PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Audit pada sektor pemerintah berbeda dengan audit yang dilakukan pada sektor
swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang institusional
dan hukum, dimana audit sektor pemerintah mempunyai prosedur dan tanggungjawab
yang berbeda serta peran yang lebih luas dibanding audit sektor swasta. Menurut UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, audit dalam sektor pemerintah (publik) terdiri dari tiga jenis yaitu audit
keuangan, audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu. Pada Undang-Undang tersebut
dinyatakan bahwa pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk
dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan
dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.
Berdasarkan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007, audit dengan tujuan tertentu
dapat bersifat: eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati
(agreed-upon procedures). Eksaminasi ialah pengujian yang memadai untuk menyatakan
simpulan dengan tingkat keyakinan positif bahwa suatu pokok masalah telah sesuai atau
telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan kriteria. Reviu
yang dimaksud sebelumnya, ialah pengujian yang memadai untuk menyatakan simpulan
dengan tingkat keyakinan negatif bahwa tidak ada informasi yang diperoleh pemeriksa dari
pekerjaan yang dilaksanakan, menunjukkan bahwa pokok masalah tidak sesuai dengan
kriteria dalam semua hal yang material. Adapun prosedur adalah pengujian yang memadai
untuk menyatakan simpulan atas hasil pelaksanaan prosedur tertentu yang disepakati
dengan pemberi tugas terhadap pokok masalah. Untuk menentukan sifat pemeriksaan
1
dengan tujuan tertentu dalam pemeriksaan dapat dilakukan melalui pertimbangan prosedur
yang akan dijalankan dan tingkat keyakinan yang diinginkan oleh pengguna. Apabila
prosedur pemeriksaan yang akan dijalankan telah disepakati dengan pemakai tertentu,
pemeriksa harus melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang bersifat agreed upon
procedures. Apabila tidak, maka pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu yang bersifat eksaminasi atau permeriksaan yang bersifat reviu.
Sebagian besar pemeriksaan yang dijalankan BPK adalah pemeriksaan dengan tujuan
tertentu yang bersifat reviu.
Audit dengan tujuan tertentu meliputi antara lain audit atas hal-hal lain di bidang
keuangan, audit investigatif, dan audit atas sistem pengendalian intern. Apabila auditor
melakukan audit dengan tujuan tertentu berdasarkan permintaan, maka BPK harus
memastikan melalui komunikasi tertulis yang memadai bahwa sifat audit dengan tujuan
tertentu adalah telah sesuai dengan permintaan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat diatas dapat dirumuskan beberapa pokok pembahasan,
yaitu:
1. Apa perbedaan pemeriksaan kinerja, pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu?
2. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan tertentu menurut Pernyataan
Standar Pemeriksaan Nomor 06?
3. Bagaimana standar pelaporan pemeriksaan tujuan tertentu menurut Pernyataan Standar
Pemeriksaan Nomor 07?
4. Bagaimana kedudukan dan peran Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 06 dan 07
dengan standar profesi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
diterbitkan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang digunakan oleh akuntan publik
dalam melakukan pemeriksaan atas entitas swasta (diluar keuangan negara), standar ini
merupakan standar profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam
pemeriksaan sesuai standar profesional yang telah ditetapkan. Adapun Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah standar profesional yang diterbitkan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang digunakan oleh akuntan dalam
melakukan pemeriksaan atas entitas pemerintah yang mengelola keuangan negara, standar
ini merupakan standar profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi
dalam pemeriksaan sesuai standar profesional yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kedua standar profesional tersebut digunakan akuntan publik
dalam melakukan pemeriksaan, Apabila mengaudit entitas swasta (non keuangan negara)
maka standar profesional yang digunakan menggunakan standar SPAP, sedangkan apabila
akuntan publik memeriksa entitas pemerintah maka standar yang digunakan dalam
pemeriksaan menggunakan standar profesional SPKN.
2.2
dibedakan menjadi :
1. Audit Keuangan
Pemeriksaan keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Audit Kinerja
Pemeriksaan kinerja merupakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek
efektivitas. Pemeriksaan kinerja dilakukan secara obyektif dan sistematik terhadap
berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas
kinerja entitas atau program/kegiatan yang diperiksa.
3. Audit Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu
hal yang diperiksa. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain
pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan
pemeriksaan atas sistem pengendalian intern.
Pemeriksaan/audit dengan tujuan tertentu dapat dibedakan menjadi :
1. Audit Ketaatan
Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara
kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1
Kriteria yang digunakan dalam audit ketaatan adalah peraturan perundangundangan yang berlaku bagi auditi. Perundang-undangan di sini diartikan dalam
arti luas, termasuk ketentuan yang dibuat oleh yang lebih tinggi dan dari luar auditi
asal berlaku bagi auditi dengan berbagai bentuk atau medianya, tertulis maupun
tidak tertulis.
2. Audit Investigatif
Audit investigatif adalah audit yang dilakukan untuk membuktikan apakah suatu
indikasi penyimpangan/kecurangan apakah memang benar terjadi atau tidak terjadi.
Jadi fokus audit investigatif adalah membuktikan apakah benar kecurangan telah
terjadi. Dalam hal dugaan kecurangan terbukti, audit investigatif harus dapat
mengidentifikasi
pihak
yang
harus
bertanggung
jawab
atas
penyimpangan/kecurangan tersebut.
Perbedaan antara audit keuangan, audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
No
Aspek
Audit Kinerja
Audit Keuangan
Audit Dengan
Tujuan Tertentu
UMUM
1
Tujuan
Menilai apakah
auditee telah
mencapai tujuan atau
harapan yang telah
ditetapkan
Fokus
Dasar akademik
Metode
Bervariasi
Bermacam-macam
tergantung pada
penugasan
No
Aspek
Audit Kinerja
Audit Keuangan
Audit Dengan
Tujuan Tertentu
Kriteria penilaian
Laporan
Bentuk laporan
kurang lebih
terstandarisasi
Dipublikasikan
secara berkala
STANDAR PELAKSANAAN
1
Pernyataan
Standar
Pemeriksaan
SPKN menetapkan
empat standar
pelaksanaan
SPKN
memberlakukan
tiga pernyataan
standar pekerjaan
lapangan SPAP IAI
dan menetapkan
lima standar
pelaksanaan
tambahan
SPKN
memberlakukan dua
pernyataan standar
pekerjaan lapangan
SPAP IAI dan
menetapkan lima
standar pelaksanaan
tambahan
Pengendalian
internal
Apabila PI
berpengaruh
signifikan terhadap
tujuan audit, PI bisa
menjadi salah satu
tujuan akhir yang
diperiksa dan
diberikan
.rekomendasi
Untuk menentukan
kedalaman
pengujian
substantive yang
akan dilakukan
Dilakukan apabila
PDTT berupa
eksaminasi
Istilah yang
Signifikansi
digunakan untuk
menunjuk pada
materialitas/
signifikansi
Materialitas
Materialitas
Bukti audit
No
Aspek
Audit Kinerja
Audit Keuangan
Audit Dengan
Tujuan Tertentu
.pemeriksa
5
Kriteria
Tidak dijelaskan
dalam standar
Spesifik untuk
setiap penugasan
audit
Bagian dari
standar
pelaksanaan
pertama tentang
perencanaan
Prinsip akuntansi
yang berlaku
umum (GAAP)
Tidak dijelaskan
dalam standar
STANDAR PELAPORAN
1
Isi laporan
Tujuan,
lingkup, dan
metodologi
Di luar standar
pelaporan SPAPIAI laporan
memuat:
a. Pernyataan
pemeriksaan
dilakukan
sesuai standar
pemeriksaan
b. Tujuan, lingkup,
dan metodologi
pemeriksaan
c. Hasil
pemeriksaan
berupa temuan,
simpulan, dan
rekomendasi;
d.
Di luar standar
pelaporan SPAPIAI laporan
memuat:
a. Pernyataan
kepatuhan
terhadap
standar
pemeriksaan
b. Pelaporan
kepatuhan
terhadap
ketentuan
peraturan
perundangan
c. Pelaporan
tentang
pengendalian
internal
Pelaporantangg d. Hasil
apan dari
pemeriksaan
pejabat yang
berupa opini
bertanggung
e. Pelaporan
jawab
tanggapan dari
pejabat yang
bertanggung
jawab
f. Pelaporan
Informasi
Rahasia
Harus dimuat
dalam laporan
karena tujuan,
lingkup, dan
metodologi setiap
Tidak diatur
dalam
pernyataan
standar karena
tujuannya sudah
Di luar standar
pelaporan SPAPIAI laporan
memuat:
a. Pernyataan
kepatuhan
terhadap
standar
pemeriksaan
b. Pelaporan
tentang
kelemahan
pengendalian
internal,
kecurangan,
penyimpangan,
serta
ketidakpatutan
;
c. Hasil
pemeriksaan
berupa
simpulan
d. Pelaporan
tanggapan dari
pejabat yang
bertanggung
jawab
e. Pelaporan
Informasi
Rahasia
Tidak diatur
dalam
pernyataan
standar karena
tema
No
Aspek
Audit Kinerja
Audit Keuangan
Audit Dengan
Tujuan Tertentu
pemeriksaan
jelas
pemeriksaan
belum tentu sama yaitumemberikan yang bervariasi
opini atas
laporan
keuangan
3
2.3
Unsur mutu
laporan
Tepat waktu,
lengkap, akurat,
objektif,
meyakinkan,
jelas, dan ringkas.
Tidak diatur
dalam
pernyataan
standar
Tidak diatur
dalam
pernyataan
standar
Dengan Tujuan Tertentu merupakan bagian dari Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) yang didalamnya menyatakan bahwa untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu,
Standar Pemeriksaan memberlakukan dua pernyataan standar pekerjaan lapangan
perikatan/penugasan atestasi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan
IAI berikut ini:
sistem
pengendalian
intern
dalam
kegiatan
pemerintahan.
Lingkungan
pengendalian,
menunjukkan
kondisi
suatu
organisasi
yang
Kecurangan (fraud),
Serta
Ketidakpatutan (abuse).
Pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau peristiwa yang dapat
mengindikasikan terjadinya ketidakpatutan. Apabila informasi yang diperoleh
pemeriksa (hal ini bisa melalui prosedur pemeriksaan, pengaduan yang diterima
mengenai terjadinya kecurangan atau cara-cara yang lain) mengindikasikan telah terjadi
ketidakpatutan, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah ketidakpatutan tersebut
secara signifikan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Apabila indikasi terjadinya
ketidakpatutan memang ada dan secara signifikan akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan, pemeriksa harus memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan, untuk:
1. Menentukan apakah ketidakpatutan memang benar-benar terjadi, dan
2. Apabila memang benar-benar terjadi, pemeriksa harus menentukan pengaruhnya
terhadap hasil pemeriksaan.
Metodologi pemeriksaan yang dilakukan dalam pemeriksaan dengan tujuan
tertentu dilakukan dengan pendekatan-pendekatan sebagai berikut:
a.
Pendekatan risiko
Metodologi yang diterapkan dalam melakukan pemeriksaan terhadap
pelaksanaan anggaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan risiko yang
didasarkan pada pemahaman dan pengujian atas efektivitas SPI. Hasil pemahaman
dan pengujian atas SPI tersebut akan menentukan tingkat keandalan SPI. Penetapan
1
c.
d.
Pelaporan
pemeriksaan
dengan
tujuan
tertentu,
Standar
Pemeriksaan
terhadap
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
termasuk
c. Akibat; memberikan hubungan yang jelas dan logis untuk menjelaskan pengaruh dari
perbedaan antara apa yang ditemukan oleh pemeriksa
seharusnya (kriteria).
d. Sebab; memberikan bukti yang meyakinkan mengenai faktor yang menjadi sumber
perbedaan antara kondisi dan kriteria.
Dalam hal pemeriksa menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan telah terjadi atau kemungkinan telah
terjadi, maka BPK harus menanyakan kepada pihak yang berwenang tersebut dan atau
kepada penasehat hukum apakah laporan mengenai adanya informasi tertentu tentang
penyimpangan
dari
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
tersebut
akan
tanggapan
tertulis
terhadap
temuan
dan
simpulan
termasuk
Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak yang
berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun dalam
hal yang diperiksa merupakan rahasia negara maka untuk tujuan keamanan atau
dilarang disampaikan kepada pihak-pihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan
tersebut.
Apabila akuntan publik atau pihak lain yang ditugasi untuk melakukan
pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan, akuntan publik atau pihak lain tersebut
harus memastikan bahwa laporan hasil pemeriksaan didistribusikan secara memadai.
Jika akuntan publik tersebut ditugasi untuk mendistribusikan laporan hasil
pemeriksaannya, maka perikatan/penugasan tersebut harus menyebutkan pihak yang
harus menerima laporan hasil pemeriksaan tersebut.
Apabila suatu pemeriksaan dihentikan sebelum berakhir, tetapi pemeriksa tidak
mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan, maka pemeriksa harus membuat catatan yang
mengikhtisarkan hasil pemeriksaannya sampai tanggal penghentian dan menjelaskan
alasan penghentian pemeriksaan. Pemeriksa juga harus mengkomunikasikan secara
tertulis alasan penghentian pemeriksaan tersebut kepada manajemen entitas yang
diperiksa, entitas yang meminta pemeriksaan tersebut, atau pejabat lain yang
berwenang.
2.4
Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan
2.
3.
alat pengukur.
Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan
4.
2.
3.
4.
5.
kemudian harus mendapatkan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas
yang diperiksa untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara
wajar, lengkap dan obyektif. Tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya
mencakup temuan dan simpulan yang dibuat oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan
perbaikan yang direncanakan. Pemeriksa harus memuat tanggapan pejabat tersebut dalam
laporan hasil pemeriksaannya. Laporan Hasil Pemeriksaan final yang telah ditandatangi
oleh penanggung jawab didistribusikan kepada pihak yang secara resmi berkepentingan
atau pihak yang telah disepakati sebagai penerima laporan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara menyatakan bahwa Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) dengan tujuan tertentu disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD
1
sesuai
dengan
kewenangannya,
dan
disampaikan
pula
kepada
2.5
membahas tentang PSP 01 hingga PSP 07 menjadi warna sehingga melengkapi standarisasi
pelaksanaan tugas profesi yang ada. Selama ini sektor swasta telah lebih maju di
bandingkan sektor publik. Dalam pengelolaan keuangan sektor privat (atau lebih banyak
swasta yang terlibat) telah dikenal Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan di bidang
pemeriksaannya telah dikenal Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang keduanya
telah diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagi organisasi profesi yang ada
dan diakui sampai saat ini.
Pada sektor publik, dalam pengelolaan keuangan khususnya pemerintahan,
pemerintah telah menerbitkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005. Oleh karenanya dengan
ditetapkannya SPKN dengan Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 melengkapi satandar
1
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perbedaan pemeriksaan kinerja, pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu dapat dilihat darii beberapa hal, yaitu : (a) umum yang meliputi tujuan, focus,
dasar akademik, metode, kriteria penilaian dan laporan; (b) standar pelaksanaan yang
meliputi pernyataan standar pemeriksaan, pengendalian internal, istilah yang
digunakan untuk menunjukkan pada materialitas/signifikansi, bukti audit serta kriteria;
(c) standar pelaporan yang meliputi isi laporan, tujuan, lingkupp dan metodologi serta
unsur mutu laporan.
2. Pernyataan Standar Pemeriksaan 06 mengenai Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu mengatur tentang pelaksanakan pekerjaan lapangan
perikatan/penugasan
atestasi
mulai
dari
perencanaaan,
pelaksanaan
hingga
Peraturan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor: