Anda di halaman 1dari 5

Oleh

Jethro Thomas
1306445166

Pendahuluan
Sejarah perkerasan jalan dimulai dari adanya urgensi dari umat manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Hal ini mengakibatkan manusia melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat
lainnya. Pada dasarnya manusia melakukan perjalanan dengan mengikuti jejak-jejak yang telah
atau sering dilewati oleh manusia. Namun, seiring dengan semakin berkembangnya jumlah
manusia dan kebutuhannya maka konstruksi jalan memberikan kontribusi yang penting dalam
mendukung kegiatan ekonomi, budaya, sosial, pertahanan, serta pertahanan. Terlebih lagi setelah
diciptakannya roda di Samaria pada tahun 3000 SM maka kebutuhan perkerasan jalan semakin
diperlukan.
Jalan selalu memainkan bagian yang penting dari kehidupan sehari-hari dan seringkali
sama tuanya dengan peradaban itu sendiri. Manusia pada zaman batu di Inggris telah melakukan
perjalanan jauh untuk mencari batu untuk dijadikan peralatan sehari-hari dan senjata dengan
melewati jalan setapak (track way). Jalan ini berada pada punggung bukit (ridge way) dan pada
abad selanjutnya menjadi jalur perhubungan yang penting sehingga berubah menjadi jalan
modern sepanjang Blackdown dan Brendon Hills.
Zaman Romawi merupakan zaman keemasan pembangunan jalan. Pada masa itu jalan
raya sepanjang 5000 mil di bangun. Jalan tersebut terbentang dari Cadiz di pantai barat Spanyol
sampai ke Prancis, Jerman, sampai Tangier membentuk suatu putaran. Jalan tersebut terkenal
karena mempunyai bentuk yang lurus sehingga penyamun tidak dapat dengan mudah melakukan
penyergapan. Selain itu, waktu itu digunakan gerobak roda empat yang sumbu depannya tidak
dapat berbelok sehingga hanya jalan lurus yang tidak menimbulkan masalah. Jalan Romawi pada
umumnya dibuat lebih tinggi dari permukaan daerah sekitarnya dengan membuat timbunan.
Indonesia memiliki jalan yang terbentang sepanjang Pulau Jawa, yaitu Jalan Pos atau De
Grote Postweg. Jalan ini dibangun atas perintah Henry William Daendels pada tahun 1808.
Pembangunan jalan ini mengorbankan beberapa ribu jiwa dan selesai hanya dalam satu tahun
(1809) untuk bentang 1.100 km. Jalan ini sampai sekarang masih memerankan peran yang
penting.

Oleh
Jethro Thomas
1306445166

Sejarah Perkerasan Jalan di Indonesia


Pembangunan jalan raya di Indonesia dimulai ketika munculnya banyak kerajaan dari
tahun 400-1519 Masehi. Indonesia pada zaman kerajaan merupakan pusat perdagangan
mancanegara sehingga banyak bangsa lain datang ke Indonesia, seperti Cina, India, Portugis,
Arab, dan Belanda. Dalam melakukan perdagangan dibuatlah jalan untuk mengangkut komoditi
dagang. Pada tahun 1605 Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) memperbanyak jalur jalan
dari pusat-pusat pertanian dan perkebunan rakyat menuju ke dermaga pelabuhan ekspor.
Pemerintah Hindia Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jendral Herman Willem Daendels
membangun Jalan Pos dari Anyer hingga Panarukan, yaitu melalui Jakarta, Bandung, Cirebon,
Purwokerto, Yogyakarta, Surabaya, dan Banyuwangi.

Gambar 1. Peta jalur Jalan Raya Pos (Sumber: Wikipedia)


Sayangnya tidak ditemukan catatan tentang jenis konstruksi jalan yang digunakan pada
De Grote Postweg ini. Sebagian besar sejarawan hanya menyatakan bahwa berdasarkan laporan
yang ada, ribuan orang dikerahkan untuk memecah batuan untuk pembanguan jalan. Jika dilihat
dari waktu pembuatannya maka ada kemungkinan jalan ini dibangun bersamaan atau paling tidak
berdekatan waktunya dengan yang dikerjakan oleh John Metcalf, Thomas Telford, dan John
Loudon McAdam. Selain itu, tidak diketahui apakah jalan ini sudah menggunakan tar sebagai
bahan perekat.
Konstruksi jalan pada tahun 1930-an adalah konstruksi jalan dengan pondasi Telford,
yaitu pasir sebagai lapis terbawah, kemudian batu belah dan di atasnya memakai batu belah yang
lebih kecil.

Oleh
Jethro Thomas
1306445166

Gambar 2. Pondasi Telford (Sumber: Buku Rekayasa Jalan Raya)


Pada tahun 1959, pemerintah Indonesia memperoleh hibah dari pemerintah Uni Soviet
untuk membangun jalan di Kalimantan. Proyek itu bernama Proyek Jalan Kalimantan (Projakal).
Perkerasan jalan pada proyek ini sudah memakai lapisan aspal beton (khusus Kota Palangkaraya)
dengan pondasi dari granular material sedangkan untuk jalan antarkota menggunakan penetrasi
ganda yang dikerjakan secara mekanis. Perhitungan tebal perkerasan masih mengacu pada cara
Uni Soviet karena Indonesia belum memiliki cara perhitungan tebal perkerasan.
Jalan beton di Indonesia baru mulai dibangun pada tahun 1985 untuk segmen antara Pluit
ke Cengkareng. Pondasi jalan dibuat dari jenis pondasi cakar ayam dan kemudian dilanjutkan
pada tahun 1987. Pada saat itu terjadi kelebihan semen produksi nasional, salah satu cara untuk
menyerap semen tersebut adalah dengan membangun jalan beton.

Gambar 3. Pembangunan Jalan Beton (Sumber: komprominews.com)

Oleh
Jethro Thomas
1306445166

Pada tahun 1980-an diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi dan butas, tetapi dalam
pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar aspalnya
yang kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi beton mastik.
Perkembangan konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal panas (hot mix) mulai
berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul dengan jenis yang lain seperti aspal
beton dan lain-lain.

Gambar 4. Pembangunan Jalan Aspal Hot Mix (Sumber: PT Jaya Sakti Kencana)
Teknik-teknik tersebut kebanyakan hanya mengembangkan jenis lapisan penutup tempat
dimana muatan/beban langsung bersinggungan. Perkembangan dan inovasi tersebut dilakukan
demi menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna jalan sekaligus diharapkan dapat mereduksi
biaya pembuatan maupun perawatan.
Secara umum perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia mulai berkembang pesat
sejak tahun 1970. Saat itu mulai diperkenalkan pembangunan perkerasan jalan sesaui dengan
fungsinya, Sementara perencanaan geometrik jalan seperti sekarang ini baru dikenal sekitar
pertengahan tahun 1960 dan baru berkembang dengan cukup pesat sejak tahun 1980.

Oleh
Jethro Thomas
1306445166

DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Satrio. (2013). Perkembangan dan Kajian Konstruksi Jalan di Indonesia:Teknologi
dan Karakreristik Lalu Lintas. Depok: Universitas Indonesia.
Soedarsono. (1993).Konstruksi Jalan Raya.Jakarta: Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum.
Toer, P. A. (2005).Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Jakarta: Lentera Dipantara.

Anda mungkin juga menyukai