SKENARIO 3 BLOK 21
04081001035
Hilwa
04081001036
Bella Oktaviani
04081001039
Surya Gunawan
04081001040
Eka Sulastri
04081001041
Tri utami P
04081001042
Darmawati Sahafi
04081001049
04081001075
Rahman Setiawan
04081001112
Rudini Effendi
04081001113
Ahmad Syaukat
04081001114
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
Kata Pengantar
Segala puji terhantarkan untuk Sang Pencipta semesta beserta segenap
makhluk ciptaan-Nya. Iringan syukur terujar atas segala rahmat yang diberikan
atas terselesaikannya laporan tutorial untuk kasus ketiga pada blok kali ini, Blok
21.
Penyelesaian laporan ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
tim penyusun berharap kerja sama yang telah dirangkum di dalam laporan dapat
membantu pembaca di kemudian hari. Tak lupa pula rangkaian permohonan maaf
kami ucapkan atas kesalahan berikut kekurangan yang masih terdapat dalam
laporan ini. Kiranya saran dan kritik dapat langsung disampaikan kepada tim
penyusun agar menjadi masukan yang berguna. Akhir kata, semoga tulisan ini
mendatangkan manfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalam.
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................... i
Daftar
isi.........................................................................................................
ii
Skenario......................................................................................................... 1
Klarifikasi Istilah........................................................................................... 1
Identifikasi Masalah...................................................................................... 2
Analisis Masalah............................................................................................3
Hipotesis........................................................................................................ 4
Sintesis........................................................................................................... 5
Daftar Pustaka...............................................................................................51
3. Sakit Perut
4. Penyuluhan
5. Obat maag
6. Lemas
Identifikasi Masalah
1. leni mengeluh sakit perut, sudah diberikan obat maag tapi sakit perut
semakin menjadi dan kemudian tiba-tiba menjadi lemas sehingga dibawa ke
klinik merdeka meskipun di dekat rumahnya ada PDKM. Sebagai dokter yang
memiliki kompetensi dan kewenangan dokter keluarga serta memiliki
keterampilan teknis medis dan pelayanan dalam situasi spesifik.
2. Dokter Rino mendiagnosis leni menderita usus buntu akut dan
menyarankan agar ibu Rini segera membawa dan merujuk leni ke RSUD, tapi
ibu Rini tidak mau, dr. Rino tetap ingin merujuk dan akhirnya ibu Rini setuju.
3. Klinik Merdeka, Klinik DOGA yang memiliki tiga dokter keluarga. Dan
memiliki sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan persyaratan klinik
DOGA kategori C.
III
Analisis Masalah
1. Bagaimana standar pelayanan
- PDKM
- Klinik DOGA
2. Apa saja kategori klinik DOGA ?
3. Bagaimana peran dan tanggung jawab PDKM dan Klinik DOGA pada
kasus ini dan jelaskan?
4. Bagaimana prosedur pelayanan Klinik DOGA sesuai kasus ?
5. Bagaimana kompetensi DOGA pada kasus (dr.Rino) ?
Hipotesis
Ibu Rini memilih untuk membawa anaknya ke dr.Rino di Klinik DOGA
karena dr.Rino menerapkan prinsip pelayanan DOGA dan Komunikasi yang
efektif.
Learning objektive
VI
Sintesis
Standar pelayanan
Definisi Klinik DOkter Keluarga Mandiri
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga
(family practice) Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter
keluarga ini sama dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan
melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter yang menyelenggarakan
praktek, rnenerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan
kedokteran yang diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat
dibedaka pula atas dua macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang
diselenggarakan sendiri (solo practice) dan Kedua praktek dokter keluarga yang
diselenggarakan secara berkelompok (group practice).
Praktek dokter keluarga mandiri (PDKM) akan menjadi komplemen
puskesmas dengan peran sebagai ujung tombak upaya kesehatan perorangan
dengan sasaran individu/keluarga yang berada dalam wilayah pelayanannya. Kata
mandiri dalam PDKM menyiratkan pengertian self employed job atau dokter
yang menjalankan profesinya di PDKM bekerja untuk dirinya sendiri, bukan PNS
atau pegawai dari suatu institusi.
Berikut ketentuan PDKM:
- Menjalankan praktik dokter keluarga purnawaktu di PDKM
- Lebih memilih memberikan pelayanan kepada suatu masyarakat yang jelas
batasannya (kepesertaan) dengan pembayaran secara kapitasi, ketimbang
pelayanan kepada individu kepada yang bukan peserta, bersifat episodik dan
dibayar secara fee-for-service
- Berbagi kewajiban dan tanggung jawab atas asset, liability, dan pelayanan
pasien
- Berbagi penerimaan dengan formula tertentu yang disepakati bersama
Wilayah pelayanan didefinisikan sebagai area geografis dari mana pengguna
layanan atau mitra PDKM biasanya datang. Wilayah pelayanan tidak harus sama
dengan
wilayah
administratif
(kecamatan/kota).
Penentuannya
dengan
tidak berarti harus menjadi staf/pegawai PDKM, dapat saja tenaga kesehatan
tersebut merupakan entitas terpisah yang kemudian saling mengikatkan diri dalam
kerja sama dengan PDKM untuk menghindari tumpang tindih dalam pelayanan
kesehatan di satu wilayah.
Idealnya PDKM dapat menyediakan 21 jenis pelayanan dengan mutu dan standar
yang sama pada setiap mitranya, yaitu
1. penilaian status kesehatan pribadi
2. program proaktif pengendalian penyakit/kondisi khusus
3. pendidikan kesehatan
4. imunisasi
5. pemeliharaan kesehatan bayi dan anak balita
6. pemeliharaan kesehatan anak usia sekolah
7. pemeliharaan kesehatan wanita dan kesehatan reproduksi
8. pemeliharaan kesehatan lansia
9. pemeriksaan ante dan postnatal
10. konsultasi dan pengobatan
11. peresepan obat
12. tindakan medis (tindakan bedah kecil, injeksi, resusitasi, dan persalinan
normal)
13. konseling
14. penunjang diagnostik (laboratorium, elektrokardiografi, ultrasonografi, dll)
15. layanan kesehatan gigi dan mulut
16. rehabilitasi medik
17. kunjungan rumah
18. perawatan di rumah
19. kunjungan ke rumah sakit
20. layanan mendesak/gawat darurat
21. ambulans
Pada dasarnya PDKM memiliki tugas yang sama dengan dokter keluarga.
dibentuklah
suatu
unit
khusus
yang
diserahkan
tanggung
jawab
Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk
ke rumah sakit kerja sama tersebut.
Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo
practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice).Dari dua
bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter
keluarga yang dikelola secara berkelompok.Biasanya merupakan gabungan dari 2
sampai 3 orang dokter keluarga.
Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem
manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik
dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat
praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen
personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek
berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai
berikut (Clark, 1971) :
a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola
secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar
menukar pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena
waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah
dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya
hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola
secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan
non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu,
karena pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter
akanlebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan
penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil
dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga
yang lebih terjangkau.
b)
Keluarga (SPDK),
Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat
c)
d)
e)
f)
strategis),
Mempunyai bangunan yang memadai,
Dilengkapi dengan sarana komunikasi,
Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK
Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus
g)
h)
i)
j)
k)
dan berkesinambungan,
Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur,
Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik
ybs.
Proses Sertifikasi
Pendidikan Dasar
Kompetensi
FK/PSPD
Dokter (Basic
Wewenang
Medical Doctor)
Program Konversi
Program CME/CPD
Praktisi pelayanan
Gelar
-
Praktisi pelayanan
Dokter Keluarga
primer paripurna,
Dokter Keluarga
Riset
Praktisi pelayanan DK
primer paripurna ,
DK
Riset
Program
primer paripurna ,
Riset,
Dokter Keluarga
Pengajar, Riset
Praktisi pelayanan
Pengampu bidang
primer paripurna,
Khusus FM , Riset
Riset, Konsultan,
Pengajar FM
Pengajar
Konsultan,
Program Magister
KK/FM
Praktisi pelayanan
Pengampu , Pengajar,
Spesialisasi KK/FM
Konsultan FM
Dokter Keluarga,
SpFM
SpFM(K)
Pengampu FM ,
Riset, Pengajar FM
Bila pelayanan dokter keluarga tersebut dilaksanakan dalam bentuk klinik dokter
keluarga, maka peralatan yang dibutuhkan secara umum dapat dibedakan atas dua
macam:
a. Peralatan medis
Karena praktik dokter keluarga melayani beberapa tindakan spesialistik
sederhana, maka pada praktik dokter keluarga perlu disediakan berbagai peralatan
medis spesialistik yang dimaksud. Di samping itu, dibutuhkan pula peralatan
pemeriksaan penunjang serta pertolongan gawat darurat. Di Amerika Serikat,
peralatan medis yang tersedia di suatu klinik dokter keluarga cukup lengkap.
Peralatan yang dimaksud telah mencakup pula laboratorium klinis, rontgen foto,
EKG, minor surgery set, sigmoiskop, audiometer, otoskop, visual chart,
tonometer, dan ophtalmoskop.
b. Peralatan nonmedis
The American Academy of General Practice menyebutkan peralatan nonmedis
pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang memiliki sekurang-kurangnya
sebuah ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang periksa, ruang tindakan, ruang
laboratorium, ruang rontgen fakultatif, ruang administrasi, gudang serta kamar
mandi, yang luas lantai seluruhnya minimal antara 150 sampai dengan 200 meter
persegi. Karena praktik dokte keluarga, seperti yang dikemukakan oleh Clark,
sangat menganjurkan pelayanan dengan perjanjian (appointment system), maka
perlu pula disediakan alat komunikasi seperti telepon.
Standar Pelayanan Kedokteran Keluarga
1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (Standards of Clinical Care)
a. Standar Pelayanan Paripurna (Standard of Comprehensive of Care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama
untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan
proteksi khusus (preventive and specific protection), pemulihan kesehatan
(curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan social serta sesuai
dengan medikolegal etika kedokteran.
1) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan
kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan
diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga
serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuaan tempat
praktik.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memerhatikan pemeliharaan
kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.
3) pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menggunakan segala
kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan
keluarganya.
4) Deteksi dini
2) Mitra dokter-pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter dan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis.
3) Mitra lintas sektoral medis
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan
dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal disekitarnya.
4) Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimeter medik
Pelayanan dokter keluarga memedulikan dan memerhatikan kebutuhan dan
perilaku pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai
pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.
e. Standar pelayanan bersinambung (standard of continuum care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung,
yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efesien, proaktif dan
terus menerus demi kesehatan pasien.
1) Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif.
2) Rekam medis bersinambung
Informasi dalam riwayat kesehatan pesien sebelumnya dan pada saat datang,
digunakan untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah
sesuai untuk pasien yang bersangkutan.
3) Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif
dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu, dan sadar biaya.
4) Pendampingan
Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan/atau rujukan, pelayanan dokter
keluarga menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi
kepentingan pasien.
2. Standar Perilaku dalam Praktik (Standard of Behaviour in Practice)
dokter
keluarga
menghormati
dan
menghargai
pengetahuan,
keterampilan, dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan menjaga
hubungan baik secara professional.
1) Hubungan professional antarprofesi
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan praktik dengan mempunyai hubungan
professional dengan profesi medis lainnya untuk kepentingan pasien.
2) Hubungan baik sesame dokter
Pelayanan dokter keluarga menghormati keputusan medis yang diambil oleh
dokter lain dan memperbaiki penatalaksanaan pasien atas kepentingan pasien
tanpa merugikan nama dokter lain.
3) Perkumpulan profesi
Dokter keluarga dalam pelayanan dokter kelurga adalah anggota perkumpulan
profesi yang sekaligus menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia dan
berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang ada.
d. Standar Pengembangan Ilmu dan Keterampilan Praktik (Standard of
Knowledge and Skill Development)
1) Pencatatan keuangan
Keuangan dalam praktik dokter keluarga tercatat secara saksama dengan cara
yang umum dan bersifat transparansi
2) Jenis sistem pembiayaan praktik
Manajemen keuangan pelayanan dokter keluarga dikelola sedemikian rupa
sehingga dapat mengikuti, baik sistem pembiayaan praupaya maupun sistem
pembiayaan fee for service.
c. Standar Manajemen Klinik (Standard Management of Clinic for Practice)
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelayanan yang
disebut klinik dengan manajemen yang professional.
1) Pembagian kerja
Semua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya masing-masing.
2) Program pelatihan
Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik diadakan pelatihan kerja (job
training) terlebih dahulu.
3) Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Seluruh personil yang bekerja di klinik pengikuti prosedur Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) untuk pusat pelayanan kesehatan.
4) Pembahasan administrasi klinik
Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan administrasi klinik.
4. Standar Sarana dan Prasarana (Standard of Facilities)
a. Standar Fasilitas Praktik (Standard of Practice Facilities)
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama
yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sekitarnya.
1) Fasilitas untuk praktik
Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai dengan kesehatan dan keamanan
pasien, pegawai, dan dokter yang berpraktik.
2) Kerahasiaan dan privasi
kepada
penyelenggara
pelayanan
kesehatan
berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu
tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang
dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang tidak
ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta,
melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu
jaminan.
2. Sistem paket (packet system) Yang dimaksud dengan sistem paket
adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga
yang
dihitung
untuk
suatu
paket
pelayanan
kesehatan
kepada
penyelenggara
pelayanan
kesehatan
berdasarkan
Penyediaan obat
Pendidikan, riset, dan pengembangan
Kelas B (Optimum)
24 jam
Kedaruratan dan kejadian luar biasa
Pelayanan rawat jalan
Pelayanan rawat inap sehari
Bedah minor
Konseling
Preventif dan promotif
Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien
Pemeriksaan penunjang
Penyediaan obat
Pendidikan, riset, dan pengembangan
Kelas C (minimum)
24 jam
Kedaruratan dan kejadian luar biasa
Pelayanan rawat jalan
Pelayanan rawat inap sehari
Bedah minor
Konseling
Preventif dan promotif
Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien
Pemeriksaan penunjang
Penyediaan obat
Pendidikan, riset, dan pengembangan
Peralatan medis : Rutin, Khusus, Penunjang, Kedaruratan
Peralatan Medis : Rutin, Termometer, Tensimeter, Pengukur berat dan tinggi
badan, Stetoskop, Penekan lidah, Senter/lampu kepala, Spekulum hidung
Peralatan medis :
Khusus:
Otoskop
Optalmoskop
Glukometer
Penunjang:
Laboratorium klinik
EKG
USG
Pemeriksa visus
Pemeriksa buta warna
Ronsen
Kedaruratan
Oksigen + regulator
Semprit dari berbagai ukuran
Jarum suntik dari berbagai ukuran
Perangkat infus
Peralatan non-medis
Bangunan
Rekam medis
Ruangan
Untuk kegiatan medis
Untuk kegiatan non-medis
Sarana komunikasi
Sarana administrasi
Pada Klinik kategori A, B dan C mempunyai persyaratan yang sama.
Namun bisa dibedakan dari peralatan yang tersedia/fasilitas, luas wilayah dan
sumber daya yang tersedia dan pada klinik kategori A lebih lengkap.
Peran dan tanggung jawab PDKM dan Klinik DOGA pada kasus ini dan
jelaskan
Klinik dokter Keluarga ( KDK ) merupakan klinik yang menyelenggarakan
Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK) menyelenggarakan pelayanan yang
sifatnya paripurna, holistik, terpadu, dan berkesinambungan melayani semua jenis
penyakit dan golongan umur
Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui
praktek dokter keluarga (family practice) sama dengan pelayanan dokter
Peserta
bisa
mendapatkan
pelayanan
Dokter
Keluarga
dengan
pembedahan mayor maka segera dirujuk. Hal ini sudah dilakukan oleh dr.Rino
sebagai dokter keluarga.
Prosedur rujukan dalam DOGA
Di Indonesia dikenal beberapa macam rujukan, antara lain adalah :
1. Rujukan Medis
Merupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk
masalah kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan,
khususnya kedokteran serta memulihkan status kesehatan pasien.
Jenis-jenis rujukan medis :
Rujukan Pasien
Merupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu ke strata yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak
lanjut.
Rujukan Ilmu Pengetahuan
Merupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata
pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau
sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium
Merupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan
kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya untuk
tindak lanjut.
2. Rujukan Kesehatan
PROSEDUR RUJUKAN
Pelayanan kesehatan yang termasuk kedalam kelompok pelayanan
kedokteran (medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat
bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama sama dalam satu organisasi
(institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat
wal afiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam
bentangan tersebut. Demikian pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat
atau gradasi. Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan
(mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe).
Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan
kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan
canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya
dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat
spesifik.
Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar
(lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat
pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan
kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di
Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan
balkesmas, serta praktek dokter umum maupun keluarga.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan
memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah
kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia :
rumah sakit tipe A dan B.
Masalah kesehatan
Masalah kedokteran
Masalah kesehatan
masyarakat
Rujukan medik
Rujukan kesehatan
Penderita
Pengetahuan
Bahan lab
Teknologi
Sarana
Operasional
diagnosis,
menginterpretasikan
hasil
pemeriksaaan
khusus,
keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih
sesuai.
Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak
Bila dokter keluarga tidak mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter
keluarga tersebut hanya hanya menyelenggarakan pelayanan rawat jalan saja.
Pelayanan rawat inap dirujuk serta diserahkan sepenuhnya kepada dokter yang
bekerja di rumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan untuk pelayanan rawat inap
tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga memberikan
bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat perawatan dan jika
perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit.
Pembagian wewenang & tanggung jawab
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama
jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan
tidak ikut campur.
Komunikasi efektif sehingga ibu Rini bersedia ananya dirujuk
Komunikasi Efektif untuk Merujuk Pasien
Hal-hal yang perlu dikemukakan antara lain :
1. Alasan merujuk pasien
2. Tujuan dan manfaat rujukan tersebut (prognosis pasien)
3. Dampak / resiko bila pasien tidak segera dirujuk
diperoleh. Kerugian lain adalah tidak dapat menyampaikan semua jenis pesan,
misalnya pesan yang bersifat pribadi, tabu atau yang dinilai akan mendatangkan
akibat negatif pada masyarakat. Contoh media antar pribadi adalah interaksi
antara sumber dan sasaran, pembicaraan melalui telepon, surat-menyurat dan
pembicaraan perorangan lainnya. Keuntungan dari cara ini adalah dapat
disampaikan pesan secara lengkap dan terperinci dengan demikian keberhasilan
komunikasi dapat diketahui melalui umpan balik yang diterima. Pesan yang
disampaikan dapat mencakup berbagai jenis pesan, termasuk yang bersifat rahasia
atau pribadi. Kerugiannya adalah jangkauan sasaran terbatas serta membutuhkan
waktu, tenaga dan biaya cukup besar, apalagi jika jumlah sasaran yang dituju
besar.
Sasaran (penerima pesan atau komunikan) adalah yang menerima pesan,
artinya kepada siapa pesan tersebut ditujukan. Komunikan bisa berupa orang
perorang, sekelompok orang, satu organisasi atau institusi atau masyarakat luas.
Umpan balik (feedback) adalah reaksi dari sasaran terhadap pesan yang
disampaikan, yang dimanfaatkan oleh sumber untuk memperbaiki dan ataupun
menyempurnakan komunikasi yang dilakukan. Dengan adanya reaksi ini, sumber
akan mengetahui apakah komunikasi berjalan dengan baik atau tidak. Jika
hasilnya baik disebut positif dan jika hasilnya buruk disebut negatif. Akibat
(impact) adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadinya perubahan pada diri
sasaran. Perubahan dapat pada pengetahuan, sikap atau perilaku. Terjadinya
perubahan perilaku adalah tujuan akhir komunikasi.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang
baik. Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal.
Komunikasi yang efektif bukan hanya menentukan isi tetapi juga mendefinisikan
hubungan
interpersonal.
Menurut
segi psikologi
komunikasi,
hubungan
faktor
dalam
komunikasi
interpersonal
untuk
menumbuhkan
hubungan
interpersonal yang baik, yaitu percaya, sikap suportif dan terbuka (Rahmat J,
1993).
Percaya merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi
interpersonal. Rasa percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena
membuka saluran komunikasi, memperjelas penerimaan informasi serta
memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Kepercayaan kita
terhadap orang lain dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan situasional.
Seseorang dengan harga diri yang positif akan cenderung mempercayai orang lain,
sebaliknya seseorang dengan kepribadian otoriter cenderung sukar mempercayai
orang lain. Di samping faktor-faktor personal tersebut terdapat pula faktor lain
seperti karakteristik seseorang, hubungan kekuasaan, sifat dan kualitas
komunikasi, dan kejujuran. Seseorang akan menaruh kepercayaan kepada
seseorang yang dianggap memiliki kemampuan, keterampilan atau pengalaman di
bidang tertentu. Akhirnya sikap percaya kita dipengaruhi oleh persepsi yang sama
antara kita dengan orang lain.
Rasa percaya tumbuh bila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap
orang lain. Komunikasi yang bersifat terbuka dengan maksud dan tujuan yang
jelas disertai ekspektasi yang sudah dinyatakan maka akan tumbuh rasa percaya.
Sikap percaya berkembang bila setiap komunikan menganggap komunikan
lainnya berlaku jujur. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga, hal ini
mendorong orang lain untuk percaya pada kita.
Sikap suportif ialah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Sikap defensif dalam komunikasi menyebabkan komunikasi
interpersonal akan gagal, karena sikap defensif akan lebih banyak melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami
pesan orang lain.
Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal seperti
ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif atau faktorfaktor situasional. Diantara faktor situasional itu adalah perilaku komunikasi
a. Kontrol
a. Strategi
a. Netralitas
Netralitas berarti sikap impersonal dan memperlakukan orang lain tidak sebagai
persona, melainkan sebagai obyek. Bersikap netral bukanlah bersifat obyektif,
melainkan menunjukkan sikap acuh tak acuh dan tidak menghiraukan kelebihan
orang lain.
b. Empati
Empati artinya memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi
kita, sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia
menanggapi orang lain yang mengalami emosi. Tanpa empati, orang seakan-akan
menjadi mesin yang hampa perasaan dan tanpa perhatian. Dengan empati, kita
akan menumbuhkan iklim yang suportif.
5.
a. Superioritas
Superioritas artinya kita menunjukkan sikap lebih tinggi atau lebih baik dibanding
orang lain karena status atau kekuasaan atau kekayaan atau kemampuan
a. Kepastian
Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan
melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.
Bersikap kepastian cenderung mengarah ke iklim defensif.
b. Provisionalisme
Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk
mengakui bahwa pendapat manusia adalah tempat kesalahan yaitu siap untuk
mengakui dan mengoreksi kesalahan yang kita perbuat, karena itu wajar juga
kalau suatu saat pendapat dan keyakinan kita bisa berubah. Provisonal dalam
bahasa Inggris, artinya bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti yang
lengkap.
Komunikasi Dokter-Pasien dan Mutu Pelayanan Kesehatan
Hubungan dokter dan pasien telah disadari merupakan bagian penting
dalam aspek mutu pelayanan kesehatan dengan semakin disadarinya pentingnya
suara pasien sebagai pelanggan pelayanan kesehatan. Komunikasi dokter dan
pasien telah terbukti membawa pengaruh pada kepatuhan pengobatan,
meningkatkan kepuasan pasien dan akhirnya akan membawa manfaat bagi
keluaran pengobatan (Roberts, 2002; Roter et al., 2006; Trummer et al., 2006; Lee
et al., 2008; Thorne et al., 2008).
Komunikasi yang lebih baik antara dokter dan pasien menunjukkan
hubungan emosional dan kesehatan fisik yang lebih baik, penurunan gejala yang
lebih bermakna dan kontrol yang lebih baik pada penyakit kronis yang meliputi
tekanan darah, kadar glukosa darah dan kontrol nyeri yang lebih baik (Stewart,
1999; Stewart, 2000b).
Komunikasi dokter-pasien yang efektif adalah terciptanya rasa nyaman
dengan terapi medis yang diberikan dokter pada pasien. Faktor perilaku dokter
terhadap pasiennya, kemampuan dokter untuk mendapatkan dan menghormati
perhatian pasien, tersedianya informasi yang tepat dan timbulnya empati serta
membangun kepercayaan pasien ternyata merupakan kunci yang menentukan
dalam kenyamanan yang baik dengan terapi medis pada pasien. Sikap empati
yang ditunjukkan oleh dokter kepada pasien akan menumbuhkan rasa kepercayaan
pasien kepada dokternya yang kemudian dapat menimbulkan kepuasan dan
kepatuhan pasien pada pengobatan (Kim et al., 2004).
Komunikasi dokter-pasien yang efektif ditandai dengan adanya proses
yang interaktif antara dokter dan pasien, dimana terjadi penyampaian informasi
yang timbal balik antara dokter dan pasien secara efektif baik secara verbal
maupun non verbal (Ali MM et al., 2006b). Komunikasi yang kolaboratif, proaktif
dan menghargai pendapat pasien dalam pengambilan keputusan medis serta
ternyata dapat membawa efek yang baik bagi outcome pengobatan (Naik et al.,
2008). Saat ini diketahui bahwa terdapat beberapa pendekatan yang berbeda
dalam mengambil keputusan terapi terhadap pasien, yaitu: pendekatan
paternalistik, berbagi dan informatif (konsumeris). Masing-masing memiliki
implikasi yang berbeda dalam peran dokter terhadap pasien dalam hal
mengkomunikasikan informasi dan untuk tipe, jumlah dan arus informasi diantara
keduanya.
Dokter yang mengadopsi pendekatan paternalistik kurang memiliki
ketertarikan dalam diskusi dan mendapatkan perhatian pasien. Dokter tipe ini
seringkali menginginkan deskripsi gejala fisik yang singkat sehingga mereka
Pada pasien rawat inap, sejak awal pengambilan kesimpulan sementara, dokter
dapat menyampaikan kepada pasien kemungkinan untuk dirujuk kepada sejawat
lain karena alasan kompetensi. Rujukan dimaksud dapat bersifat advis, rawat
bersama atau alih rawat. Pada saat meminta persetujuan pasien untuk dirujuk,
dokter harus memberi penjelasan tentang alasan, tujuan dan konsekuensi rujukan
termasuk biaya, seluruh usaha ditujukan untuk kepentingan pasien. Pasien berhak
memilih dokter rujukan, dan dalam rawat bersama harus ditetapkan dokter
penanggung jawab utama.
Dokter yang merujuk dan dokter penerima rujukan, harus mengungkapkan
segala informasi tentang kondisi pasien yang relevan dan disampaikan secara
tertulis serta bersifat rahasia. Jika dokter memberi pengobatan dan nasihat kepada
seorang pasien yang diketahui sedang dalam perawatan dokter lain, maka dokter
yang memeriksa harus menginformasikan kepada dokter pasien tersebut tentang
hasil pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan penting lainnya demi kepentingan
pasien.
2. Bekerjasama dengan sejawat
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membedakan jenis kelamin,
ras, kecacatan, agama/kepercayaan, usia, status social atau perbedaan kompetensi
yang dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat. Seorang dokter tidak
dibenarkan mengkritik teman sejawat melalui pasien yang mengakibatkan
turunnya kredibilitas sejawat tersebut. Selain itu tidak dibenarkan seorang dokter
memberi komentar tentang suatu kasus, bila tidak pernah memeriksa atau merawat
secara langsung.
3. Bekerjasama dalam tim
Asuhan kesehatan selalu ditingkatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.
Apabila bekerja dalam sebuah tim, dokter harus :
a.
b.
d.
e.
Berkomunikasi secara efektif dengan anggota tim di dalam dan di luar tim
f.
Memastikan agar pasien dan anggota tim mengetahui dan memahami siapa
Berpartisipasi dalam review secara teratur, audit dari standar dan kinerja tim,
Anggota tim telah mengacu pada seluruh acuan yang berkaitan dengan
Anggota tim telah memahami tanggung jawab individu dan tanggung jawab
tim untuk keselamatan pasien. Selanjutnya, secara terbuka dan bijak mencatat
serta mendiskusikan permasalahan yang dihadapi
d. Acuan dari profesi lain dipertimbangkan untuk kepentingan pasien
e.
Setiap asuhan pasien telah terkoordinasi secara benar, dan setiap pasien harus
tahu siapa yang harus dihubungi apabila ada pertanyaan atau kekhawatiran
f.
g.
kedokteran dan audit pelaksanaan tim dijalankan secara berkala dan setiap
kekurangan harus diselesaikan segera
h.
dan baik.
5. Mengatur dokter pengganti
Daftar Pustaka
http://www.dinkes.palembang.go.id/?nmodul=berita&bhsnyo=id&bid=136