PENDAHULUAN
Laringitis akut memiliki onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri. Jika
pasien memiliki gejala laringitis lebih dari 3 minggu, keadaan ini diklasifikasikan
sebagai laringitis kronik. Etiologi larigitis akut dapat berupa penyalahgunaan suara,
pemaparan dengan agen yang berbahaya atau agen infeksius lainnya yang
menyebabkan infeksi traktus respirasi bagian atas. Agen infeksius paling banyak
adalah virus, akan tetapi kadang-kadang bakteri.
Biasanya laringitis akut dapat sembuh spontan dalam beberapa hari. Serak
dapat menetap bila sekresi normal belum pulih. Beberapa pasien cenderung menderita
afonia fungsioal setelah laringitis akut. Pemeriksaan tindak lanjut menunjukkan laring
yang normal, akan tetapi hampir tanpa suara. Rujukan kepada ahli patologi suara
akan dapat mengatasi keadaan tersebut.( Buku Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan.Penerbit Buku Kedokteran EGC,1991)
Oleh karena pada umumnya kebanyakan pasien datang dengan diagnosis
laryngitis akut maka penulis berusaha berbagi informasi dan menyajikan referat
tentang laryngitis akut. Penulis berusaha untuk menulis semua aspek tersebut dalam
tinjauan pustaka referat ini dan diharapkan dapat bermanfaat.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana patofisiologi terjadinya laringitis akut ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan laporan laryngitis akut diharapkan mengetahui
Tujuan Khusus
Untuk lebih mengenal dan mampu menjelaskan tentang ruang lingkup
Manfaat
Dengan di susunnya makalah laryngitis akut ini kita diharapkan sebagai
dokter dapat mengetahui tentang etiologi , patofisiologi , dan juga dapat lebih tepat
dalam mendiagnosa maupun memberikan terapi tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring
dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi.
2.1.1
vokalis
pada masing masing sisi. Jadi konus elaktikus terletak dibawah mukosa di
bawah permukaan korda vokalis.( Cohen JL,1997)
2.1.2
Otot-otot Laring
Otot otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok. Otot ekstrinsik
yang terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sementara otot intrinsik
menyebabkan gerakan antara struktur struktur laring sendiri. Otot ekstrinsik
dapat digolongkan menurut fungsinya.
Otot depresor atau otot-otot leher ( omohioideus, sternotyroideus,
sternohyoideus ) berasal dari bagian inferior. Otot levator ( milohyoideus,
geniohyoideus, genioglosus, hyoglosus, digastrikus dan stilohyoideus ) meluas
dari os hyoideum ke mandibula, lidah dan prosessus stiloideus pada kranium.
Otot tirohioideus walaupun digolongkan sebagai otot otot leher, terutama
berfungsi sebagai elevator. Melekat pada os hioideum dan ujung posterior alae
kartilago tiroidea adalah otot konstriktor medius dan inferior yang melingkari
faring disebelah posterior dan berfungsi pada saat menelan. Serat serat paling
bawah dari otot konstriktor inferior berasal dari krikoid, membentuk
krikofaringeus yang kuat, yang berfungsi sebagai sfingter esophagus superior.
Anatomi otot otot intrinsik laring paling baik dimengerti dengan
mangaitkan fungsinya. Seratserat otot interaritenoideus
(aritenoideus)
lainnya adalah pasangan otot krikotiroideus, yaitu otot yang berbentuk kipas
berasal dari arkus krikoidea disebelah anterior dan berinsersi pada permukaan
lateral alae tiroid yang luas. Kontraksi otot ini menarik kartrilago tiroidea
kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Kontraksi ini secara pasif
juga memutar aritenoid ke medial,sehingga otot krikotiroideus juga dianggap
sebagai otot abduktor.
2.1.3
Persarafan
Dua pasangan saraf mengurus laring dengan persarafan sensorik dan
motorik. Dua saraf laringeus superior dan dan dua inferior atau laringeus
rekurens saraf laringeus merupakan cabang cabang saraf vagus. Saraf
laringeus superior meninggalkan trunkus vagalis tepat dibawah ganglion
nodusum melengkung ke anterior dan medial dibawah arteri karotis eksterna
dan interna, dan bercabang dua menjadi suatu cabang sensorik interna dan
cabang motorik eksterna. Cabang interna menembus membrana tirohioidea
untuk mengurus persarafan sensorik valekula, epiglottis, sinus piriformis dan
seluruh mukosa laring superior interna tepi bebas korda vokalis sejati. Masing
masing cabang eksterna merupakan suplai motoric untuk satu otot saja,
yaitu otot krikotiroideus. Disebelah inferior, saraf rekurens berjalan naik dalam
alur diantara trakea dan esofagus, masuk kedalam laring tepat dibelakang
artikulasio krikotiroideus, dan mengurus persarafan motorik
semua
otot
Fisiologi Laring
Laring memiliki 3 fungsi yaitu untuk bersuara, bernapas, dan proteksi
jalan napas.
2.2.1
Stadium respirasi
Kedua korda vokalis ditarik ke lateral oleh muskulus golongan
abductor yaitu m. krikoaritenoideus posterior sehingga rima glottis terbuka.
2.2.2
Stadium fonasi
Korda vokalis digerakkan ke medial oleh muskulus golongan aduktor
sehingga rima glottis menutup. Suara terbentuk karena tiupan udara dari paru
yang menggetarkan
menutup secara cepat sekali sehingga timbul getaran suara. Selain itu ada teori
neurochronaxi yang mengatakan perlunya rangsangan saraf rekurens ke otot
intrinsik laring supaya bergetar. ( Sri Herawati, Sri Rukmini 2002)
Untuk terjadinya suara yang nyaring diperlukan syarat-syarat yaitu :
a) Secara anatomi korda vokalis normal (tidak ada oedem, tumor,
dan lain-lain).
Definisi
Laringitis akut adalah infeksi akut pada mukosa laring. Infeksi ini pada
umumnya merupakan kelanjutan dari rhinitis akut atau nasofaring akut. (PDT, 2005)
Laringitis adalah peradangan kotak suara (laring) karena terlalu banyak
digunakan, iritasi atau infeksi. Di dalam kotak suara terdapat pita suara dua lipatan
selaput lendir yang membungkus otot dan tulang rawan ( Emirzaa, 2013)
Laringitis akut dapat merupakan infeksi lokal atau bagian dari infeksi sistem
pernafasan atas. Pada anak dapat menimbulkan sumbatan, jalan nafas cepat karena
rima glotisnya relatif lebih sempit, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada
anak anak.
2.4
Epidemiologi
Dari penelitian di Seattle Amerika, didapatkan angka serangan croup pada
bayi usia 0-5 bulan didapatkan 5.2 dari 1000 anak per tahun, pada bayi usia 6-12 bulan
didapatkan 11 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 1 tahun didapatkan 14.9 dari
1000 anak per tahun, pada anak usia 2-3 tahun didapatkan 7.5 dari 1000 anak per
tahun, dan pada anak usia 4-5 tahun didapatkan 3.1 dari 1000 anak per tahun.( Foy
dkk,1973)
Dari penelitian di Chapel Hill NC, didapatkan data-data
perbandingannya
yaitu 24.3, 39.7, 47, 31.2, dan 14.5, dan dari data-data tersebut didapatkan 1.26%
membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Di Tuscon AZ didapatkan angka serangan croup selama tahun pertama
kehidupan 107 kasus dari 961 anak. Laringitis atau croup mempunyai puncak
insidensi pada usia 1-2 tahun. Sebelum usia 6 tahun laki-laki lebih mudah
terserang
Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan
suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau
sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau
regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda
yang lebih serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis
berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.
Pada laringitis akut pada kebanyakan kasus dilapangan sering disebabkan
virus. Virus tersering yang menyebabkan laringitis akut adalah Virus parainfluenza 1.
Namun terdapat juga beberapa virus lain yang merupakan penyebab laringitis akut
yaitu ; Virus parainfluenza 3, Virus Influenza A dan B, Adenovirus, dan Rhinovirus.
Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
2.6
Patofisiologi
Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang
Diagnosa
2.7.1
Gejala klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai
suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan
nada lebih rendah 5 dari suara yang biasa / normal dimana terjadi
gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita
suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjada parau
bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni). ( Faradilla 2009)
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
paru .
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti subglotis yang
terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak
berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah
berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan
epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang
dapat mengancam jiwa anak.
(www.nhsdirect.nhs.uk/articles/article, 13 Oktober 2010.)
2.7.2
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
laring , dan tiroid. Kelenjar leher pada umumnya baru bisa teraba apabila ada
pembesaran lebih dari 1 cm.
Palpasi
oedem
Rima glottis sempit ( terutama pada anak).
( PDT,2005)
Pemeriksaan penunjang
1. Foto rontgen leher AP : Tanda ini ditemukan pada 50% kasus, pemeriksaan
rontagen leher tidak berperan dalam penentuan diagnosis, tetapi dapat
ditemukan gambaran staplle sign (penyempitan dari supraglotis) Foto rontgen
leher AP bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda
ini ditemukan pada 50% kasus pada foto AP dan penyempitan subglotis pada
foto lateral, walaupun kadang gambaran tersebut tidak didapatkan.
sembab,
hiperemis
dan
tanpa
membran
serta
tampak
2.8
Diagnosis banding
Hampir setiap orang dapat terkena laringitis baik akut maupun kronis.
Laringitis biasanya berkaitan dengan infeksi virus pada traktus respiratorius bagian
atas. Akan tetapi inflamasi tesebut juga dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab
diantaranya adalah
laringitis akut
1. Rhinovirus
Laringitis kronis
1.
Infeksi bakteri
2. Parainfluenza virus
2.
Infeksi tuberkulosis
3. Adenovirus
3.
Sifilis
4. Virus mumps
4.
Leprae
5.
Virus
6. Penggunaan asma
6.
Jamur
7.
Actinomycosis
8.
Berbicara
9.
Alergi
10.
inhaler
dimuka
Mengajar
umum
8. Alergi
debu
9. Streptococcus grup A
11.
12.
Alkohol
13.
Gatroesophageal refluks
Penatalaksanaan
2.9.1 Terapi
a) Instirahat, khususnya istirahat bicara.
2.10 Pencegahan
Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan
kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan
akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu
banyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk
mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan
karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara,
meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan
memproduksi lebih banyak lender.( Faradilla N, 2009)
2.11
Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya
selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini
dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal
atau trakeostomiaik. (Faradilla N ,2009)
Laringitis akut umunya bersifat self limited. bila terapi dilakukan dengan baik
maka prognosisnya sangat baik. Pada laringitis kronis prognosis bergantung kepada
penyebab dari laringitis kronis tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan :
Laringitis akut merupakan proses peradangan atau inflamasi yang terjadi pada
laring dan dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab. Penyebab tersering dari
laringitis akut ini adalah virus parainfluenza.
Gejala yang terjadi pada laringitis akut ini adalah batuk yang menggonggong,
suara serak, stridor inspirasi dan sesak nafas, dapat juga disertai dengan demam.
Gejala biasanya lebih berat pada malam hari. Bisa didahului oleh pilek, hidung
tersumbat, batuk dan sakit menelan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara serak,
coryza, faring yang meradang dan frekuensi pernafasan dan denyut jantung yang
meningkat, disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, infrasternal dan
intercostal serta stridor terus menerus, megap-megap (air hunger), hipoksia, saturarsi
oksigen yang rendah, dan sianosis. Dari pemeriksaan penunjang bisa didapatkan pada
laringoskopi ditemukan kemerahan pada laring yang difus bersama dengan pelebaran
pembuluh darah dari pita suara, kadang bercak-bercak dari sekresi, pergerakan pita
suara dapat ditemukan asimetris dan tidak periodik. Dari pemeriksaan rontagen leher
dapat ditemukan gambaran staplle sign pada foto AP dan penyempitan subglotis pada
foto lateral. Dapat dilakukan pemeriksaan gram dan kultur dengan tes sensitivitas.
Dari darah didapatkan lekositosis ringan dan limfositosis.
Laringitis akut umunya bersifat self limited. bila terapi dilakukan dengan baik
maka prognosisnya sangat baik.
3.2 Saran :
BAB 1V
DAFTAR PUSTAKA
Herawati, Sri, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Untuk
Mahasiswa FKG. Jakarta: EGC.
Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media in: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18th ed. USA: Saunders Elsevier, 2632-2646
Pedoman diagnosisi dan terapi.2005. Edisi III. Surabaya: bagian SMF Ilmu Penyakit
THT RSUD Dr, Soetomo
Buku ajar ilmu kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok. Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia. Edisi 6. 2007. Jakarta K Shah, Rahul ; Acute
Laryngitis, Available at :http://www.emedicine.com/ENT/topic353.htm. )
Cody R, Thane. Kern B. Lugene, Pearson W. Bruce. Serak dan Kelainan Suara.
Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Alih bahasa
Samsudin Sonny, Editor, Adrianto Petrus, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 1991, Hal 340-354)
Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit
THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76)
K.Shah,Rahul;AcuteLaryngitis,Availableat:http://www.emedicine.com/ENT/topic353
.htm. Date Access : 15 Oktober 2010
Faradilla N Laringitis Akut, Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru,
Riau 2009
Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan EGC 2009 Gambar 2.4 Croup
Steeple,sign,Available,at:http://en.wikipedia.org/wiki/File:Croup_steeple_sign
.jpg