Anda di halaman 1dari 10

- Grace Lea Cahyadi - Odrine

- Marsela Geovani - Stefie Christella


- M. Alam Agung - Yoeantoro

KENAIKAN TARIF PARKIR SECARA


SEPIHAK
DITINJAU DARI SUDUT PANDANG
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
(Studi Kasus: Perseteruan antara David
M.L.Tobing,S.H., M.Kn. Dengan Pihak PT
Securindo Packatama Indonesia)
Latar Belakang
Kasus yang diangkat penulis dalam makalah ini adalah adanya perseturuan yang terjadi
antara David M. L. Tobing, S.H., M.Kn., dengan pihak PT. Securindo Packatama
Indonesia (Secure Parking) selaku pengelola parkir. Kejadian tersebut berawal saat David
M Tobing yang merasa dirugikan oleh pihak secure parking yang menerapkan tarif parkir
tidak seperti biasanya. Tarif parkir yang dikenakan saat itu dianggap mengalami kenaikan
secara sepihak, yang awalnya Rp. 1.000/ jam menjadi Rp. 1.500/jam. Saat itu, David
dikenakan tarif parkir sebesar Rp. 3.000, selama 1 jam dan 31 menit. Kejadian tersebut
terjadi di Plaza Senayan yang beralamat di Jl. Asia Afrika, Jakarta Selatan, pada hari
Senin tanggal 16 Juni 2003 pada pukul 20:12 WIB dengan kejadian pada mobil kijang
berwarna hitam dengan nomor polisi B 7331 NW. Dalam hal ini, David merasa
diperlakukan tidak adil oleh pihak secure parking karena dia harus membayar tarif parkir
yang telah ditentukan oleh secure parking mall tersebut dimana harga parkir ini tidak
sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur DKI No.1698 tahun 1999 tentang Biaya Parkir
Pada Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Untuk Umum Di Luar Badan Jalan Di Wilayah
DKI Jakarta tanggal 1 Juni 1999 bahwa “Hotel dan pusat perbelanjaan tarif parkir
ditetapkan Rp. 1.000 untuk jam pertama dan tambahan Rp. 1.000 untuk tiap jam
berikutnya. Oleh karena itu, David merasa dirugikan atas penerapan tarif parkir yang
dianggap tidak sesuai tersebut.
Rumusan Masalah
Apakah perbuatan yang dilakukan oleh PT. Securindo
Packatama Indonesia (Secure Parking) selaku pengelola
parkir merupakan perbuatan melawan hukum?
Analisis
“Hubungan Hukum Perparkiran”

Hubungan hukum yang terjadi antara konsumen dengan pengelola parkir dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu (Sibarani,2007:18-30) :
- Hubungan penitipan barang
- Hubungan sewa menyewa
- Hubungan sewa menyewa tidak murni
 Di Jakarta permohonan izin untuk menyelenggarakan perparkiran diajukan kepada Badan Pengelola Perparkiran DKI Jakarta. Biasanya yang sering dikelola oleh pihak lain (swasta), adalah parkir di luar badan jalan (off street). Berkaitan kasus ini, jenis parkir yang dilakukan oleh pihak David di
are parkir Plaza Senayan adalah jenis parkir offstreet.
 Jenis parkir offstreet ini meliputi (Sibarani,2007:17):
- Gedung parkir murni
- Gedung parkir pendukung
- Pelataran parkir
 Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI No. 1698 tahun 1999 tentang Biaya Parkir Pada Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Untuk Umum Di Luar badan Jalan di Wilayah DKI Jakarta tanggal 1 Juni 1999 (selanjutnya disebut SK Gubernur tahun 1999) yang menjelaskan bahwa :

“Untuk hotel dan pusat perbelanjaan tarif parkir ditetapkan Rp. 1.000,- untuk jam pertama dan tambahan Rp. 1.000,- untuk tiap jam berikutnya.”
 Selain itu untuk mempertegas mengenai pengaturan tarif parkir yang dilakukan oleh Pemerintah daerah, maka berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran (selanjutnya disebut Perda Parkir) terdapat larangan untuk merubah tarif biaya parkir yang telah ditentukan oleh
Pemerintah Daerah. Adapun hal itu diatur dalam Pasal 30 ayat (1) yang berbunyi : 
 “Dilarang dengan cara dan bentuk apapun membangun gedung parkir atau pelataran parkir, melakukan usaha penyelenggaraan perparkiran, melakukan perubahan terhadap rambu, marka parkir, mesin parkir, tanda masuk parkir, tanda biaya parkir, tanda retribusi parkir, tarif biaya
parkir dan tarif retribusi parkir tanpa memperoleh ijin dari Gubernur Kepala Daerah.”
Berdasarkan Teori Perbuatan
Melawan Hukum
Berdasarkan keterangan dari hasil putusan, Majelis Hakim menyatakan bahwa Minutes of Meeting FKPPS tidak bisa mengikat untuk umum termasuk Penggugat
(David) karena yang mengikat umum hanyalah produk yang dikeluarkan oleh Pemerintah, yaitu SK Gubernur DKI Jakarta, oleh karena itu Secure Parking harus
bertanggung jawab atas perbuatannya.
Oleh karena itu kasus kenaikan tarif parkir yang dilakukan PT Secure Parking merupakan perbuatan melawan hukum karena memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :
1.Adanya pelanggaran atas ketentuan yang telah ditetapkan suatu aturan hukum pada umumnya.
2.Adanya kesalahan yang dilakukan pelaku (PT Secure Parking)
3.Adanya kerugian yang timbul
Pengajuan gugatan David atas dasar tuduhan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Secure Parking sudah tepat, sesuai dengan Pasal 1365 KUHPerdata menamakan
kerugian sebagai akibat perbuatan melawan hukum sebagai “scade” (rugi).
Dicantumkannya syarat kesalahan dalam pasal 1365 KUHPerdata, pembuat undang-undang berkehendak menekankan bahwa pelaku perbuatan melawan hukum hanyalah
bertanggungjawab atas kerugian yang ditimbulkannya apabila perbuatan tersebut dapat dipersalahkan padanya, dalam hal ini adalah PT secure Parking.
 Oleh karena itu, PT Secure Parking digugat untuk membayar ganti rugi atas kelebihan tarif parkir yang telah diterapkan pada David, yaitu mengembalikan sebesar Rp. 1.000.
Ganti rugi tersebut merupakan perwujudan Ganti rugi kompensasi, yang merupakan ganti rugi yang dilakukan sebagai pembayaran kepada korban atas dan sebesar kerugian
yang benar-benar telah dialami oleh pihak korban dari suatu perbuatan melawan hukum.
Kesimpulan
 Berdasarkan studi kasus perseteruan antara David M.L.Tobing,S.H., M.Kn. dengan pihak PT Securindo Packatama Indonesia (Secure Parking) berkaitan dengan kenaikan tarif parkir secara
sepihak, maka kasus menaikan tarif parkir secara sepihak tersebut termasuk dalam perbuatan melawan hukum. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui unsur-unsur perbuatan melawan hukum yang
melekat pada kasus tersebut, seperti pelanggaran atas ketentuan yang telah ditetapkan suatu aturan hukum pada umumnya, kesalahan yang dilakukan pelaku , dan kerugian yang timbul.
 Pihak PT Securindo Packatama Indonesia (Secure Parking) telah dinyatakan bersalah dalam persidangan di tingkat Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Tinggi Jakarta, dan Mahkamah
Agung. PT Secure parking telah melawan hukum karena menaikkan tarif parkir tanpa seijin Gubernur Kepala Daerah (SK Gubernur DKI Jakarta no. 1698 Tahun 1999 dan telah melanggar
Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 5 Tahun 1999 tentang perparkiran).
 Dengan adanya keputusan dalam penagdilan tersebut, maka pihak PT Securindo Packatama Indonesia (Secure Parking) selaku tergugat dituntut mengganti kerugian sebesar Rp. 1000 kepada David
M.L.Tobing,S.H., M.Kn, sebagaimana yang dituntut oleh pihak penggugat. Hal tersebut sesuai dengan KUHPerdata pasal 1365 mengenai perbuatan melawan hukum, bahwa ”setiap tindakan
melanggar hukum yang menyebabkan kerugian kepada orang lain, maka orang yang bersalah menyebabkan kerugian itu wajib memberi ganti kerugian”.
Saran
Setelah melihat adanya kasus menaikkan tarif parkir secara sepihak ini, penyedia jasa
perparkiran sudah sepatutnya menyediakan jasa parkir sesuai dengan tarif yang telah
ditentukan, tentunya tarif parkir yang berlaku haruslah sesuai dengan Perda setempat.
Dengan begitu, masyarakat sebagai pengguna jasa perparkiran tidak merasa dirugikan
sehingga dapat diperlakukan secara adil sebagaimana mestinya.
THE END

Thank’s for your attention!

Anda mungkin juga menyukai