Disusun Oleh :
Dede erawan
(08310054)
Pembimbing :
dr. David I Tambun, Sp.B
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmatnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan refarat ini. Refarat ini ini yang berjudul tension penumo
thorax ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti kepanitiaan klinik senior di
bagian ilmu bedah RSUD DR.RM.DJOELHAM BINJAI. Penulis berharap tugas ini dapat
memberikan manfaat dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan serta dapat di pergunakan
sebaik-baiknya oleh pihak-pihak yang berkepentingan
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr David I Tambun, Sp.B selaku dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan
selama penyusunan tugas ini.
2. Teman-teman FKU UNMAL, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
tugas ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan refarat ini. Oleh
karna itu, penulis mengharpkan saran dan keritik membangun dari bimbingan serta seluruh
pihak.
Penulis
Daftar isi
Pendahuluan .1
Definisi .
Etiologi ..
Tanda Dan Gejala .
Pemeriksaan Penunjang
Patofisilogi ....
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
Komplikasi
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara
dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera. Pneumotoraks
didefinisikan sebagai adanya udara di dalam kavum/ rongga pleura. Tekanan di rongga pleura
pada orang sehat selalu negatif untuk dapat mempertahankan paru dalam keadaan berkembang
(inflasi). Tekanan pada rongga pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H 2O dan pada akhir
ekspirasi 2 s/d 4 cm H2O.
Pneumotoraks dibagi menjadi Tension Pneumotoraks dan non-tension pneumotoraks. Tension
Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi udara dalam rongga pleura
akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan
bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami
tekanan. Non-tension pneumothorax tidak seberat Tension pnemothorax karena akumulasi udara
tidak makin bertambah sehingga tekanan terhadap organ di dalam rongga dada juga tidak
meningkat.
Pengertian
Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi udara dalam rongga
pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan
bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami
tekanan.
Etiologi
Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena iatrogenik atau
berhubungan dengan trauma. Yaitu, sebagai berikut:
Trauma benda tumpul atau tajam meliputi gangguan salah satu pleura visceral atau
parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk tidak menjadi hal yang
penting bagi terjadinya Tension Pneumotoraks)
Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat), biasanya vena
subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan Computed Tomography (CT-Scan) diperlukan apabila pemeriksaan foto dada
diagnosis belum dapat ditegakkan. Pemeriksaan ini lebih spesifik untuk membedakan antara
emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
- Pemeriksaan foto dada tampak garis pleura viseralis, lurus atau cembung terhadap dinding
dada dan terpisah dari garis pleura parietalis. Celah antara kedua garis pleura tersebut tampak
lusens karena berisi kumpulan udara dan tidak didapatkan corakan vascular pada daerah tersebut.
Sinar x dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural; dapat menunjukan
penyimpangan struktur mediastinal.
- Pemeriksaan Laboratorium :
GDA : variable tergantung dari derajat paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan
dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal
atau menurun; saturasi oksigen biasanya menurun. Analisa gas darah arteri memberikan
gambaran hipoksemia.
Hb : menurun, menunjukan kehilangan darah.
Torasentesis : menyatakan darah / cairan sero sanguinosa.
Patofisiologi
Tension Pneumothoraks atau Pneumothoraks Ventiel, terjadi karena mekanisme check valve
yaitu pada saat inspirasi udara masuk ke dalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara
dari rongga pleura tidak dapat keluar. Semakin lama tekanan udara di dalam rongga pleura akan
meningkatkan dan melibihi tekanan atmosfir. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini
dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal nafas.
Tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum
tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Pada foto sinar tembus
dada terlihat mediastinum terdorong kearah kontralateral dan diafragma tertekan kebawah
sehingga menimbulkan rasa sakit. Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan sangat
terganggu yang harus segera ditangani kalau tidak akan berakibat fatal.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari tanda dan gejala yang muncul pada tension pneumothoraks penting sekali
untuk mendiagnosa dan mengetahui kondisi pasien.
Manifestasi awal : nyeri dada, dispnea, ansietas, takipnea, takikardi, hipersonor dinding
dada dan tidak ada suara napas pada sisi yang sakit.
Manifestasi lanjut : tingkat kesadaran menurun, trachea bergeser menuju ke sisi
kontralateral, hipotensi, pembesaran pembuluh darah leher/ vena jugularis (tidak ada jika
pasien sangat hipotensi dan sianosis.
b. Breathing: gerakan dada asimetris, trakea bergeser, vena jugularis distensi, tapi masih ada
nafas.
- Prinsip dasar dekompresi jarum adalah untuk memasukan kateter ke dalam rongga pleura,
sehingga menyediakan jalur bagi udara untuk keluar dan mengurangi tekanan yang terus
bertambah. Meskipun prosedur ini bukan tatalaksana definitif untuk tension pneumothorax,
dekompresi
jarum
kardiopulmoner.
- Pemberian Oksigen
menghentikan
progresivitas
dan
sedikit
mengembalikan
fungsi
- EKG
- NGT bila tidak ada kontraindikasi (fraktur basis kranii)
- Bersihkan dengan antiseptic luka memar dan lecet bila ada lalu kompres dan obati
c. Lakukan tube thoracostomy / WSD (water sealed drainage, merupakan tatalaksana definitif
tension pneumothorax), (Continous suction).
d. WSDSebagai alat diagnostic, terapik, dan follow up mengevakuasi darah atau udara
sehingga pengembangan paru maksimal lalu lakukan monitoring
e. Penyulit perdarahan dan infeksi atau super infeksi
Medis : Tindakan pengobatan pneumotoraks tergantung dari luasnya pneumotoraks. Tujuan dari
pneumotoraks tersebut yaitu untuk mengeluaran udara dari rongga pleura dan menurunkan
kecenderungan untuk kambuh lagi. Prinsip-prinsip penanganan pneumotoraks adalah :
a. Observasi dan pemberian tambahan oksigen, Tindakan ini dilakukan apabila luas
pneumotoraks <15% dari hemitoraks. Apabila fistula dari alveoli ke rongga pleura telah
menutup, udara dalam rongga pleura perlahan-lahan akan direabsobsi. Laju reabsobsi
diperkirakan 1,25% dari sisi pneumotoraks perhari. Laju reabsobsi tersebut akan meningkat jika
diberikan tambahan oksigen.
b. WSD (Water Seal Drainage), Tindakan ini dilakukan seawall mungkin pada pasien
pneumotoraks yang luasnya >15%. Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara dari rongga
pleura. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara memasukan jarum di intercosta pada daerah
apikal yaitu ICS 2-3 sedangkan pada daerah basal yaitu ICS 8-9.
c. Torakoskopi, adalah suatu tindakan untuk melihat langsung kedalam rongga toraks dengan
alat bantu torakoskop sangat efektif dalam penanganan PSP dan mencegah berulangnya kembali.
Dengan prosedur ini dapat dilakukaan reseksi bulla atau bleb dan juga bisa dilakukan untuk
pleurodesis(Kurniasih, 2009).
Kesimpulan
Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara dalam
rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera. Pneumotoraks dibagi menjadi
Tension Pneumothorax dan non-tension pneumathoraks. Semakin lama tekanan udara di dalam
rongga pleura akan meningkatkan dan melibihi tekanan atmosfir. Udara yang terkumpul dalam
rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal nafas.
Pada pneumothoraks ventil/ tension pneumothoraks, penderita sering sesak napas berat dan
keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan tindakan perbaikan. Tekanan
intrapleura tinggi, bisa terjadi kolaps paru dan ada penekanan pada mediastinum dan jantung.
Himpitan pada jantung menyebabkan kontraksi terganggu dan venous return juga terganggu.
Jadi selain menimbulkan gangguan pada pernapasan, juga menimbulkan gangguan pada sirkulasi
darah (hemodinamik).
DAFTAR PUSTAKA
Alagaff, Hood, dkk. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University
Press.
Bosswick, John A., Jr. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.
Doenges, Marylin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://ansharbonassilfa.wordpress.com/2009/04/17/pneumotoraks/
http://askepsolok.blogspot.com/2008/08/trauma-thoraks-i.html
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/pneumotoraks.html
http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/04/pneumothoraks.html
Sudoyono, Aru W., dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : FKUI.
About these ads