Anda di halaman 1dari 24

KANTOR ADVOKAT / KONSULTAN HUKUM

ASMAN, SH & ASSOSIASI


Jl. Mayjen R. S. Parman No. 84 Kendari HP. 0853 4221 0186
Kepada
Yth.

Mr. KEVIN

diTempat
Dengan hormat,
Dengan ini kami menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

Bahwa lahan yang Mr. KEVIN sedang kerjasamakan ( Bermitra ) dengan PT.
PANCA LOGAM MAKMUR (PLM) termasuk lahan yang masuk dalam konsensi IUP
PT. PANCA LOGAM NUSANTARA (PLN) dan PT. ANUGRA ALAM BHINA INDONESIA
(AABI) adalah milik dari ahli waris I HABA Almarhum, sesuai dengan surat
keterangan tanah yang dikeluarkan pada tahun 1961 dan surat keterangan

pendukung lainnya.
Bahwa demi terjalinnya kerja sama yang baik antara pihak yang melakukan
kegiatan penambangan biji emas di areal lahan tersebut maka dengan ini kami
dari Rumpun Keluarga Besar ahli waris dari I HABA Almarhum sebagai pemilik
sah lokasi/lahan tersebut (SKT terlampir) mengajukan Draf bagi hasil dalam
bentuk pembayaran Kompensasi sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima
puluh juta rupiah) / bulan yang akan dituangkan dalam bentuk Surat
Memorandum Of Under Standing (MOU) antara kedua belah pihak.
Demikian apa yang kami sampaikan atas kerjasama yang baik kami ucapkan
terima kasih.
Bombana, 1 januari 2015

Hormat kami,
Kuasa Hukum
ASMAN, SH

PERJANJIAN BAGI HASIL


ANTARA MR. KEVIN DENGAN KELUARGA I HABA
Perjanjian ini di buat pada hari kamis tanggal dua puluh delapan bulan November
tahun dua ribu tiga belas (28-11-2013), bertempat di Desa Wumbubangka,
Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.
Adapun pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian ini :
1. Mr. KEVIN dalam perjanjian ini bertindak untuk dan atas nama sendiri sebagai
pengelola Penambang Biji Emas di areal lahan tersebut.
Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA
2.

ABD. LATIF HABA, dalam perjanjian ini bertindak untuk dan atas nama

keluarga I HABA yang terdiri dari Sembilan (9) orang bersaudara yang masingmasing bertanda tangan dalam perjanjian ini.
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut sebagai PIHAK
PIHAK
3.

Sebelum memasuki isi perjanjian dimaksud terlebih dahulu PIHAK KEDUA

menerangkan bahwa, menguasai Lahan yang mengandung Biji Emas yang


terletak di Desa Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana
Provinsi Sulawesi Tenggara yang sedang diolah PIHAK PERTAMA.
PASAL 1
KESEPAKATAN
1.

Bahwa lahan yang dikerjakan PIHAK PERTAMA merupakan lahan/tanah

warisan keluarga I HABA yang merupakan lokasi/lahan bekas perburuan,


pemeliharaan ternak, kerbau dan kuda serta perkebunan di Desa Wumbubangka
Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.

2.

PIHAK PERTAMA (Pengolah) diberikan hak untuk menambang lahan yang

dikuasai oleh PIHAK KEDUA sepanjang lahan tersebut memiliki potensi untuk
dilakukan penambang sesuai dengan ketentuan HUKUM yang berlaku.
3.

Perjanjian ini dapat diperbaharui antara kedua belah pihak dengan berbagai

perubahan untuk melakukan penyesuaian dengan perkembangan-perkembangan


yang terjadi.
PASAL 2
JANGKA WAKTU PERJANJIAN
1.

Jangka waktu perjanjian ini mulai berlaku sejak di tandatanganinya

perjanjian tersebut sampai dengan masa berakhirnya kegiatan penambangan


PIHAK PERTAMA (I).
PASAL 3
BAGI HASIL
1.

Bagi hasil diberikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA sesuai

kesepakatan dari kedua BELAH PIHAK berupa Fee sebesar Rp. 250.000.000,- (dua
ratus lima puluh juta rupiah) setiap bulan.
PASAL 4
PEMBAYARAN
1.

Pembayaran bagi hasil oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dilakukan

secara TUNAI maupun dengan TRANSFER dari Rekening PIHAK PERTAMA ke


Rekening PIHAK KEDUA yang terlebih dahulu di beritahukan No. Rekeningnya
kepada PIHAK PERTAMA.
2.

Keterlambatan pembayaran oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA

karena faktir Force Maheure tidak menimbulkan konsekuensi terhadap PIHAK


PERTAMA.
PASAL 5
PENYELESAIAN SENGKETA
1.

Apabila terjadi sengketa atau Complain dari PIHAK KETIGA termasuk

gangguan dari Pihak Internal kerabat PIHAK KEDUA terhadap lahan tersebut,

maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya untuk mencari


penyelesaiaannya.

2.

Penyelesaian yang terjadi antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA

mengenai perjanjian ini atau setiap bagian dari padanya akan diselesaikan
secara musyawarah oleh kedua BELAH PIHAK.
3.

Apabila tidak di peroleh penyelesaian, maka kedua belah PIHAK sepakat

untuk menyesaikan sengketa dengan memilih DOMISILI HUKUM yang syah.


PASAL 6
KETENTUAN LAIN-LAINNYA
1. Jika terjadi perubahan terhadap syarat-syarat yang menyimpang dari
perjanjian ini dilihat dalam konteksnya secara menyeluruh, maka hal demikian
tidak dapat diartikan bahwa seolah-olah PIHAK PERTAMA telah melepaskan
haknya untuk mengajukan tuntutan terhadap PIHAK KEDUA berkenan dengan
CEDERA JANJI oleh PIHAK KEDUA yang berkaitan dengan kewajiban-kewajibannya
berdasarkan perjanjian ini.
2.

Perubahan dan atau tambahan atas ketentuan-ketentuan serta pengaturan

atas hal-hal yang belum/belum cukup diatur dalam perjanjian ini hanya dapat
dilakukan dengan suatu ADDENDUM (PERUBAHAN) yang di sepakati oleh kedua
belah Pihak dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
3. Perjanjian (Memorandum Of Under Standing) MOU tersebut berlaku selama
PIHAK PERTAMA melakukan kegiatan diatas lahan tersebut.
Demikian Perjanjian ini dibuat dan di tandatangani dalam 2 (dua) rangkap asli
untuk dimiliki masing-masing PIHAK yang keduanya mempunyai kekuatan
Hukum yang sama.

Bombana, 28 November 2013

PIHAK PERTAMA,

PIHAK KEDUA,

Mr. KEVIN

1. ABD. LATIF HABA

SURAT KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN BORONGAN


Pada hari ini hari kamis tanggal 21 bulan juni tahun 2012, kami yang bertanda
tangan dibawah ini masing-masing :
1. Nama : Mujiono
Alamat : Jl. Contoh Surat Resmi No. 99, Cibinong Bogor
Jabatan : Supervisor
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemilik Proyek (Owner),
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
2. Nama : Sulamun
Alamat : Jl. Contoh Surat Perjanjian No. 214, Cibinong Bogor
Jabatan : Direktur
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT Sukasenang Jaya, untuk
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak telah sepakat untuk melaksanakan perjanjian pemborongan
pekerjaan pembangunan rumah, dengan ketentuan sebagai berikut :
PASAL- 1
TUGAS PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA memberi tugas kepada PIHAK KEDUA, PIHAK KEDUA menerima
dengan baik tugas pekerjaan tersebut, serta mengikat diri sebagai Pemborong
pada Proyek Pembangunan Rumah

PASAL 2
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan tersebut dalam pasal 1, surat Perjanjian ini harus dilaksanakan oleh
PIHAK KEDUA atas dasar referensi sebagaimana tersebut dalam lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian ini yang terdiri
dari :
1. Gambar Prarencana termasuk gambar-gambar detail (sesuai tercantum di
RAB).
2. Spesifikasi bahan yang dipakai (sesuai tercantum di RAB).
3. Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang disetujui oleh PIHAK PERTAMA
PASAL 3
DIREKSI
1.Pembinaan terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut dalam Surat Perjanjian ini
dilakukan oleh PIHAK PERTAMA.
2.Segala komunikasi permintaan dan perintah atas nama PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA harus disampaikan secara tertulis.
PASAL 4
BAHAN-BAHAN DAN PERALATAN KERJA
1. Bahan-bahan, peralatan kerja dan segala sesuatunya yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut disediakan oleh PIHAK KEDUA.
2. PIHAK PERTAMA berhak menolak bahan-bahan dan peralatan kerja yang
disediakan oleh PIHAK KEDUA, jika kualitasnya tidak memenuhi persyaratan.
PASAL 5
TENAGA KERJA DAN UPAH
1. Agar pekerjaan pemborongan dapat berjalan seperti yang direncanakan,
PIHAK KEDUA wajib untuk menyediakan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup
dan mempunyai keahlian serta keterampilan yang baik.
2. Semua upah tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan
tersebut ditanggung oleh sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA.
PASAL 6
PELAKSANA PIHAK KEDUA
PIHAK KEDUA menunjuk seorang tenaga ahli sebagai Pimpinan Pelaksana
pekerjaan pemborongan yang mempunyai wewenang penuh/kuasa penuh, untuk
mewakili PIHAK KEDUA.

PASAL 7
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN
PIHAK KEDUA harus menyelesaikan pekerjaan seperti terlampir dalam uraian
pekerjaan selama 60 (enam puluh) hari kerja, dan tidak dapat dirubah oleh
PIHAK KEDUA, kecuali karena keadaan Force majeure, seperti yang dijelaskan
dalam pasal 11 dalam surat perjanjian ini dan atau karena pekerjaan tambah /
kurang sesuai dalam pasal 14 surat perjanjian ini, yang dinyatakan secara
tertulis dalam berita acara.
PASAL 8
MASA PEMELIHARAAN
1. Masa pemeliharaan ditetapkan selama 60 (enam puluh) hari kalender setelah
pekerjaan selesai. Untuk semua Pekerjaan tersebut terhitung mulai tanggal
pekerjaan selesai 100 % (serah terima pekerjaan) dan dapat diterima oleh PIHAK
PERTAMA dalam keadaan baik yang dibuktikan dalam berita acara.
2. Untuk pekerjaan karena kerusakan yang terjadi dalam pemeliharaan dan
bukan disebabkan Force Majeure, maka semua biaya yang dikeluarkan
ditanggung oleh PIHAK KEDUA.
PASAL 9
HARGA PEKERJAAN PEMBORONGAN DAN CARA PEMBAYARAN
1. Harga borongan untuk pelaksanaan pekerjaan borongan ini adalah sebesar
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), harga tersebut tidak termasuk PPN 10
%.
2. Cara pembayaran yang disepakati kedua belah PIHAK adalah berdasarkan
prestasi pekerjaan, dibagi dalam 4 (empat) termin, dan PIHAK KEDUA diberikan
uang muka Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) sebesar 20% (dua puluh
persen) dari harga borongan pekerjaan yaitu sebesar Rp 20.000.000,- (dua puluh
juta rupiah), yang dibayarkan lunas pada saat penandatanganan kontrak, dan
akan diperhitungkan dengan pembayaran termin (sesuai kontrak), sehingga
setiap termin akan dipotong sebesar 20% dari nilai 20% uang muka, atau
sebesar Rp. Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), dengan perincian sebagai
berikut :
Pembayaran retensi sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah), akan dilunasi
setelah berakhirnya masa pemeliharaan yang dinyatakan dengan Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) terakhir, dengan dibukakan Bilyet Giro yang jatuh tempo 60
(enam puluh) hari kalender, setelah Berita Acara Serah Terima Kunci ditanda

tangani.
Pekerjaan tambah atau kurang akan diperhitungkan sesuai hasil ofname dengan
dikalikan harga satuan pekerjaan seperti tercantum dalam Rencana Anggaran
Biaya (RAB).
3. Prestasi pekerjaan dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Pekerjaan yang sudah terpasang di-ofname 100 %.
(2) Pekerjaan yang materialnya sudah ada dilapangan di-ofname 50 %
(3) Pekerjaan yang materialnya sudah dibeli akan tetapi belum ada dilapangan
maupun terpasang di-ofname 30 %.
(4) Setiap Pembayaran termin atau angsuran akan dibayar oleh PIHAK PERTAMA
kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah kuitansi tagihan
diajukan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA atau wakilnya.
PASAL 10
KENAIKAN HARGA
1. Kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah selama pelaksanaan
pekerjaan pemborongan ini, ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA, kecuali
disebabkan oleh kebijaksanaan pemerintah dalam bidang moneter yang secara
langsung maupun tidak langsung mengakibatkan naiknya harga bahan secara
tidak wajar.
2. Dalam hal terjadinya kenaikan harga seperti yang tersebut pada ayat 1 pasal
ini, maka dari sisa pekerjaan yang belum dikerjakan akan diperhitungkan
kemudian secara musyawarah mufakat antara kedua belah pihak.
PASAL 11
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1. PIHAK KEDUA dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian atau
keterlambatan pekerjaan yang telah ditetapkan, apabila terjadi keadaan
memaksa (force majeure).
2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud ayat 1 pasal ini adalah :
Bencana alam seperti : Gempa Bumi, Angin Topan, Tanah Longsor, Banjir,
Kerusuhan, Teror, Perang yang dapat mengakibatkan kerusakan dan
terlambatnya pelaksanaan Pekerjaan.
Adanya pemogokan buruh yang bukan disebabkan oleh kesalahan pemborong.
3. Bila terjadi force majeure PIHAK KEDUA harus secepatnya memberitahukan
secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 7 x 24 jam setelah
kejadian .

4. Dalam hal ada pemberitahuan force majeure, maka selambat-lambatnya


dalam waktu 7 x 24 jam PIHAK PERTAMA harus memberikan jawabannya.
5.Apabila PIHAK PERTAMA selama waktu yang ditentukan dalam pasal 6 ayat 4
diatas belum memberikan jawaban berarti force majeure dapat diterima.
PASAL 12
DENDA SANKSI-SANKSI DAN PEMUTUSAN KONTRAK
1. Kecuali karena keadaan force majeure seperti tersebut dalam pasal 11 ayat 1
dan 2, pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya, maka PIHAK
KEDUA dikenakan denda.
2. Denda yang diakibatkan keterlambatan seperti tersebut dalam ayat 1 pasal
ini, adalah sebesar 1 (satu per seribu) untuk setiap hari keterlambatan dengan
denda maksimal 5 % (lima perseratus) dari nilai kontrak.
3. Dalam hal PIHAK PERTAMA terlambat membayarkan angsuran kepada PIHAK
KEDUA, seperti yang diatur dalam pasal 9, maka PIHAK PERTAMA dikenakan
denda.
4. Denda yang diakibatkan keterlambatan seperti tersebut dalam ayat 3 pasal
ini, adalah sama seperti yang tersebut pada ayat 2 pasal ini.
5. Apabila PIHAK KEDUA memutuskan kontrak ini secara sepihak, tanpa adanya
alasan- alasan yang diterima oleh PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA
dikenakan denda 5 % (lima perseratus) dari harga kontrak. Dan akibat
pemutusan ini, PIHAK PERTAMA mempunyai wewenang untuk melanjutkan
dengan menunjuk kontraktor lain.
6. Dalam hal PIHAK PERTAMA memutuskan kontrak ini secara sepihak, tanpa
alasan-alasan yang dapat diterima oleh PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA
dikenakan denda 5 % (lima perseratus) dari harga kontrak dan akibat dari
pemutusan ini, PIHAK KEDUA tidak diwajibkan untuk melanjutkan sisa pekerjaan.
PASAL 13
RESIKO
Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA musnah, rusak, tidak memenuhi spesifikasi
teknik atau tidak rapih dengan cara apapun sebelum diserahkan kepada PIHAK
PERTAMA, kecuali keadaan force majeure, maka pihak kedua bertanggung jawab
sepenuhnya atas segala kerugian yang timbul, kecuali PIHAK PERTAMA telah lalai
menerima hasil pekerjaan dari PIHAK KEDUA tersebut.

PASAL 14
PEKERJAAN TAMBAH, KURANG DAN BERITA ACARA SERAH TERIMA
1. Pekerjaan tambah atau kurang hanya boleh dikerjakan atas perintah secara
tertulis dari PIHAK PERTAMA, yang harganya didasarkan atas penawaran dari
PIHAK KEDUA, yang dilampirkan dalam surat perjanjian.
2. Jika harga pekerjaan tambah belum tercantum dalam harga penawaran, maka
PIHAK KEDUA mengajukan harga pekerjaan tambah tersebut yang telah disetujui
PIHAK PERTAMA dan pembayaran akan dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA pada
saat termin pembayaran berikutnya.
3. Yang dimaksud dengan pekerjaan tambah / kurang, dalam ayat 1 pasal ini,
adalah segala perubahan pekerjaan diluar harga penawaran yang dilampirkan
dalam Surat Perjanjian.
4. Jika PIHAK PERTAMA berkehendak untuk mengganti salah satu atau beberapa
material dari setiap pekerjaan, maka dikenakan charge jasa pemborong yang
telah diajukan oleh PIHAK KEDUA yaitu sebesar 10% (sepuluh persen).
5. Biaya pekerjaan tambah akan dituangkan dalam ADDENDUM kontrak sebelum
pekerjaan selesai. Biaya pekerjaan kurang akan dituangkan dalam ADDENDUM
kontrak dan diperhitungkan pada akhir pekerjaan.
6. Dengan adanya pekerjaan tambah kurang yang mempengaruhi kegiatan kerja
dari PIHAK KEDUA, maka waktu pelaksanaan dengan sendirinya akan bertambah
dengan sendirinya meskipun PIHAK KEDUA tidak mengajukan permintaan
penambahan waktu pelaksanaan.
7. Atas dasar permintaan tertulis dari PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA
mengadakan penelitian apakah pekerjaan telah selesai dan apakah telah sesuai
dengan syarat-syarat dan ketentuan dalam Surat Perjanjian ini.
8. Penyerahan pekerjaan yang telah selesai dinyatakan dalam suatu Berita Acara
Serah Terima Pekerjaan yang dibuat oleh PIHAK KEDUA dan disahkan oleh PIHAK
PERTAMA.
PASAL 15
PENGAMANAN TEMPAT KERJA DAN TENAGA KERJA
1. PIHAK KEDUA wajib bertanggung jawab atas keamanan tempat dan tenaga
kerja selama pekerjaan berlangsung.
2. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas penyediaan sarana untuk menjaga
keselamatan tenaga kerjanya, guna menghindari bahaya yang mungkin terjadi
pada saat melaksanakan pekerjaan.
3. Jika terjadi kecelakaan pada saat melaksanakan pekerjaan, maka PIHAK

KEDUA diwajibkan memberikan pertolongan kepada korban dan segala biaya


yang dikeluarkan menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA
PASAL 16
PERSELISIHAN
1. Apabila selama pelaksanaan pekerjaan ini terjadi perselisihan atau perbedaan
pendapat antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan diselesaikan
secara musyawarah dan mufakat antara kedua belah pihak.
2. Perselisihan dibidang teknik akan diselesaikan melalui suatu Panitia Arbitrase,
yang akan terdiri dari seorang anggota yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA,
seorang yang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA dan seorang yang Netral sebagai ketua
merangkap anggota yang disetujui oleh kedua belah pihak.
3. Seandainya masih belum juga tercapai penyelesaian lewat Panitia Arbitrase
tersebut, maka akan dilanjutkan melalui prosedur Hukum yang berlaku.
4. Semua biaya penyelesaian perselisihan, menjadi tanggung jawab kedua belah
pihak.
PASAL 17
DOMISILI
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk memilih domisili pada
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
PASAL 18
PENUTUP
1. Hal-hal lain yang belum ditetapkan dalam Surat Perjanjian ini, akan ditentukan
kemudian atas persetujuan kedua belah pihak.
2. Demikian Surat Perjanjian ini dibuat rangkap 2 (dua) masing-masing
bermaterai cukup yang mempunyai kekuatan hukum yang sama yang dipegang
oleh masing-masing pihak dan berlaku sejak ditanda tangani Surat Perjanjian ini.
3. Kedua belah pihak beritikad baik untuk melaksanakan Surat Perjanjian

Pemborongan Pekerjaan ini sesuai dengan isinya.

SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH KANTOR (RUKO)


Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mujiono
Alamat : Jl. Contoh Surat Perjanjian No. 214, Cibinong Bogor
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
No.KTP : 002718947
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
Nama : Sulamun
Alamat : Jl. Contoh Surat Resmi No. 99, Cibinong Bogor
Pekerjaan : Wiraswasta
No.KTP : 714209721
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak menerangkan bahwa masing-masing pihak telah membuat
persetujuan sebagai berikut :
1. Bahwa pada tanggal 21 November 2013, PIHAK PERTAMA telah mengajukan
permohonan penyewaan rumah kantor (RUKO) di Jl. Surat Kuasa No. 339,
Cibinong Bogor dengan nilai sewa yang diajukan sebesar Rp. 40.000.000,-(empat
puluh juta) per tahun kepada PIHAK KEDUA.
2. Bahwa atas pengajuan PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA telah menyetujui untuk
menyewakan ruko di Jl. Surat Kuasa No. 339 dengan nilai sewa Rp Rp.
40.000.000,-(empat puluh juta) per tahun kepada PIHAK PERTAMA pada 21

November 2013.
3. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah sepakat bahwa proses penyewaan
rumah kantor yang telah disebutkan di atas oleh PIHAK PERTAMA dari PIHAK
KEDUA dimulai pada bulan Desember 2013 dan berakhir pada Desember 2014.
4. Perjanjian sewa ini dibuat rangkap dua, bermeterai cukup yang masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama dan berlaku sejak ditandatangani oleh
kedua belah Pihak.
5. Pelaksanaan sewa menyewa ruko ini dapat dilakukan perpanjangan dengan
ketentuan-ketentuan dan prosedur yang akan ditentukan pada akhir masa sewa
dengan dibuatnya perjanjian sewa ruko yang baru.
6. Pihak pertama (penyewa) bertanggung jawab penuh atas kerusakan,
kehilangan, maupun hal-hal lain yang terjadi pada lokasi yang disewakan selama
masa sewa masih berjalan.
7. Pihak pertama (penyewa) tidak diperkenankan memutuskan penyewaan ruko
sebelum akhir masa sewa, kecuali atas persetujuan dari pihak kedua.
8. Pihak kedua tidak diperkenankan memutuskan penyewaan ruko sebelum akhir
masa sewa, kecuali atas persetujuan dari pihak pertama.
9. Mengenai hal-hal yang belum dituangkan dalam perjanjian sewa ini, akan
diatur kemudian dengan addendum-addendum baru sesuai kesepakatan kedua
belah pihak.
Demikian surat perjanjian ini dibuat, agar dapat dipatuhi dan digunakan
sebagaimana mestinya.

SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH UNTUK USAHA

Pada hari ini, Kamis 21 November 2013, telah diadakan perjanjian sewa
menyewa antara kedua belah pihak sebagai berikut:
Nama : Mujiono
Alamat : Jl. Contoh Surat Perjanjian No. 214, Cibinong Bogor
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
No.KTP : 002718947
Selanjutnya dalam perjanjian ini dapat disebut Pihak Pertama.
Nama : Sulamun
Alamat : Jl. Contoh Surat Resmi No. 99, Cibinong Bogor
Pekerjaan : Wiraswasta
No.KTP : 714209721
Selanjutnya dalam perjanjian ini dapat disebut Pihak Kedua.
Atas sebuah obyek RUMAH yang terletak di Jl. Surat Kuasa No. 339, Cibinong
Bogor yang selanjutnya disebut sebagai obyek sewa dengan kondisi sebagai
berikut :
Pihak pertama meminjamkan obyek sewa untuk dijadikan tempat usaha
kepada pihak kedua selama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal 21 November
2013 s/d 21 November 2015.
Pihak pertama akan menerima uang sewa sebesar Rp. 15.000.000,-(lima belas
juta rupiah) per-tahun yang dibayarkan di muka untuk 1 (satu) tahun oleh pihak
kedua.
Kemudian, pihak kedua akan menempati sementara obyek tersebut selama 1
(satu) tahun.
Pihak kedua akan membayar iuran lingkungan dan mematuhi peraturan
lingkungan sesuai dengan ketetapan yang berlaku di lingkungan.
Pihak kedua tidak diperkenankan merubah bentuk bangunan rumah tanpa ijin
tertulis dari pihak pertama.
Pihak kedua tidak diperkenankan untuk menjadikan obyek sewa sebagai
perkumpulan organisasi ataupun menjadikan obyek sewa sebagai sarana
peribadatan.
Pihak kedua akan membayar tagihan listrik dari PLN dan akan membayar
seluruh tagihan sampai bulan terakhir masa sewa.

Bukti pembayaran tagihan harus diserahkan pihak kedua kepada pihak


pertama selambat-lambatnya 30 hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran
bulan tersebut.
Pihak kedua tidak berhak menyerahkan hak untuk menempati obyek sewa
kepada pihak lain kecuali atas persetujuan pihak pertama.
Apabila pihak kedua lalai dalam pembayaran tagihan selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut atau menyerahkan hak untuk menempati obyek sewa pada pihak
lain maka pihak pertama akan menarik hak penggunaan rumah sewa dari pihak
kedua tanpa kompensasi apapun.
Apabila dalam kondisi terpaksa pihak pertama harus membatalkan perjanjian
ini secara sepihak maka pihak kedua berhak untuk memperoleh penggantian
uang sewa sebesar Rp. 2.000.000,-(dua juta rupiah) untuk setiap bulan yang
belum digunakan.
Begitu pula jika pihak kedua masih menempati obyek sewa setelah masa
perjanjian berakhir maka pihak pertama berhak untuk memperoleh penggantian
uang sewa sebesar Rp. 2.000.000,-(dua juta rupiah) setiap bulannya ditambah
deposit biaya listrik yang dihitung rata-rata selama 12 bulan terakhir.
Pihak kedua harus memberikan pernyataan tertulis ketika akan mengosongkan
obyek sewa setidaknya 30 hari sebelum rencana pengosongan obyek sewa.
Surat perjanjian ini dibuat dua rangkap. Pihak pertama dan pihak kedua
masing-masing memiliki surat perjanjian yang telah ditanda tangani bersama
diatas materai.
Demikian surat perjanjian ini dibuat, agar dapat dipatuhi dan digunakan
sebagaimana mestinya.

Saksi

Mulyono, Gunawan
SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA LAHAN
Pada hari ini 21 November 2013, telah dibuat dan ditandatangani perjanjian
sewa oleh dan antara para pihak sebagai berikut:
Nama : Mujiono
No KTP : 00428163821
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Jl. Contoh Surat Perjanjian No. 214, Cibinong Bogor
Sebagai pihak yang menyewakan, untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA,
Dan
Nama : Sulamun
No KTP : 007123904939
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Contoh Surat Resmi No. 99, Cibinong Bogor
Sebagai pihak penyewa, untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
MENGINGAT:
Bahwa PIHAK KEDUA berkeinginan untuk menyewa lahan kosong seluas 200
m yang terletak di Jl. Surat Kuasa No. 339, Cibinong Bogor dengan batas-batas:
Utara : Gedung Olahraga
Selatan : Bank ABC
Barat : Lahan Kosong
Timur : Ruko
MAKA, berkenaan dengan keterangan-keterangan tersebut di atas, kedua belah
pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Sewa Menyewa Lahan (selanjutnya
disebut Perjanjian) atas dasar syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
Pasal 1
KESEPAKATAN

PIHAK PERTAMA dengan ini sepakat untuk menyewakan kepada PIHAK KEDUA
dan PIHAK KEDUA dengan ini pula sepakat untuk menyewa dari PIHAK PERTAMA
sebidang lahan yang berukuran 100 m X 100 m, atau seluas 200 meter persegi
yang terletak di wilayah Cibinong, Bogor Kecamatan Jonggol, Kelurahan
Cikapundung dengan batas:
Utara : Gedung Olahraga
Selatan : Bank ABC
Barat : Lahan Kosong
Timur : Ruko
Selanjutnya disebut Lahan
Pasal 2
TUJUAN
Bahwa PIHAK KEDUA akan mempergunakan Lahan tersebut untuk keperluan
membuka tempat usaha
Pasal 3
SERAH TERIMA LAHAN
Pada saat Perjanjian Sewa Lahan ini ditandatangani, PIHAK PERTAMA
menyerahkan Lahan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima
penyerahan itu sesuai menurut kondisi yang nyata pada hari penyerahan
tersebut yang dituangkan dalam suatu Berita Acara Serah Terima selanjutnya
disebut Berita Acara Serah Terima
Pasal 4
JANGKA WAKTU
1. Sewa Menyewa Lahan ini dibuat untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun, dan dapat
diperpanjang atas persetujuan kedua belah pihak.
2. Jangka waktu itu dihitung mulai dari tanggal 21 November 2013 yang akan
berakhir dengan sendirinya menurut hukum pada 21 November 2017.
3. Apabila PIHAK KEDUA bermaksud untuk memperpanjang Jangka Waktu Sewa
ini, maka PIHAK KEDUA wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada
PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 15 November 2017 sebelum berakhirnya
Perjanjian Sewa Lahan ini.

Pasal 5
PENGGUNAAN LAHAN
1. PIHAK KEDUA tidak akan mempergunakan Lahan itu untuk tujuan yang lain
selain daripada yang disepakati dalam perjanjian sewa lahan ini, kecuali
mendapat ijin tertulis terlebih dahulu dari PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK KEDUA wajib mulai melaksanakan kegiatan pada tanggal 23 november
2013 untuk membuka tempat usaha.
3. Pihak Kedua wajib menyelesaikan kegiatan pada tanggal 21 november 2017
sebagaimana yang ada pada ayat (2) di atas dalam jangka waktu paling lambat
tanggal 21 November 2017 sejak tanggal dimulainya kegiatan pembangunan
tersebut.
4. PIHAK PERTAMA wajib mentaati dan memenuhi segala perangkat peraturan
perundangan yang berlaku sekarang maupun akan datang yang ditetapkan oleh
pihak yang berwajib mengenai pemakaian lahan dan segala pelanggaran atas
peraturan itu semuanya menjadi tanggungan PIHAK KEDUA.
Pasal 6
HARGA SEWA
1. Sewa menyewa lahan dalam Perjanjian Sewa Lahan ini sebesar Rp.
50.000.000,-(lima puluh juta rupiah) tahun atau keseluruhannya sebesar Rp.
150.000.000,-(seratus lima puluh juta rupiah) per 3 (tiga) tahun.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas jasa penyewaan Lahan kosong, Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap Lahan dan pajak-pajak lain yang ditetapkan
oleh pemerintah yang timbul berdasarkan Perjanjian Sewa Lahan ini serta
sepanjang tidak ada peraturan lain mengenai pajak yang akan diterapkan oleh
pemerintah menjadi tanggung jawab dan harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA.
Pasal 7
PEMBAYARAN HARGA SEWA
1. Pembayaran Harga Sewa oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dapat
dilakukan dalam mata uang Rupiah. Untuk bukti penerimaan Harga Sewa dan
Biaya Perawatan PIHAK PERTAMA akan memberikan tanda bukti penerimaan
tersendiri kepada PIHAK KEDUA.

2. Tata cara pembayaran sewa dibayarkan dimuka untuk setiap periode satu
bulan, dengan cara mentransfer ke rekening 00247966643892
Pasal 8
PEMELIHARAAN/PERAWATAN OLEH PIHAK PERTAMA
1. PIHAK PERTAMA berjanji untuk setiap saat memelihara dan merawat dengan
baik seluruh lingkungan dalam wilayah usaha PIHAK PERTAMA termasuk
memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan serta sarana-sarana yang
digunakan secara bersama-sama.
2. Selanjutnya PIHAK PERTAMA mengambil tindakan-tindakan pencegahan untuk
menjaga keamanan dalam lingkungan wilayah usaha PIHAK PERTAMA, akan
tetapi PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab atas tindakan-tindakan pihak
ketiga yang dapat mengakibatkan kerusakan dan/atau kerugian pada PIHAK
KEDUA.
Pasal 9
PEMELIHARAAN/PERAWATAN OLEH PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA wajib menggunakan dan memelihara Lahan dengan sebaikbaiknya sebagai seorang penyewa yang jujur dan baik serta membayar segala
ongkos dan biaya yang ditimbulkan berkenaan dengan pemeliharaan/perawatan
dan penggunaan Lahan. Ketentuan di atas berlaku pula bagi bangunan milik
PIHAK KEDUA sendiri yang didirikan di atas Lahan yang disewakan sesuai dengan
ketentuan Pasal 2 Perjanjian ini, termasuk penyediaan alat-alat pemadam
kebakaran secukupnya serta usaha-usaha lainnya untuk menjaga dan
mempertahankan kelestarian lingkungan.
2. PIHAK KEDUA tidak diperbolehkan membuat bangunan, sumur bor atau
galian-galian lain di atas Lahan yang disewakan tanpa izin tertulis terlebih
dahulu dari PIHAK PERTAMA.
3. PIHAK KEDUA wajib menaati dan memenuhi segala perangkat peraturan
perundangan-undangan yang berlaku sekarang maupun akan datang yang
ditetapkan oleh peraturan mengenai pemakaian lahan dan segala pelanggaran
atas peraturan itu semuanya menjadi tanggungan PIHAK KEDUA.

Pasal 10
ASURANSI
Selama berlangsungnya Jangka Waktu Sewa Menyewa Lahan, PIHAK KEDUA
wajib mengasuransikan bangunan (*jika diatas lahan tersebut akan didirikan
bangunan) yang didirikan di atas Lahan yang disewanya serta harta benda yang
berada dalam bangunan tersebut terhadap risiko kerugian atau kerusakan
karena bahaya kebakaran dan bahaya-bahaya lainnya yang dianggap perlu atas
beban dan biaya PIHAK KEDUA.
Pasal 11
JAMINAN PIHAK PERTAMA
1.

Pihak Pertama menjamin Pihak Kedua bahwa lahan yang disewakan dalam

Perjanjian ini adalah merupakan haknya Pihak Pertama, bebas dari sengketa atau
sitaan dan tidak dalam keadan disewakan/dijual kepada pihak lain.
2.

Pihak Pertama selanjutnya menjamin Pihak Kedua bahwa Pihak Kedua dapat

menjalankan hak-haknya sebagai penyewa dari Lahan tersebut dengan tidak


mendapat gangguan dari pihak lain dan segala kerugian yang diderita oleh Pihak
Kedua sebagai akibat dari gangguan-gangguan itu, jika ada, menjadi tanggungan
Pihak Pertama, kecuali hal-hal yang terjadi karena Force Majeure.
3. Yang dimaksud dengan Force Majeure adalah keadaan seperti, namun tidak
terbatas pada perang, kebakaran, banjir, huru-hara, pemogokan yang timbul dan
terjadinya bukan disebabkan oleh kedua belah Pihak dalam Perjanjian Sewa
Lahan ini, bencana alam, atau kejadian-kejadian lainnya yang berada di luar
kemampuan para pihak yang ada dalam Perjanjian Sewa Lahan ini.
Pasal 12
PENGALIHAN
1. PIHAK KEDUA tidak dapat memindahkan ataupun mengalihkan hak sewa
berdasarkan Perjanjian Sewa Lahan ini baik untuk keseluruhan maupun untuk
sebagian kepada pihak lainnya kecuali dengan izin tertulis dari PIHAK PERTAMA,
yang dituangkan dalam suatu perjanjian pengalihan sewa menyewa Lahan.
2. Sejak perjanjian pengalihan itu ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA, PIHAK
KEDUA dan pihak ketiga maka pihak ketiga yang menerima pengalihan itu wajib

membayar Harga Sewa dan memenuhi kewajiban-kewajiban lain yang diatur


dalam Perjanjian ini dan setuju atas perubahan-perubahan Harga Sewa, Uang
Jaminan, Jangka Waktu Sewa serta persyaratan khusus lainnya baik yang diatur
dalam Perjanjian Sewa Lahan ini maupun dalam perjanjian pengalihan sewa
menyewa lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atas.
Pasal 13
PEMUTUSAN PERJANJIAN OLEH PIHAK KEDUA
PIHAK KEDUA berhak setiap saat memutuskan hubungan sewa-menyewa
berdasarkan Perjanjian Sewa Lahan ini sebelum saat berakhirnya Jangka Waktu
Sewa-Menyewa dengan syarat sebagai berikut:
1. PIHAK KEDUA terlebih dahulu memberitahukan maksudnya secara tertulis
sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelum Perjanjian ini putus. PIHAK PERTAMA
akan memberikan jawaban secara tertulis kepada PIHAK KEDUA tentang
permintaan tersebut disertai dengan pemberitahuan hak-hak dan kewajibankewajiban lain yang harus dipenuhi kedua belah pihak, termasuk kewajiban
untuk memenuhi biaya penggunaan fasilitas oleh PIHAK KEDUA (*dalam hal
PIHAK KEDUA menggunakan fasilitas dari PIHAK PERTAMA).
2. PIHAK KEDUA tidak berhak menuntut pengembalian uang sewa dan biaya
perawatan yang telah diterima oleh PIHAK PERTAMA dari PIHAK KEDUA untuk
jangka waktu sewa-menyewa yang belum dinikmati oleh PIHAK KEDUA.
3.

PIHAK KEDUA tidak berhak menuntut pengembalian uang jaminan yang

telah dibayarkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.


Pasal 14
PEMUTUSAN PERJANJIAN OLEH PIHAK PERTAMA
1. PIHAK PERTAMA berhak untuk memutuskan hubungan Sewa Menyewa
berdasarkan Perjanjian Sewa Lahan ini dengan segera tanpa pemberitahuan atau
peringatan terlebih dahulu kepada PIHAK KEDUA dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Apabila PIHAK KEDUA lalai membayar Harga Sewa, Biaya Perawatan dan/atau
tagihan lainnya yang terhutang selama 3 (tiga) bulan setelah pembayaran Harga
Sewa dan/atau tagihan tersebut jatuh tempo.
b. Apabila kegiatan/usaha PIHAK KEDUA dihentikan untuk sementara

berdasarkan instruksi/penetapan dari Instansi yang berwenang, atau izin


usahanya dicabut oleh PIHAK PERTAMA.
2. Segala akibat kerugian yang diderita oleh PIHAK KEDUA karena tindakan
PIHAK PERTAMA tersebut di atas sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
PIHAK KEDUA semata-mata dan dengan ini pula PIHAK KEDUA mengikatkan diri
untuk tidak mengajukan tuntutan apapun juga terhadap PIHAK PERTAMA
berkenaan dengan pengembalian Harga Sewa, Biaya Perawatan, Uang Jaminan
yang telah dibayarkan kepada PIHAK PERTAMA dan kerugian lain yang
dideritanya.
Pasal 15
PUTUSNYA PERJANJIAN SEWA-MENYEWA KARENA KEAADAN MEMAKSA
Apabila karena Force Majeure Lahan yang disewakan atau bagian daripadanya
rusak sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai dengan
tujuannya maka Perjanjian Sewa-Menyewa ini putus demi hukum terhitung sejak
keadaan memaksa itu terjadi. Dalam hal itu Pihak Kedua tetap berkewajiban
untuk melunasi pembayaran uang sewa, biaya perawatan dan tagihan-tagihan
lainnya yang tertunggak.
Pasal 16
PENYERAHAN LAHAN PADA SAAT BERAKHIRNYA PERJANJIAN
1. Apabila Perjanjian ini berakhir karena telah berakhirnya Jangka Waktu Sewa
dan apabila Lahan tidak diserahkan kepada pihak ketiga atau kepada PIHAK
PERTAMA, maka PIHAK KEDUA wajib mengosongkan dan menyerahkan kembali
Lahan yang disewakan kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu 3 (tiga) hari setelah
diterimanya permintaan/ pemberitahuan secara tertulis dari PIHAK PERTAMA
untuk mengosongan dan penyerahan tersebut.
2. Apabila setelah PIHAK KEDUA mengosongkan dan menyerahkan lahan kepada
PIHAK PERTAMA masih juga terdapat barang-barang/mesin-mesin/peralatanperalatan milik PIHAK KEDUA yang tertinggal di atas lahan yang disewakan,
maka PIHAK PERTAMA berhak untuk menyingkirkan barang-barang/mesinmesin/peralatan-peralatan tersebut dengan cara yang dianggapnya baik dan
wajar. PIHAK KEDUA dengan ini sepakat untuk tidak mengajukan tuntutan
dan/atau keberatan-keberatan yang mungkin dapat diajukan terhadap PIHAK

PERTAMA berkenaan dengan penyingkiran barang-barang/mesinmesin/peralatan-peralatan tersebut di atas.


3. Apabila PIHAK KEDUA lalai untuk mengosongkan dan menyerahkan lahan
yang disewakan pada PIHAK PERTAMA dalam jangka waktu yang ditentukan
dalam ayat (1) di atas maka PIHAK PERTAMA berhak membongkar bangunan
yang ada di atas lahan tersebut dan menguasainya dengan cara yang dirasa
baik oleh PIHAK PERTAMA tanpa perlu minta izin dari Pengadilan atau instansi
yang berwenang.
4. Hak untuk melakukan sendiri pengosongan lahan berikut segala sesuatu yang
berada di atas lahan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian ini, sehingga untuk itu suatu Surat Kuasa Khusus tidak diperlukan lagi,
jika PIHAK KEDUA cidera janji dan PIHAK PERTAMA akan menggunakan haknya.
5. PIHAK KEDUA tidak berhak, setelah penyerahan lahan kepada PIHAK PERTAMA
atau sesudahnya, untuk mengajukan tuntutan pembayaran uang pindah ataupun
pembayaran atau pengganti lainnya dari biaya-biaya yang mungkin telah
dikeluarkannya untuk peningkatan, memperbaiki atau merawat lahan.
6. Kewajiban-kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam ayat-ayat di atas akan
tetap berlaku meskipun Perjanjian Sewa Lahan ini telah berakhir atau
diputuskan.
Pasal 17
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Perselisihan yang terjadi antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA mengenai
Perjanjian Sewa Lahan ini atau setiap bagian dari padanya akan diselesaikan
secara musyawarah oleh kedua belah pihak.
2. Apabila tidak diperoleh penyelesaian, maka kedua belah pihak dengan ini
memilih tempat kediaman yang sah dan tidak berubah di Kantor Pengadilan
Negeri setempat.
Pasal 18
HUKUM YANG BERLAKU
Perjanjian ini tunduk pada hukum serta peraturan perundangan yang berlaku di
Republik Indonesia. Selanjutnya yang berkaitan dengan Perjanjian ini kedua
belah pihak sepakat untuk mengesampingkan Pasal 1266 dan 1267 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata dan kuasa yang diberikan berdasarkan


Perjanjian ini merupakan kuasa yang tidak dapat dicabut kembali karena alasan
apapun termasuk alasan yang termuat dalam Pasal 1813 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
Pasal 19
KETENTUAN LAIN-LAIN
1. Jika terjadi perubahan terhadap syarat-syarat yang menyimpang dari
Perjanjian ini dilihat dalam konteksnya secara menyeluruh maka hal demikian
tidak dapat diartikan bahwa seolah-olah PIHAK PERTAMA telah melepaskan
haknya untuk mengajukan tuntutan terhadap PIHAK KEDUA berkenaan dengan
cedera janji oleh PIHAK KEDUA yang berkaitan dengan kewajiban-kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini.
2. Perubahan dan/atau tambahan atas ketentuan-ketentuan serta pengaturan
atas hal-hal yang belum/belum cukup diatur dalam Perjanjian ini hanya dapat
dilakukan dengan suatu addendum yang disepakati oleh kedua belah pihak dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Sewa Lahan ini.
Demikianlah Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani dalam rangkap 2 (dua),
keduanya mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Anda mungkin juga menyukai