The Functions
bukunya
of Social
Class Conflict
adalah
merupakan
dalam
aliran
bahwa
sosiologi
Para
of Conflict
ahli
Conflict
naturalis
teori
Lewis
(1956)
in Industrial
bagian
dari sosiologi
terdahulu sudah
ilmu
merintis
bukunya
dan Dahrendrof
dalam
pada hukum-hukum
Teori Konflik
naturalis
ini
para pencetus
yang
jalan
dalam bukunya
Coser dengan
Society (1957).
lebih menekankan
sebagai suatu
(1975),
dari
seperti
teori
halnya
konflik
alamo Aliran
ilmu
alamo
namun
upaya
klasik
Teori konflik ini adalah merupakan bagian dari Teori Sosiologi Modem
yakni para penganut Teori Sosiologis Naturalis.
pencetus dahulu yakni para penganut Aliran Naturalis terdahulu sering terikat pada
ide yang memandang sosiologi sebagai suatu ilmu seperti halnya dengan ilmu-ilmu
Alam adalah ilmu. Diantara para ahli sosiologi Naturalis terdapat mereka yang
menggunakan ilmu fisika dan biologi sebagai model, maupun mereka yang terikat
pada kesatuan semua ilmu, yakni Ilmu Alam dan Ilmu Sosial, tanpa membedakan
kedudukan setiap ilmu satu sama lain.
Ralf Dahrendrof menggunakan teori perjuangan
membangun
Teori
Kelas
dan Pertentangan
merupakan
pemilikan
untuk
menguasai
orang
modern
baik dalam
pemerintahan
bebas
kekuasaan. Dahrendrof
lain.
Perjuangan
total iter
melihat
tidak
kapitalis
berada
oleh
yang
untuk
Masyarakat
berarti
dilakukan
kekuasaan
perekonomian
dan
Kelasnya dalam
kelas
yang
Karl Marx
pemilikan
Marx), tetapi
kelas
dalam masyarakat
maupun komunis
di seputar
dalam
pengendalian
sebagai
kelompok
para individu
yang
lahir
yang mampu
dari
kepentingan- kepentingan
bersama
berorganisasi.
pada tahun
1957-1958
berkunjung
ke Amerika
Serikat telah
menyadur kembali teori kelas dan konflik kelas ke dalam Bahasa Inggris.
Seperti Coser, Dahrendrof merupakan seorang pengkritik fungsional struktural
tradisional oleh karena gagal memahami masalah perubahan
landasan
teorinya
Dehrendrof
sosial.
Sebagai
sosial
Dahrendrof
menganggap
masyarakat
berisi
ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerjasama (kemudian dia menyempumakan
posisi ini dengan menyatakan bahwa segala sesuatu yang dapat dianalisa dengan
fungsionalisme struktural dapat pula dianalisa dengan teori konflik. Dia menegaskan
bahwa proses konflik sosial merupakan kunci bagi struktural sosial.
Coser
dan Dahrendrof
dalam
seperti
seorang
pendeta
tetapi
teorinya
jelas
merupakan sumbangan penting bagi usaha yang patut dilakukan oleh seorang
pendeta dalam menjelaskan struktural sosial. Terlepas dari hal itu mungkin terdapat
jumlah
yang
pengetengahkan
proporsi sebagai berikut bahwa semakin rendah korelasi antara kedudukan dana
aspek-aspek status sosial ekonomi lainnya, semakin rendah intensitas pertentangan
kelas dan sebaliknya. Dengan perkataan lain kelompok yang menikmati status
ekonomi relatif tinggi memiliki kemungkinan yang rendah untuk terlibat dalam
konflik yang keras dengan struktur kekuasaan dari para mereka yang terbuang
dari status ekonomi dan kekuasaan. Bagi Dahrendrof sama seperti Coser dalam
masyarakat maka pertentangan itu tidak dapat dihilangkan. Pertentangan tersebut
fungsional bagi perkembangan dan perubahan struktural sosial.
Menurut Dahrendrof, bahwa analisis masyarakat dengan memakai segi
pandangan
konflik,
bertitik
tolak
kenyataan
bahwa
anggotanya
dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu orang yang berkuasa dan mereka
yang dikuasai.
B.
Teori Dahrendrof
1.
Walaupun
Dahrendrof
merupakan
seorang
tokoh pengkritik
fungsionalisme struktural dan merupakan citra diri ahli teori konflik. Menurut
Dahrendrof bahwa proses konflik sosial merupakan kunci bagi struktur sosial.
Bersama dengan Coser maka Dahrendrof berperan sebagai corong teoritir utama
yang menganjurkan agar perspektif konflik digunakan dalam rangka
lebih
baik
fenomena
sosial.
Di
Marx.
Oleh
memahami
dan
sosiologis
menolak
beberapa
diramalkan oleh Marx justru tidak terjadi industri. Lebih dari itu jelas bahwa kelaskelas sosial tidak lagi berdasarkan
sebagaimana yang dinyatakan
menerima
oleh
atas
pemilikan
Marx.
Walau
sarana-sarana
demikian
produksi
Dahrendrof
dan sebagai
sedang yang tidak beberapa orang memiliki kekuasaan sedang yang lain tidak.
Dahrendrof (1950:173) mengangkut bahwa terdapat perbedaan diantara mereka
yang memiliki sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dalam tingkat dominasi
itu dapat dan selalu besar. Tetapi pada dasamya terdapat dua sistem kelas sosial
yaitu mereka
yang
berperan
dalam
struktur
serta
dibahas
daripada pemikiran
Dahrendrof
sarana-sarana
sarana produksi
kekuasaan
melalui
lebih
produksi.
tidak
melalui
penundukan.
didasarkan
pada
Dalam masyarakat
sepenting
mereka
yang
pertentangan
maka terdapat
struktur kekuasaan
mengungkapkan
ketegangan
diantara
mereka
bahwa
pertentangan
kelompok mungkin
mengenai legitimasi
hubungan-hubungan
kelompok
ancaman
empiris
kekuasaan
penguasa
sementara
secara
dalam
merupakan
nilai
ideologi
kepentingan-kepentingan
bagi ideologi
didalamnya. Ketimpangan
setiap
keabsahan kekuasaannya,
kelompok
serta hubungan-hubungan
yang
asosiasr, kepentingan
dimaksudkan
bawah melahirkan
sosial yang terkandung
yang telah
tertentu
tetapi
kecuali
tetapi
kekurangannya.
ditentukan
masih
mereka
sebagai
belum
menjadi
kelompok
disadari.
Ini adalah
tujuan-tujuan
mungkin
dia menduduki
yang tidak
mereka
perumusan
memiliki
tidak menyadari
1060-an kesadarannya
kelompok
kulit hitam,
telah
memuncak,
wanita,
suku
Indian
yang
tidak
disadari
kepentingan-kepentingan
minoritas yang di
antara
dan
lain termasuk
Chicago.
atau
Demikian
laten
itu tampil
kepermukaan dalam bentuk tujuan-tujuan yang disadari atau laten itu tampil
ke permukaan
yang disadari
berkembanglah
Dahrendrof
(1959:206),
bahwa pertentangan
kelas harus
pertentangan
kekuasaan
asosiasi-asosiasi
terkoordinir,
secara
kelompok
yang
yang
bertentangan
kelompok kepentingan,
itu
sekali
mereka
misalnya
serikat
yang
merupakan
akan terlembaga
buruh
mengakibatkan
terse but
perubahan
perubahan-perubahan
kelas menengah
topik
lewat
akan
terlibat
dalam
konkrit
dalam
bidang
sebagai
niscaya akan
permasalahan
Serikat-serikat
kelompok-
ditetapkan
pasti
utama
Buruh.
bagi Marx,
Pada
gilirannya,
dalam
pertentangan
hukum
serta ekonomi
sistem
pelapisan
sosial.
suatu perubahan
yang
dan
Timbulnya
struktural
menegaskan
pluralitas yang berbeda dengan model dua kelas yang sederhana dari Marx.
Marx menggunakan
orang yang mengendalikan sarana produksi lewat pemilikan sarana tersebut atau
orang yang tidak ikut dalam pemilikan yang demikian. Manusia dibagi ke dalam
kelompok
punya
kekayaan
dan tidak.
dengan hubungan
Dalam
menggantikan
kekuasaan
sebagai
hubungan- hubungan
Dahrendrof (1959:213), menyatakan bahwa model dua kelas ini tidak dapat
diterapkan
tertentu
tertentu
pada masyarakat
secara keseluruhan
menemukan
seratus
lima,
sepuluh
kelas
bilamana
asosiasi,
kita
seharusnya berharap
atau kelompok-kelompok
pertentangan dalam
pengertian studi ini. Terlepas dari hal itu mungkin terdapat jumlah kelompok
pertentangan yang tidak dapat dihitung dan pertentangan dari antagonisme yang
berbeda dengan pertentangan yang didasarkan atas struktur kekuasaan asosiasi.
Dahrendrof mengakui bahwa penyebaran kelompok yang
pertentangan
tersebut jarang
ekstrim
serta
benar-benar
dapat
mempengaruhi
intensitas
pertentangan.
Ia
lain
struktur kekuasaan dari para mereka yang terbuang dari status ekonomi dan
kekuasaan. Bagi Dahrendrof sama seperti Coser dalam masyarakat maka
pertentangan itu tidak dapat dihilangkan. Pertentangan tersebut fungsional bagi
perkembangan dan perubahan struktural sosial.
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial,
sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam
setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini,
masyarakat merupakan arena konflik atau karena pertentangan dan integrasi yang
senantiasa berlangsung. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial merupakan
gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong
timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan
kepentingan sosial. Di dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia
yang memiliki kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan,
kemauan, kehendak, tujuan dan sebagainya. Dari setiap konflik ada beberapa
diantaranya yang dapat diselesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat
diselesaikan sehingga menimbulkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan
merupakan gejala tidak dapat diatasinya akar konflik sehingga menimbulkan
kekerasan dari model kekerasan yang terkecil hingga peperangan.Istilah
konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin con yang berarti bersama
dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan.
Pada umumnya istilah konflik sosial mengandung suatu rangkaian
fenomena pertentangan dan pertikaian antar pribadi melalui dari konflik kelas
sampai pada pertentangan dan peperangan internasional. Coser mendefinisikan
konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan terhadap
status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan
dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya.Konflik artinya
percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial yaitu
pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh
dikehidupan. Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan
pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.Dalam
pengertian lain, konflik adalah merupakan suatu proses sosial yang
berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang
saling menantang dengan ancaman kekerasan.Menurut lawang konflik diartikan
sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status,
kekuasaan dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya
memperoleh keuntungan tetapi juga untk menundukkan pesaingnya. Konflik
dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu
sosiologis yang spesifik dan sistematis dalam satu wilayah sosial. Pada awalnya di
dalam suatu
wilayah sosial, seperti perusahaan, para buruh yang berada pada posisi diatur dan
disubordinasi (the ruled class) mulai mendapatkan kesadaran bahwa posisi dan
hak mereka tertindas. Walaupun demikian mereka belum mempunyai dan
membangun kepentingan melakukan perubahan posisi ketertindasan tersebut.
Mereka hanya memiliki kepentingan (latent interest), yaitu berada di level
individu, muncul di bawah sadar. Kepentingan semu tidak hanya terbatas pada
satu individu buruh, namun tersebar pada mereka yang merasa ditindas sebagai
kelompok subordinasi. Sehingga menciptakan kelompok semu pula (quasi
groups).
Kepentingan semu dari kelompok semu pada gilirannya mulai
mengalami aktualisasi secara kolektif menuju menjadi kepentingan yang
terwujudkan (manifest interest). Proses penyadaran dilakukan oleh beberapa
orang yang terlebih dulu mengerti kepentingan yang harus diperjuangkan.
Merekamenciptakan kelompok yang benar-benar sadar pada kepentingan
bersama dan perlu diperjuangkan. Proses ini menumbuhkan bentuk kesadaran
pada kepentingan yang nyata, yaitulepas dari ketertindasan. Pada fase inilah
terjadi proses pembentukan kelompok terorganisir, kelompok kepentingan
(interest groups), (ICAs) yang siap melakukan gerakan perlawanan terhadap
posisi dominan kelompok teorganisir lainnya. Seperti kelompok terorganisir
buruh terhadap kelompok terorganisir pengusaha
Dalam konteks yang lebih besar, konflik industrial melibatkan pihakpihak yang membawa angka kepentingan dan tujuan yang saling
berseberangaan. Laporan penelitian berjudul Pemetaan dan Penyusunan Model
Penyelesaian Konflik Industrial memperlihatkan bahwa isu-isu yang dominan
dalam konflik industrial adalah upah dan status buruh kontrak. Pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik industrial adalah buruh berhadapan dengan pengusaha dan
pemerintah. Posisi buruh cukup lemah karena perusahaan mendapatkan
dukungan dari pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang menguntungkan
perusahaan.