranan-guru-matapelajaran-dalam.html)
Sigalingging, David. 2011. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Program
Bimbingan
dan
konseling
di
Sekolah.
(http://www.scribd.com/doc/59678589/5-Peranan-Guru-Dalam-PelaksanaaanProgram-Bimbingan-Dan-Konseling-Di-Sekolah
21
Lampiran 1
VERBATIF OBSERVASI BIMBINGAN DAN KONSELING
Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Proses Bimbingan dan
Konseling untuk Mengatasi Masalah Siswa-Siswi di SMA Negeri 1 Majenang
a. Guru sebagai Informator
1. Apakah guru BK terlibat dalam memasyarakatkan BK di kelas?
Jawab :
Iya, salah satunya dengan memperkenalkan fungsi BK dan berbagai hal
tentang BK kepada siswa di dalam kelas, jika hanya siswa yang
menjumpai guru bimbingan dan konseling di dalam ruangannya mungkin
kurang efektif, karena tidak semua siswa peka dan ingin pergi ke ruang
BK untuk melakukan bimbingan dan konseling. Sehingga setiap guru
bimbingan dan konseling mempunyai 1 jam pelajaran untuk memasuki
setiap ruang kelas.
2. Apakah guru BK juga memberikan informasi lain yang diperlukan siswa?
Jawab :
Iya, tentu saja guru bimbingan dan konseling memberikan banyak
informasi yang diperlukan oleh siswa.
3. Jika iya, informasi apa saja yang diberikan kepada siswa?
- Informasi tentang kegiatan sekolah?
Jawab :
Iya, seperti pada saat sekolah akan mengadakan kegiatan diesnatalis,
guru bimbingan dan konseling, terutama wali kelas menginformasikan
kepada siswa.
- Informasi tentang dunia pendidikan/karrier?
Jawab :
Iya, terutama pemberian informasi penjurusan bagi siswa kelas X dan
informasi mengenai ujian nasional maupun ujian masuk perguruan
tinggi atau dunia kerja bagi kelas XII.
- Informasi tentang kehidupan sosial?
Jawab :
Iya, misalnya dalam berhubungan dengan teman, sopan santun kepada
guru serta kepada seluruh warga sekolah, dan tentunya kepada orang
tua.
4. Adakah siswa yang menanyakan informasi tertentu tidak kepada guru BK
tetapi justru kepada guru lain?
Jawab :
Ada, mungkin siswa itu lebih nyaman bertanya kepada guru lain yang
lebih dekat daripada kepada guru BK mungkin wali kelas atau guru
lainnya, karena kebanyakan dari siswa kami sebagian besar masih
canggung untuk bertanya atau berkonsultasi dengan guru BK.
5. Apakah layanan pemberian informasi ini bisa dilakukan diluar kelas?
22
Jawab :
Bisa saja, selama saya dapat membantu, maka akan saya bantu. Misalkan
saat jam istirahat sekolah pun saya memberi waktu untuk siswa yang ingin
bertanya informasi saya bolehkan langsung menemui saya di ruang BK
atau diluar sekolah seperti di rumah.
6. Adakah kendala yang dialami oleh guru BK dalam melaksanakan
perannya sebagai informator? Jika ada, apa saja kendala yang dialami?
Jawab:
Sampai sejauh ini belum ada masalah, atas inisiatif siswa saja.
7. Apakah guru mata pelajaran juga ikut berperan dalam proses bimbingan
dan konseling?
Jawab :
Iya, guru mata pelajaran ikut berperan dalam membantu proses bimbingan
dan konseling di sekolah. Karena mungkin guru mata pelajaran lebih
sering bertatap muka langsung dengan siswa, daripada guru bimbingan
dan konseling itu sendiri, jadi guru mata pelajaran juga berperan penting.
b. Guru sebagai Fasilitator
1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling?
Jawab :
Proses bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan itu berdasarkan
layanan-layanan yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa. Karena
proses layanan yang dibutuhkan setiap siswa itu berbeda-beda.
2. Bagaimana proses bimbingan pribadi yang dilakukan guru BK di sekolah?
Jawab :
Proses bimbingan dan konseling yang dilakukan itu sesuai kebutuhan
dengan kebutuhan setiap siswa, karena setiap siswa memiliki masalah
individu yang berbeda-beda.
3. Bagaimana proses bimbingan sosial yang dilakukan guru BK di sekolah?
Jawab :
Proses bimbingan sosial yang dilakukan guru bimbingan dan konseling di
sekolah itu bisa seperti mengukur tingkat pergaulan siswa. Misalnya
ditemukan anak yang minder dan sulit bergaul di dalam kelas, anak
tersebut dapat di ukur dengan sosiometri.
4. Bagaimana proses bimbingan belajar yang dilakukan guru BK di sekolah?
Jawab :
Bimbingan belajar ini adalah bimbingan yang paling ditekankan. Karena
seiring waktu berjalan proses belajar itu akan berubah-ubah sesuai dengan
keadaan siswa. Saya juga harus tahu cara belajar dari siswa dan bagaimana
hasilnya dengan cara belajar tersebut. Apabila cara hasil belajar berbeda
dengan potensi dan intelegensi yang dia miliki, berarti siswa tersebut
sedang mengalami masalah. Sehingga siswa berhak mendapat berbagai
motivasi untuk mendukung kegiatan belajarnya. Siswa juga harus mampu
memanage waktu dan lingkungan yang nyaman.
23
24
11. Berapa kali proses alih tangan bimbingan dilakukan oleh guru BK dalam
kurun waktu 1 tahun ke belakang ?
Jawab :
Proses alih tangan bimbingan dilakukan oleh guru BK dalam kurun waktu
1 tahun ke belakang itu sebanyak 20 kali. Entah itu siswa ingin melakukan
bimbingan lain yang guru BK sendiri belum bisa menangani masalah
tersebut. Maka diperlukan proses alih tangan.
Lampiran 2
25
26