Minggu 5
Kisah Nagari Limo Suku
Oleh :
Kelompok 24 D
1410312029
1410311018
1410312005
1410311099
1410312071
1410312094
1410311038
1410314008
1410311016
1410315001
LO 1
Annisa Qatrunnada
Dwitri Ramadhana Dirizky
Fanny Dwi Putri
Fanny Permata Andriani
Faris Muhammad
Lathiful Hilman
Muthia Rahmi
Rajeswary Vasu
Yulia Oksi Yulanda
Tifany Khalisa Rinaldy
LO 2
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
Terdapat tiga jenis utama sistem surveilans gizi menurut Mason et al., (1984), antara lain
Kegiatan pemantauan gizi jangka panjang; Kegiatan evaluasi dampak program gizi; Sistem
peringatan tepat waktu untuk mengidentifikasi kekurangan pangan akut.
- Menurut WHO menggambarkan sistem surveilans gizi sebagai proses yang
berkesinambungan, dengan tujuan antara lain:
Menggambarkan status gizi penduduk, dengan referensi khusus bagi mereka yang
menghadapi risiko
Menganalisis faktor-faktor penyebab yang terkait dengan gizi buruk
Mempromosikan keputusan oleh pemerintah, baik mengenai perkembangan normal dan
keadaan darurat
Memprediksi kemungkinan masalah gizi sehingga dapat membantu dalam perumusan
kebijakan
Memantau dan mengevaluasi program gizi.
- Sementara menurut Soekirman & Karyadi (1995), tujuan dan lingkup dan sistem surveilans
gizi, antara lain :
Sebagai pperingatan dan intervensi tepat waktu.
Menghubungkan masalah daerah rawan, dengan otoritas yang lebih tinggi pada tingkat
propinsi dan tingkat pusat.
Memberikan indikator yang berfungsi sebagai mekanisme deteksi dini untuk krisis pangan
Membimbing tindakan cepat untuk mengatasi penurunan ketersediaan pangan dan
konsumsi, khususnya di kalangan rumah tangga miskin
- INDIKATOR SURVEILANS GIZI
- Indikator merupakan suatu alat yang dipakai untuk mengamati dan mendapatkan informasi.
Indikator dirancang dari serangkaian pengukuran.
-
- 1. Indikator yang bersifat universal (berlaku umum) seperti jumlah keluarga miskin, status
gizi dan harga pangan pokok
- 2. Indikator yang bersifat spesifik lokal seperti meningkatnya penjualan aset rumah tangga,
meningkatkan jumlah pengangguran, meningkatkan kriminalitas dan lain sebagainya. Indikator
spesifik lokal dapat dikembangkan oleh Tim Pangan dan Gizi (TPG) di masing-masing daerah
- Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, indikator SKPG dikategorikan dalam 3 kelompok
utama, yaitu:
- 1. Indikator untuk pemetaan situasi pangan dan gizi kecamatan, yaitu prevalensi KEP, luas
kerusakan dan jumlah keluarga miskin
- 2.
Indikator untuk peramalan produksi dan distribusi pangan, yaitu luas tanam, luas
kerusakan, luas panen, harga panen, harga pangan pokok dan status gizi masyarakat
- 3.
Indikator untuk pengamatan kejadian rawan pangan dan gizi, yaitu kejadian lokal
(indikator lokal) yang dapat dipakai untuk mengamati ada tidaknya kejadian rawan pangan dan
gizi
- B. INDIKATOR SIDI ( SISTEM ISYARAT DINI DAN INTERVENSI)
- Penentuan indikator SIDI berkaitan dengan permasalahan pangan dan gizi, tipe informasi
yang kemudian dapat menghasilkan indikator, dapat dikelompokkan berdasarkan urutan
penyebabnya sebagai berikut :
Tingkat A : - ekologi : meteorologi, tanah air, vegetasi, animalitas, demografi, antrografi,
infrastruktur (prasarana) : perhubungan, badan-badan, pelayanan masyarakat
Tingkat B : produksi dan sunberdaya : tanaman pangan, peternakan, perikanan, ekspor
dan impor pangan, cadangan pangan, bahan bakar (energi)
- Tingkat C : pendapatan dan konsumsi : pasar, lapangan kerja, pendapatan, konsumsi
pangan termasuk kuantitas dan kualitasnya
- Tingkat D : status kesehatan: status gizi, pola penyakit
- Indikator dini (early indicators) adalah petunjuk untuk mulai bersiap-siap melakukan
mobilisasi, yang termasuk di dalammya indikator tingkat A. Indikator kini ( concurrent
indikator) yaitu memberi petunjuk mulai perlunya dilakukan tindakan segera, yang termasuk
didalamya indikator tingkat B. Indikator terlambat (late indicators) merupakan hasil intervensi
sebelumnya, adalah indikator tingkat C dan tingkat D.
- C. INDIKATOR PSG (PEMANTAUAN STATUS GIZI) DAN PKG (PEMANTAUAN
KONSUMSI GIZI)
-
- Definisi : berat badan lahir rendah adalah berat badan bayi lahir hidup di bawah 2500 gram
yang ditimbang pada saat lahir.
-
Kegunaan:
- a.
- - Indicator
- - Cut-off
- - Sumber data
- - Frekuensi
- - Tujuan
- - Pengguna
: Puskesmas
- b. Untuk gambaran perkembangann keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak tingkat
kecamatan
- - Indikator
: prevalensi bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari jumlah bayi lahir hidup
- - Trigger level
- - Sumber data
: Puskesmas ( kompilasi laporan kohort bayi BBLR dalam periode 1 tahun
dari puskesmas puskesmas di kecamatan yang bersangkutan)
- - Frekuensi
- - Tujuan
ibu dan anak
- - Pengguna
: kecamatan
- c. Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak antar kecamatan
dalam kabupaten
- - Indikator
hidup
-
- Trigger level
: prevalensi bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari jumlah bayi lahir
- - Sumber data
: kecamatan (kompilasi laporan kohort bayi BBLR dalam periode 1
tahun dari kecamatan-kecamatan di kabupaten bersangkutan)
-
- Frekuensi
- - Tujuan
terutama ibu dan anak
-
- Pengguna
- d. Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak tingkat nasional
-
- Indikator
- Trigger level
- Sumber data
- Frekuensi
- Tujuan
: evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat,
terutama ibu dan anak secara nasional
-
- Pengguna
: primer/pusat
- LO 3
terjadi perubahan yaitu meningkatnya frekuensi penyakit noninfeksi dibandingkan penyakit infeksi.
- Pada tahun 2005 dan sebelumnya, frekuensi penyakit infeksi
seperti HIV/AIDS, hepatitis, vaginitis, dll masih menjadi masalah
utama dalam bidang kesehatan. Namun pada tahun ini dan
beberapa tahun ke belakang, frekuensi penyakit non-infeksi
seperti penyakit jantung koroner, diabetes, obesitas, kekurangan
gizi, dll telah meningkat. Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya
hidup masyarakat dunia yang sudah terpengaruh oleh
globalisasi, serta masalah kemiskinan yang masih melanda
negara-negara berkembang, sehingga pola makan gizi seimbang
tidak lagi terjaga yang menyebabkan terjadinya sindroma
metabolik dan dapat mengarah ke penyakit-penyakit yg telah
disebutkan di atas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
- Gaya hidup
- Globalisasi
- Berubahnya status social ekonomi
- Kemiskinan
Dampak
- Meningkatnya penyakit non-infeksi (silent killer) yang
berlangsung kronis seperti penyakit jantung, DM, obesitas,
dll.
- Penyakit gizi lebih (obesitas)
- Penyakit gizi kurang (malnutrisi)
- LO 4
- LO 6
Kadar Hb normal:
6 bulan 5 tahun : 11 g/ dl
12 tahun 13 tahun : 12 g/ dl
Manifestasi klinis:
3) GAKI
mudah lelah
pucat (mata, telapak tangan)
daya tahan terhadap penyakit menurun
-
Manifestasi Klinis:
Rabun Senja
Dryness of conjunctiva/ kekeringan konjungtiva, terdiri dari:
Kekeringan pada konjungtiva
Bercak putih seperti busa sabun/keju pada sisi mata luar
(bitot spot)
-
Tanda-tanda:
- LO 7
I. Anamnesis
minggu/bulan
e.Kelahiran:Tempat kelahiran:RS/Rumah
f.Penolong persalinan :Dokter/bidan/dukun
g.Keadaan Bayi
h.Kelainan bawaan:
i.Tumbuh kembang
j.Imunisasi Lengkap
k.Apakah ditimbang setiap bulan
l.Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang
sosial anak)
- II. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Mata : agak menonjol
Wajah : membulat dan sembab
Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan
Abdomen : perut terlihat buncit
kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan
turgor kulit,odema
b)Palpasi
c)Auskultasi
d Peristaltic usus abnormal
e)Apakah anak tampak sangat kurus/ odema/
pembengkakan kedua kaki
f)Tanda-tanda terjadinya syok (rejatan) : tangan dan kaki
dingin, nadi lemah, dan kesadaran menurun
g) Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau
gagal jantung
h) Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk
(hati-hati menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).
i)Frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan: gejala pneumonia
atau gejala gagal jantung
j)Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB.
k)Pembesaran hati dan adanya kekuningan (ikterus) pada
bagian putih mata (conjunktiva)
l)Adanya perut kembung, suara usus, suara usus, dan adanya
suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
- m) Pucat yang sangat berat
- - Kulit: tanda infeksi atau purpura
- -pemeriksaan tanda utama pasien di mulai dari frekuensi
nadi,frekuensi nafas,pengukuran suhu tubuh.
- n) Penilaian status gizi pada pasien dimulai dengan
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan
lingkar lengan atas.Dengan menggunakan pengukuran status
gizi berdasarkan CDC maka BB/TB x 100% =memberikan
hasil bahwa status gizi pasien gizi kurang.
1.
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
anak di posyandu atau puskesmas
- 2. Mencatat berat badan anak dalam KMS (kartu menuju
sehat)
- 3. Membaca kecenderungan berat badan anak pada KMS,
meliputi :
a.jika berat badan naik dibanding bulan lalu lebih cepat dari
garis baku disebut N 1 (tumbuh kejar)
b.jika berat badan naik dibanding bulan lalu sesuai dengan
garis baku disebut N 2 (tumbuh normal)
c.jika berat badan naik dibanding bulan lalu lebih lambat
dibanding garis baku disebut T1 (tumbuh tidak memadai)
d.jika berat badan tetap dibanding bulan lalu sehingga garis
pertumbuhan mendatar disebut T2 (tidak tumbuh)
e.jika berat badan dibanding bulan lalu turun sehingga garis
pertumbuhan turun disebut T3 ( tumbuh negatif)
- 4.Melakukan pemeriksaan adanya tanda bahaya, yang
meliputi : adanya renjatan atau syok, keadaan tidak sadar
atau letargis serta adanya muntah/diare/dehidrasi
- 5. Melakukan pemeriksaan fisik
- 6. Merujuk anak apabila
a.ditemukan 2 kali T berturut-turut meskipun BB di KMS masih
diatas garis merah
b.
BB dibawah garis merah di KMS (kartu menuju
sehat)
- II. Pengobatan Dan Perawatan Anak Gizi Buruk
- A. Pengobatan dan perawatan fase stabilisasi
Prosedur tindakan pengobatan dan perawatan terhadap anak balita
gizi buruk
-
Prosedur
tetap
penatalaksanaan fase
rehabilitasi
di
puskesmas
-
- LO 8
Apatisme keluarga
Keluarga dan atau masyarakat merasa perihal menjaga
gizi itu adalah tidak terlalu penting, sehingga sering
mengabaikan berbagai edukasi yang diberikan oleh
pemerintah/tenaga kesehatan.
Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
Sosialisasi yang dilakukan tidak intensif (tidak sampai ke desa
atau daerah-daerah terpencil)