Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Alunan keroncong dan stambul yang tergusur musik pop di Republik Indonesia
kini dapat dinikmati sepanjang malam hingga dinihari di Johor, Malaysia. Itulah ironi di
negeri kaya budaya, Republik Indonesia. Di Indonesia, Para generasi muda tidak
menaruh perhatian yang lebih terhadap kebudayaan lokal. Mereka lebih menyukai dan
lebih memahami kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Banyak kebudayaan
Indonesia yang mulai hilang atau mulai diakui oleh bangsa lain, salah satunya adalah
Musik Keroncong.
Sejak pukul 22.00 waktu Johor, Radio Johor Best 104 milik Pemerintah Negara
Bagian mengudarakan musik keroncong secara khusus. Keroncong dan stambul
Indonesia mengudara hingga pukul 02.00 waktu setempat tanpa boleh diselingi secuil
pun iklan. Pemerintah setempat melalui Yayasan Warisan Johor (Johor Heritage
Foundation) mendukung tumbuhnya kelompok seni keroncong dan gamelan di seluruh
distrik di Johor. Hebatnya, siaran khusus keroncong dilaksanakan atas perintah Sultan
Johor.
Ini menjadi sinyalemen kepada bangsa Indonesia untuk lebih menghargai semua
kebudayaan asli Indonesia agar kebudayaan kita yang merupakan identitas kita sebagai
bangsa Indonesia tidak hilang.
Dalam makalah ini, kami ingin membahas sedikit mengenai salah satu kebudayaan
kita yang telah diklaim oleh bangsa lain dan juga tergilas oleh zaman yakni, Musik
Keroncong. Musik Keroncong adalah musik khas Indonesia yang berkembang pada
abad 16 M. Pada mulanya alat musik yang digunakan untuk mengeringinya adalah
ukulele, yang menghasilkan suara crung / crong yang menjadi cikal bakal kata
KERONCONG.

Apakah Musik Keroncong Itu ?


Keroncong merupakan nama dari Instrument musik sejenis ukulele, juga sebagai
nama dari jenis musik khas Indonesia yang menggunakan instrumen musik keroncong.
Musik Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis
dengan sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado.
Keroncong, memiliki hubungan historis dengan musik Portugis. Beberapa istilah
menyebut fado, semacam musik folk Portugis yang menjadi gaya untuk diadopsi.
Ketika Portugis mencari rempah rempah di Tanah Maluku, para budak Ambon
memainkan musik ini. Yang kemudian oleh Belanda dibawa ke Batavia, maka di
Kampung Tugu (tempat keturunan budak-budak Portugis dari Ambon) sejarah
keroncong dimulai dari sini, di akhir abad ke 16 saat kekuasaan Portugis mulai
melemah di Nusantara.
Meski dibawa Bangsa Portugis sekitar tahun 1600-an, tetapi musik ini baru
berkembang sebagai musik keroncong pada akhir abad 19, sekitar tahun 1870-an.
Bentuk awalnya disebut moresco. Moresco diiringi sejumlah alat musik dawai seperti
biola, ukulele, serta cello. Kadang juga pakai alat perkusi. Set orkes semacam inilah
yang kelak dipakai oleh keroncong Tugu-bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh
komunitas Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Reportoar yang dimainkan dikenal
sebagai lagu-lagu stambul. Bentuk permainan ini meluas sampai Kemayoran dan
Gambir.

Sejarah Musik Keroncong


Sejarah Musik keroncong dapat dibagi kedalam 3 tahap., yakni
1. Keroncong Tempooe Doloe
2. Keroncong Abadi
3. Keroncong Moderen
KERONCONG TEMPO DOELOE (1880-1920) berlangsung sejak kedatangan
Bangsa Portugis ke Indonesia sekitar tahun 1600-an tetapi baru berkembang sebagai
Musik Keroncong pada akhir Abad XIX (ditemukan Ukulele di Hawai pada tahun

1879[1] hingga sekitar setelah Perang Dunia I (sekitar 1920). Pada waktu itu disebut
dengan lagu-lagu STAMBOEL: Stamboel I, Stamboel II, dan Stamboel III dengan
standar lagu panjang 16 birama. Contoh lagu Stb I POTONG PADI, Stb I NINA
BOBO, Stb I SOLERAM, dsb.; contoh lagu Stb II JALI-JALI, Stb II SI JAMPANG,
dlsb.; dan contoh lagu Stb III KEMAYORAN (hanya ini yang ada). Masa ini
Keroncong berkembang sejak dari desa Toegoe (Cilincing Jakarta sekarang), kemudian
hijrah ke Kemayoran dan Gambir, sehingga tidak heran kalau cengkok dan irama
menjadi cepat dan lincah. Banyak kelompok musik pada masa ini (seperti Lief Indie)
yang

memainkan

lagu

stamboel

selain

komedi

stamboel

itu

sendiri.

KERONCONG ABADI (1920 - 1959) berlangsung sejak setelah Perang Dunia I


(1920) hingga setelah Kemerdekaan (1959). Pada waktu hotel-hotel di Indonesia
dibangun seperti Hotel Savoy Homan dan Hotel Preanger di Bandung, jaringan Grand
Hotel di Cirebon, Yogyakarta, Sala, Madiun, Malang, dsb., di mana pada hotel-hotel
tersebut diadakan musik dansa, maka lagu Keroncong mengikuti musik dansa asal
Amerika, terutama dengan panjang 32 birama (Chorus: Verse-Verse-Bridge-Verse atau
A-A-B-A). Pada masa ini dikenal dengan 3 jenis KERONCONG, yaitu: Langgam
Keroncong, Stambul keroncong, dan Keroncong Asli. Contoh lagu Lg BANGAWAN
SALA, Lg TIRTONADI, Lg DI BAWAH SINAR BULAN PURNAMA, Lg SALA DI
WAKTU MALAM; Stb RINDU MALAM, Stb JAUH DI MATA, Stb DEWA-DEWI;
Kr PURBAKALA, Kr SAPULIDI, Kr MORESKO. Pada waktu itu juga lahir Langgam
Jawa: YEN ING TAWANG (1935). Pada perjalanan juga menjadi terkenal oleh
penyanyi WALJINAH (1963). Pada masa ini Keroncong berpindah ke SALA, sehingga
dengan irama yang lebih lambat dan lemah gemulai.
KERONCONG MODERN (1959-sekarang). Pada tahun 1959 Yayasan Tetap Segar
Jakarta pimpinan Brijen Sofyar memperkenalkan KERONCONG POP atau
KERONCONG BEAT, yaitu sejalan dengan perkembangan musik pop pada waktu itu
dengan pengaruh ROCK 'n ROLL dan BEATLES. Lagu-lagu Indonesia, Daerah
maupun Barat diiringi dengan Keroncong Beat. Misalnya NA SO NANG DA HITO
(Batak), AYAM DEN LAPEH (Padang), PILEULEUYAN (Sunda), dsb, Pada tahun
sekitar 1968 di daerah Gunung Kidul Yogyakarta musisi Manthous memperkenalkan
apa yang disebut CAMPURSARI, yaitu keroncong dengan gamelan dan kendang.
Selain itu juga dipakai instrumen elektronik seperti bass guitar, electric bass, organ,
sampai juga dengan saxophon dan trompet. Musisi yang gencar memainkan Campursari

adalah Didi Kempot: Stasiun Balapan, Tanjung Emas, Terminal Tirtonadi, dsb.

MAKNA YANG TERKANDUNG PADA MUSIK KERONCONG


Dalam kehidupan yang serba rumit, karya estetik tetap harus memiliki makna
bagi kehidupan manusia. Dengan demikian pemaknaan dinilai sebagai suatu cara yang
paling obyektif untuk memberi arti dalam semua pekerjaan estetik, karena tanpa makna,
apapun yang dikerjakan oleh manusia sama dengan tiada. Namun makna tak
selamanya menyertai sebuah karya estetik, hanya dalam hal-hal khusus makna juga
secara total hadir dalam karya estetik (Theodor Ardono dalam Sachari, 2002:98).
Bagaimanapun rumitnya perwujudan dan bentuk sebuah karya seni senantiasa
mengisyaratkan adanya suatu nilai estetik. Hasil kesenian yang menjadi sasaran analisis
setetika setidak-tidaknya memiliki tiga aspek dasar, yakni; wujud, bobot, dan
penampilan (Djelantik,2004:7). Makna Estetis atau keindahan yang terkandung dalam
musik keroncong dapat tercermin memalui beberapa unsur, yakni lirik lagu, melodi
dan ritme, Iringan musik, dan penampilan penyanyi.
Keindahan lirik
Keindahan lirik dalam suatu lagu akan dapat menyentuh hati pemirsanya. Lagu
tersebut menjadi mudah diingat dan enak dinyanyikan. Dari lirik yang indah akan
timbul kesan atau pesan yang menarik, sehingga banyak lagu-lagu menjadi sangat
terkenal karena keindahan lirik di dalamnya.
Keindahan melodi dan ritme
Keindahan melodi dan ritme dalam musik keroncong nampak sangat berbeda
dengan jenis musik yang lain, dimana seorang penyanyi keroncong dituntut telah
memiliki materi suara dengan tehnik vokal yang bagus, karena dalam pembawaan
melodi dan ritme yang umumnya bersifat improvisasi bercengkok dan gregel
memerlukan ungkapan tanggapan jiwa yang dalam dari si penyanyi. Penyanyi mengisi
kekosongan, dengan improv-improv, sehingga pembawaannya menjadi sangat ritmis
dan dinamis.
Keindahan musik iringan

Iringan Musik keroncong adalah iringan musik yang terdiri dari tujuh alat
musik diantaranya; biola, flute, gitar, ukulele, banyo (cak atau cak tenor, dan bas.
Apabila sudah ada ketujuh macam alat musik keroncong ini, maka permainan musik
keroncong sudah dapat dikatakan lengkap. Yang menarik dari musik iringan keroncong
ini adalah, semua alat bermain secara improvisatoris namun masih dalam ikatan. Dari
semua alat tersebut mempunyai peranan yang berbeda, sebagai pemegang melodi
biasanya instrumen biola dan flute, sedangkan sebagai pengiring, instrumen gitar,
ukulele, banyo, cello dan bas. Iringan musik keroncong sangat mendukung suasana
yang tercipta dalam lagu, sehingga antara lagu dengan musik iringan bisa menyatu dan
saling terkait.
Keindahan penampilan penyanyi
Keindahan lain yang dapat dilihat dalam pertunjukan musik keroncong adalah
keindahan penampilan penyanyi. Penampilan penyanyi dari musik keroncong dapat
dilihat dari kostum yang umumnya mereka kenakan. Bagi penyanyi wanita memakai
kain dan kebaya, sedangkan penyanyi yang pria mengenakan setelan jas. Dalam
penyajiannya yang luwes dan sopan dengan karakter keroncong yang berpadu dalam
keharmonisan sehingga nampak etis dan estetis.

MUSIK KERONCONG TIDAK SESUAI LAGI DENGAN PERKEMBANGAN


ZAMAN?
Bisa iya, bisa tidak. Karena sampai pada detik ini keroncong belum lenyap
ditelan bumi. Walau patut diakui, keroncong memang sudah tak bisa berada
dipermukaan lagi. Hadirnya eksperimentasi pada musik keroncong yang muncul pada
dasawarsa terakhir ini, seperti yang dilakukan Marco Manardi dengan grup Congrock
atau keroncong Rock. Erwin Gutawa menyanding penyanyi Langgam Waljinah dengan
Chrisye dalam lagu Semusim pada album Badai Pasti Berlalu, Bondan Prakoso dan
Fade2Black menghadirkan keroncong lewat karyanya Kroncong Protol dalam
dimensi

industrial,

sebetulnya

juga

merupakan

upaya

luhur

untuk

tetap

mempertahankan keroncong. Sebenarnya fenomena ini telah lama terjadi sejak akhir

dasawarsa 60-an dari industri musik pop Indonesia yang mulai melangkah, mulailah
musik anasir keroncong yang dipadu dengan perangai musik pop.
Semangat pop dengan rincian seperti aransemen sederhana, melodi yang
catchy memang merupakan rumus dagang yang tak terbantahkan. Menyusupnya tren
dalam kandungan tata musik semisal rock, rap, hip hop, reggae, jazz dan entah apa
lagimerupakan adonan yang bisa lebih mendekatkan diri pada kuping penikmat music
yang usianya dalam setiap generasi tetaplah dari golongan anak muda.
Namun perdebatan dari kalangan pelaku keroncong, selama ini masih saja
bermuara pada asli atau tidak asli, pakem atau tidak pakem musik keroncong. Sehingga
akan ada teriakan keras dan kritikan tajam, ketika ada beberapa pihak yang mencoba
bereksperimen dengan musik keroncong. Dan akan ada argumentasi pembelaan balik
dari

eksperimentor

bahwa

ini

sebagai

bagian

upaya

pengembangan

dan

mempertahankan eksistensi musik keroncong itu sendiri. Padahal, ada yang lebih
penting dari sekedar perdebatan yang selalu berorientasi sekedar pakem asli atau tidak
asli. Yaitu tentang eksistensi dan memperpanjang nafas musik keroncong semakin jauh
dari kepunahan.
Lalu apa yang menjadikan keroncong tetap bertahan, kendati ruang
eksistensinya kian menyempit? Adakah mereka berproses untuk pengembangan atau
hanya menjadikannya kelangenan dari kenangan masa lalunya?
Ketika sampai pada pertanyaan diatas, maka barangkali yang cukup relevan
adalah mendudukan keroncong bukan lagi sekedar sebagai seni hiburan untuk tujuan
ekonomi, melainkan sebagai salah satu pusaka bangsa yang harus dilindungi
keberadaannya. Karena itu, seluruh kepentingan yang berkait dengan keroncong
setidaknya bukan lagi semata-mata tanggung jawab seniman, namun juga pemerintah
pada khususnya, serta masyarakat penyangganya.
Menjadi kewajiban Negara dan Bangsa untuk memelihara dan melindungi
musik yang merupakan warisan khas dan langka ini. Bahkan bukan tidak mungkin
keroncong pun menjadi warisan budaya dunia. Kalau sudah demikian, maka kekuatiran
masyarakat khususnya yang selalu berpegang pada aturan tradisi dan ketakutan akan
punahnya keroncong tidak perlu terjadi lagi. Sebab setiap elemen dari bagian Negara

dan Bangsa Indonesia telah menempatkan keroncong pada posisi terhormat yaitu
sebagai warisan seni dan budaya Indonesia yang harus dijaga bersama eksistensinya
seiring perkembangan jaman.

MELESTARIKAN MUSIK KERONCONG


Seiring dengan pesatnya musik dangdut dan band, semakin berkurang pula peminat
musik keroncong. Musik keroncong adalah musik yang merupakan budaya bangsa yang
perlu dilestarikan keberadaannya. Karena saat ini kondisinya sudah hampir tergilas oleh
zaman karena adanya aliran-aliran musik baru yang sangat mempengaruhi remaja saat
ini. Penyebab mundurnya musik keroncong terutama adalah menggejalanya arus
globalisasi ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Jika seandainya tidak ada lagi yang
mau meneruskan musik keroncong, maka akan hilang salah satu aset budaya bangsa.
Padahal Indonesia sempat dikenal oleh dunia internasional dengan musik keroncong
melalui lagu bengawan solo yang diciptakan oleh Gesang. Sungguh merupakan prestasi
yang membanggakan. Sayang sekali jika nantinya musik keroncong yang telah
mengharumkan

nama

bangsa

harus

tergilas

oleh

zaman.

Pemberdayaan generasi muda untuk mencintai musik keroncong sangat perlu


dilakukan seperti dengan cara :
1.

mengenalkan musik keroncong sejak usia sekolah dasar.

2.

melatih anak usia remaja untuk menguasai teknik-teknik yang ada dalam musik
keroncong.

3.

memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk berkarya melalui musik


keroncong.
Selain itu kita dapat memodifikasi lagu keroncong dengan cara mengabungkannya
dengan musik lainnya. modifikasi pada musik keroncong, seperti adanya aliran
keroncong pop, keroncong rock, atau keroncong dangdut, tak perlu dipersoalkan, jika
bertujuan untuk memberikan pelajaran bagi para generasi muda saat ini.
Modifikasi tersebut berperan dalam melestarikan kesenian musik keroncong ini. Selain

itu juga, dengan banyak dilakukan kegiatan yang bersifat melestarikan, seperti Festival
Musik Keroncong dan festival festival kebudayaan lainnya, juga merupakan salah
satu dari berbagai macam cara untuk melestarikan kebudayaan, khususnya musik
keroncong.
Peranan Pemerintah juga sangat diharapkan dalam melestarikan kebudayaan
kebudayaan tersebut. Seperti mendaftarkan hak paten pada semua produk dan
kebudayaan Indonesia. Ini dimaksudkan agar tidak ada produk atau kebudayaan
Indonesia yang diklaim oleh bangsa lain, Termasuk musik keroncong. Selain itu,
Pemerintah juga berperan aktif dan sebagai pelopor dalam melestarikan kebudayaan
dan hasil budaya Indonesia, agar tidak ada lagi kebudayaan kita yang hilang tergerus
oleh zaman.

Anda mungkin juga menyukai