Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 3 BLOK 21

TUTOR : dr. Diyaz Syauki Ikhsan


Anggota Kelompok 5 :
Selviana Dian Pratiwi 04081001014
Nina Ardila Febriandesta

04081001035

Hilwa

04081001036

Bella Oktaviani

04081001039

Surya Gunawan

04081001040

Eka Sulastri

04081001041

Tri utami P

04081001042

Darmawati Sahafi

04081001049

Dwi Atika Sari

04081001075

Rahman Setiawan

04081001112

Rudini Effendi

04081001113

Ahmad Syaukat

04081001114

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011

Kata Pengantar
Segala puji terhantarkan untuk Sang Pencipta semesta beserta segenap
makhluk ciptaan-Nya. Iringan syukur terujar atas segala rahmat yang diberikan
atas terselesaikannya laporan tutorial untuk kasus ketiga pada blok kali ini, Blok
21.
Penyelesaian laporan ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
tim penyusun berharap kerja sama yang telah dirangkum di dalam laporan dapat
membantu pembaca di kemudian hari. Tak lupa pula rangkaian permohonan maaf
kami ucapkan atas kesalahan berikut kekurangan yang masih terdapat dalam
laporan ini. Kiranya saran dan kritik dapat langsung disampaikan kepada tim
penyusun agar menjadi masukan yang berguna. Akhir kata, semoga tulisan ini
mendatangkan manfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalam.

Palembang, November 2011


Tim Penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................... i
Daftar

isi.........................................................................................................
ii

Skenario......................................................................................................... 1
Klarifikasi Istilah........................................................................................... 1
Identifikasi Masalah...................................................................................... 2
Analisis Masalah............................................................................................3
Hipotesis........................................................................................................ 4
Sintesis........................................................................................................... 5
Daftar Pustaka...............................................................................................51

Skenario 3 (Klinik Kedokteran Keluarga) Blok 21


Walaupun tidak jauh dari rumahnya ada Praktek dokter Keluarga Mandiri, Ibu
Rini di temani tetangga rumahnya dengan cemas membopong anak perempuannya
ke klinik Merdeka untuk meminta pertolongan dr. Rino. Ibu Rini mengatakan
pada dr. Rino bahwa leni ( anak perempuannya) sebelumnya mengeluh sakit perut,
sudah diberikan obat maag yang biasa di konsumsi di rumahnya namun sakit perut
semakin menjadi dan kemudian tiba-tiba menjadi lemas seperti ini.
Klinik Merdeka, adalah Klinik DOGA yang memiliki 3 dokter Keluarga, yang
telah memiliki sarana dan prasarana lengkap dan sesuai dangan persyaratan klinik
DOGA kategori C (minimal). Ibu Rini telah mengenal dr. Rino sebagai dokter
yang sering berkunjung kerumah-rumah yang ada di desa mereka bila ada yang
sakit.
Setelah melengkapi persyaratan administratif dan pemeriksaan darah, Leni
dibawah keruang pemeriksaan dan di periksa langsung oleh dr. Rino. Sebagai
dokter yang memiliki kompetensi dan kewenangan dokter keluarga serta memiliki
keterampilan teknis medis dan pelayanan dalam situasi spesifik, dr. Rino
mendiagnosis Leni menderita usus buntu akut.
Dr. Rino memanggil ibu Rini dan mengatakan leni harus segera dibawa dan
dirujuk ke RSUD, namun ibu Rini tidak mau dan tetap meminta dr. Rino
mengobati di klinik Merdeka. Setelah berulang kali ibu Rini meminta Leni tetap
dirawat dan di obati di klinik Merdeka, dr.Rino tetap ingin merujuk ke RSUD
Mandiri, akhirnya ibu Rini setuju.
I. Klarifikasi Istilah
1. PDKM
2. Klinik DOGA Kategori C

: Bentuk pelayanan DOGA yang


diselenggarakan di luar Rumah Sakit
secara mandiri
: Klinik pelayanan DOGA dengan standar
minimal yang terdiri dari bed, O2 , infus
dan obat-obat darurat.

3. Sakit Perut
4. Penyuluhan
5. Obat maag
6. Lemas

7. Usus Buntu Akut


8. Kompetensi DOGA
9. Dirujuk
II

: Sensasi tidak menyenangkan di daerah


abdomen
: Suatu upaya promotif yang dilakukan
untuk Preventif
: Obat yang digunakan untuk menetralkan
asam lambung
: Keadaan meningkatnya ketidak nyamanan
dan penurunan efisiensi akibat pekerjaan,
kehilangan tenaga atau kemampuan
menjawab rangsangan
:
: Kemampuan minimal yang diperlukan
untuk melaksanakan pelayanan DOGA
: Menyerahkan tanggung jawab kepada
pihak yang lebih kompetensi

Identifikasi Masalah

1. leni mengeluh sakit perut, sudah diberikan obat maag tapi sakit perut
semakin menjadi dan kemudian tiba-tiba menjadi lemas sehingga dibawa ke
klinik merdeka meskipun di dekat rumahnya ada PDKM. Sebagai dokter yang
memiliki kompetensi dan kewenangan dokter keluarga serta memiliki
keterampilan teknis medis dan pelayanan dalam situasi spesifik.
2. Dokter Rino mendiagnosis leni menderita usus buntu akut dan
menyarankan agar ibu Rini segera membawa dan merujuk leni ke RSUD, tapi
ibu Rini tidak mau, dr. Rino tetap ingin merujuk dan akhirnya ibu Rini setuju.
3. Klinik Merdeka, Klinik DOGA yang memiliki tiga dokter keluarga. Dan
memiliki sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan persyaratan klinik
DOGA kategori C.

III

Analisis Masalah
1. Bagaimana standar pelayanan
- PDKM
- Klinik DOGA
2. Apa saja kategori klinik DOGA ?
3. Bagaimana peran dan tanggung jawab PDKM dan Klinik DOGA pada
kasus ini dan jelaskan?
4. Bagaimana prosedur pelayanan Klinik DOGA sesuai kasus ?
5. Bagaimana kompetensi DOGA pada kasus (dr.Rino) ?

6. Bagaimana Prosedur rujukan dalam DOGA ?


7. Bagaimana melakukan komunikasi efektif sehingga ibu Rini bersedia
ananya dirujuk?
IV

Hipotesis
Ibu Rini memilih untuk membawa anaknya ke dr.Rino di Klinik DOGA
karena dr.Rino menerapkan prinsip pelayanan DOGA dan Komunikasi yang
efektif.

Learning objektive

1. Perbedaan sarana dan prasarana DOGA dan PDKM


2. Kategori klinik DOGA
3. Standar pelayanan DOGA dan PDKM
4. Peran dan tanggung jawab PDKM
5. Perbedaan DOGA klinik dan praktek dokter bersama
6. Prosedur rujukan
7. Kompetensi DOGA
8. Komunikasi efektif Dokter-Pasien

VI
Sintesis
Standar pelayanan
Definisi Klinik DOkter Keluarga Mandiri
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga
(family practice) Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter
keluarga ini sama dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan
melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter yang menyelenggarakan
praktek, rnenerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan
kedokteran yang diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat

dibedaka pula atas dua macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang
diselenggarakan sendiri (solo practice) dan Kedua praktek dokter keluarga yang
diselenggarakan secara berkelompok (group practice).
Praktek dokter keluarga mandiri (PDKM) akan menjadi komplemen
puskesmas dengan peran sebagai ujung tombak upaya kesehatan perorangan
dengan sasaran individu/keluarga yang berada dalam wilayah pelayanannya. Kata
mandiri dalam PDKM menyiratkan pengertian self employed job atau dokter
yang menjalankan profesinya di PDKM bekerja untuk dirinya sendiri, bukan PNS
atau pegawai dari suatu institusi.
Berikut ketentuan PDKM:
- Menjalankan praktik dokter keluarga purnawaktu di PDKM
- Lebih memilih memberikan pelayanan kepada suatu masyarakat yang jelas
batasannya (kepesertaan) dengan pembayaran secara kapitasi, ketimbang
pelayanan kepada individu kepada yang bukan peserta, bersifat episodik dan
dibayar secara fee-for-service
- Berbagi kewajiban dan tanggung jawab atas asset, liability, dan pelayanan
pasien
- Berbagi penerimaan dengan formula tertentu yang disepakati bersama
Wilayah pelayanan didefinisikan sebagai area geografis dari mana pengguna
layanan atau mitra PDKM biasanya datang. Wilayah pelayanan tidak harus sama
dengan

wilayah

administratif

(kecamatan/kota).

Penentuannya

dengan

mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain kondisi geografi, kualitas jalan


dan sistem transportasi, kondisi sarana kesehatan, kesehatan penduduk, dan
kegiatan bisnis/industri. Terdapat 3 model PDKM yang dapat dipilih yaitu Praktik
Dokter Keluarga (PDK), Klinik Kesehatan Keluarga (KKK), dan Jejaring.
Pelayanan di PDKM dapat dilaksanakan dengan baik bila diselenggarakan oleh
suatu tim yang dapat terdiri dari dokter keluarga, perawat, bidan, apoteker/asisten
apoteker, analis laboratorium, dokter gigi, perawat gigi, dan tenaga lain seperti
psikolog, nutrisionist, kader PKK, kader posyandu, PLKB dll. Pengertian tim

tidak berarti harus menjadi staf/pegawai PDKM, dapat saja tenaga kesehatan
tersebut merupakan entitas terpisah yang kemudian saling mengikatkan diri dalam
kerja sama dengan PDKM untuk menghindari tumpang tindih dalam pelayanan
kesehatan di satu wilayah.
Idealnya PDKM dapat menyediakan 21 jenis pelayanan dengan mutu dan standar
yang sama pada setiap mitranya, yaitu
1. penilaian status kesehatan pribadi
2. program proaktif pengendalian penyakit/kondisi khusus
3. pendidikan kesehatan
4. imunisasi
5. pemeliharaan kesehatan bayi dan anak balita
6. pemeliharaan kesehatan anak usia sekolah
7. pemeliharaan kesehatan wanita dan kesehatan reproduksi
8. pemeliharaan kesehatan lansia
9. pemeriksaan ante dan postnatal
10. konsultasi dan pengobatan
11. peresepan obat
12. tindakan medis (tindakan bedah kecil, injeksi, resusitasi, dan persalinan
normal)
13. konseling
14. penunjang diagnostik (laboratorium, elektrokardiografi, ultrasonografi, dll)
15. layanan kesehatan gigi dan mulut
16. rehabilitasi medik
17. kunjungan rumah
18. perawatan di rumah
19. kunjungan ke rumah sakit
20. layanan mendesak/gawat darurat
21. ambulans
Pada dasarnya PDKM memiliki tugas yang sama dengan dokter keluarga.

Sarana dan prasarana pada PDKM di sesuaikan dengan kebutuhan pasien


diwilayah kerjannya.
Standar Klinik DOGA
Terlepas dari masih ditemukannya perbedaan pendapat tentang kedudukan dan
peranan dokter keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan, pada saat ini telah
ditemukan banyak bentuk praktek dokter keluarga. Bentuk praktek dokter
keluarga yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :
1. pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit
(hospital based)
Pada bentuk pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit. Untuk
ini

dibentuklah

suatu

unit

khusus

yang

diserahkan

tanggung

jawab

menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga.Unit khusus ini dikenal dengan


nama bagian dokter keluarga (departement of family medicine), semua pasien
baru yang berkunjung ke rumah sakit, diwajibkan melalui bagian khusus ini.
Apabila pasien tersebut ternyata membutuhkan pelayanan spesialistis, baru
kemudian dirujuk kebagian lain yang ada dirumah sakit.
2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga
(family clinic)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga
adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik
dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini
ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing family
clinic).Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek
rumah sakit(satelite family clinic).Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini
mulai banyak didirikan.Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan
dan juga penghasilan rumah sakit.
Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri
atau hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter
keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit.

Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk
ke rumah sakit kerja sama tersebut.
Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo
practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice).Dari dua
bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter
keluarga yang dikelola secara berkelompok.Biasanya merupakan gabungan dari 2
sampai 3 orang dokter keluarga.
Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem
manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik
dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat
praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen
personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek
berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai
berikut (Clark, 1971) :
a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola
secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar
menukar pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena
waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah
dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya
hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola
secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan
non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu,
karena pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter
akanlebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan
penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil
dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga
yang lebih terjangkau.

3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter


keluarga (family practice)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga
adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga
ini sama dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan melalui klinik
dokter keluarga. Disini para dokter yang menyelenggarakan praktek, rnenerapkan
prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang
diselenggarakanya.
Klinik Dokter keluarga
a)

Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter

b)

Keluarga (SPDK),
Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat

c)
d)
e)
f)

strategis),
Mempunyai bangunan yang memadai,
Dilengkapi dengan sarana komunikasi,
Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK
Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus

g)
h)
i)

perlatihan khusus pembantu KDK,


Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok.
Mempunyai izin yang berorientasi wilayah,
Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu,

j)
k)

dan berkesinambungan,
Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur,
Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik
ybs.

Proses Sertifikasi
Pendidikan Dasar

Kompetensi

FK/PSPD

Dokter (Basic

Wewenang

Medical Doctor)

Primer Dasar, riset

Program Konversi
Program CME/CPD

Praktisi pelayanan

Gelar
-

Praktisi pelayanan

Dokter Keluarga

primer paripurna,

Dokter Keluarga

Riset
Praktisi pelayanan DK

primer paripurna ,

DK

Riset

Program

primer paripurna ,

Riset,
Dokter Keluarga

Pengajar, Riset
Praktisi pelayanan

Pengampu bidang

primer paripurna,

Khusus FM , Riset

Riset, Konsultan,

Pengajar FM

Pengajar
Konsultan,

Program Magister
KK/FM

Praktisi pelayanan

Pengampu , Pengajar,

Spesialisasi KK/FM

Konsultan FM

Dokter Keluarga,

SpFM

SpFM(K)

Pengampu FM ,

Pangajar, Pengampu MFM

Riset, Pengajar FM

FM, Riset Pengajar Doktor FM


FM

Bila pelayanan dokter keluarga tersebut dilaksanakan dalam bentuk klinik dokter
keluarga, maka peralatan yang dibutuhkan secara umum dapat dibedakan atas dua
macam:
a. Peralatan medis
Karena praktik dokter keluarga melayani beberapa tindakan spesialistik
sederhana, maka pada praktik dokter keluarga perlu disediakan berbagai peralatan
medis spesialistik yang dimaksud. Di samping itu, dibutuhkan pula peralatan
pemeriksaan penunjang serta pertolongan gawat darurat. Di Amerika Serikat,
peralatan medis yang tersedia di suatu klinik dokter keluarga cukup lengkap.
Peralatan yang dimaksud telah mencakup pula laboratorium klinis, rontgen foto,
EKG, minor surgery set, sigmoiskop, audiometer, otoskop, visual chart,
tonometer, dan ophtalmoskop.
b. Peralatan nonmedis
The American Academy of General Practice menyebutkan peralatan nonmedis
pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang memiliki sekurang-kurangnya

sebuah ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang periksa, ruang tindakan, ruang
laboratorium, ruang rontgen fakultatif, ruang administrasi, gudang serta kamar
mandi, yang luas lantai seluruhnya minimal antara 150 sampai dengan 200 meter
persegi. Karena praktik dokte keluarga, seperti yang dikemukakan oleh Clark,
sangat menganjurkan pelayanan dengan perjanjian (appointment system), maka
perlu pula disediakan alat komunikasi seperti telepon.
Standar Pelayanan Kedokteran Keluarga
1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (Standards of Clinical Care)
a. Standar Pelayanan Paripurna (Standard of Comprehensive of Care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama
untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan
proteksi khusus (preventive and specific protection), pemulihan kesehatan
(curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan social serta sesuai
dengan medikolegal etika kedokteran.
1) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan
kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan
diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga
serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuaan tempat
praktik.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memerhatikan pemeliharaan
kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.
3) pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menggunakan segala
kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan
keluarganya.
4) Deteksi dini

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menggunakan segala


kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan
penatalaksanaan yang tepat untuk itu.
5) Kuratif medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk melaksanakan pemulihan
kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama,
termasuk kegawatdaruratan medis, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan atau
dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi
6) Rehabilitasi medis dan social
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk menerapkan segala
kesempatan rehabilitasi pada pasien dan atau keluarganya setelah mengalami
masalah kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun social.
7) Kemampuan social keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memerhatikan kondisi social
pasien dan keluarganya.
8) Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem yang sesuai dengan medikolegal
dan etik kedokteran.
b. Standar pelayanan medis (standartd of medical care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.
1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien
(patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta
memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis.
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelaianan yang menunjang diagnosis
atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan
fisik secara holistic; dan bila perlu mengajurkan pemeriksaan penunjang secara
rasianol, efektif dan efesien demi kepentingan pasien semata.

3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding


Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan
beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistic.
4) Prognosis
Pada setap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis
pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini
(evidence based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik
penatalaksaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan
kepeduliaan terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan
disaat itu
6) konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi kedokter lain
yang dianggap lebih piawai dan atau berpengalaman. Konsultasidapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, doter spesialis, atau dinas
kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, doker keluarga melakukan rujukan ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah
sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat
dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan diklinik, maupun
ditempat pasien.
9) Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik distrata pertama,
dan demi kepentingan pasien.
10) pengobatan rasional

Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan


rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi
kepentingan pasien.
11) Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik,
bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan
keluarga, termasuk konseling keluarga.
c. Standar pelayanan menyeluruh (standard of holistic of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli
bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental,
dan spiritual, serta berkehidupan ditengah lingkungan fisik dan sosialnya.
1) Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai
manusia yang seutuhnya.
2) Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai
bagian dari keluarga pasien, dan memerhatikan bahwa keluarga pasien dapat
memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.
3) pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar
kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.
d. Standar pelayanan terpadu (standard of integration of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan
kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis,
juga merupakan kemitraan lintas pogram dengan berbagai institusi yang
menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal.
1) Koordinator penatalaksanaan pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan
pasien yang diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter-pasien-keluarga,
maupun bersama antar-dokter-pasien-dokter spesialis/rumah sakit.

2) Mitra dokter-pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter dan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis.
3) Mitra lintas sektoral medis
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan
dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal disekitarnya.
4) Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimeter medik
Pelayanan dokter keluarga memedulikan dan memerhatikan kebutuhan dan
perilaku pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai
pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.
e. Standar pelayanan bersinambung (standard of continuum care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung,
yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efesien, proaktif dan
terus menerus demi kesehatan pasien.
1) Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif.
2) Rekam medis bersinambung
Informasi dalam riwayat kesehatan pesien sebelumnya dan pada saat datang,
digunakan untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah
sesuai untuk pasien yang bersangkutan.
3) Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif
dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu, dan sadar biaya.
4) Pendampingan
Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan/atau rujukan, pelayanan dokter
keluarga menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi
kepentingan pasien.
2. Standar Perilaku dalam Praktik (Standard of Behaviour in Practice)

a. Standar Perilaku terhadap Pasien (Patient-Physician Relationship


Standard)
Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk
menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan
kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna
dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya.
1) Informasi memperoleh pelayanan
Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai cara
untuk memperoleh pelayanan yang diinginkan.
2) Masa konsultasi
Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga kepada pasiennya
adalah cukup bagi pasien untuk menyampaikan keluhan dan keinginannya, cukup
untuk dokter menjelaskan apa yang diperolehnya pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan partisipasi pasien dalam
melaksanakan penatalaksanaan yang dipilihnya, sebisanya 10 menit untuk setiap
pasien.
3) Informasi medis menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai
seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko yang berhubungan dalam hal
pemeriksaan, konsultasi, rujukan, pengobatan, tindakan dan sebagainya sehingga
memungkinkan pasien untuk dapat memutuskan segala yang akan dilakukan
terhadapnya secara puas dan terinformasi.
4) Komunikasi efektif
Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif berlandaskan rasa saling
percaya.
5) Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien, hak dan kewajiban
dokter termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan pasien.
b. Standar Perilaku dengan Mitra Kerja di Klinik (Standard of Partners
Relationship in Practice)

Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai pimpinan


manajemen untuk mengelola klinik secara perofesional.
1) Hubungan professional dalam klinik
Dokter keluarga melaksanakan praktik dalam bantuan satu atau beberapa tenaga
kesehatan dan tenaga lainnya berdasarkan atas hubungan kerja yang professional
dalam suasana kekeluargaan.
2) Bekerja dalam tim
Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam peningkatan derajat
kesehatan pasien dan keluarga, pelayanan dokter keluarga merupakan sebuah tim.
3) Pimpinan klinik
Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter keluarga atau bila terdiri
dari beberapa dokter keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang manajemen
yang berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan.
c. Standar Perilaku dengan Sejawat (Standard of Working with Colleagues)
Pelayanan

dokter

keluarga

menghormati

dan

menghargai

pengetahuan,

keterampilan, dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan menjaga
hubungan baik secara professional.
1) Hubungan professional antarprofesi
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan praktik dengan mempunyai hubungan
professional dengan profesi medis lainnya untuk kepentingan pasien.
2) Hubungan baik sesame dokter
Pelayanan dokter keluarga menghormati keputusan medis yang diambil oleh
dokter lain dan memperbaiki penatalaksanaan pasien atas kepentingan pasien
tanpa merugikan nama dokter lain.
3) Perkumpulan profesi
Dokter keluarga dalam pelayanan dokter kelurga adalah anggota perkumpulan
profesi yang sekaligus menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia dan
berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang ada.
d. Standar Pengembangan Ilmu dan Keterampilan Praktik (Standard of
Knowledge and Skill Development)

Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah


guna memelihara dan menambah keterampilan praktik serta meluaskan wawasan
pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya.
1) Mengikuti kegiatan ilmiah
Pelayanan dokter keluarga memungkinkan dokter yang berpraktik untuk secara
teratur dalam lima tahun praktiknya mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti
pelatihan, seminar, lokakarya, dan pendidikan kedokteran berkelanjutan lainnya.
2) Program jaga mutu
Pelayanan dokter keluarga melakukan program jaga mutu secara mandiri dan/atau
bersama-sama dengan dokter keluarga lainnya, secara teratur di tempat
praktiknya.
3) Partisipasi dalam kegiatan pendidikan
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam pendidikan doketr
keluarga, dan berusaha untuk berpartisipasi pada pelatihan mahasiswa kedokteran
atau pelatihan dokter.
4) Penelitian dalam praktik
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam penelitian dan berusaha
untuk menyelenggarakan penelitian yang sesuai dengan etika penelitian
kedokteran, demi kepentingan kemajuan pengetahuan kedokteran.
5) Penulisan ilmiah
Dokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga berparisipasi secara aktif
dan/atau pasif pada jurnal ilmiah kedokteran.
e. Standar Partisipasi dalam Kegiatan Masyarakat di Bidang Kesehatan
(Standard as Community Leader)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam segala
kegiatan peningkatan kesehatan di sekitarnya dan siap memberikan pendapatnya
pada setiap kondisi kesehatan di daerahnya.
1) Menjadi anggota perkumpulan social
Dokter keluarga dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja dalam pelayanan
dokter keluarga, menjadi anggota perkumpulan social untuk memperluas wawasan
pergaulan.

2) Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat


Bila ada kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat di sekitar tempat praktiknya,
pelayanan dokter keluarga besedia berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
3) Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnya
Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di sekitarnya,
pelayanan dokter keluarga berpartisipasi aktif dalam penanggulangan khususnya
dalam bidang kesehatan.
3. Standar Pengelolaan Praktik (Standard of Practice Management)
a. Standar Sumber Daya Manusia (Standard of Human Resources)
Dalam pelayanan dokter keluarga, selain dokter keluarga, juga terdapat petugas
kesehatan dan pegawai lainnya yang sesuai dengan latar belakang pendidikan atau
pelatihannya.
1) Dokter keluarga
Dokter keluarga yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga adalah dokter yang
bersertifikat dokter keluarga dan patut menjadi panutan masyarakat dalam hal
perilaku kesehatan.
2) Perawat
Perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan
pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga.
3) Bidan
Bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan
pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga.
4) Administrasi klinik
Pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga, telah
mengikuti pelatihan untuk menunjang pelayanan pendekatan kedokteran keluarga.
b. Standar Manajemen Keuangan (Standard of Finance Management)
Pelayanan dokter keluarga mengelola keuangan dengan manajemen keuangan
professional.

1) Pencatatan keuangan
Keuangan dalam praktik dokter keluarga tercatat secara saksama dengan cara
yang umum dan bersifat transparansi
2) Jenis sistem pembiayaan praktik
Manajemen keuangan pelayanan dokter keluarga dikelola sedemikian rupa
sehingga dapat mengikuti, baik sistem pembiayaan praupaya maupun sistem
pembiayaan fee for service.
c. Standar Manajemen Klinik (Standard Management of Clinic for Practice)
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelayanan yang
disebut klinik dengan manajemen yang professional.
1) Pembagian kerja
Semua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya masing-masing.
2) Program pelatihan
Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik diadakan pelatihan kerja (job
training) terlebih dahulu.
3) Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Seluruh personil yang bekerja di klinik pengikuti prosedur Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) untuk pusat pelayanan kesehatan.
4) Pembahasan administrasi klinik
Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan administrasi klinik.
4. Standar Sarana dan Prasarana (Standard of Facilities)
a. Standar Fasilitas Praktik (Standard of Practice Facilities)
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama
yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sekitarnya.
1) Fasilitas untuk praktik
Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai dengan kesehatan dan keamanan
pasien, pegawai, dan dokter yang berpraktik.
2) Kerahasiaan dan privasi

Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan kerahasiaan dan privasi


pasien.
3) Bangunan dan interior
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen atau
semipermanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis strata
pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien.
4) Alat komunikasi
Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya.
5) Papan nama
Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur oleh
organisasi profesi.
b. Standar Peralatan Klinik (Standard of Practice Equipments)
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas
pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer).
1) Peralatan medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal harus
dipenuhi di runag praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia layanan strata
pertama.
2) Peralatan penunjang medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang
minimal harus dipenuhi di runag praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia
pelayanan strata pertama.
3) Peralatan nonmedis
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan nonmedis yang minimal harus
dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan
strata pertama.
c. Standar Proses-proses Penunjang Praktik (Standard of Clinical Supports
Process)

Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang menunjang


kegiatan pelayanan dokter keluarga.
1) Pengelolaan rekam medis
Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi rekam
medis dengan dasar rekam medis berorientasikan pada masalah (problem oriented
medical record).
2) Pengelolaan rantai dingin
Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold chain
management) yang berpengaruh kepada kualitas vaksin atau obat lainnya.
3) Pengelolaan pencegahan infeksi
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management
yang mengutamakan pencegahan infeksi pada pelayanannya.
4) Pengelolaan limbah
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan sistem pembuangan air kotor dan
limbah, baik limbah medis maupun limbah nonmedis agar ramah lingkungan dan
aman bagi masyarakat sekitar klinik.
5) Pengelolaan air bersih
Pelayanan dokter keluarga mengonsumsi air bersih atau air yang telah diolah
sehingga aman digunakan.
6) Pengelolaan obat
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan sistem pengelolaan obat sesuai prosedur
yang berlaku termasuk mencegah penggunaan obat yang telah kadaluwarsa.
PEMBIAYAAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan
tersedianya dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan
prasarana medis dan non medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga
untuk membiayai pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan (operational
cost) Seyogiyanyalah semua dana yang diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien
dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa pelayanan dokter keluarga. Masalah
kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung jawab masing-masing

orang atau keluarga yang bersangkutan.Untuk dapat mengatasi masalah kesehatan


tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia membiayai
pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak
macamnya.Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua
macam.Pertama, pembiayaan secara tunai (fee for service), dalam arti setiap kali
pasien datang berobat diharuskan membayar biaya pelayanan.Kedua, pembiayaan
melalui program asuransi kesehatan (health insurance), dalam arti setiap kali
pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran
tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan
asuransi.
Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai
untuk pelayanan dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal
tersebut, yang dinilai sesuai untuk pelayanan dokter keluarga hanyalah
pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja. Mudah dipahami, karena
untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering menerapkan prinsip
membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang untuk
mencegah kerugian, tidak ada pilihanlain bagi penyelenggara pelayanan tersebut,
kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah
para anggota keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidaksampai jatuh
sakit. Prinsip kerja yang seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.
BATASAN
Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan program asuransi kesehatan
(health insurance) perlulah dipahami dahulu apa yang dimaksud dengan asuransi
(insurance). Pada saat ini batasan asuransi barlyak macamnya. Dua antaranya :
1. Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi
(Breider and Breadles,1972)
2. Asuransi adalah suatu perjanjian dimana si penanggung dengan menerima suatu
premi meningkatkan dirinya untuk memberi ganti rugi kepada si tertanggung yang

mungkin di derita karena terjadinya suatu peristiwa yang mengandung ketidak


pastian dan yang akan mengakibatkan kehilangan, kerugian atau kehilangan suatu
keuntungan (kitab UU Hukum dagang, 1987)
Untuk indonesia, sekalipun pengertian yang berlaku adalah sesuai dengan
ketentuan KUH Dagang, jadi hanya merupakan suatu perjanjian antara si
penanggung dengan si tertanggung, namun pada akhir-akhir ini mulai timbul
banyak pendapat seyogiyanya pengertian asuransi lebih diperluas. Pengertian
asuransi tidak terbatas hanya pada memberikan perlindungan kepada si
penanggung saja, melainkan juga kepada seluruh anggota masyarakat. Pengertian
asuransi yang seperti ini dikenal dengan nama asuransi sosial (socialin insurance),
yang asuransi kesehatan termasuk ke dalamnya.
BENTUK-BENTUK PEMBIAYAAN PRA-UPAYA
Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka
pad a saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada
dasarnya ada tiga bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.Ketiga
bentuk yang dimaksud adalah:
1. sistem kapitasi (capitation system) yang dimaksud dengan sistem
kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan oleh badan
asuransi

kepada

penyelenggara

pelayanan

kesehatan

berdasarkan

kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu
tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang
dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang tidak
ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta,
melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu
jaminan.
2. Sistem paket (packet system) Yang dimaksud dengan sistem paket
adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga

yang

dihitung

untuk

suatu

paket

pelayanan

kesehatan

tertentu.Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar

oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak


ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit
apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang
sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan
paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok
diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak negara maju
telah lama diterapkan.
3. Sistem anggaran (budget system) Yang dimaksud dengan sistem
anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan
asuransi

kepada

penyelenggara

pelayanan

kesehatan

berdasarkan

kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan


penyelenggara pelayanan kesehatan.Sama halnya dengan sistern paket,
pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya
anggaran yang telah disepakati.

Kategori klinik DOGA


Persyaratan Klinik Dokter Keluarga
Kelas A (Ideal)
24 jam
Kedaruratan dan kejadian luar biasa
Pelayanan rawat jalan
Pelayanan rawat inap sehari
Bedah minor
Konseling
Preventif dan promotif
Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien
Pemeriksaan penunjang

Penyediaan obat
Pendidikan, riset, dan pengembangan
Kelas B (Optimum)
24 jam
Kedaruratan dan kejadian luar biasa
Pelayanan rawat jalan
Pelayanan rawat inap sehari
Bedah minor
Konseling
Preventif dan promotif
Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien
Pemeriksaan penunjang
Penyediaan obat
Pendidikan, riset, dan pengembangan
Kelas C (minimum)
24 jam
Kedaruratan dan kejadian luar biasa
Pelayanan rawat jalan
Pelayanan rawat inap sehari
Bedah minor
Konseling
Preventif dan promotif
Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien
Pemeriksaan penunjang
Penyediaan obat
Pendidikan, riset, dan pengembangan
Peralatan medis : Rutin, Khusus, Penunjang, Kedaruratan
Peralatan Medis : Rutin, Termometer, Tensimeter, Pengukur berat dan tinggi
badan, Stetoskop, Penekan lidah, Senter/lampu kepala, Spekulum hidung
Peralatan medis :
Khusus:
Otoskop

Optalmoskop
Glukometer
Penunjang:
Laboratorium klinik
EKG
USG
Pemeriksa visus
Pemeriksa buta warna
Ronsen
Kedaruratan
Oksigen + regulator
Semprit dari berbagai ukuran
Jarum suntik dari berbagai ukuran
Perangkat infus
Peralatan non-medis
Bangunan
Rekam medis
Ruangan
Untuk kegiatan medis
Untuk kegiatan non-medis
Sarana komunikasi
Sarana administrasi
Pada Klinik kategori A, B dan C mempunyai persyaratan yang sama.
Namun bisa dibedakan dari peralatan yang tersedia/fasilitas, luas wilayah dan
sumber daya yang tersedia dan pada klinik kategori A lebih lengkap.
Peran dan tanggung jawab PDKM dan Klinik DOGA pada kasus ini dan
jelaskan
Klinik dokter Keluarga ( KDK ) merupakan klinik yang menyelenggarakan
Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK) menyelenggarakan pelayanan yang
sifatnya paripurna, holistik, terpadu, dan berkesinambungan melayani semua jenis
penyakit dan golongan umur
Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui
praktek dokter keluarga (family practice) sama dengan pelayanan dokter

keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini para


dokter yang menyelenggarakan praktek menerapkan prinsip-prinsip pelayanan
dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang diselenggarakannya.
Klinik dokter keluarga dan klinik dokter keluarga mandiri mempunyai tugas yang
sama. Pada kasus belum jelas apakah ibu rini dan warga di wilayah tempat
tinggalnya merupakan tanggung jawab dari dr. Rino ( sebagai dokter keluarga).
Prosedur Pelayanan Klinik Dokter Keluarga :

Peserta

bisa

mendapatkan

pelayanan

Dokter

Keluarga

dengan

menunjukkan Kartu Askes atau identitas lain dalam keadaan darurat

Peserta mendapatkan pelayanan rawat jalan tingkat pertama di Dokter


Keluarga dan peserta menandatangani bukti pelayanan

Peserta bisa mendapatkan surat rujukan ke RS/Dokter Spesialis jika


diperlukan pemeriksaan atau tindakan lebih lanjut yang tidak dapat
ditangani oleh Dokter Keluarga

Peserta dengan penyakit kronis bisa mendapatkan pelayanan termasuk


resep obat kronis di Dokter Keluarga dengan membawa surat rujukan balik
dari RS/Dokter Keluarga

Kompetensi Dokter Keluarga


Standar pelayanan Klinik DK tipe C yaitu pelayanan bedah minor, sedangkan
apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yaitu pembedahan dimana secara
relatif lebih sulit untuk dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan
waktu, melibatkan resiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan
asisten Rujuk
Kompetensi DOGA pada kasus (dr.Rino)
Bila apendiksitis tidak di tangani segera >8 jam akan menyebabkan perforasi dan
akan menyebabkan terjadinya sepsis , hal ini sangat membutuhkan peran dokter
keluarga untuk mengkomunikasikan kepada pasien tentang keadaan yang ada dan
tindakan yang harus dilakukan. Dalam kasus karena apendisitis membutuhkan

pembedahan mayor maka segera dirujuk. Hal ini sudah dilakukan oleh dr.Rino
sebagai dokter keluarga.
Prosedur rujukan dalam DOGA
Di Indonesia dikenal beberapa macam rujukan, antara lain adalah :
1. Rujukan Medis
Merupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk
masalah kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan,
khususnya kedokteran serta memulihkan status kesehatan pasien.
Jenis-jenis rujukan medis :
Rujukan Pasien
Merupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu ke strata yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak
lanjut.
Rujukan Ilmu Pengetahuan
Merupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata
pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau
sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium
Merupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan
kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya untuk
tindak lanjut.
2. Rujukan Kesehatan

Merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk kesehatan


masyarakat. Dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun
mencegah penyakit yang ada di masyarakat.
Jenis-jenis rujukan kesehatan adalah :
Rujukan Tenaga
Merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan
yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk
menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk
pendidikan dan latihan.
Rujukan Sarana
Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan
yg lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk
menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak
lanjut
Rujukan Operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak
lanjut.
Rujukan pada pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik
khusus. Karakteristik yang dimaksud adalah:
a. pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan pelayanan dokter
keluarga tidak bersifat total, tetapi hanya untuk masalah penyakit yang sedang
ditanggulangi saja. Sedangkan masalah penyakit lainnya atau kesehatan pasien
secara keseluruhan, tetap berada di tangan dokter keluarga.

b. dalam melakukan rujukan pasien dalam pelayanan dokter keluarga,


pertimbangan tidak hanya atas dasar keadaan penyakit pasien saja, tetapi keadaan
sosial ekonomi keluarga secara keseluruhan.
c. tujuan rujukan pada pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada
penyembuhan penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja, tetapi juga
peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan penyakit.
Masalah Konsultasi dan Rujukan
Masalah yang dimaksud mencakup antara lain:
1. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas inisiatif dokter
serta penjelasan yang dilakukan tidak dapat meyakinkan pasien, daat
menimbulkan rasa kurang percaya pasien terhadap dokter. Sebenarnya
timbul rasa kurang percaya pasien ini tidak perlu terlalu dirisaukan dalam
praktik sehari-hari. Malah telah terbukti, dokter yang bijaksana serta
berpikiran dewasa, untuk kebaikan pasien tidak segan-segan melakukan
konsultasi atau rujukan. Yang perlu dilakukan di sini hanyalah memberikan
penjelasan yang sebaik-baiknya kepada pasien tentang alasan serta maksud
dilaksanakannya konsultasi atau rujukan tersebut.
2. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas permintaan
pasien, dapat menimbulkan rasa kurang senang pada diri dokter. Dalam hal
ini dokter harus meyakinkan pasien tentang perlu atau tidaknya konsultasi
atau rujukan yang dimintakan pasien tersebut. Tetapi apabila pasien tetap
meminta, dokter yang bijaksana lazimnya tidak menolak permintaan pasien.
3. Apabila tidak ada jawaban dari konsultasi
4. Apabila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan
5. Apabila ada pembatas dalam melakukan konsultasi dan ataupun rujukan.
Ada yang berasal dari dokter, misalnya sikap dan perilaku yang tidak
menunjang. Ada yang berasal dari pasien, misalnya tidak bersedia dan
ataupun yang terpenting karena tidak cukup biaya atau karena kesulitan
transportasi. Atau ada pula yang berasal dari pihak ketiga, misalnya berbagai
ketentuan program asuransi kesehatan, dan ataupun perusahaan yang

menanggung biaya pelayanan kesehatan. Penyelesaian terhadap berbagai


pembatas ini harus dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, dengan catatan
seyogyanya sikap dan perilaku dokter sendiri tidak bersifat negatif terhadap
konsultasi atau rujukan.
6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk.
Banyak yang berperan di sini. Mulai dari hambatan sosial budaya sampai
dengan hambatan sosial ekonomi. Di Indonesia hambatan yang paling banyak
ditemukan adalah karena keadaan ekonomi penduduk yang belum
memuaskan, dan karenanya tidak bersedia dan atau tidak dapat memenuhi
anjuran konsultasi dan atau rujukan tersebut.

PROSEDUR RUJUKAN
Pelayanan kesehatan yang termasuk kedalam kelompok pelayanan
kedokteran (medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat
bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama sama dalam satu organisasi
(institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat
wal afiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam
bentangan tersebut. Demikian pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat
atau gradasi. Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan
(mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe).
Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan
kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan
canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya
dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat
spesifik.
Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi

kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar
(lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat
pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan
kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di
Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan
balkesmas, serta praktek dokter umum maupun keluarga.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan
memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah
kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia :
rumah sakit tipe A dan B.

Sistem rujukan adalah mekanisme hubungan kerja yang memadukan satu


strata pelayanan dengan strata pelayanan kesehatan lain.
Adapun sistem rujukan di Indonesia, dirumuskan dalam SK Menteri
Kesehatan RI No. 32 1972 ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti
unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara
horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Rujukan pelayanan kesehatan, yaitu:

Masalah kesehatan

Masalah kedokteran

Masalah kesehatan
masyarakat

Rujukan medik

Rujukan kesehatan

Penderita
Pengetahuan
Bahan lab

Teknologi
Sarana
Operasional

Manfaat sistem rujukan bagi unsur-unsur pembentuk pelayanan


kesehatan, antara lain:
1. Pemerintah sebagai penentu kebijakan
a. Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap saran kesehatan
b. Memperjelas system pelayanan kesehatan karena terdapat hubungan
kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia
c. Memudahkan pekerjaan administrasi terutama pada aspek perencanaan
2. Masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
a. Meringankan biaya pengobatan karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama berulang-ulang
b. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan karena
telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana
kesehatan
3. Kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
a. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi
b. Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui
kerjasama yang terjalin
c. Memudahkan dan/atau meringankan beban tugas karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu

Tata cara rujukan


Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan
rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,
seperti dokter ahli tertentu.
Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung
dengan dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis
yang memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan
penanganan yang dilakukan oleh dokter keluarga.
Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus
selengkap mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk
memastikan

diagnosis,

menginterpretasikan

hasil

pemeriksaaan

khusus,

memintakan nasihat pengobatan atau yang lainnya.


Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib
memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar

keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih
sesuai.
Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak
Bila dokter keluarga tidak mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter
keluarga tersebut hanya hanya menyelenggarakan pelayanan rawat jalan saja.
Pelayanan rawat inap dirujuk serta diserahkan sepenuhnya kepada dokter yang
bekerja di rumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan untuk pelayanan rawat inap
tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga memberikan
bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat perawatan dan jika
perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit.
Pembagian wewenang & tanggung jawab
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama
jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan
tidak ikut campur.
Komunikasi efektif sehingga ibu Rini bersedia ananya dirujuk
Komunikasi Efektif untuk Merujuk Pasien
Hal-hal yang perlu dikemukakan antara lain :
1. Alasan merujuk pasien
2. Tujuan dan manfaat rujukan tersebut (prognosis pasien)
3. Dampak / resiko bila pasien tidak segera dirujuk

4. Kunjungan ulang pasien (setelah dirujuk)


Teori Dasar Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti berpartisipasi
atau memberitahukan dan communis yang berarti milik bersama. Komunikasi
mengandung beberapa pengertian komunikasi, yaitu: (1) Pertukaran pikiran atau
keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya
demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lainnya; (2)
Pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau lebih, dan (3)
Suatu hubungan yang dilakukan melalui surat, kata-kata, simbol atau pesan yang
bertujuan agar tiap manusia yang terlibat dalam proses dapat saling tukar menukar
arti dan pengertian terhadap sesuatu (Liliweri A, 2008).
Pada prinsipnya, komunikasi bertujuan untuk menimbulkan saling
pengertian, bukan persetujuan. Dalam suatu komunikasi seseorang bisa saja tidak
menyetujui pesan yang disampaikan, tetapi apabila orang tersebut memahami
pesan tersebut maka dikatakan komunikasi telah berjalan baik. Terdapat lima
unsur yang berperan dalam komunikasi, yakni sumber, pesan, media, sasaran,
umpan balik dan akibat. Sumber (pengiriman berita atau komunikator) adalah
tempat asalnya pesan. Pesan atau berita adalah rangsangan atau stimulasi yang
disampaikan sumber pada sasaran. Pesan tersebut pada dasarnya adalah hasil
pemikiran atau pendapat sumber yang ingin disampaikan pada orang lain.
Penyampaian pesan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, yakni katakata (simbol berupa kata-kata) atau dalam bentuk bukan kata-kata (simbol berupa
gerakan tubuh, gerakan tangan, ekspresi wajah dan gambar). Isi simbolik dari
pesan disebut informasi, dan jika sifatnya sebagai sesuatu yang baru disebut
inovasi. Media (alat pengirim pesan atau saluran pesan) adalah alat atau saluran
yang dipilih oleh sumber untuk menyampaikan pesan pada sasaran.
Media dibagi menjadi dua jenis, yakni media massa dan media antar
pribadi. Contoh media massa adalah surat kabar, majalah, film, radio dan televisi.
Keuntungan media massa adalah sasaran yang dicapai (coverage) cukup banyak,
sehingga lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Kerugiannya adalah sulit
diketahui keberhasilan komunikasi yang dilakukan karena umpan balik sulit

diperoleh. Kerugian lain adalah tidak dapat menyampaikan semua jenis pesan,
misalnya pesan yang bersifat pribadi, tabu atau yang dinilai akan mendatangkan
akibat negatif pada masyarakat. Contoh media antar pribadi adalah interaksi
antara sumber dan sasaran, pembicaraan melalui telepon, surat-menyurat dan
pembicaraan perorangan lainnya. Keuntungan dari cara ini adalah dapat
disampaikan pesan secara lengkap dan terperinci dengan demikian keberhasilan
komunikasi dapat diketahui melalui umpan balik yang diterima. Pesan yang
disampaikan dapat mencakup berbagai jenis pesan, termasuk yang bersifat rahasia
atau pribadi. Kerugiannya adalah jangkauan sasaran terbatas serta membutuhkan
waktu, tenaga dan biaya cukup besar, apalagi jika jumlah sasaran yang dituju
besar.
Sasaran (penerima pesan atau komunikan) adalah yang menerima pesan,
artinya kepada siapa pesan tersebut ditujukan. Komunikan bisa berupa orang
perorang, sekelompok orang, satu organisasi atau institusi atau masyarakat luas.
Umpan balik (feedback) adalah reaksi dari sasaran terhadap pesan yang
disampaikan, yang dimanfaatkan oleh sumber untuk memperbaiki dan ataupun
menyempurnakan komunikasi yang dilakukan. Dengan adanya reaksi ini, sumber
akan mengetahui apakah komunikasi berjalan dengan baik atau tidak. Jika
hasilnya baik disebut positif dan jika hasilnya buruk disebut negatif. Akibat
(impact) adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadinya perubahan pada diri
sasaran. Perubahan dapat pada pengetahuan, sikap atau perilaku. Terjadinya
perubahan perilaku adalah tujuan akhir komunikasi.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang
baik. Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal.
Komunikasi yang efektif bukan hanya menentukan isi tetapi juga mendefinisikan
hubungan

interpersonal.

Menurut

segi psikologi

komunikasi,

hubungan

interpersonal semakin baik bila seseorang makin terbuka untuk mengungkapkan


dirinya, makin cepat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga
makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Terdapat tiga

faktor

dalam

komunikasi

interpersonal

untuk

menumbuhkan

hubungan

interpersonal yang baik, yaitu percaya, sikap suportif dan terbuka (Rahmat J,
1993).
Percaya merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi
interpersonal. Rasa percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena
membuka saluran komunikasi, memperjelas penerimaan informasi serta
memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Kepercayaan kita
terhadap orang lain dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan situasional.
Seseorang dengan harga diri yang positif akan cenderung mempercayai orang lain,
sebaliknya seseorang dengan kepribadian otoriter cenderung sukar mempercayai
orang lain. Di samping faktor-faktor personal tersebut terdapat pula faktor lain
seperti karakteristik seseorang, hubungan kekuasaan, sifat dan kualitas
komunikasi, dan kejujuran. Seseorang akan menaruh kepercayaan kepada
seseorang yang dianggap memiliki kemampuan, keterampilan atau pengalaman di
bidang tertentu. Akhirnya sikap percaya kita dipengaruhi oleh persepsi yang sama
antara kita dengan orang lain.
Rasa percaya tumbuh bila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap
orang lain. Komunikasi yang bersifat terbuka dengan maksud dan tujuan yang
jelas disertai ekspektasi yang sudah dinyatakan maka akan tumbuh rasa percaya.
Sikap percaya berkembang bila setiap komunikan menganggap komunikan
lainnya berlaku jujur. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga, hal ini
mendorong orang lain untuk percaya pada kita.
Sikap suportif ialah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Sikap defensif dalam komunikasi menyebabkan komunikasi
interpersonal akan gagal, karena sikap defensif akan lebih banyak melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami
pesan orang lain.
Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal seperti
ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif atau faktorfaktor situasional. Diantara faktor situasional itu adalah perilaku komunikasi

orang lain. Gibb menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku


suportif.
Dalam penelitian Gibb diungkapkan bahwa semakin sering orang
menggunakan perilaku di sebelah kiri, maka semakin besar kemungkinan
komunikasi menjadi defensive. Sebaliknya, komunikasi defensif berkurang dalam
iklim suportif ketika orang menggunakan perilaku di sebelah kanan.
1. a. Evaluasi
Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain yaitu dengan cara memuji atau
mengecam. Dalam mengevaluasi, kita seringkali mempersoalkan nilai dan motif
orang lain. Bila kita menyebutkan kelemahan dan kekurangan orang lain, maka
kita akan melahirkan sikap defensif. Pada evaluasi, kita sering menggunakan kata
sifat (salah, ngawur, bodoh). Kita sering mengevaluasi pada gagasan dan kinerja
orang lain, bukan pada diri sendiri.
b. Deskripsi
Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai. Pada
deskripsi, biasanya kita menggunakan kata kerja. Deskripsi dapat terjadi ketika
kita sedang mengevaluasi orang lain, tetapi orang merasa bahwa kita menghargai
diri mereka.
2.

a. Kontrol

Kontrol artinya berusaha untuk mengendalikan bahkan cenderung ingin


mengubah orang lain dari sikap, pendapat dan tindakannya. Melakukan kontrol
juga berarti ingin menentukan sikap, pendapat dan tindakan orang lain sesuai
dengan yang kita inginkan. Itu berarti kita tidak menerima sikap, pendapat dan
tindakan orang lain. Sehingga kalau terjadi kontrol orang lain terhadap kita, maka
kita ada perasaan menolaknya.
b. Orientasi Masalah

Orientasi masalah berarti mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama


mencari pemecahan masalah. Kita mengajak orang lain bersama-sama untuk
menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.
3.

a. Strategi

Strategi adalah penggunaan cara untuk mempengaruhi orang lain. Kita


menggunakan strategi apabila orang menduga kita mempunyai motif tersembunyi.
Kita berkomunikasi dengan udang di balik batu. Apabila orang lain tahu kita
melakukan strategi, maka ia akan menjadi defensif.
b. Spontanitas
Spontanitas artinya sikap jujur, apa adanya dan dianggap tidak memiliki motif
yang terpendam. Apabila kita melakukan spontanitas, maka kita mempunyai
iklim suportif.
4.

a. Netralitas

Netralitas berarti sikap impersonal dan memperlakukan orang lain tidak sebagai
persona, melainkan sebagai obyek. Bersikap netral bukanlah bersifat obyektif,
melainkan menunjukkan sikap acuh tak acuh dan tidak menghiraukan kelebihan
orang lain.
b. Empati
Empati artinya memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi
kita, sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia
menanggapi orang lain yang mengalami emosi. Tanpa empati, orang seakan-akan
menjadi mesin yang hampa perasaan dan tanpa perhatian. Dengan empati, kita
akan menumbuhkan iklim yang suportif.
5.

a. Superioritas

Superioritas artinya kita menunjukkan sikap lebih tinggi atau lebih baik dibanding
orang lain karena status atau kekuasaan atau kekayaan atau kemampuan

intelektual (dalam istilah Islam disebut Takabur). Superioritas akan melahirkan


iklim defensif.
b. Persamaan
Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan
demokratis. Dalam sikap persamaan, kita tidak mempertegas perbedaan.
Maksudnya status boleh jadi berbeda tetapi komunikasi kita tidak vertikal, kita
tidak menggurui tetapi berkomunikasi pada tingkat yang sama. Dengan
persamaan, kita mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada
perbedaan pandangan (Dalam istilah Islam disebut Tawadlu). Kalau kita
senantiasa dapat menciptakan persamaan maka akan timbul iklim yang suportif.
6.

a. Kepastian

Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan
melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.
Bersikap kepastian cenderung mengarah ke iklim defensif.
b. Provisionalisme
Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk
mengakui bahwa pendapat manusia adalah tempat kesalahan yaitu siap untuk
mengakui dan mengoreksi kesalahan yang kita perbuat, karena itu wajar juga
kalau suatu saat pendapat dan keyakinan kita bisa berubah. Provisonal dalam
bahasa Inggris, artinya bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti yang
lengkap.
Komunikasi Dokter-Pasien dan Mutu Pelayanan Kesehatan
Hubungan dokter dan pasien telah disadari merupakan bagian penting
dalam aspek mutu pelayanan kesehatan dengan semakin disadarinya pentingnya
suara pasien sebagai pelanggan pelayanan kesehatan. Komunikasi dokter dan
pasien telah terbukti membawa pengaruh pada kepatuhan pengobatan,
meningkatkan kepuasan pasien dan akhirnya akan membawa manfaat bagi

keluaran pengobatan (Roberts, 2002; Roter et al., 2006; Trummer et al., 2006; Lee
et al., 2008; Thorne et al., 2008).
Komunikasi yang lebih baik antara dokter dan pasien menunjukkan
hubungan emosional dan kesehatan fisik yang lebih baik, penurunan gejala yang
lebih bermakna dan kontrol yang lebih baik pada penyakit kronis yang meliputi
tekanan darah, kadar glukosa darah dan kontrol nyeri yang lebih baik (Stewart,
1999; Stewart, 2000b).
Komunikasi dokter-pasien yang efektif adalah terciptanya rasa nyaman
dengan terapi medis yang diberikan dokter pada pasien. Faktor perilaku dokter
terhadap pasiennya, kemampuan dokter untuk mendapatkan dan menghormati
perhatian pasien, tersedianya informasi yang tepat dan timbulnya empati serta
membangun kepercayaan pasien ternyata merupakan kunci yang menentukan
dalam kenyamanan yang baik dengan terapi medis pada pasien. Sikap empati
yang ditunjukkan oleh dokter kepada pasien akan menumbuhkan rasa kepercayaan
pasien kepada dokternya yang kemudian dapat menimbulkan kepuasan dan
kepatuhan pasien pada pengobatan (Kim et al., 2004).
Komunikasi dokter-pasien yang efektif ditandai dengan adanya proses
yang interaktif antara dokter dan pasien, dimana terjadi penyampaian informasi
yang timbal balik antara dokter dan pasien secara efektif baik secara verbal
maupun non verbal (Ali MM et al., 2006b). Komunikasi yang kolaboratif, proaktif
dan menghargai pendapat pasien dalam pengambilan keputusan medis serta
ternyata dapat membawa efek yang baik bagi outcome pengobatan (Naik et al.,
2008). Saat ini diketahui bahwa terdapat beberapa pendekatan yang berbeda
dalam mengambil keputusan terapi terhadap pasien, yaitu: pendekatan
paternalistik, berbagi dan informatif (konsumeris). Masing-masing memiliki
implikasi yang berbeda dalam peran dokter terhadap pasien dalam hal
mengkomunikasikan informasi dan untuk tipe, jumlah dan arus informasi diantara
keduanya.
Dokter yang mengadopsi pendekatan paternalistik kurang memiliki
ketertarikan dalam diskusi dan mendapatkan perhatian pasien. Dokter tipe ini
seringkali menginginkan deskripsi gejala fisik yang singkat sehingga mereka

dapat mengubahnya menjadi kategori diagnostik. Tipe murni pendekatan dokter


semacam ini dapat kemudian membuat suatu keputusan terapi yang menurut
mereka terbaik untuk pasien tanpa harus mengetahui nilai dan perhatian masingmasing pasien.
Dokter yang menggunakan pendekatan informatif terhadap pasien
mengacu pada suatu peran yang lebih aktif dalam menemukan masalah pasien dan
menentukan terapi yang tepat. Tipe murni peran dokter dalam pendekatan tipe ini
meliputi kesediaaan informasi penelitian yang relevan mengenai pilihan terapi
beserta keuntungan dan risiko terapi sehingga pasien dapat membuat keputusan
yang jelas. Hanya pada pendekatan berbagi, dokter berkomitmen kepada dirinya
sendiri kepada suatu hubungan interaktif dengan pasien dalam membangun suatu
rekomendasi terapi yang konsisten dengan nilai dan pilihan pasien. Untuk
menciptakan hal ini terjadi, dokter harus membuat suatu atmosfer terbuka dimana
pasien dapat mengkomunikasikan semua hal yang ada dalam agenda mereka.
Pendekatan ini memberikan pertukaran informasi yang membantu dokter
memahami pasien dan meyakinkan bahwa pasien diberikan informasi pilihan
terapi beserta risiko dan keuntungannya. Hal tersebut juga memudahkan pasien
untuk mengetahui apakah mereka merasa bahwa mereka dapat membangun suatu
hubungan kepercayaan dengan dokternya.
Kerjasama Dokter Dengan Sejawat Menurut KKI
1. Merujuk pasien
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan
fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harus merujuk pasien pada sejawat lain
untuk mendapatkan saran, pemeriksaan atau tindakan lanjutan. Bagi dokter yang
menerima rujukan, sesuai dengan etika profesi, wajib menjawab/memberikan
advis tindakan akan terapi dan mengembalikannya kepada dokter yang merujuk.
Dalam keadaan tertentu dokter penerima rujukan dapat melakukan tindakan atau
perawatan lanjutan dengan persetujuan dokter yang merujuk dan pasien. Setelah
selesai perawatan dokter rujukan mengirim kembali kepada dokter yang merujuk.

Pada pasien rawat inap, sejak awal pengambilan kesimpulan sementara, dokter
dapat menyampaikan kepada pasien kemungkinan untuk dirujuk kepada sejawat
lain karena alasan kompetensi. Rujukan dimaksud dapat bersifat advis, rawat
bersama atau alih rawat. Pada saat meminta persetujuan pasien untuk dirujuk,
dokter harus memberi penjelasan tentang alasan, tujuan dan konsekuensi rujukan
termasuk biaya, seluruh usaha ditujukan untuk kepentingan pasien. Pasien berhak
memilih dokter rujukan, dan dalam rawat bersama harus ditetapkan dokter
penanggung jawab utama.
Dokter yang merujuk dan dokter penerima rujukan, harus mengungkapkan
segala informasi tentang kondisi pasien yang relevan dan disampaikan secara
tertulis serta bersifat rahasia. Jika dokter memberi pengobatan dan nasihat kepada
seorang pasien yang diketahui sedang dalam perawatan dokter lain, maka dokter
yang memeriksa harus menginformasikan kepada dokter pasien tersebut tentang
hasil pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan penting lainnya demi kepentingan
pasien.
2. Bekerjasama dengan sejawat
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membedakan jenis kelamin,
ras, kecacatan, agama/kepercayaan, usia, status social atau perbedaan kompetensi
yang dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat. Seorang dokter tidak
dibenarkan mengkritik teman sejawat melalui pasien yang mengakibatkan
turunnya kredibilitas sejawat tersebut. Selain itu tidak dibenarkan seorang dokter
memberi komentar tentang suatu kasus, bila tidak pernah memeriksa atau merawat
secara langsung.
3. Bekerjasama dalam tim
Asuhan kesehatan selalu ditingkatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.
Apabila bekerja dalam sebuah tim, dokter harus :
a.
b.

Menunjuk ketua tim selaku penanggung jawab


Tidak boleh mengubah akuntabilitas pribadi dalam perilaku keprofesian dan

asuhan yang diberikan


c.

Menghargai kompetensi dan kontribusi anggota tim

d.

Memelihara hubungan profesional dengan pasien

e.

Berkomunikasi secara efektif dengan anggota tim di dalam dan di luar tim

f.

Memastikan agar pasien dan anggota tim mengetahui dan memahami siapa

yang bertanggung jawab untuk setiap aspek pelayanan pasien


g.

Berpartisipasi dalam review secara teratur, audit dari standar dan kinerja tim,

serta menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja


dan kekurangan tim
h.

Menghadapi masalah kinerja dalam pelaksanaan kerja tim dilakukan secara

terbuka dan sportif.


4. Memimpin tim
Dalam memimpin sebuah tim, seorang dokter harus memastikan bahwa :
a.

Anggota tim telah mengacu pada seluruh acuan yang berkaitan dengan

pelaksanaan dan pelayanan kedokteran


b. Anggota tim telah memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
c.

Anggota tim telah memahami tanggung jawab individu dan tanggung jawab

tim untuk keselamatan pasien. Selanjutnya, secara terbuka dan bijak mencatat
serta mendiskusikan permasalahan yang dihadapi
d. Acuan dari profesi lain dipertimbangkan untuk kepentingan pasien
e.

Setiap asuhan pasien telah terkoordinasi secara benar, dan setiap pasien harus

tahu siapa yang harus dihubungi apabila ada pertanyaan atau kekhawatiran
f.
g.

Pengaturan dan pertanggungjawaban pembiayaan sudah tersedia


Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut dari audit standar pelayanan

kedokteran dan audit pelaksanaan tim dijalankan secara berkala dan setiap
kekurangan harus diselesaikan segera
h.

Sistem sudah disiapkan agar koordinasi untuk mengatasi setiap permasalahan

dalam kinerja, perilaku atau keselamatan anggota tim dapat tercapai


i.

Selalu mempertahankan dan meningkatkan praktek kedokteran yang benar

dan baik.
5. Mengatur dokter pengganti

Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter


pengganti serta mengatur proses pengalihan yang efektif dan komunikatif dengan
dokter pengganti. Dokter pengganti harus diinformasikan kepada pasien.
Dokter harus memastikan bahwa dokter pengganti mempunyai kemampuan,
pengalaman, pengetahuan, dan keahlian untuk mengerjakan tugasnya sebagai
dokter pengganti. Dokter pengganti harus tetap bertanggung jawab kepada dokter
yang digantikan atau ketua tim dalam asuhan medis.
6. Mematuhi tugas
Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan/ pendidikan kedokteran
harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter
pengganti.
Dokter penanggung jawab tim harus memastikan bahwa pasien atau
keluarga pasien mengetahui informasi tentang diri pasien akan disampaikan
kepada seluruh anggota tim yang akan memberi perawatan. Jika pasien menolak
penyampaian informasi tersebut, dokter penanggung jawab tim harus menjelaskan
kepada pasien keuntungan bertukar informasi dalam pelayanan kedokteran.
Jika seorang pasien belum dirujuk dari dokter umum kepada dokter
spesialis, dokter spesialis tersebut harus menanyakan kepastian pasien tersebut
untuk memberitahu dokter umumnya sebelum memulai terapi, kecuali dalam
keadaan gawat darurat atau saat keadaan yang tidak memungkinkan. Jika dokter
spesialis tersebut tidak memberitahu dokter umum yang merawat pasien tersebut,
dokter spesialis tersebut harus bertanggung jawab untuk menyediakan atau
merencanakan semua kebutuhan perawatan.
Pada kasus dr.Rino telah melakukan komunikasi yang baik sehingga ibu
Rini bersedia untuk membawa/ merujuk anaknya kedokter yang lebih
berkompetensi.

Daftar Pustaka

http://www.dinkes.palembang.go.id/?nmodul=berita&bhsnyo=id&bid=136

Anda mungkin juga menyukai