Anda di halaman 1dari 24

c    

µ
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor transportasi memiliki peran strategis dalam mendorong laju pertumbuhan


ekonomi suatu wilayah/kota. Suatu perkotaan yang tidak didukung dengan
sarana dan prasarana transportasi yang baik pada umumnya memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi yang lambat. Sebaliknya, sarana dan prasarana
transportasi yang baik akan mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain.
Karenanya, penyediaan prasarana dan sarana transportasi yang handal
merupakan suatu keniscayaan guna menentukan efektivitas pembangunan.

Tingginya nilai urbanisasi, pertumbuhan arus lalu lintas yang tidak terimbangi
pertumbuhan infrastruktur, dan pesatnya pertumbuhan kepemilikan kendaraan
pribadi menjadi penyebab permasalahan transportasi di perkotaan. Permasalahan
transportasi ini secara visual dapat dilihat dengan adanya kemacetan lalu lintas di
beberapa ruas jalan baik pada jam sibuk maupun tidak sibuk. Kompleksitas
pemasalahan transportasi perkotaan semakin bertambah dengan sistem angkutan
umum yang tidak baik pada sebagian besar kota di Indonesia. Angkutan umum
sebagai salah satu elemen dari sistem transportasi perkotaan memegang peran
yang sangat penting bagi daerah perkotaan. Kota yang ¶baik· dapat ditandai,
antara lain dengan melihat kondisi sistem angkutan umumnya. Sektor
transportasi tersebut harus mampu memberikan kemudahan (aksesibilitas) bagi
seluruh masyarakat dalam segala kegiatannya di semua lokasi yang berbeda dan
tersebar dengan karakteritik fisik yang berbeda pula. Sitem transportasi angkutan
umum yang baik harus bisa menjangkau sebagain besar wilayah perkotaan.

Saat ini di Indonesia, angkutan umum sering di tuduh menjadi penyebab


kemacetan pada hampir semua kota-kota besar. Hal ini disebabkan karena tidak

 c     

 c




 µ
c    

terdapatnya perencanaan yang mendalam serta menyeluruh yang mencakup


semua aspek-aspek yang terlibat di dalamnya seperti pola tata guna lahan, pola
jaringan jalan, pola penyebaran penduduk dan pola pergerakan, sistem operasi
(rute/trayek) dan tingkat pelayanan.

Perencanaan sistem operasi angkutan umum yang tidak mendalam serta


menyeluruh tersebut akan menambah permasalahan bagi pihak pengusaha, pihak
pemakai jasa, maupun pada kota itu sendiri seperti, tumpang tindih rute, armada
terlalu besar dengan tingkat pelayanan yang rendah, headway terlalu lama, waktu
tempuh yang lama dan lain-lain. Hal ini menyebabkan tendahnya tingkat
efektifitas, efisiensi serta pelayanan angkutan umum yang ada dan menambah
tingkat kemacetan. Kajian/studi yang menganalisa tentang rute, sistem operasi,
dan sistem pengelolaan angkutan umum merupakan suatu hal penting untuk
dibuat sebagai langkah awal guna mewujudkan angkutan umum yang nyaman,
efisein, aman, dan handal.

Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, penataan sistem angkutan umum di
Kota Surakarta sangat penting artinya guna mewujudkan angkutan umum yang
nyaman, efisein, aman, dan handal. Bila melihat dari kondisi geografisnya, Kota
Surakarta merupakan daerah yang strategis dan menjadi pusat simpul kegiatan
kabupaten di sekitarnya yakni: Sukoharjo, Wonogiri, Kla ten, Sragen, Boyolali,
Karanganyar. Selain itu Kota Surakarta juga dilewati jalur selatan yang
menghubungkan propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan letak geografis
yang sangat strategis tersebut pergerakan orang dan barang sangat padat.

Untuk mengatasi permasalahan transportasi di Kota Surakarta diperlukan


pengaturan antara sistem angkutan umum dan pergerakan kendaraan pribadi,
yang dikembangkan secara terencana dan terpadu antar berbagai jenis moda
transportasi. Sistem angkutan umum yang direncanakan tersebut harus


 c     

 c




 •
c    

mempertimbangkan Tataran Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran


Transportasi Wilayah (Tatrawil). rencana pengembangan wilayah kota Surakarta
yang tertuang dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota ( RUTRK), maupun
Masterplan Transportasi Kota Surakarta. Sebagai salah satu wujud peningkatan
kualitas pelayanan angkutan umum maka pada tahun 2007 direncanakan suatu
proyek percontohan penerapan sistem angkutan umum masal dengan jenis Batik
Solo Trans (BST). Untuk itu perlu disusun rencana rute trayek baru, identifikasi
kebutuhan infrastruktur, rencana pengelolaan dan rencana operasionalnya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari pengoperasian Sistem Batik Solo Trans (BST) adalah
untuk mewujudkan sistem angkutan umum yang nyaman, efisien, aman, handal
dan terjangkau oleh daya beli masyarakat

Adapun tujuan dari pengoperasian BST di Kota Surakarta adalah:


a. Peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum di Kota Surakarta;
b. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan beralih ke moda
angkutan umum;
c. Mengurangi tingkat polusi udara.

1.3. Manfaat Pelayanan BST

Dengan adanya pelayanan angkutan umum di kota Surakarta dengan sistem BST,
diharapkan akan didapatkan banyak manfaat, diantaranya:
a. Meningkatkan daya tarik angkutan umum, sehingga pada gilir an
selanjutnya akan terjadi perpindahan moda dari kendaraan pribadi ke
kendaraan umum.
b. Memperkecil derajat kejenuhan jalan yang ada, sebagai dampak dari
berpindahnya kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

 c     

 c




 ñ
c    

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan energi.


d. Meningkatkan aksesibilitas kota Surakarta terhadap wilayah lain.
e. Mempercepat pertumbuhan dan perkembangan kota Surakarta di segala
bidang, dalam rangka menuju kota pariwisata, perdagangan, budaya dan
kota olah raga.


 c     

 c




 {
c    

•
PERMASALAHAN TRANSPORTASI
KOTA SURAKARTA

2.1 Kondisi Transportasi

Kota Surakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak terlepas pada
permasalahan transportasi. Kemacetan banyak terjadi di daerah pusat
perdagangan (Jl. dr. Rajiman, Jl. Yos Sudarso, Jl. Letjen S. Parman, simpang
Novotel dll) maupun di koridor kota Surakarta (Simpang Joglo, simpang
Gemblegan dll), yang secara lengkap tertera dalam Gambar 1.

Kondisi lalu lintas di Kota Surakarta di sebagian besar ruas jalannya adalah Ê 
  (kendaraan cepat dan lambat berada dalam satu jalur), hal ini menyebabkan
timbulnya kesemrawutan di ruas-ruas jalan yang mempunyai lebar lajur yang
kecil. Pada kondisi seperti ini jenis kendaraan yang mempunyai dimensi yang
kecil akan tetapi mempunyai kecepatan yang tinggi akan mempunyai mobilitas
yang lebih tinggi, salah satu jenis kendaraan yang mempunyai kriteria seperti ini
adalah sepeda motor. Banyak kelebihan yang dimiliki oleh sepeda motor yaitu
kecepatan yang hampir sama dengan mobil penumpang, harga yang terjangkau
oleh daya beli masyarakat, dan mempunyai akses yang lebih besar (tidak ada
pembatasan penggunaan sepeda motor baik kepemilikan maupun ruas jalan yang
bisa dilalui) sehingga mendorong para pengguna jalan untuk menggunakannya.
Sehingga cukup beralasan kalau pada saat ini distribusi pergerakan di dalam kota
Surakarta didominasi oleh sepeda motor

 
    yang banyak terdapat di jalan-jalan utama (Jl. Slamet Riyadi, Jl.
Urip Sumoharjo, Jl. dr. Rajiman dll) menyebabkan semakin kecilnya kapasitas
jalan, ditambah lagi dengan meningkatnya hambatan samping akibat gerakan


 c     

 c




 ’
c    

parkir, menjadikan semakin besarnya nilai derajat kejenuhan (   


  ).
Derajat kejenuhan yang besar mengakibatkan menurunnya kecepatan kendaraan
di ruas jalan tersebut.

2.2 Kinerja Angkutan Umum Penumpang E ksisting

Kondisi lalu lintas di kota Surakarta di sebagian besar ruas jalannya adalah Ê 
  (kendaraan cepat dan lambat berada dalam satu jalur), hal ini menyebabkan
timbulnya kesemrawutan di ruas-ruas jalan yang mempunyai lebar lajur yang
kecil. Pada kondisi seperti ini jenis kendaraan yang mempunyai dimensi yang
kecil akan tetapi mempunyai kecepatan yang tinggi akan mempunyai mobilitas
yang lebih tinggi, salah satu jenis kendaraan yang mempunyai kriteria seperti ini
adalah sepeda motor. Banyak kelebihan yang dimiliki oleh sepeda motor yaitu
kecepatan yang hampir sama dengan mobil penumpang, harga yang terjangkau
oleh daya beli masyarakat, dan mempunyai akses yang lebih besar (tidak ada
pembatasan penggunaan sepeda motor baik kepemilikan maupun ruas jalan yang
bisa dilalui) sehingga mendorong para pengguna jalan untuk menggunakannya.
Sehingga cukup beralasan kalau pada saat ini distribusi pergerakan di dalam kota
Surakarta didominasi oleh sepeda motor.

Tingkat pertumbuhan angkutan umum 2,66%/tahun yang lebih kecil dibanding


tingkat pertumbuhan kendaraan pribadi 4%/tahun menunjukkan bahwa
angkutan pribadi lebih diminati di Surakarta. Jumlah armada angkutan umum
yang beroperasi untuk saat ini ialah 281 bus kota, 4200 angkutan kota (angkot)
dan 430 taksi. Bus kota terdistribusi dalam 22 trayek dan angkot 11 trayek, dengan
kondisi angkutan kota tidak mempunyai fungsi sebagai angkutan   , akan
tetapi rutenya overlap dengan rute trayek bus kota. Angkutan umum beroperasi
selama 12 jam dan hari operasional rata-rata 24 hari per-bulan.


 c     

 c




 m
c    

Permasalahan angkutan umum dari sisi pengoperasiannya dapat dilihat dari


nilai rata-rata a  untuk bus yang hanya sekitar 41% pada jam sibuk,
dengan   rata-rata 20,2 menit. Kondisi ini mengindikasikan kecilnya
pengguna angkutan umum sehingga tidak memberikan jaminan keuntungan
yang cukup bagi pengusaha bus.

Pada saat jam puncak pengguna AUP didominasi pelajar/mahasiswa yaitu


sebesar 66%, sedangkan 22% pegawai swasta, 3% PNS, 5% tidak bekerja dan 4%
lainnya (hasil survai Studi Kinerja Halte, 2007). Bisa diestimasikan bahwa pelajar
adalah seseorang yang belum mempunyai penghasilan sehingga tidak
mempunyai prasarana lain untuk melakukan perjalanan,    


Sebagian besar angkutan umum penumpang di kota Surakarta mempunyai jenis


ekonomi regular dengan kinerja yang kurang baik; usia bus kota berkisar 15 - 20
tahun, perilaku awak bus yang kurang baik, dan kebersihan bus yang tidak
terjaga sehingga menjadi penyebab bus kota semakin ditinggalkan para
penggunanya.

Untuk menarik kembali pengguna angkutan umum penumpang maka perlu


diberikan sebuah jenis pelayanan angkutan umum penumpang yang nyaman,
aman, murah dan handal. Salah satu alternatif usulan jenis bus yang memenuhi
spesifikasi ini adalah Batik Solo Trans (BST).


 c     

 c




 6
c    

ñ
RENCANA PELAYANAN TRAYEK
UTAMA

3.1 RUTE PELAYANAN

Berdasarkan rencana pengembangan Kota Surakarta sebagai pusat aglomerasi


Subosukawonosraten, maka rencana pengembangan Batik Solo Trans (BST) di
Kota Surakata dilakukan secara bertahap dengan pilot project pada jalur/ rute
yang sudah ada yaitu Jalur Perum DAMRI dengan rincian rute sebagai berikut :

Terminal Kartosuro- Jalan Slamet Riyadi- Perempatan Gendengan- Bundaran


Gladag- Jalan Jenderal Sudirman- Balai Kota Surakarta- Pasar Gede- Jalan ²
Jalan Urip Sumoharjo- Panggung- Jl. Ir. Sutami- Terminal Palur kembali
Terminal Palur ² Jl. Ir. Sutami- Panggung ² Jalan Urip Sumoharjo- Bundaran
Gladag- Sangkrah- Jalan Kapten Mulyadi- Perempatan Baturono- Jl. Veteran-
Jalan Bhayangkara- Bundaran Baron- Jalan Dr. Radjiman- Jalan Dr. Wahidin-
Jalan Slamet Riyadi- Terminal Kartosuro.
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Rute Jarak Tempuh Waktu Tempuh Jumlah bus
eksisting
Termnal Kartosuro-Terminal 18 km 55 menit 15 armada
Palur
Terminal Palur- Terminal 21 km 57 menit
Kartosuro- Bandara
Internasional

39 km 112 menit 15 armada


 c     

 c




 §
c    

3.2 Jenis Moda Angkutan

Penentuan jenis moda didasarkan pada besaran kapasitas ruas jalan dan demand
di Kota Surakarta. Moda yang digunakan untuk Batik Solo Trans adalah bus
sedang dengan kapasitas 25 tempat duduk, dengan spesifikasi kendaraan jenis
kendaraan Batik Solo Trans, ketinggian pintu samping 70 cm dari tanah, tempat
duduk saling berhadapan, fasilitas Air Conditioner (AC).

3.4 Kebutuhan Sarana Angkutan Masal

Kebutuhan sarana angkutan umum untuk pelayanan rute ini adalah sama
dengan jumlah kendaraan yang sudah melayani yaitu 15 kendaraan.

3.5 Kebutuhan Fasilitas Pendukung

Dengan memperhatikan kriteria 

 a  (keterjangkauan),  a  a 
(kehandalan) dan   , implementasi trayek utama dengan pelayanan
menggunakan Batik Solo Trans (angkutan massal atau ´bus kotaµ)
mempertimbangkan kebutuhan fasilitas pendukung, berupa ;

3.5.1 Terminal Penumpang Awal dan akhir


Kebutuhan terminal awal dan akhir berada pada Terminal Palur dan
Bandara Internasional Adisumarmo, untuk kondisi sekarang prasarana
yang harus dibangun pada lokasi terminal adalah halte sesuai dengan
spesifikasi kendaraan.

3.5.2 Shelter
Jumlah halte yang akan dibangun sepanjang koridor pelayanan BST koridor
pertama sebanyak 35 (tiga puluh lima) buah, untuk pembangunan
Pemerintah Kota Surakarta menggandeng pihak ketiga yaitu perusahaan
yang bergerak dibidang jasa advertising, dimana dalam kerjasama

 c     

 c




 R
c    

pembangunan perusahaan periklanan mendapatkan kompensasi


pemasangan iklan pada ruang/space di halte sesuai dengan spesifikasi
teknis yang telah ditentukan.
Untuk pembangunan halte dimulai akhir bulan Maret menunggu kontrak
kerjasama antara Pemerintah Kota Surakarta dengan Pihak Ketiga yang saat
ini sudah pada tahap sinkronisasi desain.

3.5.3 Rambu-rambu Lalu Lintas dan RPPJ


Kebutuhan rambu berupa :
Rambu Lokas halte sebanyak 70 buah
Rambu hati-hati sebanyak 70 buah
Rambu larangan parkir 70 buah
Rambu RPPJ sebanyak 5 buah

3.5.4 Marka Jalan


Marka jalan dibutuhkan pada lokasi halte dengan rincian sebagai berikut:
Marka garis lurus di depan halte, sebagai pemisah lajur bus dan lajur
kendaraan umum.
Marka tulisan µ BUS STOPµ = 33 buah
Marka larangan parkir zig zag warna kuning 70 buah

3.5.5 Fasilitas Pejalan Kaki (City Walk)


Untuk fasilitas pejalan kaki disepanjang rute pelayanan ini telah dibangun
city walk sepanjang 6.5 km yang diharapkan dapat saling sinergi dan
mendukung untuk peningkatan pelayanan masyarakat.

3.6 Sosialisasi Program BST

Sosialisasi Program Batik Solo Trans (BST) Kota Surakarta sudah


dilaksanakan sejak tahun 2007 kepada semua stakeholder baik pengusaha


 c     

 c




µ 
c    

bus kota, paguyuban becak, instansi terkait, masyarakat, pelajar dan


mahasiswa.
Sedangkan untuk program BST sebagai peremajaan jalur DAMRI selalu
dilaksanakan baik melalui media masa maupun media elektronik (radio,
televisi TA TV) dan juga secara berkala dilakukan rapat sosialisasi kepada
stake holder angkutan umum.


 c     

 c




µµ
c    

{
RENCANA PENGOPERASIAN
BST KORIDOR 1

Keberhasilan pengembangan wilayah kota Surakarta sangat memerlukan


dukungan penyediaan fasilitas pergerakan transportasi moda udara, yang pada
beberapa tahun terakhir di Indonesia pergerakan ini menunjukkan peningkatan
yang sangat besar akan jumlah penggunanya. Bandara Adi Sumarmo yang
terletak di perbatasan antara Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali merupakan
akses moda udara menuju kota Surakarta sehingga keberadaan, fungsi, dan
kinerja yang baik dari Bandara Adi sumarmo akan mendukung pengembanagan
wilayah kota Surakarta. Bandara ini berfungsi sebagai Bandara Internasional dan
embarkasi haji sejak tahun 1990-an dan pada saat ini dikembangkan menjadi
embarkasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Untuk memenuhi fungsinya, bandara
Adi Sumarmo seharusnya mempunyai angkutan umum masal yang
menghubungkannya dengan pusat kota-pusat kota sekitarnya. Sementara ini
satu-satunya angkutan umum yang menghubungkan bandara Adi Sumarmo
dengan kota Surakarta hanyalah Taksi Bandara, yang tentu saja mempunyai tarif
yang lebih tinggi dibandingkan dengan apabila tersedia Batik Solo Trans.

4.1 Rute Pelayanan

Mendukung perkembangan bandara Adi Sumarmo (saat ini berfungsi sebagai


Bandara Internasional, embarkasi haji dan embarkasi TKI), penyediaan a 

 untuk masyarakat kota Surakarta, serta potensi demand internal pada


 c     

 c




µ•
c    

koridor tersebut maka sebagai a   dipilih rute eksisting dengan lintasan
rute:
Terminal Kartosuro- Jalan Slamet Riyadi- Perempatan Gendengan- Bundaran
Gladag- Jalan Jenderal Sudirman- Balai Kota Surakarta- Pasar Gede- Jalan ²
Jalan Urip Sumoharjo- Panggung- Jl. Ir. Sutami- Terminal Palur kembali
Terminal Palur ² Jl. Ir. Sutami- Panggung ² Jalan Urip Sumoharjo- Bundaran
Gladag- Sangkrah- Jalan Kapten Mulyadi- Perempatan Baturono- Jl. Veteran-
Jalan Bhayangkara- Bundaran Baron- Jalan Dr. Radjiman- Jalan Dr. Wahidin-
Jalan Slamet Riyadi- Terminal Kartosuro.

4.2 Time Table



 Ê  a adalah informasi tentang kepastuan keberangkatan dan kedatangan
dari pengoperasian Batik Solo Trans (BST) Surakarta dalam rencana
pengoperasian BST akan ditetapkan time table berdasarkan jam pelayanan yang
diberikan dengan rincian sebagai berikut :
Jam sibuk ( 06.00-08.00)dan (14.00-16.00) : Waktu antar kendaraan 6 menit
Diluar Jam Sibuk (08.00-14.00 dan 16.00-18.00) : Waktu antar kendaraan 10 menit


 c     

 c




µñ
c    

4.4 Desain Halte












4.5 Titik Lokasi Pembangunan Halte


Lokasi pembangunan halte BST pada koridor pertama ini direncanakan
sebanyk 35 (tiga puluh lima) buah yang berada disepanjang koridor
lintasan/ trayek, dengan rincian sebanyak 24 (dua puluh empat) kendaraan
dibangun di Wilayah administrasi Kota Surakarta, 2 (dua) di wilayah
administrasi Kabupaten Karanganyar dan 9 (sembilan) dibangun diwilayah


 c     

 c




µ{
c    

Kabupaten Sukoharjo. Rincian titik lokasi pembangunan halte dapat


dijelaskan sebagai berikut :


 c     

 c




µ’
c    

RUTE BANDARA-TERMINAL PALUR RUTE TERMINAL PALUR-BANDARA


NO TITIK LOKASI WILAYAH NO TITIK LOKASI WILAYAH

1 TERMINAL KARTOSURO SUKOHARJO 18 DEPAN MITRA PALUR KARANGANYAR


2 SIMPANG 4 KARTOSURO SUKOHARJO 19 DEPAN UNS/baru SURAKARTA
3 SIMPANG GEMBONGAN SUKOHARJO 20 HALTE DEPAN RSUD SURAKARTA
MUWARDI/halte lama
4 UMS SUKOHARJO 21 PASAR GEDE/halte lama SURAKARTA
5 MENDUNGAN/KLECO SUKOHARJO 22 DEPAN BANK DANAMON/baru SURAKARTA
6 FAROKHA/ baru SURAKARTA 23 DEPAN RSI. KUSTATI/baru SURAKARTA
7 STA.PURWOSARI/ baru SURAKARTA 24 HALTE GADING/baru SURAKARTA
8 DEPAN GRAND MALL/halte lama SURAKARTA 25 DEPAN KORAMIL SURAKARTA
SERENGAN/baru
9 SRIWEDARI/halte lama SURAKARTA 26 DEPAN MAKRO/baru SURAKARTA
10 PASAR PON/halte lama SURAKARTA 27 HALTE BARON SURAKARTA
(TIMUR APOTIK)/baru
11 DEPAN BANK NIAGA/halte lama SURAKARTA 28 HALTE GENDENGAN/baru SURAKARTA
12 DEPAN PEMKOT/baru SURAKARTA 29 HALTE DEPAN RS KASIH IBU/halte
lama
13 PASAR GEDE/ baru SURAKARTA 30 HALTE DEPAN INDOSAT/halte SURAKARTA
lama
14 DEPAN INDO MOTO/baru SURAKARTA 31 DEPAN SOLO SQUARE/baru SURAKARTA
15 DEPAN RS.MUWARDI/halte lama SURAKARTA 32 KLECO SUKOHARJO
16 DEPAN UNS/baru SURAKARTA 33 DEPAN UMS SUKOHARJO
17 TERMIAL PALUR KARANGANYAR 34 GEMBONGAN SUKOHARJO
35 SIMP. KARTOSURO SUKOHARJO

 c     

 c




 µm
c    

4.6 Desain Bus

4.6.1 Desain Eksterior


Desain Bus yang akan digunakan dalam operasional BST koridor pertama
adalah dengan menggunakan bus sedang dengan spesifikasi khusus, pintu
dengan ketinggian dek 70 cm dari tanah, hal ini untuk memaksa kepada
para penumpang untuk tidak naik disembarang tempat, hanya pada halte -
halte khusus para penumpang bisa menggunakan moda angkutan umum
ini, sehingga kedepan ketertiban dan kelancaran lalu lintas dapat tercapai,
selain untuk memberikan sosialisasi tertib berlalu lintas kepada masyarakat.
Jenis bus dan desain gambar untuk BST untuk koridor pertama sebagai
berikut :


 c     

 c




µ6
c    

4.6.2 Desain Interior


 c     

 c




µ§
c    

4.7 Pengelolaan

Sistem pengelolaan BST Kota Surakarta dikerjasamakan dengan Pihak Perum


DAMRI yang dituangkan dalam bentuk Nota Kesepahaman dan Perjanjian
Kerjasama antara Pemerintah Kota Surakarta dengan Perum DAMRI
mengenai tugas dan tanggung jawab masing -masing pihak meliputi :
Hak dan Kewajiban Masing-Masing Pihak
Kewajiban Pihak Pemerintah Kota Surakarta :
4.4.1 Penyediaan Bus sebanyak 15 armada
4.4.2 Penyediaan Infrastruktur (Halte, Rambu, Marka, Smart Tiketing)
4.4.3 Sosialisasi Program
Hak Pihak Pemerintah Kota Surakarta
4.5.1 Peningkatan Pelayanan Angkutan Umum
4.5.2 Mendapatkan Aset bus baru pada berakhirnya perjanjian kerjasama
Pihak Perum DAMRI
Kewajiban Pihak Perum DAMRI


 c     

 c




µR
c    

4.4.1 Menyediakan dana operasional (Biaya Operasi Kendaraan ) untuk


pelaksanaan program BST
4.4.2 Menyediakan dana untuk proses surat menyurat (BBN, Pajak STNK )
Hak Perum DAMRI
4.5.1 mendapatkan hak pengelolaan dana dari operasional kendaraan

4.7 Sistem Tarif

Tarif yang akan diberlakukan dalam Program BST ini adalah tarif flat,
dalam arti tarif jauh dekat sama, dan tentunya dalam penetapan tarif
memperhatikan tingkat kemampun bayar dari masyarakat dan bisa
menutp biaya operasi kendaraan. Besaran Tarif yang diakan ditetapkan
berkisar antara Rp. 2500-3000 rupiah dan, besaran tarif ini akan dilakukan
evaluasi setiap tahun.


 c     

 c




• 
c    
’
PERMASALAHAN PELAKSANAAN
PEKERJAAN FASILITAS PENDUKUNG BST

Pelaksanaan pekerjaan fasilitas pendukung Batik Solo Trans (angkutan


massal atau ´bus kotaµ) berupa marka dan rambu , bentuk dan jenisnya
sebagai berikut :

5.1 Rambu-rambu Lalu Lintas dan RPPJ

Gambar Keterangan

Jenis dan bentuk rambu


petunjuk lokasi halte dengan
ukuran sedang :

Jenis dan bentuk rambu hati-


hati halte BST dengan ukuran
sedang:

?  

Jenis dan bentuk rambu


larangan parkir sepanjang 5
meter dengan ukuran sedang :

  


 c     

 c




•µ
c    

Jenis dan bentuk RPPJ dengan


? ? 
kontroksi ´Fµ ukuran sedang:
  µ• 

   

µ§ 

5.2 Marka Jalan

Gambar Keterangan

?  Marka tulisan µ BUS STOPµ :

Marka larangan parkir zig


zag warna kuning
5 METER

Pemerintah Kota Suarakarta tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan,


mengingat keterbatasan anggaran APBD Kota Surakarta tahun ini, adapun
untuk lebih jelasnya terkait dengan fasilitas yang sudah di laksanakan dan
kekuranganya dapat dilihat pada table berikut :


 c     

 c




••
c    

Tabel : Kebutuhan Fasilitas Pendukung BST


No Uraian Kebutuhan Terealisasi Kekurangan
(buah) (buah) (buah)
1. Rambu-rambu Lalu Lintas dan RPPJ
- Rambu Lokasi Halte 70 70 -
- Rambu Hati-Hati 70 70 -
- Rambu Larangan Parkir 35 - 35
- Rambu RPPJ 5 2 3

2. Marka Jalan
- Marka Tulisan "BUS STOP" 33 33 -
- Marka Larangan Parkir Zig Zag Warna
Kuning 70 - 70
@Ê 
a@ 

Dari table diatas terlihat bahwa kekurangan fasilitas yang harus di penuhi
dan kebutuhan anggaran
Harga
No Uraian Kekurangan Satuan Jumlah
(Buah) (Rp) (Rp)
1 Rambu Larangan Parkir 54 610.000 32.940.000
2 Rambu RPPJ 3 7.100.000 21.300.000

Marka Larangan Parkir Zig Zag Warna


3 Kuning 700 m 65.000/m 45.500.000
Total 99.740.000
Pembulatan 100.000.000
@Ê 
a a


Dari table diatas terlihat bahwa kebutuhan anggaran untuk memenuhi


seluruh fasilitas yang dibutuhkan dalam mendukung oprasional BST
(Batik Solo Trans) sebesar Rp. 100.000.000,- terbilang (@ 
  

5.3 Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Pemasngana Fasilitas Pendukung penyelenggaraan BST


dilaksanakan dalam waktu 3 bulan.


 c     

 c




•ñ
c    

m
PENUTUP
Batik Solo Trans Surakarta diharapkan dapat membenahi citra angkutan umum
yang ada saat ini serta dapat memenuhi fungsinya sebagai angkutan umum yang
aman, nyaman, cepat dan murah sehingga dapat membantu mengurangi
permasalahan transportasi. Tentunya besar harapan dari Pemerintah Kota
Surakarta dukungan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementrian
Perhubungan Republik Indonesia dapat merealisasikan kebutuhan fasilitas
pendukungam rangka penyelenggaraan BST di Kota Surakarta.

Surakarta, Maret 2010


KEPALA DINAS PERHUBUNGAN
KOTA SURAKARTA

Drs.YOSCA HERMAN SOEDRADJAD,MM


Pembina Tingkat I
NIP. 19620331 198801 1 001


 c     

 c




•{

Anda mungkin juga menyukai