Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan
bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua
ilmu (mater scientiarum).

Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh

kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus.

Hal ini menyebabkan

berpisahnya ilmu dari filsafat.


Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan
sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami
spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah
menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian
dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang
tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk
dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005).
Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat,
ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri
kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara
masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi
penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan
masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu
pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang
memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan
dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan
yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat
sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
Akumulasi penelaahan empiris dengan menggunakan rasionalitas yang dikemas
melalui metodologi diharapkan dapat menghasilkan dan memperkuat ilmu pengetahuan
1

menjadi semakin rasional. Akan tetapi, salah satu kelemahan dalam cara berpikir ilmiah
adalah justru terletak pada penafsiran cara berpikir ilmiah sebagai cara berpikir rasional,
sehingga dalam pandangan yang dangkal akan mengalami kesukaran membedakan
pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan yang rasional. Oleh sebab itu, hakikat berpikir
rasional sebenarnya merupakan sebagian dari berpikir ilmiah sehingga kecenderungan
berpikir rasional ini menyebabkan ketidakmampuan menghasilkan jawaban yang dapat
dipercaya secara keilmuan melainkan berhenti pada hipotesis yang merupakan jawaban
sementara.
Berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa pada hakekatnya filsafat pun membantu masyarakat dalam memecahkan masalahmasalah kehidupan. Salah satu tujuan tulisan ini adalah menunjukkan bantuan apa yang dapat
diberikan filsafat kepada hidup masyarakat.
Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu pengetahuan, seperti biologi,
kimia, fisiologi, ekonomi, dan lain sebagainya secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk
menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua ilmu tersebut membatasi diri pada
tujuan atau bidang tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin
mengkhususkan metode-metode mereka.
Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh. Padahal
pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan manusia dan sangat penting bagi
praksis kehidupan manusia.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan tujuan hidup manusia, apa
kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar
pengetahuan kita, tentang metode-metode ilmu-ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu
ditangani ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal jawaban yang diberikan secara mendalam dapat
mempengaruhi penentuan orientasi dasar kehidupan manusia. Di sinilah filsafat memainkan
peranannya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang hakikat


kebenaran sesuatu jadi, filsafat merupakan suatu analisa secara hati-hati terhadap penalaranpenalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu
sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Secara etimologiss, filsafat berasal dari beberapa bahasa yaitu bahasa inggris dan Yunani.
Filsafat dalam bahasa inggris philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani , filsafat
merupakan gabungan dua kata yaitu philein yang berarti cinta atau philos yang berarti
mencintai, menghormati, menikmati,dan Sophia atau sofein yang artinya kehikmatan,
kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan atau kejernihan. Jadi secara etimologis, berfilsafat atau
filsafat berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan atau kebenaran. Hal ini sejalan dengan
apa yang dikatakan ahli filsafat Yunani kuno, Socrates bahwa filosof adalah orang yang
mencintai atau , mencari kebenaran atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, filosof
bukanlah orang yang bijaksana atau berpengetahuan yang besar, melainkan orang yang
sedang belajar dan mencari kebenaran atau kebijaksanaan . dalam bahasa Indonesia, filsafat
berasal dari bahasa arab, filsafah yang juga berakar pada istilah Yunani.
Diamati dari aspek historis, diketahui bahwa kata filsafat pertama kali diperkenalkan oleh
orang filosof Yunani yang bernama Phytagoras (582-496 SM). Walaupun pada saat itu kata
filsafat belum memiliki pengertian secara jelas, namun ditangkap makna bahwa berfilsafat
adalah proses berpikir kearah yang mencarian kebenaran. Kemudian pada 470-399 SM,
Socrates seorang filosof dari kaum sophist menggunakan kembali kata filsafat dengan makna
yang diperjelas sebagai suatu kebijaksanaa dalam mengarungi lautan kehidupan. Sejak saat
itu, kata filsafat menjadi sebuah telaah berkelanjutan untuk mempelajari berbagai fenomena
kehidupan dari kritis tersebut diperoleh yang dan pemikiran manusia secara kritis, dan hasil
pemikiran yang kritis tersebut diperoleh dari proses berpikir setajam tajamnya dan merasa
sedalam dalamnya, dalam rangka mencapai dan menyelesaikan permasalahan hidup dan
kehidupan ini.

Uraian singkat tentang pengertian filsafat tersebut diatas mempertegas bahwa filsafat
secara harfiah diartikan sebagai upaya perenungan dalam rangka memperoleh sintem
pengetahuan untuk mencapai hidup yang lebih berkualitas, dan secara sederhana berfilsafat
dapat juga dinyatakan sebagai proses berpikir secara benar dan secara tajam terkait segala
sesuatu mulai dari kulit sampai pada akar permasalahan inti. Dengan demikian, melalui
filsafat akan ditemukan sesuatu yang menyenangkan, yang membahagiakan, yang
mendamikan dan sejenisnya, termasuk dampak, impact dab benefitnya,seehingga secara
konsepsi dapatdinyatakan bahwa filsafat dalah suatu kecintaan kepada kondisi yang
mengedepankan segala sesuatu dengan lebih bijaksanaa, aman, naman, sejuk, dan tidak
merugikan pihak manapun secaj hb ra illegal.

Pengertian filsafat menurut para ahli.


1. Plato (427-347 SM)
Plato mengatakan bahwa filsafat haurs berlangsung dengan mengkritik pendapat pendapat
yang berlaku. Jadi, kearifan dan pengetahuan intelektual itu diperoleh melalui suatu proses
pemeriksaan secara kritis, diskusi dan penjelasan ide serta gagasan.
2. Aristoteles (382-322 SM)
Dalam bukunya yang berjudul metaphysics, dia mengemukakan bahwa filsafat sebagai
ilmu mempelajari tentang suatu yang ada sebagai hal ada yang berbeda dengan bagian
bagiannya yang satu sama lainnya. Filsafat juga dianggap sebagai ilmu yang pertama dan
terakhir sebab secara logis disyaratkan adanya ilmu lain yang juga harus dikuasai, sehingga
untuk memahaminya orang harus ilmu ilmu yang lain juga.
3. Sir Fancis Bracon (1561-1626 m)
Menjadi titik kebangkitan filsafat modern yang menyatakan pemikiran bahwa filsafat adalah
induk agung dari ilmu ilmu. Filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.
4.Rene Descartes (1590-1650) Tokoh ini berpendapat bahwa filsafat merupakan kumpulan
segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan (hasbulah
bakry, 1971)

5. Immanuel Kant (1724-1804)


Menurut Kant, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
ilmu pengetahuan.
6. G.W.F. Hegel (1770-1831)
Hegel menggambarkan filsafat sebagai landasan maupun pemcerminan dari peradaban.
Sejarah filsafat merupakan pengungkapan sejarah peradapan dan begitu pula sebaliknya.
7. Herbet Spenser 1820-1903
Filsafat masih tepat unutk dipertahankan bahkan perlu terus dikembangkan sebagaimana bagi
pengetahuan tentang generalitas yang tingkatnya paling tinggi. Ini secara diam diam
dikuatkan oleh tercangkupnya Tuhan, alam dan manusia dalam lingkungannya.

8. John Dewey1859- 1952


Filsafat harus dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia dalam
melakukan penyenyusain kumpulan tradisi secara terus menerus yang membentuk budi
manusia yang sesungguhnya terhadap kecenderungan kecenderungan ilmiah dan cita cita
politik baru dan yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui.
Jadi, filsafat merupakan alat untuk membuat penyesuaian penyesuaian di antara yang lama
dan yang baru dalam suatu kebudayaan.
9. Betran Russell 1872-1970
Ia memandang filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan. Filsafat memeriksa secara
kritis asas asas yang dipakai dalam ilmu dan kehidupan sehari hari, dan mencari suatu ketidak
selarasan yang dapat terkandung di dalam asas asas itu.
10. Al farabi
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikat yang sebenarnya.
11. Langeveld
Filsafat adalah beripikir tentang masalah masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu
masalah masalah yang mengenai makna keadaan. Tuhan, keabadian dan kebebasan.
5

12. Hasbullah Bakry,


filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
Ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang didapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap
manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu (Abbas Hamami M., 1976h. 2-3).
13. N. Driyarkara
Filsafat adalah permenungan yang sedalam dalamnya tentang sebab sebab ada dan
berbuat permenungan tentang kenyataan yang sedalam dalamnya, sampai ke mengapa
yang penghabisan .
14. Notonagoro
Filsafat itu menelaah hal hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang
terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah yang disebut hakikat.
15. Ir. Poedjawijatna
Filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran belaka (Lasiyo dan Yuwono,1985, h.11)
16. Ali mudhofir (1996)
Beliau memberikan pengertian filsafat secara beragam, sebagaimana kutipan berikut
ini:
Filsafat sebagai suatu sifat adalah Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam
semesta. Sikap secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan
selalu bersedia meninjau semua problem dari semua sudut pandang.
Filsafat sebagai suatu metode adalah Filsafat merupakan cara berpikir secara
reflektif/mendalam, penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati hati dan
teliti. filsafat berusaha untuk meemikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam
dan jelas.

Filsafat sebagai kelompok persoalan adalah Banyak persoalan abadi yang dihadapi
manusia dan para filsuf yang berusaha memikirkan dan menjawabnya. Beberapa pertanyaan
yang diajukan pada masa lampau telah dijawab secara memuaskan. Misalnya pertanyaan
tentang ide ide bawaan telah dijawab oleh John Lock pada abad 17. Namun, masih banyak
problem yang jawabannya masih diperdebatkan ataupun diseminarkan sampai hari ini,
bahkan ada yang belum terpecahkan.
Filsafat sebagai sekelokmpok teori atau system pemikiran adalah Sejarah filsafat
ditandai dengan pemunculan teori atau system pemikir yang terlekat pada nama nama filsuf
besar seperti Socrates, Plato, Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel, Karl Marx, August Comte,
dan lain lain
Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna
Ali mudhofir menggunakan metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan
pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis arti bahasa merupakan tugas
pokok filsafat dan tugas analisi konsep sebagai satu satunya fungsi filsafat. Para filsuf
analitika seperti G.E.Moore, B.Russell, L.Wittgeinstein, G.Ryle, J.L Austin dan yang lainnya
berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan berbagai kekaburan dengan cara
yang menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dalam
kehidupan sehari hari. Mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan laboratorium para
filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan ide ide.
Filsafat

sebagai

pandangan

menyeluruh

adalah

Filsafat

berusaha

mencoba

menggabungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi
suatu pandangan dunia yang konsisten. Para filsuf berhasrat meninjau kehidupan, tidak
dengan pandangan yang khusus sebagaimana dilakukan oeh seorang ilmuwan. Para filsuf
memakai pandangan yang menyeluruh terhadap kehidupan sebagai totalitas. Menurut para
ahli filsafat spekulatif, dengan tokohnya C.D.Broad, tujuan filsafat adalah mengambil alih
hasil hasilpengalaman manusia dalam bidag keagamaan, etika dan ilmu pengetahuan
kemudian hasil hasil tersebut direnungkan secara menyeluruh.

B. Objek Filsafat.
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh
filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada. Objek filsafat itu bukan main luasnya,
tulis Louis Katt Soff, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu
yang ingin diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang
aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu
yang ada dan mungkin ada menurut akal piirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari
keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan menjadi dua, yaitu objek
material dan forma. Objek material ini banyak yang sama dengan objek material sains.
Sains memiliki objek material yang empiris. Filsafat menyelidiki objek filsafat itu juga
tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek forma
filsafat tiada lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi
filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Dari uraian yang tertera diatas, maka jelaslah bahwa:
1.

Objek materia filsafat ialah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya dapat dibagi

atas tiga persoalan pokok, yakni:


a.

Hakekat Tuhan

b.

Hakekat Alam, dan

c.

Hakekat Manusia.

2.

Objek forma filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-

dalamnya sampai ke akhirya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).

C. CIRI-CIRI FILSAFAT

Ciri filsafat adalah menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Ciri Ciri berfilsafat yaitu
Menyeluruh artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan tidak hanya
ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui
hubungan antar ilmu yang satu dengan ilmu ilmu yang lain, hubungan ilmu dengan moral,
seni, dan tujuan hidup.
8

Mendasar artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial
objek yang di pelajarinya sehingga dapat di jadikan dasar berpijak dalam segenap nilai dan
keilmuan. Filsafat tidak hanya berhenti pada kulit kulitnya ( periferis ) saja, tapi sampai
menembus kekedalamnya (hakikat).
Spekulatif artinya pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
Hasil pemikiran berfilsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusuri bidang
bidang pengetahuan yang baru. Namun demikian tidaklah bearti hasil pemikiran kefilsafatan
tersebut meragukan kebenerannya, karena tidak pernah ketuntasan.
Sejak dikemukakan pengertian dari kata filsafat, sampai saat ini telah mengalami
perkembangan yang cukup signifikan, mengarah kepada substansi makna filsafat itu sendiri
yang dipengaruhi oleh factor factor yang cukup kompleks, sehingga melahirkan berbagai
pendapat tentang arti, criteria, dan indikator serta ciri-ciri filsafat, yang antara lain ditandai
dengan lahirnya paham paham berikut ini.
1

Paham rasionalisme yang mengagungkan akal

Paham materialism yang mengagugkan materi

Paham idelais yang mengagungkan idea

D. ASAL DAN PERANAN FILSAFAT.


1. Asal filsafat
Ada tiga peranan yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:
a. Keheranan
b. Kesangsian
c. Kesadaran akan keterbatasan
2. Peranan filsafat
- Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan
kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak
dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite.
9

Keadaan tersebut berlangsung cukup lama dan kehadiran filsafat telah mendobrak
pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral yang selama itu tidak boleh digugat.
Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan
sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku
pendobrak yang mencengangkan.
- Pembebas
Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan
yang penuh dengan berbagai mitos dan mite itu melainkan juga merenggut manusia
keluar dari penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan
kebodohannya. Demikian pula filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara
berpikiryang mistis dan mitis.
- Pembimbing
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistik mitis denganmembimbing
manusiauntuk berpikir secara rasional. Membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik
dan dangkal dengan membbimbing untuk berpikir lebih luas dan mendalam.

E. PEMBAGIAN CABANG CABANG FILSAFAT


Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti aristoteles (384-322 SM) dan
Imanuel Kant (1724-1804), ada tiga tema besar yang menjadi fokus kajian dalam karyakarya mereka, yakni kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga tema besar tersebut
masing-masing dikaji dalam tiga cabang besar filsafat. Kenyataan merupakan bidang ?
kajian metafisika, nilai adalah bidang kajian aksiologi, dan pengetahuan merupakan
bidang kajian epistimologi.
Namun ada juga yang membagi cabang filsafat berdasarkan karakteristik objeknya.
Berdasarkan karakteristik objeknya filsafat dibagi dua, yaitu :
1.

filsafat umum/murni

a.

Metafisika, objeknya adalah hakikat tentang segala sesuatu yang ada.

10

b.

Epistemologi. Objeknya adalah pengetahuan/ kenyataan

c.

Logika. Merupakan studi penyusunan argumen-argumen dan penarikan kesimpulan

yang valid. Namun ada juga yang memasukkan Logika ke dalam kajian epistimologi.
d.

Aksiologi. Objek kajiannya adalah hakikat menilai kenyataan.

2.

Filsafat Khusus/Terapan, yang lebih mengkaji pada salah satu aspek kehidupan.

Seperti misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat bahasa, dan lain sebagainya.
Pembagian cabang-cabang filsafat di atas tidak kaku. Seorang filsuf yang mengklaim
bahwa pemikiran filsafatnya berupa kajian ontologis sering kali pula membahas masalahmasalah eksistensi manusia, kebudayaan, kondisi masyarakat, bahkan etika. Ini misalnya
tampak dari filsafat Heidegger. Dalam bukunya yang terkenal, Being and Time (1979),
dia menulis bahwa filsafatnya dimaksudkan untuk mencari dan memahami ada. Akan
tetapi dia mengakui bahwa ada hanya dapat ditemukan pada eksistensi manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam bukunya itu dia membahas mengenai
keotentikan, kecemasan, dan pengalamn-pengalaman manusia dalam kehidupan seharihari.
Metafisika
Koestenbaum (1968) mendefinisikan metafisika sebagai studi mengenai karakteristikkarakteristik yang sangat umum dan paling dasar dari kenyataan yang sebenarnya
(ultimate reality). Metafisika menguji aspek-aspek kenyataan seperti ruang dan waktu,
kesadaran, jiwa dan materi, ada (being), eksistensi, perubahan, substansi dan sifat, aktual
dan potensial, dan lain sebagainya.
Metafisika pada asasnya meneliti perbedaan antara penampakan (appearance) dan
kenyataan (reality). Ada sejumlah aliran yang mencoba mengungkap hakikat kenyataan di
balik penampakan tersebut. Misalnya aliran naturalism dan materialism percaya bahwa
kenyataan paling dasar pada prinsipnya sama dengan peristiwa material dan natural.
Sejak zaman Yunani kuno sebagian besar filsafat diwarnai oleh pemikiran-pemikiran
metafisik, kendati cukup banyak juga filsuf yang meragukan dan menolak metafisika.
Para filsuf yang menolak metafisika beralasan bahwa metafisika tidak mungkin karena
melampaui batas-batas kemampuan indera untuk membuktikan kebenaran-kebenarannya.
Kebenaran-kebenaran yang dikemukakan oleh metafisika terlalu luas dan spekulatif,
11

sehingga tidak dapat dibuktikan dan diukur kebenarannya. Dalam perkembangannya,


metafisika kemudian dibagi lagi menjadi tiga sub cabanga, yaitu :
1.
2.

Ontology, mengkaji persoalan-persoalan tentang ada (dan tiada)


Kosmologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang alam semesta, asal-usul, dan

unsur-unsur yang membentuk alam semesta


3.

Humanologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang hakikat manusia, hubungan

antara jiwa dan tubuh, kebebasan dan keterbatasan manusia


4.

Teologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang Tuhan/agama

pistemologi dan Logika


Istilah epistemology berasal dari bahasa Yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan
dan logos yang berarti teori.dengan demikian epistemology adalah suatu kajian atau teori
filsafat mengenai esensi pengetahuan.
Menurut Koestenbaum (1968), secara umum epistemology berusaha untuk mencari
jawaban atas pertanyaan apakah pengetahuan?. Tetapi secara spesifik epistemology
berusaha menguji masalah-masalah yang kompleks, seperti hubungan antara pengetahuan
dan kepercayaan pribadi, status pengetahuan yang melampaui panca indera, status
ontology dari teori-teori ilmiah, hubungan antara konsep-konsep atau kata-kata yang
bersifat umum dengan objek-objek yang ditunjuk oleh konsep-konsep atau kata-kata
tersebut, dan analisis atas tindakan mengetahui itu sendiri.
Menurut J.F. Ferrier, epistemology pada dasarnya berkenaan dengan pengujian filsafati
terhadap batas-batas, sumber-sumber, struktur-struktur, metode-metode dan validitas
pengetahuan.
Logika sebagai salah satu cabang filsafat pada dasarnya adalah cara untuk menarik
kesimpulan yang valid. Secara luas logika dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk
berfikir secara sahih. Ada banyak cara menarik kesimpulan. Namun secara garis besar,
semua itu didigolongkan menjadi dua cara yaitu logika induktif dan logika deduktif.

12

Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus


individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif
berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang umum menjadi
kesimpulan yang bersifat khusus atau individual. Baik logika induktif maupun logika
deduktif, dalam proses penalarannya mempergunakan premis-premis yang berupa
pengetahuan yang dianggap benar. Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga
hal, yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan
keputusan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak terpenuhi maka
kesimpulan yang ditariknya akan salah.
Aksiologi
Aksiologi merupakan kajian filsafat mengenai nilai. Nilai sendiri adalah suatu kualitas
yang kita berikan kepada sesuatu objek sehingga sesuatu itu dianggap bernilai atau tidak
bernilai. Pada masa kini objeknya lebih banyak berupa sains dan teknologi. Peradaban
manusia masa kini sangat bergantung pada ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi.
Berkat kemajuan pada kedua bidang ini pemenuhan kebutuhan manusia dapat dilakukan
dengan cepat dan mudah. Banyak sekali penemuan-penemuan baru yang amat membantu
kehidupan manusia, seperti misalnya penemuan dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
Namun di pihak lain, perkembangan-perkembangan tersebut mengesampingkan factor
manusia. Di mana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan
kebutuhan manusia, namun sering kali kini yang terjadi adalah sebaliknya. Manusialah
yang akhirnya harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi
sebagai sarana yang memberikan kemudahan bagi manusia, melainkan dia ada bertujuan
untuk eksistensinya sendiri. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan
yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri.
Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang ada. Masalah nilai moral tidak bisa terlepas dari tekat manusia untuk
menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan kebenaran dan kemudian terutama
untuk mempertahankannya, diperlukan keberanian moral.
Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang
bersifat merusak ini, para ilmuwan terbagi menjadi dua golongan pendapat.

13

Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersikap netral terhadap nilainilai, bik itu secara ontologis, mau pun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain dalam mempergunakannya,
apakah untuk kebaikan atau untuk keburukan.
Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai
hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan. Sedangkan dalam penggunaannya bahkan
pemilihan obyek penelitian, kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral[12].
Nilai yang menjadi kajian aksiologi ada dua, itu sebabnya aksiologi dibagi menjadi
dua sub cabang yaitu :
1.

Etika. Kajian filsafat mengenai baik dan buruk, lebih kepada bagaimana seharusnya

manusia bersikap dan bertingkah laku, apa makna etika atau moralitas dalam kehidupan
manusia
2.

Estetika. Nilai yang berhubungan dengan keindahan (indah dan buruk). Mengkaji

mengenai keindahan, kesenian, kesenangan yang disebabkan oleh keindahan.

14

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Banyak aliran dan paham yang muncul dalam perkembangan pemikiran filsafat, maka dari
kesemua aliran tersebut dapat disimpulkan bahwa kata filsafat merupakan :

Hasil pemikiran kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis.

Hasil pemikiran manusia yang paling dalam

Refleksi dan pendalaman lebih lanjut daripada ilmu pengetahuan

Hasil analisis dan abstraksi berpikir manusia

Pandangan hidup

Hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar dan menyeluruh.

15

DAFTAR PUSTAKA

https://nirwanaellen5.wordpress.com/2013/10/17/pengertian-ciri-ciri-dan-sejarah-filsafatyunani-kuno/
http://makalahobjekfilsafat.blogspot.co.id/
https://sites.google.com/site/blogilmupengetahuan/artikelpengetahuan/asaldanperananfilsafatilmu
http://ugi-gamar.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-filsafat-dan-cabang-cabangnya.html

16

Anda mungkin juga menyukai