Anda di halaman 1dari 20

I.

Judul Percobaan
Urine

II. Tujuan percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan zat-zat
anorganik yang terkandung dalam urine.

III.

Landasan Teori
Sistem urinaria (ginjal) terdiri atas organ-organ yang memproduksi urine
dan mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama
untuk

mempertahankan

hemeostatis

(kekonstanan

lingkungan

internal).

Komponen sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua
ureter yang membawa urine kedalam sebuah kantung kemih untuk
menampungnya sementara dan uretra mengalirkan urine keluar tubuh melalui
oriflsium uretra eksterna (Sloane, 2004: 318)
Menurut Hegner (2003: 81), produksi urine yaitu arteri-arteri ginjal
membawa darah kesetiap ginjal. cabang-cabangnya melewati medulla dan
korteks, urine dihasilkan dalam suatu unit yang disebut nefron. Dalam setiap
nefron:
a) Cabang-cabang pembuluh darah membentuk gumpalan kapiler yang disebut
dengan glomeruli. Terdapat kira-kira satu juta glomeruli dalam ginjal.
b) masing-masing glomerulus dikelilingi oleh suatu saluran buntu, yang
merupakan akhiran dari suatu bentuk cawan. Bangunan ini disebut dengan
kapsula bowman.
c) Saluran tersebut memutar dan membentuk lipatan dalam korteks lalu turun ke
medulla saluran ini kemudian menyalurkan urine melalui medulla kearah
pelvis ginjal lalu ke ureter.
d) sejumlah besar zat sisa dalam bentuk cair dialirkan dari glomerulus menuju
kapsula bowman.
e) Sejumlah besar air diserap kembali kedalam aliran darah melalui cabangcabang kapiler yang melingkari tobulus pada korteks. pembuluh darah yang
meninggalkan ginjal kemudian bergabung menjadi vena renalis. Zat-zat sisa
yang dikeluarkan dalam urine antara laiun ureum, kreatinin, asam urat dan

berbagai jenis garam. Rata-rata urine yang dikeluarkan adalah 100-1500 ml


per 24jam.
Menurut Sloane (2004: 318), ada beberapa fungsi ginjal yaitu sebagai
berikut:
a) Pengeluaran zat sisa organik. Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin,
dan produk penguraian hemoglobin dan hormon.
b) Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mengekskresi ion natrium,
kalium, kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang
dengan asupan dan juga ekskresinya melalui rute lain, seperti pada saluran
gastrointestinal atau kulit.
c) Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ginjal mengendalikan ekskresi
ion H+ (Hidrogen), bikarbonat (HCO3-), dan ammonium (NH4+) serta
memproduksi urine asam atau basa, bergabung pada kebutuhan tubuh.
d) Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoletin yang
mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.
e) Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang essensial bagi
pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin. Renin adalah
komponen penting yang ada dalam mekanisme renin-anglobensinaldosteron
yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air.
f) Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino
darah. Ginjal melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung
jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.
g) Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan zat tumbuhan
makanan, obat-obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.
Zat-zat sisa yang dikeluarkan dalam urine antara lain adalah ureum,
kreatinin, asam urat, dan berbagai jenis garam. Rata-rata urine yang dikeluarkan
adalah 1000-1500 ml per 24jam. Volume urine yang dihasilkan dipengaruhi oleh
hormon ADH dan aldosteron, serta total pemasukan cairan. Urine adalah produk
sisa dalam bentuk cair. Warnanya berwarna bervariasi dari kuning sampai bening.
Urine bersifat asam. Pada urine normal tidak boleh terdapat glukosa, albumin,
darah, nanah, atau aseton Karena adanya zat-zat di atas dalam urine menunjukkan
adanya penyakit (Hegner, 2003: 81)
Urine normal yang baru selalu jernih, pH 4,8-7,4 dan berat jenis 1,0081,030. Warna kekuning-kuningan karena pengaruh pigmen yang berwarna kuning

dan baunya tidak enak. Air merupakan komponen terbesar dari urine yang
didalamnya terkandung garam-garam anorganik dan senyawa-senyawa organik.
Senyawa-senyawa anorganik yang berupa kation: Na +, K+, Ca2+, Mg2+, NH4+,
sedikit Fe3+, Cu2+, Zn2+, sedangkan yang berupa anion; Cl-, PO43-, SO43-, CO32- dan
sedikit NO3- . Sebagian besar senyawa organik yang terdapat dalam urine
merupakan sampah dari proses metabolisme, antara lain yaitu ureum, asam urat,
kreatin, kreatinin, asam hipurat, indikan, asam-asam amino, asam-asam organik
(asam asetat, asam format, asam butirat, asam sulfat, asam oksalat, asam laktat,
asam glukoronat, dan asam benzoat). Beberapa enzim (amilase, tripsin, lipase).
Beberapa hormon (hormon-hormon kelamin) dan vitamin (Vitamin C, vitamin B)
ada dalam urine. Urine patologis kemungkinan mengandung protein, glukosa,
aseton, dan bilirubin, urobilinogen dan urobilin (Sumardjo, 2009: 19)
Urine dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk cairan yang mengandung air,
berbagai jenis garam senyawa nitrogen organik seperti urea, kreatinin, serta asam
urat sebagai hasil metabolisme. Setiap hari manusia mengeluarkan urine sekitar 11,5 liter dengan kadar zat kering 40-50 gram. Berat jenis urin adalah 1,008-1,030.
Untuk mempelajari urine, urine harus dikumpulkan selama 24 jam. Caranya yaitu
mulai pukul 07.00 pagi, pengeluaran urine yang pertama harus dibuang, tetapi
urine berikutnya harus dikumpulkan sampai pukul 07.00 hari berikutnya dan
begitu selanjutnya (Tim penyusun,2014 : 18)
Semua monosakarida merupakan gula pereduksi karena mudah bereaksi
dengan reagen seperti larutan benedict dan fehling. Monosakarida akan mereduks
larutan reagen yang berwarna biru menjadi merah bata, tes ini digunakan oleh ahli
biologis dilaboratorium untuk mengidentifikasi gula pereduksi. Dulu, larutan
benedict dan fehling digunakan di rumah sakit untuk mendeteksi glukosa didalam
darah dan urine. Glokusa digunakan oleh sel tubuh sebagai sumber energi. Nilai
normal glukosa darah adalah 3,5-5,5 mmpl/l. Pada penyakit seperti diabetes
melitus, konsentrasi glukosa darah akan lebih tinggi dari normal-hiperglikemia,
dan kelebihan glukosa ini akan diekskresi dalam urine (Glikosurla). Glukosa
normalnya tidak ada dalam urine. Saat ini, perawat menguji glukosa dalam urine

menggunakan reagen uranilis berbentuk strip yang akan berubah warna


berdasarkan konsentrasi (James, 2008: 60)
Amonia meupakan senyawa yang ada dalam urine, yang bersifat basa bila
terkena sinar atau panas akan menimbulkan bau menyengat. Bau amonia tersebut
berasal dari penguraian urea sebagai komponen bahan organik terbanyak dalam
urine oelh jasad renik menjadi energi dan gas NH 3. Urine mengandung
ammonium sianat (NH4CNO), dan jika terkena sinar atau panas akan menjadi urea
[CO(NH2)2]. Urean yang tersebut terhidrolisis menjadi dua dua fraksi yaitu
karbondioksida (CO2) dan ammonia (NH3). Selanjutnya amonia (NH3) bereaksi
dengan air yang akan terhidrolisis menjadi ammonium (NH 4+) dan ion hidroksida
(OH-). Efek emoniak (NH3) terhadap kesehatan dan lingkungan adalah
mengganggu pernapasan, iritasi selaput lendir hidung, tenggorokan pada
konsentrasi 500 ppm dapat menyebabkan ederma laryng, paru, dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian, iritasi kulit dapat menyebabkan terjadinya luka bakar,
bersifat teratogenik pada paparan yang terjadi terus menerus dan terjadi hingga
menahun (Mukaromah, 2010: 34-35)
Salah satu teknologi yang dipublikasikan secara luas untuk mendorong
swasembada daging sapi adalah inseminasi besar (IB). Digunakan untuk program
peningkatan mutu genetik terutama pada ruminansia besar (Sapi dan kerbau)
merupakan teknologi unggulan yang masih digunakan dalam upaya peningkatan
produktivitas sapi di provinsi aceh. Estrogen yang dihasilkan oleh sapi bunting
dan diekskresi kedalam urine. Sapi-sapi yang tidak bunting mungkin akan dapat
dideteksi adanya estrogen didalam urinennya. Perbandingan spesies yang
digunakan adalah urine yang berasal dari sapi lokal dan urin yang berasal dari sapi
FH dan hal ini kemungkinan mempengaruhi waktu produksi estrogen oleh
plasenta. Kesalahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan urine disebabkan akibat
kematian embrio yang tidak jelas (Sayuti, 2011: 23-25
Penggunaan obat yang tidak berdasarkan indikasi medis, tidak
mengindahkan petunjuk penggunaan yang ada pada kemasan atau petunjuk dokter
adalah termasuk penyalahgunaan obat-obatan. Dengan makin meningkatnya jenis
obat yang tersedia dan beredar bebas, maka makin meningkat pula kemungkinan

terjadinya penyalahguaan obat. Morfin termasuk golongan nakotika yang


merupakan salah satu jenis obat yang sering disalahgunakan. Sampel urine
simulasi diekstraksi dengan pelarut terpilih selanjutnya dianalisis dengan KLTSpektrofotodensitometer. Campuran larutan pengembanagan yang dicoba adalah
kloroform-metanol (9:1). Eter asetat-metanol ammonia (85:10:5) dan toluenaaseton-etanol-ammonia(45:45:7:3). Pelarut untuk ekstraksi sampel urin simulasi
yang telah dilakukan adalah etil asetat-isopropanol (9:1) kloroform-isopropanol
(3:1) dan kloroform. Larutan pengembangan yang telah dipilih toluena: aseton,
etanol; amonia dan pelarut pengekstraksi dipilih etilasetat-isopropanol. Lapisan
organik hasil ekstraksi diuapkan sampai kering dan kurva kalibrasi ditentukan
dengan perhitungan luas puncak yang dihasilkan dari penotolan baku morfin dan
konsentrasi 5 mg/ml pada satu seri jumlah baku morfin 20,40,60,80,100,120, dan
140 ng (Suaniti,2007 : 62-64).

IV.

Alat dan Bahan

A. Alat
1. Tabung reaksi besar
2. Tabung reaksi kecil
3. Rak tabung reaksi besar
4. Rak tabung reaksi kecil
5. Gelas ukur 10 ml
6. Gelas ukur 25 ml
7. Gelas kimia 100 ml
8. Gelas kimia 250 ml
9. Kasa asbes dan kaki tiga
10. Pembakar spiritus
11. Pipet tetes
12. Klem kayu
13. Spatula
14. Batang pengaduk
15. Selang
16. Botol semprot
17. Lap kasar dan lap halus
18. Corong biasa
B. Bahan
1. Urine
2. Larutan perak nitrat 0,1 M (AgNO3)
3. Ammonium molibdat (NH4)2Mo7O24
4. Larutan Barium klorida (BaCl2) 0,1 M

6 buah
15 buah
1 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
10 buah
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah

5. Larutan asam klorida (HCl) 0,1 M


6. Larutan asam nitrat pekat (HNO3)
7. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,1 M
8. Larutan barium hidroksida (Ba(OH)2 1 M
9. Ammonium oksalat jenuh (NH4)2C2O4
10. Asam asetat pekat (CH3COOH)
11. Asam asetat 2 M (CH3COOH)
12. Larutan Ammonium hidroksida (NH4OH)
13. Pereakssi nessler
14. Pereaksi benedict
15. Pereaksi Fehling
16. Pereaksi Tollens
17. Urea (CO(NH2)2)
18. Larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 0,01 M
19. Larutan asam sulfat 2,5 N (H2SO4)
20. Larutan natrium nitroprusida 5% (Na2Fe(CN)5NO.H2O)
21. Aquades (H2O)
22. Kertas saring biasa dan korek api
23. Kertas lakmus merah dan biru

V.

Prosedur Kerja

A. Cl1) Dimasukkan 3 ml urine kedalam tabung reaksi


2) Ditambahkan 5 tetes AgNO3
B. PO431) Dimasukkan 3 ml urine kedalam tabung reaksi
2) Ditambahkan 1 ml ammonium molibdat
3) Ditambahkan 5 tetes HNO3 pekat dan diamati
C. SO421) Dimasukkan 3 ml urine kedalam tabung reaksi
2) Ditambahkan 3 tetes BaCl2 0,1 M
3) Ditambahkan 3 tetes HCl 0,1 M
4) Larutan disaring dan disimpan filtratnya
5) Diamati larutan sebelum dan setelah disaring
D. NH4+
1) Dimasukkan 3 ml urine kedalam tabung reaksi
2) Ditambahkan tetes demi tetes NaOH 0,1 M sampai suasana basa dan
dibagi menjadi 2 bagian
3) Bagian pertama, dipanaskan sambil dialiri dengan pereaksi nessler
4) Bagian kedua, dipanaskan sambil dialiri dengan Ba(OH)2 1 M
5) Diamati
E. Ca2+
1) Dimasukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi
2) Ditambahkan 5 tetes amonium oksalat jenuh
3) Ditambahkan beberapa tetes asam asetat pekat dan diamati
F. Mg2+

1)
2)
3)
4)

Dimasukkan 10 ml urine kedalam tabung reaksi


Ditambahkan beberapa tetes NaOH 0,1 M sampai suasana basa
Ditambahkan asam asetat 0,1 M sampai suasana asam
Ditambahkan ammonium oksalat jenuh sampai terbentuk endepan dan

disaring
5) Filtrat ditambahkan NH4OH
6) Ditutup kapas dan dibiarkan semalam
7) Diamati perubahan yang terjadi
G. Tes gula-gula pereduksi
1) Disediakan 3 buah tabung reaksi
2) Dimasukkan masing-masing 5 tetes urine kedalam tabung reaksi
3) Ditambahkan masing-masing tabung dengan pereaksi benedict, fehling dan
tollens
4) Dimasukkan kedalam air mendidih untuk beberapa saat dan diamati
5) Percobaan diatas diulangi dengan mengganti urine dengan glukosa 1 %
6) Diamati perubahan yang terjadi
H. Tes koagulasi protein
1) Dimasukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi
2) urine didihkan selama 1-2 menit
3) Ditambahkan 3-5 tetes CH3COOH 2M dan diamati
4) Ditambahkan asam asetat 2 M secara berlebih
5) Diamati perubahan yang terjadi
I. Pembentukan biuret
1) Dipanaskan 1 gram urea dalam tabung reaksi
2) Diamati bau yang timbul
3) Dilanjutkan pemanasan sampai membeku
4) Didinginkan dan ditambah 2 ml aquadest
5) Ditambahkan 1 ml H2SO4 2,5 N dan beberapa tetes CuSO4 0,01 M
6) Diamati perubahan yang terjadi
J. Tes Nitroprusid kreatinin
1) Dimasukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi
2) Ditambahkan 5 tetes natrium nitroprusid
3) Ditambahkan beberapa tetes NaOH 1 M dan dididihkan
4) Ditambahkan beberapa tetes asam asetat dan dipanaskan 1 menit
5) Diamati perubahan yang terjadi

VI. Hasil Pengamatan


No

Perlakuan

Hasil Pengamatan

Cl
1
2

3 ml urine + 5 tetes AgNO3


PO433 ml urine + 1 ml (NH 4)2Mo7O24 + 5

Endapan Putih
Larutan keruh dan terdapat
endapan putih

tetes HNO3 pekat


SO42

3 ml urine + 3 tetes BaCl 0,1 M + Larutan keruh dan terdapat

3 tetes HCl 0,1 M


Larutan keruh disaring

endapan putih
Filtrat (bening)

NH4+

3 ml urine + setetes demi setetes Larutan bening dan bersifat


NaOH 0,1 M sampai bersifat basa basa
Larutan dibagi kedalam 2 tabung
Tabung I: Dialiri dengan pereaksi
Pereaksi nessler: cokelat
nessler
Urine: Kuning jernih
Tabung II: Dialiri dengan
Larutan
Ba(OH):
Tidak
(BaOH)2 1 M
berwarna
Urine: Kuning jernih

Ca2+

5 ml urine + 5 tetes ammonium Larutan kuning jernih

oksalat jenuh
Larutan kuning jernih + beberapa Larutan keruh dan terdapat
tetes asam asetat pekat
endapan
2+
Mg

10 ml urine + setetes demi setetes Larutan kuning jernih (basa)

sampai bersifat basa NaOH


Larutan kuning jernih + setetes Larutan kuning jernih (asam)
demi setetes CH3COOH sampai

bersifat asam
Larutan
kuning
ammonium

oksalat

jernih

sampai

berbentuk endapan
Larutan yang terdapat endapan

disaring
Filtrat + ammonium hidroksida

Terbentuk endapan putih

Filtrat (larutan bening)


Terbentuk endapan putih

Tes gula-gula pereduksi

Tabung I : 5 tetes urine + 5 ml Larutan berwarna biru dan


terdapat endapan
benedict , dipanaskan
Tabung II : 5 tetes urine + 5 ml Larutan berwarna biru dan
Fehling , dipanaskan
terdapat endapan
Tabung III : 5 tetes urine + 5 ml
Larutan cokelat jernih dan
tollens , dipanaskan
terdapat endapan cokelat
Tabung IV : 5 tetes glukosa 1 % +
Larutan berwarna biru dan
5 ml pereaksi benedict ,
terdapat endapan biru
dipanaskan
Tabung V : 5 tetes glukosa 1 % +
5

ml

pereaksi

fehling

, Larutan keruh dan terdapat

endapan merah bata


dipanaskan
Tabung VI : 5 tetes glukosa 1 % + Larutan keruh dan terdapat
5 ml pereaksi tollens , dipanaskan cermin perak
Tes koagulasi protein

Larutan kuning jernih


5 ml urine dipanaskan 1-2 menit
Larutan kuning jernih + 3-5 tetes

CH3COOH 2 M
Larutan
kuning

jernih

CH3COOH 2 M hingga berlebih

Larutan kuning jernih


Larutan kuning jernih

Pembentukan biuret

1 gram urea dipanaskan

Urea meleleh, dipanaskan hingga

memadat dan dipanaskan lagi


Urea kering didinginkan + 2 ml

Urea

meleleh

dan

tengik (amonia)
Urea kering

H2O + 1 ml H2SO4 2,5 N + Endapan putih (Negatif)

10

beberapa tetes CuSO4 0,01 M


Tes Nitroprusid kreatinin

5 ml urine + 5 tetes natrium Larutan merah bening

nitroprusida
Larutan merah bening + beberapa Larutan merah
tetes NaOH 1 M

berbau

Larutan merah dipanaskan hingga Larutan merah


mendidih
Larutan merah + beberapa tetes Larutan merah (asam)
CH3COOH
Larutan
merah
(Asam)
Larutan biru kehijauan

dipanaskan selama 1 menit

VII.

PEMBAHASAN

A. ClPercobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ion Cl - pada sampel


urin. Fungsi dari Cl- dalam tubuh yaitu berperan dalam menjaga keseimbangan
cairan diseluruh tubuh dan membantu cairan untuk bergerak masuk dan keluar
dari sel dan jaringa, klorida (Cl-) juga berperan dalam menjaga tingkat keasaman
tubuh dan membantu mengirimkan rangsanga listrik ke jalur saraf (Irawan 2007).
Urin direaksikan dengan AgNO3, fungsi dari AgNO3 adalah sebagaipereaksi untuk
mendeteksi adanya ion Cl- uji positif yaitu adanya endapan putih (Svehla, 1990).
Menurut teori, reaksi yang menyatakan positif mengandung ion Cl - apabila hasil
reaksi menunjukkan adanya endapan putih, berarti hasil yang diperoleh telah
sesuai dengan teori dan menunjukkan pada urin positif mengandung ion Cl Adapun reaksinya yaitu :

+ AgNO 3 AgCl + NO3

Cl
(endapan putih)
B. PO43Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ion PO43- pada urine
yang diuji. Fungsi PO43- dalam tubuh yaitu membantu membentuk tulang dan gigi
yang kuat, membantu filter limbah dari ginjal, memainkan peran penting dalam
produksi dan penyimpanan energi dalam tubuh, fosfor juga bertanggung jawab
untuk menjaga keseimbangan nutrisi lain karena menggabungkan dengan mineral
lain untuk membentuk garam fosfat atau senyawanya. Urin direaksikan dengan
ammonium molibdat, fungsi dari ammonium

molibdat yaitu sebagi pereaksi

untuk menguji adanya ion PO43- pada urin dan direaksikan dengan HNO 3 pekat
yang berfungsi untuk memberi suasana asam dan sebagi katalis . Hasil percobaan
menunjukkan bahwa sampel urin tidak mengandung PO43- karena menghasilkan
endapan putih, sedangkan menurut teori, urin positif mengandung ion PO 43- jika
pada reaksi urin dengan ammonium molibdat akan menghasilkan

endapan

kuning (Svehla, 1990), adapun reaksinya yaitu :


NH

Mo

3+ ( N H 4 ) Mo7 O2. 4 H 2 O HNO3 (P)

PO 4
(kuning)
2-

C. SO4

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan SO42- pada urin.


Funsi dari SO42- yaitu sebagai konstituen dari protein, mukopolisakarida, heparin,
thiamin brotin, asam lipoat dan detoksitosi dalam tubuh (Saibi, 2003). Urin
direaksikan dengan BaCl2, fungsi dari BaCl2 yaitu sebagai pereaksi untuk menguji
adanya ion SO42- dan ditambahkan HCl untuk memberi suasana asam dan sebagai
katalis (mempercepat reaksi) menghasilkan larutan keruh dan terdapat endapan
putih. Menurut teori ion SO42- jika direaksikan dengan BaCl2 akan menghasilkan
endapan BaSO4 putih (Svehla, 1990), ini artinya hasil percobaan ini positif
mengandung ion SO42-. Adapun reaksinya yaitu:

2+ BaCl2 BaSO 4 +2 Cl

SO 4
(endapan putih)
D. NH4+
Percobaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya ion NH 4+. Fungsi dari
amonia dalam tubuh yaitu memiliki kemampuan untuk menetralisir asam dalam
tubuh, amonia juga terdiri atas unsur nitrogen serta memiliki bau yang khas.

Percobaan ini, sampel urin dijadikan dalam suasana basa dengan penambahan
NaOH agar terbentuk ion NH3 dalam urin dan kemudian dibagi dua kedalam
tabung reaksi, bagian pertama dialirkan pereaksi nessler menghasilkan larutan
coklat, sedangkan bagian kedua dialiri dengan Ba(OH)2 dan menghasilkan larutan
tak berwarna. Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan teori yaitu jika ion
NH4+ direaksikan dengan Ba(OH)2 akan membentuk endapan putih (Ba2+) dan jika
direaksikan dengan pereaksi nessler akan menghasilkan larutan orange yaitu
HgO.Hg(NH2)I (Svehla, 1990), hal ini dikarenakan bahan yang digunakan tidak
berfungsi dengan baik, adapun reaksinya yaitu :
NH 3 + H 2 O

++ OH
NH 4
NH

+3 H 2 O
HgO . Hg

2+4 OH
++2[ Hg I 4 ]
NH 4
(orange)
2+
NH 3 + Ba(OH )2 NH 4 OH +Ba

(putih)
E. Ca2+
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah urin mengandung ion
Ca2+. Fungsi Ca2+ yaitu digunakan dalam tubuh dalam kontruksi otot, menjaga
normalitas kerja jantung, membantu membangun dan memelihara kekuatan dan
struktur tulang dan gigi, kalsium juga memainkan peran penting dalam
pembekuan darah, mengirimkan sinyal dalam sistem saraf, mengatur tekanan
darah, sekresi hormon, dan fungsi enzim, mengonsumsi kalsium yang cukup

banyak akan menghindari tubuh dari keracunan timah. Urin direaksikan dengan
ammonium oksalat, menghasilkan larutan kuning jernih dan ditambahkan asam
asetat pekat untuk memberi suasana asam dan membantu pembentukan kalsium
oksalat. Endapan kalsium oksalat yang terbentuk disebabkan karena urin pecah
dengan bertemunya ammonium oksalat yang akan mengikat kalsium pada urin.
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yaitu pada urin terdapan ion

Ca2+

(Poedjiadi, 2012) dan jika ion Ca 2+ direaksikan dengan ammonium oksalat akan
menghasilkan endapan putih (Svehla, 1990). Adapun reaksinya yaitu :
NH

2++
Ca
(endapan putih)
F. Mg2+
Percobaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya Mg 2+. Fungsi dari Mg2+
dalam tubuh yaitu berperan penting dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur
pergerakan Ca2+ kedalam otot serta memelihara kekuatan kontraksi jantung dan
kekuatan pembuluh darah tubuh. Ion Mg2+ digunakan dalam tubuh sebagai
mioglobin, mengurangi daya rangsang otot atau syaraf, konstituen tulang dan gigi
dan sebagai kofaktor untuk PO4 traspering enzimes dalam tubuh (Saibi, 2003).
Urin ditambahkan NaOH sampai bersifat basa dan mengikat ion-ion Mg 2+
kemudian direaksikan dengan asam asetat sampai bersifat asam dan agar didapat
ion-ion Mg2+ yang bebas, kemudian ditambah dengan ammonium hidoksida untuk
mengikat ion-ion Mg2+ menjadi MgC2O4 sebagai endapan putih. Hasil yang
diperoleh yaitu terbentuk endapan putih yang menandakan bahwa urin positif
mengandung ion Mg2+. Hasil ini telah sesuai dengan teori bahwa dalam urin
terdapat ion Mg2+. Adapun reaksinya yaitu:
+
2++ NaOH Mg (OH )2+ Na

Mg

2+ + H 2 O
+ CH 3 COOH CH 3 COONa+ Mg

Mg(OH )2 + Na

NH

2++
Mg
(endapan putih)

G. Tes Gula-Gula Pereduksi


Percobaan ini bertujuan unuk mengetahui adanya gula-gula pereduksi
dalam urin, gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat
mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa. Maka
dilakukan beberapa pengujian yaitu :
1. Tes dengan Pereaksi Benedict
Penambahan pereaksi benedict pada glukosa yang kemudian dipanaskan
maka akan menghasilkan endapan merah bata yang menandakan pengujian ini
positif mengandung gula pereduksi (Sunarya, 2012). Sedangkan pada sampel urin
yang direaksikan dengan benedeict yang menghasilkan larutan biru yang
merupakan warna dari pereaksi benedict dan tedapat endapan, hasil pengujian
yaitu sampel urin tidak atau negatif mengandung gula-gula pereduksi. Reaksinya
yaitu :

CH2OH

CH2OH
O

OH

-H2O

OH

OH

OH

C=O
H

OH

OH

+ 2Cu 2+ + 5OH-

OH

CH2OH
O
OH

C= O

OH

Cu2O

+ 3H2O

merah bata

OH

2. Tes dengan Pereaksi Fehling


Penambahan pereaksi fehling pada glukosa yang kemudian dipanaskan
menghasilkan laruta keruh dan terdapat endapan merah bata, yang menandakan
pengujian ini positif mengandung gula pereduksi (Sunarya, 2012). Sedangkan
pada sampel urin yang direaksikan dengan fehling menghasilkan warna biru yang
merupakan warna dari pereaksi fehling dan terdapat endapan.Hasil pengujiannya
yaitu sampel urin negatif mengandung gula pereduksi. Adapun reaksinya yaitu :
CH2OH

CH2OH
O

OH

-H2O

OH

OH

OH

C=O
H

OH

OH

+ 2Cu 2+ + 5OH-

OH

CH2OH
O
OH

C= O

OH

Cu2O

+ 3H2O

merah bata

OH

3. Tes dengan Peraksi Tollens


Penambahan pereaksi tollens pada glukosa yang kemudian dipanaskan
menghasilkan larutan keruh dan terdapat endapan cermin perak, yang

menandakan pengujian ini positif mengandung gula pereduksi (Sunarya, 2012).


Sedangkan pada sampel urin yang direaksikan dengan tollens menghasilkan
larutan coklat jernih dan terdapat endapan coklat. Hasil pengujian yaitu sampel
urin yang diuji negatif mengandung gula pereduksi. Adapun reaksinya yaitu :
CH2OH

CH2OH
O
OH

-H2O

OH

OH

C=O

OH

OH

OH

OH

CH2OH
AgNO3

O
OH

C= O

OH
OH

Ag

Cermin perak

Hasil yang didapat dari ketiga pengujian diatas yaitu sampel urin yang diuji
negatif mengandung gula-gula pereduksi. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang
urinnya diuji cobakan negatif terkena penyakitdiabetes.
H. Tes Koagulasi Protein
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pembentukan koagulasi
protein pada sampel urin yang diuji. Protein dalam tubuh sebagai zat pembangun,
sebagai penyokong berbagai aktivitas organ tubuh dan metabolisme membantu
kerja tubuh dan menetralkan dan menghancurkan zat-zat asing yang masuk
kedalam tubuh. Pencobaan ini urin dipanaskan untuk menghilangkan zat-zat yang
tidak diperlukan dalam urin, lalu ditambahkan CH3COOH dan hasilnya larutan
kuning jernih dan ditambah CH3COOH secara berlebih dan hasil yang diperoleh
tetap larutan kuning jernih yang merupakan warna dari urin. Tujuan dari
CH3COOH yaitu untuk mengendapkan protein yang ada pada urin. Hasil ini
menandakan bahwa didalam urin negatif mengandung protein yang juga
menandakan ginjal pemilik urin masih norma (Champbell, 2010). Prinsip uji
koagulasi adalah penentuan adanya protein dalam urin, dimana uri yang

dipanaskan akan terkoagulasi akibat kenaikan suhu sehingga protein dapat


terendapkan dan CH3COOH untuk mengetahui adanya protein yang mengendap.
protein ( l )

protein (s)

1. Pembentuka Biuret
O
H2N

NH2 + H2N

NH2

H2 N

O
NH

NH2

NH3

Biuret

Urea

Per
cobaan ini bertujuan untuk menguji adanya ikatan peptida pada buret (urea) dan
juga mengetahui kandungan amonia dalam urea. Jika suatu urea dipanaskan akan
menghasilkan bau menyengat. Pemanasan diperlukan untuk memutus ikatan NH2
dan dipanaskan kembali sampai padat kembali hingga kandungan amonianya
hilang semua. Pelarutan diperlukan untuk memudahkan dalam identifikasi dan
penambahn NaOH sebagai pemberi suasana basa dan penambahan CuSO 4 untuk
mengidentifikasi adanya ikatan peptida dalam urin. Hasil yang didapat yaitu
terdapat bau menyengat dan pemanasan urea lebih lanjut untuk melepas amonia.
Dan ketika direaksikan dengan CuSO4 dihasilkan larutan berwarna biru. Hasil
yang diperoleh menandakan bahwa dalam urea tidak terdapat ikatan peptida.
Adapun reaksinya yaitu :

2. Tes Nitroprusid Kreatinin


Percobaan ini untuk mengidentifikasi gugus NO2- yang terdapat dalam urin
dan mengetahui adanya kreatinin dalam urin yang ditandai dengan adanya
kompleks biru prusid. Urin direaksikan dengan natrium nitroprusid menghasilkan
larutan warna merah, fungsi dari nitroprusid yaitu sebagai reagen yang akan
mengidentifikasi adanya gugu NO2- dan kreatini dalam urin kemudian
penambahan NaOH sbagai pemberi suasana asam yang menghasilkan tetap
berwarna merah

dan diasamkan dengan CH3COOH dan dipanaskan untuk

mempercepat reaksi, menghasilkan larutan warna biru kehijauan. Adapun


reaksinya yaitu :
Na[Fe(CN)5NO] + NaOH

2CH3COOH + [Fe(CN)5NO5]2+ + OH(biru prusi)

Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dan positif mengandung gugus
NO2- dan kreatinin karena terbentuknya biru prusid, kreatinin merupakan produk
limbah protein ketika membakar energidalam otot (Champbell, 2010).

VIII.

Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahawa

pada sampel urin yang diuji positif mengandung Cl -, SO42-, Ca2+, Mg2+, gugus
NO2- dan kreatinin dan negatif mengandung NH 4+, PO43-, gula-gula pereduksi dan
protein.
B. Saran
1. Untuk praktikan agar mengetahui dengan benar prosedur kerja pada
praktikum yang dilakukan dan juga harus mengetahui uji ositif dari percobaan
yang dilakukan agar dapat diketahui hasil yang diperoleh sesuai teori atau
tidak.
2. Untuk laboran agar menyediakan alat dan bahan yang digunakan untuk
praktikum agar praktikum dapat berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Hegner, barbara R dan Esther Caldwell. 2003. Asisten Keperawatan. Jakarta :
Buku kedokteran EGC.
James, Joice, dkk. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawata. Jakarta ;
Erlangga.

Mukaromah, H.A, dkk. 2010. Penggunaan Self Cleaning Fotokatalis TiO2 dalam
Mendegradasi Ammoniumn(NH4+) Berdasarkan Lama Waktu Penyimpanan.
Jurnal Kesehatan, vol 3, 1, 33-45.
Sayuti, Arman, dkk. 2011. Penentuan Waktu Terbaik pada Pemeriksaan Kimia
Urin untuk Diagnosis Kebuntingan Sapi Lokal. Jurnal Kedokteran Hewan,
vol 5, 1, 23-26.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Suaniti dan Suryadhi. 2007. Penentuan Kuantitatif Morfin dalam Urin Secara
Spektofotodensitometri. Jurnal Kimia, vol 1, 1, 67-79.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Jurusan Kimia
FMIPA UNM.

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Biokimia dengan judul URINE yang disusun


oleh :
Nama

: Asriani Hayatun

NIM

: 1313141002

Kelompok

: 1 (satu)

Kelas

: B (kimia sains)

telah diperiksa dan diteliti oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan
diterima.
Makassar,
Januari 2015
Asisten

Koordinator asisten

Andi Candra

Oktafiani Emlis Sesa


Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Pince Salempa, M.Si


NIP. 19571220 198602 2 001

Anda mungkin juga menyukai