Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kegiatan Tutorial

Minggu 5
Kisah Nagari Limo Suku

Oleh :

Kelompok 24 D
1410312029
1410311018
1410312005
1410311099
1410312071
1410312094
1410311038
1410314008
1410311016
1410315001

LO 1

Annisa Qatrunnada
Dwitri Ramadhana Dirizky
Fanny Dwi Putri
Fanny Permata Andriani
Faris Muhammad
Lathiful Hilman
Muthia Rahmi
Rajeswary Vasu
Yulia Oksi Yulanda
Tifany Khalisa Rinaldy

Cara Menentukan Status Gizi & Indikator yang


Digunakan
Menurut Supariasa, 2001, pada dasarnya ada 2 cara untuk menilai status
gizi, yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung.
1. Penilaian Secara Langsung
Antropometri
Terdiri dari pengukuran :
Berat badan menurut umur
Tinggi badan menurut umur
Berat badan terhadap tinggi badan
Lingkar lengan atas
Indeks masa tubuh
Tebal lemak bawah kulit
Rasio lingkar pinggang dengan pinggul
Klinis
Bertujuan untuk melihat apakah ada tanda-tanda penyakit
tertentu. Yang biasa diperiksa adalah jaringan epitel pada kulit,
mata, rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh, spt kelenjar tiroid.
Biokimia
Merupakan
pemeriksaan
specimen
yang
diuji
secara
laboraturium. Hasil yang didapatkan lebih objektif, dan dapat
menentukan suatu penyakit sebelum timbul gejala klinis.
Indeks yang diperiksa :
- Darah
- Keringat
- Saliva
- Semen
- Kemih
- ASI
- Rambut, kuku
- Ketuban
- Feses
- Biopsi jaringan

2. Penilaian Secara Tidak Langsung


Survei konsumsi makanan
- Melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari.
Statistik vital
- Menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu, dll.
Faktor ekologi
- Jumlah makanan tergantung dari keadaan ekologi ; iklim,
tanah, irigasi, dll.
- Indikator yang digunakan :
- Di Indonesia, standar baku yang digunakan adalah yang
ditetapkan oleh World Health Organization Nasional Center for
Health Statistics (WHO-NCHS). Secara formal standar ini
ditetapkan
penggunaannya
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 920/Menkes/SK/VIII/2002.
Detail klasifikasi status gizi berdasarkan
World Health
Organization Nasional Center for Health Statistics (WHO-NCHS)
sebagaimana tabel dibawah.
-

LO 2

Surveilans Gizi Pada Suatu Daerah dan Indikator


yang Digunakan
- Menurut WHO, pengertian survailans gizi, merupakan kegiatan pengamatan keadaan gizi,
dalam rangka untuk membuat keputusan yang berdampak pada perbaikan gizi penduduk
dengan menyediakan informasi yang terus menerus tentang keadaan gizi penduduk,
berdasarkan pengumpulan data langsung sesuai sumber yang ada, termasuk data hasil survei
dan data yang sudah ada.
- Sementara menurut Depkes RI (2006), surveilans gizi merupakan pengamatan yang
dilakukan terhadap anak balita dalam rangka mencegah terjadinya kasus gizi buruk. Hasil
surveilans dan pengumpulan serta analisis data pada surveilans kesehatan masyarakat,
digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi
guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan
masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan
(Timmreck,
2005).

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.

Terdapat tiga jenis utama sistem surveilans gizi menurut Mason et al., (1984), antara lain
Kegiatan pemantauan gizi jangka panjang; Kegiatan evaluasi dampak program gizi; Sistem
peringatan tepat waktu untuk mengidentifikasi kekurangan pangan akut.
- Menurut WHO menggambarkan sistem surveilans gizi sebagai proses yang
berkesinambungan, dengan tujuan antara lain:
Menggambarkan status gizi penduduk, dengan referensi khusus bagi mereka yang
menghadapi risiko
Menganalisis faktor-faktor penyebab yang terkait dengan gizi buruk
Mempromosikan keputusan oleh pemerintah, baik mengenai perkembangan normal dan
keadaan darurat
Memprediksi kemungkinan masalah gizi sehingga dapat membantu dalam perumusan
kebijakan
Memantau dan mengevaluasi program gizi.
- Sementara menurut Soekirman & Karyadi (1995), tujuan dan lingkup dan sistem surveilans
gizi, antara lain :
Sebagai pperingatan dan intervensi tepat waktu.
Menghubungkan masalah daerah rawan, dengan otoritas yang lebih tinggi pada tingkat
propinsi dan tingkat pusat.
Memberikan indikator yang berfungsi sebagai mekanisme deteksi dini untuk krisis pangan
Membimbing tindakan cepat untuk mengatasi penurunan ketersediaan pangan dan
konsumsi, khususnya di kalangan rumah tangga miskin
- INDIKATOR SURVEILANS GIZI

- Indikator merupakan suatu alat yang dipakai untuk mengamati dan mendapatkan informasi.
Indikator dirancang dari serangkaian pengukuran.
-

JENIS-JENIS INDIKATOR SURVEILANS GIZI

- A. Indikator SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi)


Indikator yang digunakan dalam SKPG harus dapat menggambarkan perubahan situasi
pangan dan gizi. Indikator dimaksud meliputi situasi produksi pangan dan faktor-faktor utama
yang mepengaruhinya, distribusi dan konsumsi pangan serta status gizi.
-

Indikator SKPG dapat dikelompokkan menurut sifat penerapannya yaitu :

- 1. Indikator yang bersifat universal (berlaku umum) seperti jumlah keluarga miskin, status
gizi dan harga pangan pokok
- 2. Indikator yang bersifat spesifik lokal seperti meningkatnya penjualan aset rumah tangga,
meningkatkan jumlah pengangguran, meningkatkan kriminalitas dan lain sebagainya. Indikator
spesifik lokal dapat dikembangkan oleh Tim Pangan dan Gizi (TPG) di masing-masing daerah
- Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, indikator SKPG dikategorikan dalam 3 kelompok
utama, yaitu:
- 1. Indikator untuk pemetaan situasi pangan dan gizi kecamatan, yaitu prevalensi KEP, luas
kerusakan dan jumlah keluarga miskin
- 2.
Indikator untuk peramalan produksi dan distribusi pangan, yaitu luas tanam, luas
kerusakan, luas panen, harga panen, harga pangan pokok dan status gizi masyarakat
- 3.
Indikator untuk pengamatan kejadian rawan pangan dan gizi, yaitu kejadian lokal
(indikator lokal) yang dapat dipakai untuk mengamati ada tidaknya kejadian rawan pangan dan
gizi
- B. INDIKATOR SIDI ( SISTEM ISYARAT DINI DAN INTERVENSI)
- Penentuan indikator SIDI berkaitan dengan permasalahan pangan dan gizi, tipe informasi
yang kemudian dapat menghasilkan indikator, dapat dikelompokkan berdasarkan urutan
penyebabnya sebagai berikut :
Tingkat A : - ekologi : meteorologi, tanah air, vegetasi, animalitas, demografi, antrografi,
infrastruktur (prasarana) : perhubungan, badan-badan, pelayanan masyarakat
Tingkat B : produksi dan sunberdaya : tanaman pangan, peternakan, perikanan, ekspor
dan impor pangan, cadangan pangan, bahan bakar (energi)
- Tingkat C : pendapatan dan konsumsi : pasar, lapangan kerja, pendapatan, konsumsi
pangan termasuk kuantitas dan kualitasnya
- Tingkat D : status kesehatan: status gizi, pola penyakit
- Indikator dini (early indicators) adalah petunjuk untuk mulai bersiap-siap melakukan
mobilisasi, yang termasuk di dalammya indikator tingkat A. Indikator kini ( concurrent
indikator) yaitu memberi petunjuk mulai perlunya dilakukan tindakan segera, yang termasuk

didalamya indikator tingkat B. Indikator terlambat (late indicators) merupakan hasil intervensi
sebelumnya, adalah indikator tingkat C dan tingkat D.
- C. INDIKATOR PSG (PEMANTAUAN STATUS GIZI) DAN PKG (PEMANTAUAN
KONSUMSI GIZI)
-

BAYI DENGAN BERAT LAHIR RENDAH

- Definisi : berat badan lahir rendah adalah berat badan bayi lahir hidup di bawah 2500 gram
yang ditimbang pada saat lahir.
-

Kegunaan:

- a.

Untuk screening (penapisan) individu

- - Indicator

: berat badan lahir (BBL)

- - Cut-off

: BBL < 2500 gr

- - Sumber data

: bidan desa atau dukun terlatih (laporan kohort bayi)

- - Frekuensi

: setiap ada bayi lahir

- - Tujuan

: penapisan bayi untuk diberi perawatan

- - Pengguna

: Puskesmas

- b. Untuk gambaran perkembangann keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak tingkat
kecamatan
- - Indikator

: prevalensi bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari jumlah bayi lahir hidup

- - Trigger level

: prevalensi BBLR > 15%

- - Sumber data
: Puskesmas ( kompilasi laporan kohort bayi BBLR dalam periode 1 tahun
dari puskesmas puskesmas di kecamatan yang bersangkutan)
- - Frekuensi
- - Tujuan
ibu dan anak
- - Pengguna

: sekali setahun (dihitung pada tengah tahun)


: evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat, terutama

: kecamatan

- c. Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak antar kecamatan
dalam kabupaten
- - Indikator
hidup
-

- Trigger level

: prevalensi bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari jumlah bayi lahir

: prevalensi BBLR > 15%

- - Sumber data
: kecamatan (kompilasi laporan kohort bayi BBLR dalam periode 1
tahun dari kecamatan-kecamatan di kabupaten bersangkutan)
-

- Frekuensi

: sekali setahun (dihitung pada tengah tahun)

- - Tujuan
terutama ibu dan anak
-

- Pengguna

: evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat,

: kabupaten dan propinsi

- d. Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak tingkat nasional
-

- Indikator

: prevalensi BBLR dalam periode tertentu

- Trigger level

: prevalensi BBLR > 15%

- Sumber data

: Tim Surkesnas (Badan Litbangkes + BPS)

- Frekuensi

: Sekali dalam 3 tahun

- Tujuan
: evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat,
terutama ibu dan anak secara nasional
-

- Pengguna

: primer/pusat

- LO 3

- Transisi Secara Epidemiologi Pada Beban Gizi


Definisi
- Merupakan perubahan distribusi dan faktor-faktor penyebab
terkait yang melahirkan masalah epidemiologi baru, di mana

terjadi perubahan yaitu meningkatnya frekuensi penyakit noninfeksi dibandingkan penyakit infeksi.
- Pada tahun 2005 dan sebelumnya, frekuensi penyakit infeksi
seperti HIV/AIDS, hepatitis, vaginitis, dll masih menjadi masalah
utama dalam bidang kesehatan. Namun pada tahun ini dan
beberapa tahun ke belakang, frekuensi penyakit non-infeksi
seperti penyakit jantung koroner, diabetes, obesitas, kekurangan
gizi, dll telah meningkat. Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya
hidup masyarakat dunia yang sudah terpengaruh oleh
globalisasi, serta masalah kemiskinan yang masih melanda
negara-negara berkembang, sehingga pola makan gizi seimbang
tidak lagi terjaga yang menyebabkan terjadinya sindroma
metabolik dan dapat mengarah ke penyakit-penyakit yg telah
disebutkan di atas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
- Gaya hidup
- Globalisasi
- Berubahnya status social ekonomi
- Kemiskinan
Dampak
- Meningkatnya penyakit non-infeksi (silent killer) yang
berlangsung kronis seperti penyakit jantung, DM, obesitas,
dll.
- Penyakit gizi lebih (obesitas)
- Penyakit gizi kurang (malnutrisi)
- LO 4

- Status Gizi & Permasalahannya di Indonesia & Sumatra


Barat
-

Beberapa pengertian status gizi menurut beberapa ahli


sebagai berikut :

Keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan


zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih.
Status gizi juga merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu (Almatsier, 2004).
Sementara menurut Jahari (2004), merupakan keadaan yang
diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi
dengan jumlah kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses
biologis .
-

Masalah gizi di indonesia merupakan hal yang sangat


kompleks dan sangat penting. Selama 10 tahun terakhir
polemik penanganan gizi untuk masyarakat indonesia juga
tak kunjung hentinya terkhusus untuk gizi anak dan balita.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masalah gizi di
indonesia semakin meningkat, hal ini tidak sebanding dengan
beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura dan
Thailand.

Menurut PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) sejak tahun


2006 hingga sekarang masalah kurang gizi anak seperti
penyakit anemia, kurang vitamin A, dan kurang vitamin D
menjadi perhatian bagi pemerintah dan kalangan akademisi.
Disebutkan bahwa kasus anemia meningkat dari awalnya 25
persen menjadi 27,7 persen. begitupun dengan kasus
kekurangan vitamin A sebanyak 11% dan kekurangan iodium
sebanyak 12%. Sehingga South East Asia Nutrition Survey
(SEANUTS) melakukan studi tentang status gizi di 4 negara di
ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Studi ini dilakukan selama 12 bulan yang bertujuan meneliti
status gizi, pertumbuhan, pola pola makan serta asupan gizi
anak-anak rentang usia 6 bulan hingga 12 tahun.

Penyebab utama masalah kurang gizi tak kunjung tuntas


diataranya karena faktor kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan yang kurang, kesempatan bekerja yang
tak pasti serta pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

Secara umum, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi saat


seseorang atau sekelompok orang tak mampu memenuhi
hak-hak
dasarnya
untuk
mempertahankan
dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Jika berdasar
pada makna tersebut maka kehidupan kemiskinan di

indonesia masih menghantui setiap warganya. Data statistik


2013 disebutkan bahwa saat ini ada sekitar 28,59 juta
penduduk hidup dibawah garis kemiskinan. Sekitar 8,5% dari
jumlah seluruh warga indonesia. Tentunya data ini masih
sangat jauh dari visi MDGs yang dibuat sejak tahun 2000.
Olehnya itu, masalah gizi dalam negeri masih menjadi
polemik karena kebutuhan pangan yang seimbang harus
disesuikan dengan biaya yang akan dikeluarkan. jika tidak
memiliki biaya bagaimana mungkin membeli makanan
bergizi yang harganya diatas standar untuk memenuhi
kecukupan gizi seseorang.
-

Kehidupan dalam tataran kemiskinan akan sejalan dengan


pendidikan yang diraihnya. Semakin seseorang berada dalam
status kemiskinan maka pendidikan yang akan diraihnya
akan semakin dibawah standar. Standar yang dimaksud
adalah wajib bersekolah selama 9 tahun yakni sekolah dasar
sampai sekolah menengah pertama. Hal ini sejalan dengan
data pendidikan tahun 2010 sebanyak 1,3 juta anak usia 7-15
terancam putus sekolah. ini disebabkan karena faktor
kemiskinan yang melanda dikeluarga mereka. fakta
menyebutkan jangankan perlengkapan sekolah, untuk makan
sesuap nasi pun anak tersebut susah mendapatkannya.
Sehingga mereka rela meningglkan sekolah untuk mencari
biaya makan setiap hari. Jika hal ini dibiarkan maka untuk
mendapatkan pemahaman pentingnya menjaga kesehatan
tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi jauh dari
harapan. Karena hanya dengan mendapatkan pendidikan
yang layak melalui bangku sekolah seseorang akan berubah
pemikirannya tentang pentingnyamengkonsumsi makanan
yang bergizi.
Pendidikan yang tuntas mendorong seseorang untuk memilih
pekerjaan yang layak dengan gaji yang sesuai dengan
standar. Namun bila kesempatan bekerja masih terbatas
dengan syarat minimal tamatan sarjana maka untuk meraih
hal tersebut akan sangat sulit diraih. Mengingat jumlah
tamatan sma masih minim. Dengan kondisi ini untuk
menyediakan pangan yang berkualitas masih jauh dari
harapan. Sehingga untuk mendapatkan gizi yang seimbang
masih sangat jauh.
Masalah ini semua tentunya menjadi perhatian disemua
pihak dan multi sektor. Semua elemen masyarakat harus
berbenah dari sekarang, harus lebih optimis menghadapi
semua. Butuh kekuatan dan niat yang suci untuk

menuntaskan masalah ini semua. Kesadaran akan saling


membangun dan memotivasi perlu diterapkan. dan
membuang
jauh-jauh
sifat
katamakan
akan
saling
mengkambing hitamkan antar lembaga maupun individu.
Dengan jalan seperti ini cita-cita para founding father dalam
pembukaan uud 45 dapat tercapai.
- LO 5

- Program Pemerintah Untuk Mengatasi Gizi Buruk


- - Meningkatkan swasembada pangan dengan subsidi
beberapa makanan
- - Meningkatkan daya beli keluarga dengan RasKin
- - Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui promosi gizi
di posyandu
- - Mengatur jumlah anak KB
- - Surveilans masalah gizi
- - Suplementasi (Vitamin, Iodium)
- - Fortifikasi makanan ( garam beriodium, mentega bervit A,
susu dengan DHA)
- - Diversifikasi pangan agar masyarakat mengkonsumsi
makanan bervariasi

- - Pemanfaatan lahan perkarangan untuk menanam tumbuhan


pangan
- - PMT di posyandu
- - Persiapan kader gizi
-

- LO 6

- Etiologi, Patogenesis, dan Manifestasi Klinis dari Gizi


Buruk
-

Masalah Gizi Utama di Indonesia

Malnutrisi Energi Protein (MEP)


Anemia Defisiensi Besi
Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)
Defisiensi Vitamin A
1) MALNUTRISI

Gambar.1 Etiologi Malnutrisi

Masukan nutrisi yang tidak cukup jumlah atau macamnya yang


disebabkan oleh asupan makanan yang kurang, gangguan
pencernaan atau absorbsi dan infeksi.
Kelebihan makanan (Obesitas)
- Gizi Buruk (Kekurangan Kalori Protein)

Tubuh kurang memperoleh kalori dan protein dalam waktu yang


lama. Saat ditimbang, titik berat badan anak pada KMS terletak di
bawah garis merah atau kurang 60% dari berat anak yang
seharusnya.

Dikenal 3 tipe KKP yaitu Marasmus, Kwashiorkor dan Marasmus


Kwashiorkor (gabungan).
a) Marasmus (kekurangan kalori)
Umumnya terjadi pada umur 12 bulan pertama.
Manifestasi klinik:
Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
Wajah seperti orang tua
Jaringan lemak subkutan sangat sedikit/tidak ada

Pada daerah panggul nampak seperti memakai celana


longgar (Baggy Pants)
Perut cekung
b) Kwashiokor (kekurangan protein)
Umumnya terjadi pada umur di bawah lima tahun.
Manifestasi klinik:
Udem
Hepatomegali
Rambut kemerahan
Otot kecil
Kurang aktif
Dermatosis
Nafsu makan menurun
Rewel/cengeng
c) Gabungan
Manifestasi Klinik: merupakan campuran dari beberapa
gejala klinik marasmus-kwashiokor dengan BB/TB <-3SD
Sangat kurus
Udem yang tidak menyolok
Punggung kaki bengkak
Rambut mudah rontok
Rewel, dll

2) ANEMIA DEFISIENSI BESI


- Kadar Hb dibawah normal
- Penyebab:
Jumlah Fe tidak cukup dalam makanan
Absorbsi Fe rendah
Kebutuhan naik
Kehilangan darah
-

Kadar Hb normal:

6 bulan 5 tahun : 11 g/ dl

6 tahun 11 tahun : 11, 5 g/ dl

12 tahun 13 tahun : 12 g/ dl

Manifestasi klinis:

3) GAKI

mudah lelah
pucat (mata, telapak tangan)
daya tahan terhadap penyakit menurun
-

GAKI merupakan gangguan yang luas akibat defisiensi


yodium dalam makanan yang berakibat kurangnya kapasitas
intelektual dan fisik berupa gondok, retardasi mental, IQ,
kretinisme.
- Penyebab:
Nutrisi ,Makanan dan air yang setiap hari digunakan tidak atau
kurang mengandung zat yodium.
Kebiasaan keluarga yang tidak menggunakan garam
beryodium dalam makanannya sehari-hari, khususnya
keluarga yang tinggal di daerah gondok endemik.
4) DEFISIENSI VITAMIN A
- Penyebab:
Keadaan sosial ekonomi
Ketidaktahuan
Akibat infeksi
Kekurangan ASI
-

Manifestasi Klinis:

Rabun Senja
Dryness of conjunctiva/ kekeringan konjungtiva, terdiri dari:
Kekeringan pada konjungtiva
Bercak putih seperti busa sabun/keju pada sisi mata luar
(bitot spot)
-

Tanda-tanda:

Penumpukan keratin & sel epitel yang khas


Konjungtiva kering, tampak menebal dan berlipat-lipat
Keluhan orang tua mata anaknya bersisik
Dryness of cornea/ kekeringan pada kornea:
Kekeringan meluas sampai kornea
Kornea tampak suram & kering dan permukaan kasar
K.U. anak biasanya buruk (gizi buruk & penyakit
Corneal ulcer/ ulkus pada kornea
kornea melunak seperti bubur & dapat menjadi ulkus .
X3a < 1/3 kornea , X3b = 1/3 kornea
Keadaan umum anak sangat buruk, dapat terjadi
perforasi kornea/ pecah
Corneal scar/ jaringan parut pada kornea
Kornea mata tampak putih/ bola mata mengecil
Meninggalkan bekas luka parut/ sikatrik
Menjadi buta & tidak dpt sembuh, walau dioperasi
cangkok kornea

- LO 7

- Diagnosis dan Tatalaksana Gizi Buruk


-

A.Diagnosis Gizi Buruk

I. Anamnesis

Anamnesis Awal (Untuk Kedaruratan)


a. badan kurus sejak 3 bulan
b. sulit makan
c. rambut mudah rontok
d.tangan dan kaki sering keram dan rabun senja
Anamnesis lanjutan
a. Makanan biasa sebelum sakit
b.Riwayat ASI
c. frekuensi, dan konsistensi muntah atau diare
d.Kehamilan
perawatan
antenatal:di
...setiap

minggu/bulan
e.Kelahiran:Tempat kelahiran:RS/Rumah
f.Penolong persalinan :Dokter/bidan/dukun
g.Keadaan Bayi
h.Kelainan bawaan:
i.Tumbuh kembang
j.Imunisasi Lengkap
k.Apakah ditimbang setiap bulan
l.Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang
sosial anak)
- II. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Mata : agak menonjol
Wajah : membulat dan sembab
Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan
Abdomen : perut terlihat buncit
kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan
turgor kulit,odema
b)Palpasi
c)Auskultasi
d Peristaltic usus abnormal
e)Apakah anak tampak sangat kurus/ odema/
pembengkakan kedua kaki
f)Tanda-tanda terjadinya syok (rejatan) : tangan dan kaki
dingin, nadi lemah, dan kesadaran menurun
g) Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau
gagal jantung
h) Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk
(hati-hati menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).
i)Frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan: gejala pneumonia
atau gejala gagal jantung
j)Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB.
k)Pembesaran hati dan adanya kekuningan (ikterus) pada
bagian putih mata (conjunktiva)
l)Adanya perut kembung, suara usus, suara usus, dan adanya
suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
- m) Pucat yang sangat berat
- - Kulit: tanda infeksi atau purpura
- -pemeriksaan tanda utama pasien di mulai dari frekuensi
nadi,frekuensi nafas,pengukuran suhu tubuh.
- n) Penilaian status gizi pada pasien dimulai dengan
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan
lingkar lengan atas.Dengan menggunakan pengukuran status
gizi berdasarkan CDC maka BB/TB x 100% =memberikan
hasil bahwa status gizi pasien gizi kurang.

o) Pemeriksaan pasien dilanjutkan dengan pemeriksaan


khusus, Dimulai dengan pemeriksaan kulit, pemeriksaan
kepala, pemeriksaan mulut, pemeriksaan leher, Pemeriksaan
thoraks, Pemeriksaan dilanjutkandengan pemeriksaan paru,
Pemeriksaan abdomen, pemeriksaan genitalia, Lalu
pemeriksaan anak ini dilanjutkan pada daerah ekstremitas,

B. Penatalaksanaan Gizi Buruk


I. Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak
Pedoman dalam deteksi pertumbuhan anak balita adalah
dengan menggunakan berat badan (BB) terhadap tinggi
badan (TB). Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
anak dapat dilakukan melalui :

1.
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
anak di posyandu atau puskesmas
- 2. Mencatat berat badan anak dalam KMS (kartu menuju
sehat)
- 3. Membaca kecenderungan berat badan anak pada KMS,
meliputi :
a.jika berat badan naik dibanding bulan lalu lebih cepat dari
garis baku disebut N 1 (tumbuh kejar)
b.jika berat badan naik dibanding bulan lalu sesuai dengan
garis baku disebut N 2 (tumbuh normal)
c.jika berat badan naik dibanding bulan lalu lebih lambat
dibanding garis baku disebut T1 (tumbuh tidak memadai)
d.jika berat badan tetap dibanding bulan lalu sehingga garis
pertumbuhan mendatar disebut T2 (tidak tumbuh)
e.jika berat badan dibanding bulan lalu turun sehingga garis
pertumbuhan turun disebut T3 ( tumbuh negatif)
- 4.Melakukan pemeriksaan adanya tanda bahaya, yang
meliputi : adanya renjatan atau syok, keadaan tidak sadar
atau letargis serta adanya muntah/diare/dehidrasi
- 5. Melakukan pemeriksaan fisik
- 6. Merujuk anak apabila
a.ditemukan 2 kali T berturut-turut meskipun BB di KMS masih
diatas garis merah
b.
BB dibawah garis merah di KMS (kartu menuju
sehat)
- II. Pengobatan Dan Perawatan Anak Gizi Buruk
- A. Pengobatan dan perawatan fase stabilisasi
Prosedur tindakan pengobatan dan perawatan terhadap anak balita

gizi buruk
-

sebelum dirujuk, meliputi :


a) Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
b) Pengobatan dan pencegahan hipotermia
c) Pengobatan dan pencegahan dehidrasi
d) Pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
e) Pengobatan atau pencegahan infeksi
f) Pemberian makanan yang sesuai dengan kondisi anak
balita
g) Pemberian multivitamin
h) Pemantauan masa tumbuh kejar
B. Pengobatan dan perawatan fase stabilisasi dibagi dalam :
1.Perawatan Awal pada Fase Stabilisasi, yang meliputi:
a) pemeriksaan berat badan dan suhu tubuh (aksila)
b) memberikan oksigen apabila disertai renjatan atau syok
c) menghangatkan tubuh
d) memberikan cairan dan makanan sesuai dengan rencana
e) memberikan antibiotic sesuai umur
2.Perawatan Lanjutan pada Fase Stabilisasi, yang meliputi:
a)melakukan
anamnesa
untuk
konfirmasi
kejadian
campakdan TB paru
b)melakukan pemeriksaan umum, meliputi tinggi badan,
thorax, abdomen, otot dan jaringan lemak
c)melakukan pemeriksaan khusus, meliputi mata, kulit,
telinga, hidung, tenggorokan
d)melakukan pemeriksaan laboratorium, meliputi kadar
guladarah dan Hemoglobin
e)memberikan tindakan meliputi Vitamin A, asam folat,
multivitamin tanpa Fe/ ferrum (besi), pengobatan penyakit
penyulit
f)melakukan stimulasi
3.Perawatan Lanjutan pada Fase Transisi :
a)melakukan pemeriksaan berat badan
b)memberikan makanan untuk tumbuh kejar
c)memberikan multivitamin tanpa Fe (besi)
d)melakukan stimulasi
e)pengobatan penyakit penyulit
4.Perawatan lanjutan pada Fase Rehabilitasi :
a)melakukan monitoring tumbuh kembang
b)memberikan multivitamin dengan Fe (besi)
c)pengobatan penyakit penyulit
d)melakukan persiapan pada ibu
e)melakukan stimulasi
C.

Prosedur

tetap

penatalaksanaan fase

rehabilitasi

di

puskesmas
-

1)mengkaji berat badan


2)observasi keadaan kesehatan
3)memberikan makanan secara bertahap
4)menentukan kebutuhan energi dan protein pada anak
5)memberikan makanan porsi kecil dan sering
6)menganjurkan ASI sampai 2 tahun
7)menimbang berat badan anak setiap 2 minggu
8)penyuluhan pada orangtua
9)menganjurkan keluarga untuk memantau kesehatan
secarateratur ke posyandu
D. Perawatan Tindak Lanjut di Rumah Bagi Anak Gizi Buruk
Setelah anak pulang dari tempat perawatan, harus dilakukan:
1) pemberian makan yang baik,
2) stimulasi tumbuh kembang,
3) penyuluhan kepada orang tua untuk kunjungan ulang,
pemberian makanan, terapi bermain, serta imunisasi
4) pemberian vitamin A
5) pemantauan anak di rumah
E. Pedoman Pemberian Makanan Balita Gizi Buruk
Pemberian makanan bagi anak dengan gizi buruk antara lain :
1. Apabila anak belum mencapai umur 2 tahun maka ASI
tetap diberikan. Bila selama dirawat anak tidak diberi ASI,
maka setelahkembali dari rawat inap anak harus tetap diberi
ASI.
2. Balita gizi buruk setelah kembali dari rawat inap di
Puskesmaas /Rumah Sakit, perlu diikuti dengan pengamatan
dan perhatian terusmenerus terhadap kesehatan dan gizi,
antara lain denganpemberian makanan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
3. Pemberian makanan sedapat mungkin dibuat dari bahan
makananyang tersedia di rumah tangga, harga murah dan
pembuatannyamudah. Disamping itu anak gizi buruk setelah
kembali dari rawatinap harus tetap mendapat vitamin A di
posyandu dua kali setahundan sirup besi.
4. Anak yang menderita gizi buruk biasanya mempunyai
masalah pada fungsi alat pencernaan, sehingga dalam
pemberianmakanannya memerlukan perhatian khusus.
Sebagai patokanyang digunakan dalam pemberian makanan
kepada anak giziburuk adalah berat badan, bukan umur.
5. Karena sebagian alat pencernaan tubuh anak yang
menderita gizi buruk belum berfungsi dengan baik, maka

bentuk makanan sampaianak mencapai berat badan 7kg


mengikuti bentuk makanan pendamping ASI (MP ASI), berupa
makanan cair, lembik dan lunak.
6. Petugas harus selalu memantau dan membina melalui
konselingdengan cara kunjungan ke rumah tangga paling
sedikit sekalidalam seminggu
7. Jika anak sudah diberi makan sesuai ketentuan, tetapi
dalam satubulan berat badan tidak naik, anak harus segera
dirujuk kepuskesmas
8. Jika anak sudah mencapai berat badan 7 kg dan telah
diberimakanan orang dewasa, akan tetapi berat badannya
tidak naik,maka anak harus kembali diberi makanan formula
seperti semula
9. Dalam mempersiapkan dan memberikan makanan formula,
harus selalu dijaga kebersihannya, antara lain : mencuci
tangan sebelummemasak, alat makan harus selalu dicuci
terlebih dahulu, bahanmakanan harus dimasak, harus selalu
menggunakan air yangsudah dimasak
10.Bila menggunakan produk hasil industri, gunakan jenis
produkmakanan bayi untuk umur 4 bulan keatas, dan untuk
anak dibawah4 bulan bila ada indikasi medis anak diberi susu
formula.

- LO 8

- Hambatan Dalam Mencegah Gizi Buruk


-

Apatisme keluarga
Keluarga dan atau masyarakat merasa perihal menjaga
gizi itu adalah tidak terlalu penting, sehingga sering
mengabaikan berbagai edukasi yang diberikan oleh
pemerintah/tenaga kesehatan.
Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
Sosialisasi yang dilakukan tidak intensif (tidak sampai ke desa
atau daerah-daerah terpencil)

Pemberian garam yodium


Sulit dalam memantau pemberiannya, selain itu banyak
masyarakat yang tidak tahu cara menjaga kandungan yodium
di dalam garam tersebut (tidak bisa pada suhu yang terlalu
panas, jd dalam memasak harus diperhatikan)
-

Anda mungkin juga menyukai