Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing:
dr. Aryanti, Sp.M
Disusun oleh:
Meta Sakina, S.Ked
(1018011076)
Sri Puji Hartini, S.Ked (0918011136)
M. Agung Prasetya
(1118011069)
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
: Ny. TH
Umur
: 53 tahun
Alamat
II.
III.
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 72 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,3 oC
b. Status Generalis
Kepala
o Bentuk
: Normocephal
o Mata
: Status Oftalmologis
o Hidung
o Telinga
o Mulut
Thoraks
o Jantung
o Paru
Abdomen
o
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ekstremitas
c. Status Oftalmologis
DEXTRA
1/300 (BS)
Visus
4/60 (BS)
Tidak dilakukan
Koreksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Siaskopi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sensus coloris
Tidak dilakukan
Ortoforia, kedudukan
normal
Bulbus oculi
Ortoforia, kedudukan
normal
Supersilia
Tidak ada
Parese
Tidak ada
Palpebra superior
Palpebra inferior
Tenang
Conjungtiva palpebra
Tenang
Tenang
Conjungtiva fornices
Tenang
Tenang
Conjungtiva bulbi
Tenang
Putih, anikterik
Sclera
Putih,anikterik
Cornea
Sedang
Sedang
Iris
IV.
a.
SINISTRA
Pupil
Lensa
Tidak dilakukan
Fundus refleks
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Corpus vitreum
Tidak dilakukan
Normal (palpasi)
Tensio oculi
Normal (palpasi)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
b.
c.
Hb
: 14 gr/dL
CT
: 13 menit
BT
: 2 menit
SGOT
: 19 u/l
SGPT
: 16 u/l
Ureum
: 25 mg/dl
Creatinin
: 0,6 mg/dl
GDS
: 112 mg/dl
Homeostasis
Kimia Darah
V.
RESUME
Pasien datang ke RSAM dengan keluhan penglihatan mata kanannya
kabur. Penglihatan mulai kabur sejak 1 tahun lalu dan mulai dirasakan
makin berat sejak 1 bulan lalu. Riwayat trauma pada mata disangkal.
Pasien mengatakan pada penglihatannya terhalang kabut putih tebal. gatal,
berair dan sering merasa silau terutama pada siang hari. Keluhan pasien
tidak disertai dengan mata merah ataupun nyeri pada matanya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan
-
Status oftalmologis
OCCULI SINISTRA
1/300
Visus
4/60
Cornea
VI.
DIAGNOSA KERJA
DIAGNOSA BANDING
-
IX.
PENATALAKSANAAN
a. Umum Pre-operatif
Inform consent
Rontgent Thorax
Konsul pre-operatif
b. Operatif
Phacoemulsifikasi + IOL (Intra Okuler Lens) OD
c. Umum Post-operatif
X.
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
Antasida 3x1
PROGNOSA
- Quo ad vitam
: ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : ad bonam
24 Desember 2008
Oft
Sinistra
3/60 (BS)
Visus
4/60 (BS)
Jernih, arcus
Cornea
Jernih, arcus
senilis (+)
senilis (+)
Sedang
COA
Sedang
Pseudophakia
Lensa
jernih,shadow
test (-)
Dx
A
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
I.
PENGERTIAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebutkan dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Jadi katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa,atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau karena kedua-duanya. Hal ini menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas dan dapat menimbulkan kebutaan.
Pada penderita katarak, cahaya sulit mencapai retina sehingga bayangan pada
retina menjadi tidak jelas atau kabur.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya
merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan
kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Secara umum katarak adalah perubahan lensa mata yang seharusnya jernih
dan tembus pandang menjadi keruh, cahaya sulit mencapai retina akibatnya
penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan, sehingga
penglihatan terganggu secara beragam sesuai tingkat kekeruhan lensa. Katarak
senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, biasanya
diatas 50 tahun.
II.
EPIDEMIOLOGI
Katarak senilis sampai sejauh ini merupakan bentuk katarak yang paling
sering didapatkan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO),
katarak merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan
penglihatan yang paling sering ditemukan seperti tercantum pada gambar
berikut:
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada
sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50%
untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70%
untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada
wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto,
rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia
lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.
Diketahui bahwa pada survei kesehatan pada tahun 1993 1996, prevalensi
kebutaan di Indonesia berkisar 1,5% dari jumlah penduduk di Indonesia. Dari
angka tersebut prosentase penyebab kebutaan adalah : katarak 0,78%, penyakit
glaukoma 0,20%, Kelainan refraksi 0,14% dan penyakit karena faktor usia
0,38%.
III.
ETIOLOGI
Penyebab katarak senilis bisa menjadi salah satu atau kombinasi dari faktorfaktor berikut:
Paparan radiasi
Kontak jangka panjang dengan lampu UV
Paparan radiasi gelombang mikro
Kekurangan yodium
Keturunan
Cedera mata dan trauma fisik
Alergi mata
penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan obat-obatan yang
10
Katarak Senilis
(http://www.sciencephoto.com/image/256584/large/M1550179)
Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya gejala
adalah distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini
biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, dan pasien mungkin
meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan
pembedahan, maka eksraksi lensa akan secara definitif akan memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus. Sisanya (10%) mungkin telah
mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan
epitel ke bawah kamera okuli anterior yang menghambat pemulihan visual.
Perubahan lensa pada usia lanjut :
granular.
Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel,
brown slerosis nucleus , sinar UV lama kelamaan merubah protein
nukleus lensa, korteks tidak bewarna.
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
1. Stadium Insipien
Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus. Visus pada stadium
ini bisa normal atau 6/6 6/20. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5
11
3. Stadium Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar
yang melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa.
Kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan klasifikasi
lensa. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil
tampak lensa seperti mutiara.
4. Stadium Hipermatur
12
Katarak matur
katarak traumatik
13
Kekeruhan lensa
Cairan Lensa
Imatur
Matur
Sebagian
Komplit
Bertambah (air Normal
Hipermatur
Masif
Berkurang (air+masa
Normal
Normal
lensa keluar)
Tremulans
Dalam
Iris
Bilik
Normal
Mata Normal
masuk)
Terdorong
Dangkal
Depan
Sudut
Bilik Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Positif
<
Glaukoma
Negatif
<<
-
Pseudopositif
<<<
Uveitis+glaucoma
Mata
Shadow Test
Visus
Penyulit
IV.
Insipien
Ringan
Normal
Negatif
(+)
-
GEJALA KLINIS
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
-
siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai
akibatnya,
pasien
presbiopi
melaporkan
peningkatan
14
V.
PEMERIKSAAN KLINIS
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slit lamp), funduskopi pada kedua mata, tonometer selain daripada
pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada
kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa
panoftalmitis pascabedah dan fisik umum.
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum
dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan
turunya tajam penglihatan.
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus
dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata
dan perkembangan katarak.
a. Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan
ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika
pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.
b. Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan
petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat
mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang
mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan difus makula
15
diperiksa hati-hati
Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Banding Katarak Senillis :
Refleks Senile : pada orang tua dengan lampu senter tampak warna pupil
keabu abuan mirip katarak, tetapi pada pemeriksaan reflex fundus positif
Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata
VIII. PENATALAKSANAAN
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Sejauh ini tidak ada
obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Penatalaksanaan
definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahuntahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno
hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Berikut tiga prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi
-
16
dilakukan
Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
17
KOMPLIKASI
Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity.
Komplikasi dini pasca operatif
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
18
X.
PROGNOSIS
Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat
jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak
resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis
dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.
PEMBAHASAN
19
Mata tidak boleh basah. Jika mandi hanya dari leher kebawah, dan
usahakan berwudhu dengan tayamum.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas. S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI
Anna. 2007. Mengenal Penyakit Katarak. Dalam http://www.obi.co.id/index2.php.
Perdami Katarak : http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2
Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi
Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.
Victor,
Vicente.
2012.
Senile
Cataract.
Available
from
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a0199
22