Judul Percobaan
Urine
III.
Landasan Teori
Sistem urinaria (ginjal) terdiri atas organ-organ yang memproduksi urine
dan mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama
untuk
mempertahankan
hemeostatis
(kekonstanan
lingkungan
internal).
Komponen sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua
ureter yang membawa urine kedalam sebuah kantung kemih untuk
menampungnya sementara dan uretra mengalirkan urine keluar tubuh melalui
oriflsium uretra eksterna (Sloane, 2004: 318)
Menurut Hegner (2003: 81), produksi urine yaitu arteri-arteri ginjal
membawa darah kesetiap ginjal. cabang-cabangnya melewati medulla dan
korteks, urine dihasilkan dalam suatu unit yang disebut nefron. Dalam setiap
nefron:
a) Cabang-cabang pembuluh darah membentuk gumpalan kapiler yang disebut
dengan glomeruli. Terdapat kira-kira satu juta glomeruli dalam ginjal.
b) masing-masing glomerulus dikelilingi oleh suatu saluran buntu, yang
merupakan akhiran dari suatu bentuk cawan. Bangunan ini disebut dengan
kapsula bowman.
c) Saluran tersebut memutar dan membentuk lipatan dalam korteks lalu turun ke
medulla saluran ini kemudian menyalurkan urine melalui medulla kearah
pelvis ginjal lalu ke ureter.
d) sejumlah besar zat sisa dalam bentuk cair dialirkan dari glomerulus menuju
kapsula bowman.
e) Sejumlah besar air diserap kembali kedalam aliran darah melalui cabangcabang kapiler yang melingkari tobulus pada korteks. pembuluh darah yang
meninggalkan ginjal kemudian bergabung menjadi vena renalis. Zat-zat sisa
yang dikeluarkan dalam urine antara laiun ureum, kreatinin, asam urat dan
dan baunya tidak enak. Air merupakan komponen terbesar dari urine yang
didalamnya terkandung garam-garam anorganik dan senyawa-senyawa organik.
Senyawa-senyawa anorganik yang berupa kation: Na +, K+, Ca2+, Mg2+, NH4+,
sedikit Fe3+, Cu2+, Zn2+, sedangkan yang berupa anion; Cl-, PO43-, SO43-, CO32- dan
sedikit NO3- . Sebagian besar senyawa organik yang terdapat dalam urine
merupakan sampah dari proses metabolisme, antara lain yaitu ureum, asam urat,
kreatin, kreatinin, asam hipurat, indikan, asam-asam amino, asam-asam organik
(asam asetat, asam format, asam butirat, asam sulfat, asam oksalat, asam laktat,
asam glukoronat, dan asam benzoat). Beberapa enzim (amilase, tripsin, lipase).
Beberapa hormon (hormon-hormon kelamin) dan vitamin (Vitamin C, vitamin B)
ada dalam urine. Urine patologis kemungkinan mengandung protein, glukosa,
aseton, dan bilirubin, urobilinogen dan urobilin (Sumardjo, 2009: 19)
Urine dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk cairan yang mengandung air,
berbagai jenis garam senyawa nitrogen organik seperti urea, kreatinin, serta asam
urat sebagai hasil metabolisme. Setiap hari manusia mengeluarkan urine sekitar 11,5 liter dengan kadar zat kering 40-50 gram. Berat jenis urin adalah 1,008-1,030.
Untuk mempelajari urine, urine harus dikumpulkan selama 24 jam. Caranya yaitu
mulai pukul 07.00 pagi, pengeluaran urine yang pertama harus dibuang, tetapi
urine berikutnya harus dikumpulkan sampai pukul 07.00 hari berikutnya dan
begitu selanjutnya (Tim penyusun,2014 : 18)
Semua monosakarida merupakan gula pereduksi karena mudah bereaksi
dengan reagen seperti larutan benedict dan fehling. Monosakarida akan mereduks
larutan reagen yang berwarna biru menjadi merah bata, tes ini digunakan oleh ahli
biologis dilaboratorium untuk mengidentifikasi gula pereduksi. Dulu, larutan
benedict dan fehling digunakan di rumah sakit untuk mendeteksi glukosa didalam
darah dan urine. Glokusa digunakan oleh sel tubuh sebagai sumber energi. Nilai
normal glukosa darah adalah 3,5-5,5 mmpl/l. Pada penyakit seperti diabetes
melitus, konsentrasi glukosa darah akan lebih tinggi dari normal-hiperglikemia,
dan kelebihan glukosa ini akan diekskresi dalam urine (Glikosurla). Glukosa
normalnya tidak ada dalam urine. Saat ini, perawat menguji glukosa dalam urine
IV.
A. Alat
1. Tabung reaksi besar
2. Tabung reaksi kecil
3. Rak tabung reaksi besar
4. Rak tabung reaksi kecil
5. Gelas ukur 10 ml
6. Gelas ukur 25 ml
7. Gelas kimia 100 ml
8. Gelas kimia 250 ml
9. Kasa asbes dan kaki tiga
10. Pembakar spiritus
11. Pipet tetes
12. Klem kayu
13. Spatula
14. Batang pengaduk
15. Selang
16. Botol semprot
17. Lap kasar dan lap halus
18. Corong biasa
B. Bahan
1. Urine
2. Larutan perak nitrat 0,1 M (AgNO3)
3. Ammonium molibdat (NH4)2Mo7O24
4. Larutan Barium klorida (BaCl2) 0,1 M
6 buah
15 buah
1 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
10 buah
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
V.
Prosedur Kerja
1)
2)
3)
4)
disaring
5) Filtrat ditambahkan NH4OH
6) Ditutup kapas dan dibiarkan semalam
7) Diamati perubahan yang terjadi
G. Tes gula-gula pereduksi
1) Disediakan 3 buah tabung reaksi
2) Dimasukkan masing-masing 5 tetes urine kedalam tabung reaksi
3) Ditambahkan masing-masing tabung dengan pereaksi benedict, fehling dan
tollens
4) Dimasukkan kedalam air mendidih untuk beberapa saat dan diamati
5) Percobaan diatas diulangi dengan mengganti urine dengan glukosa 1 %
6) Diamati perubahan yang terjadi
H. Tes koagulasi protein
1) Dimasukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi
2) urine didihkan selama 1-2 menit
3) Ditambahkan 3-5 tetes CH3COOH 2M dan diamati
4) Ditambahkan asam asetat 2 M secara berlebih
5) Diamati perubahan yang terjadi
I. Pembentukan biuret
1) Dipanaskan 1 gram urea dalam tabung reaksi
2) Diamati bau yang timbul
3) Dilanjutkan pemanasan sampai membeku
4) Didinginkan dan ditambah 2 ml aquadest
5) Ditambahkan 1 ml H2SO4 2,5 N dan beberapa tetes CuSO4 0,01 M
6) Diamati perubahan yang terjadi
J. Tes Nitroprusid kreatinin
1) Dimasukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi
2) Ditambahkan 5 tetes natrium nitroprusid
3) Ditambahkan beberapa tetes NaOH 1 M dan dididihkan
4) Ditambahkan beberapa tetes asam asetat dan dipanaskan 1 menit
5) Diamati perubahan yang terjadi
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Cl
1
2
Endapan Putih
Larutan keruh dan terdapat
endapan putih
endapan putih
Filtrat (bening)
NH4+
Ca2+
oksalat jenuh
Larutan kuning jernih + beberapa Larutan keruh dan terdapat
tetes asam asetat pekat
endapan
2+
Mg
bersifat asam
Larutan
kuning
ammonium
oksalat
jernih
sampai
berbentuk endapan
Larutan yang terdapat endapan
disaring
Filtrat + ammonium hidroksida
ml
pereaksi
fehling
CH3COOH 2 M
Larutan
kuning
jernih
Pembentukan biuret
Urea
meleleh
dan
tengik (amonia)
Urea kering
10
nitroprusida
Larutan merah bening + beberapa Larutan merah
tetes NaOH 1 M
berbau
VII.
PEMBAHASAN
Cl
(endapan putih)
B. PO43Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ion PO43- pada urine
yang diuji. Fungsi PO43- dalam tubuh yaitu membantu membentuk tulang dan gigi
yang kuat, membantu filter limbah dari ginjal, memainkan peran penting dalam
produksi dan penyimpanan energi dalam tubuh, fosfor juga bertanggung jawab
untuk menjaga keseimbangan nutrisi lain karena menggabungkan dengan mineral
lain untuk membentuk garam fosfat atau senyawanya. Urin direaksikan dengan
ammonium molibdat, fungsi dari ammonium
untuk menguji adanya ion PO43- pada urin dan direaksikan dengan HNO 3 pekat
yang berfungsi untuk memberi suasana asam dan sebagi katalis . Hasil percobaan
menunjukkan bahwa sampel urin tidak mengandung PO43- karena menghasilkan
endapan putih, sedangkan menurut teori, urin positif mengandung ion PO 43- jika
pada reaksi urin dengan ammonium molibdat akan menghasilkan
endapan
Mo
PO 4
(kuning)
2-
C. SO4
2+ BaCl2 BaSO 4 +2 Cl
SO 4
(endapan putih)
D. NH4+
Percobaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya ion NH 4+. Fungsi dari
amonia dalam tubuh yaitu memiliki kemampuan untuk menetralisir asam dalam
tubuh, amonia juga terdiri atas unsur nitrogen serta memiliki bau yang khas.
Percobaan ini, sampel urin dijadikan dalam suasana basa dengan penambahan
NaOH agar terbentuk ion NH3 dalam urin dan kemudian dibagi dua kedalam
tabung reaksi, bagian pertama dialirkan pereaksi nessler menghasilkan larutan
coklat, sedangkan bagian kedua dialiri dengan Ba(OH)2 dan menghasilkan larutan
tak berwarna. Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan teori yaitu jika ion
NH4+ direaksikan dengan Ba(OH)2 akan membentuk endapan putih (Ba2+) dan jika
direaksikan dengan pereaksi nessler akan menghasilkan larutan orange yaitu
HgO.Hg(NH2)I (Svehla, 1990), hal ini dikarenakan bahan yang digunakan tidak
berfungsi dengan baik, adapun reaksinya yaitu :
NH 3 + H 2 O
++ OH
NH 4
NH
+3 H 2 O
HgO . Hg
2+4 OH
++2[ Hg I 4 ]
NH 4
(orange)
2+
NH 3 + Ba(OH )2 NH 4 OH +Ba
(putih)
E. Ca2+
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah urin mengandung ion
Ca2+. Fungsi Ca2+ yaitu digunakan dalam tubuh dalam kontruksi otot, menjaga
normalitas kerja jantung, membantu membangun dan memelihara kekuatan dan
struktur tulang dan gigi, kalsium juga memainkan peran penting dalam
pembekuan darah, mengirimkan sinyal dalam sistem saraf, mengatur tekanan
darah, sekresi hormon, dan fungsi enzim, mengonsumsi kalsium yang cukup
banyak akan menghindari tubuh dari keracunan timah. Urin direaksikan dengan
ammonium oksalat, menghasilkan larutan kuning jernih dan ditambahkan asam
asetat pekat untuk memberi suasana asam dan membantu pembentukan kalsium
oksalat. Endapan kalsium oksalat yang terbentuk disebabkan karena urin pecah
dengan bertemunya ammonium oksalat yang akan mengikat kalsium pada urin.
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yaitu pada urin terdapan ion
Ca2+
(Poedjiadi, 2012) dan jika ion Ca 2+ direaksikan dengan ammonium oksalat akan
menghasilkan endapan putih (Svehla, 1990). Adapun reaksinya yaitu :
NH
2++
Ca
(endapan putih)
F. Mg2+
Percobaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya Mg 2+. Fungsi dari Mg2+
dalam tubuh yaitu berperan penting dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur
pergerakan Ca2+ kedalam otot serta memelihara kekuatan kontraksi jantung dan
kekuatan pembuluh darah tubuh. Ion Mg2+ digunakan dalam tubuh sebagai
mioglobin, mengurangi daya rangsang otot atau syaraf, konstituen tulang dan gigi
dan sebagai kofaktor untuk PO4 traspering enzimes dalam tubuh (Saibi, 2003).
Urin ditambahkan NaOH sampai bersifat basa dan mengikat ion-ion Mg 2+
kemudian direaksikan dengan asam asetat sampai bersifat asam dan agar didapat
ion-ion Mg2+ yang bebas, kemudian ditambah dengan ammonium hidoksida untuk
mengikat ion-ion Mg2+ menjadi MgC2O4 sebagai endapan putih. Hasil yang
diperoleh yaitu terbentuk endapan putih yang menandakan bahwa urin positif
mengandung ion Mg2+. Hasil ini telah sesuai dengan teori bahwa dalam urin
terdapat ion Mg2+. Adapun reaksinya yaitu:
+
2++ NaOH Mg (OH )2+ Na
Mg
2+ + H 2 O
+ CH 3 COOH CH 3 COONa+ Mg
Mg(OH )2 + Na
NH
2++
Mg
(endapan putih)
CH2OH
CH2OH
O
OH
-H2O
OH
OH
OH
C=O
H
OH
OH
+ 2Cu 2+ + 5OH-
OH
CH2OH
O
OH
C= O
OH
Cu2O
+ 3H2O
merah bata
OH
CH2OH
O
OH
-H2O
OH
OH
OH
C=O
H
OH
OH
+ 2Cu 2+ + 5OH-
OH
CH2OH
O
OH
C= O
OH
Cu2O
+ 3H2O
merah bata
OH
CH2OH
O
OH
-H2O
OH
OH
C=O
OH
OH
OH
OH
CH2OH
AgNO3
O
OH
C= O
OH
OH
Ag
Cermin perak
Hasil yang didapat dari ketiga pengujian diatas yaitu sampel urin yang diuji
negatif mengandung gula-gula pereduksi. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang
urinnya diuji cobakan negatif terkena penyakitdiabetes.
H. Tes Koagulasi Protein
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pembentukan koagulasi
protein pada sampel urin yang diuji. Protein dalam tubuh sebagai zat pembangun,
sebagai penyokong berbagai aktivitas organ tubuh dan metabolisme membantu
kerja tubuh dan menetralkan dan menghancurkan zat-zat asing yang masuk
kedalam tubuh. Pencobaan ini urin dipanaskan untuk menghilangkan zat-zat yang
tidak diperlukan dalam urin, lalu ditambahkan CH3COOH dan hasilnya larutan
kuning jernih dan ditambah CH3COOH secara berlebih dan hasil yang diperoleh
tetap larutan kuning jernih yang merupakan warna dari urin. Tujuan dari
CH3COOH yaitu untuk mengendapkan protein yang ada pada urin. Hasil ini
menandakan bahwa didalam urin negatif mengandung protein yang juga
menandakan ginjal pemilik urin masih norma (Champbell, 2010). Prinsip uji
koagulasi adalah penentuan adanya protein dalam urin, dimana uri yang
protein (s)
1. Pembentuka Biuret
O
H2N
NH2 + H2N
NH2
H2 N
O
NH
NH2
NH3
Biuret
Urea
Per
cobaan ini bertujuan untuk menguji adanya ikatan peptida pada buret (urea) dan
juga mengetahui kandungan amonia dalam urea. Jika suatu urea dipanaskan akan
menghasilkan bau menyengat. Pemanasan diperlukan untuk memutus ikatan NH2
dan dipanaskan kembali sampai padat kembali hingga kandungan amonianya
hilang semua. Pelarutan diperlukan untuk memudahkan dalam identifikasi dan
penambahn NaOH sebagai pemberi suasana basa dan penambahan CuSO 4 untuk
mengidentifikasi adanya ikatan peptida dalam urin. Hasil yang didapat yaitu
terdapat bau menyengat dan pemanasan urea lebih lanjut untuk melepas amonia.
Dan ketika direaksikan dengan CuSO4 dihasilkan larutan berwarna biru. Hasil
yang diperoleh menandakan bahwa dalam urea tidak terdapat ikatan peptida.
Adapun reaksinya yaitu :
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dan positif mengandung gugus
NO2- dan kreatinin karena terbentuknya biru prusid, kreatinin merupakan produk
limbah protein ketika membakar energidalam otot (Champbell, 2010).
VIII.
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahawa
pada sampel urin yang diuji positif mengandung Cl -, SO42-, Ca2+, Mg2+, gugus
NO2- dan kreatinin dan negatif mengandung NH 4+, PO43-, gula-gula pereduksi dan
protein.
B. Saran
1. Untuk praktikan agar mengetahui dengan benar prosedur kerja pada
praktikum yang dilakukan dan juga harus mengetahui uji ositif dari percobaan
yang dilakukan agar dapat diketahui hasil yang diperoleh sesuai teori atau
tidak.
2. Untuk laboran agar menyediakan alat dan bahan yang digunakan untuk
praktikum agar praktikum dapat berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Hegner, barbara R dan Esther Caldwell. 2003. Asisten Keperawatan. Jakarta :
Buku kedokteran EGC.
James, Joice, dkk. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawata. Jakarta ;
Erlangga.
Mukaromah, H.A, dkk. 2010. Penggunaan Self Cleaning Fotokatalis TiO2 dalam
Mendegradasi Ammoniumn(NH4+) Berdasarkan Lama Waktu Penyimpanan.
Jurnal Kesehatan, vol 3, 1, 33-45.
Sayuti, Arman, dkk. 2011. Penentuan Waktu Terbaik pada Pemeriksaan Kimia
Urin untuk Diagnosis Kebuntingan Sapi Lokal. Jurnal Kedokteran Hewan,
vol 5, 1, 23-26.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Suaniti dan Suryadhi. 2007. Penentuan Kuantitatif Morfin dalam Urin Secara
Spektofotodensitometri. Jurnal Kimia, vol 1, 1, 67-79.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Jurusan Kimia
FMIPA UNM.
HALAMAN PENGESAHAN
: Asriani Hayatun
NIM
: 1313141002
Kelompok
: 1 (satu)
Kelas
: B (kimia sains)
telah diperiksa dan diteliti oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan
diterima.
Makassar,
Januari 2015
Asisten
Koordinator asisten
Andi Candra