Pemeriksaan
Pemeriksaan
Anamnesis
Tujuan : mendapatkan informasi menyeluruh
dari pasien yang bersangkutan. Informasi yang
dimaksud adalah data medis organobiologis,
psikososial, serta lingkungan pasien.
Berdasarkan informasi tersebut, pada akhir
anamnesis kita diharapkan mampu
menyumpulkan dugaan organ / sistem yang
terganggu, bahkan rumusan masalah klinik,
tergantung tingkat keterampilan anamnesis
Sistematika Anamnesis :
Identitas
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Keluarga
Riwayat psychosocial (sosial)
Inspeksi berlanjut
Pembesaran ventrikel kiri akan menggeser
pungtum maksimum ke arah kiri, sehingga akan
berada diluar garis midklavikula dan ke bawah.
Efusi pleura kanan akan memindahkan pungtum
maksimum ke aksila kiri sedangkan efusi pleura
kiri akan menggeser ke kanan. Perlekatan
pleura, tumor mediastinum, atelektasis dan
pneumotoraks akan menyebabkan terjadi
pemindahan yang sama.
Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan,
meningkat pada berbagai keadaan seperti
hipertiroidisme, anemia, demam.
Palpasi
Perkusi
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang
normal terletak pada ruang interkostal
III/IV pada garis parasternal kiri pekak
jantung relatif dan pekak jantung absolut
perlu dicari untuk menentukan gambaran
besarnya jantung.
Auskultasi
mendengar bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang
ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan
kejadian hemodemanik darah dalam jantung.
Beberapa aspek bunyi yang perlu diperhatikan :
Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.
Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo
gelombang suara.
Kualitas bunyi dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada
dasar dengan bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang
menjadi komponen-komponen bunyi yang terdengar.
Bunyi Jantung
Bunyi Jantung
BJ II ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan
katup aorta (komponen aorta), penutupan katup
pulmonal (komponen pulmonal), perlambatan aliran
yang mendadak dari darah pada akhir ejaksi sistolik, dan
benturan balik dari kolom darah pada pangkal aorta
yang baru tertutup rapat.
BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat
(fase rapid filling). Vibrasi yang ditimbulkan akibat
percepatan aliran yang mendadak pada pengisisan
ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan
dan segera disusul oleh perlambatan aliran pengisian
BJ IV terdengar bila kontraksi atrium terjadi dengan
kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan
tekanan akhir diastole ventrikel yang meninggi sehingga
memerlukan dorongan pengisian yang lebih keras
dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat.
Bunyi Jantung..Tambahan
Bunyi jantung tambahan berupa bunyi detik ejeksi (ejection click)
yaitu bunyi yang terdengar bila ejeksi ventrikel terjadi dengan
kekuatan yang lebih besar misalnya pada beban sistolik ventrikel kiri
yang meninggi.
Bunyi detik ejeksi awal sistolik (early sisitolic click) bunyi dengan
nada tinggi yang terdengar karena detak. Disebabkan akselerasi
aliran darah yang mendadak pada awal ejeksi ventrikel kiri dan
berbarengan dengan terbukanya katup aorta yang terjadi lebih
lambat.
Bunyi detak ejeksi pertengahan atau akhir sistolik (mid-late systolick
klick) bunyi dengan nada tinggi pada fase pertengahan atau akhir
sistolik yang disebabkan daun-daun katup mitral dan chordae
tendinea meregang lebih lambat dan lebih keras.
Detak pembukaan katup (opening snap) bunyi yang terdengar
sesudah BJ II pada awal fase diastolik karena terbukanya katup
mitral yang terlambat dengan kekuatan yang lebih besar yang
disebabkan hambatan pada pembukaan katup mitral.
Bunyi ekstra kardial Gerakan perikard terdengar pada fase sistolik
dan diastolik akibat gesekan perikardium viseral dan parietal.
Cardiac Murmure
Bising jantung diastolik terdengar pada fase diastolik,
dibedakan:
Bising jantung awal: terdengar mulai saat BJ II menempati fase
awal diastolik dan biasanya menghilang pada pertengahan
diastolik.
Bising jantung pertengahan: terdengar sesaat sesudah
terdengar BJ II dan biasanya berakhir sebelum BJ I
Bising jantung akhir diastolik/presistolik: terdengar pada fase
akhir diastolik dan berakhir pada saat terdengar BJ I.
Bising jantung bersambungan: mulai terdengar pada fase sistolik
& tanpa interupsi melampaui BJ II terdengar dalam fase
diastolik.
Cardiac Murmure
2. Intensitas bunyi bunyi yang ditimbulkan berbeda-beda
dari yang ringan sampai yang keras. Pada insufisiensi
mitral intensitas bising sedang sampai tinggi.
3. Tipe (konfigurasi) timbul karena penyempitan atau
aliran balik, dibedakan:
Bising tipe kresendo: mulai terdengar pelan kemudian mengeras.
Bising tipe dekresendo: bunyi dari keras kemudian menjadi pelan
Bising tipe kresendo-dekresendo: bunyi pelan lalu keras lalu
pelan kembali
Bising tipe plateau: keras suara bising lebih menetap sepanjang
fase sistolik, keras jarang berbunyi kasar.
Inspeksi :
1.
*
-
2.
A. Normal
B. Dada paralitikum : dada kecil, diameter sagital pendek. Sel iga sempit,
iga lebih miring, biasanya terdapat pada pasien malnutrisi tuberkulosis.
C. Dada emfisema (Barrel-shape) : dada mengembung, diameter sagital
besar, kifosis, biasanya terdapat pada pasien bronkitis paru, penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK)
Kelainan dada lain yang sering ditemukan adalah :
Kulit : warna, bintik-bintik, tonjolan tumor, bekas jaringan parut, luka
operasi
Bendungan vena
Emfisema subkutis
Ginekomastia
Penyempitan atau pelebaran sel iga
Palpasi
Perkusi
*
Palpasi dalam keadaan statis : periksa kelenjar getah bening, trakea, kelainan dinding
dada, letak apeks jantung.
Palpasi dalam keadaan dinamis : minta pasien menarik napas dalam sekuatnya dan
kemudian melepaskan. Sambil meletakkan kedua telapak tangan pada permukaan
dinding dada, rasakanlah dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.
Pemeriksaan ini disebut fremitus .
Bunyi ketokan yang didapat :
Sonor (resonant) terjadi bila udara cukup banyak dalam jaringan (alveolus), terdapat pada
orang normal)
Pekak (dull) terjadi pada jaringan tanpa udara di dalamnya, misalnya tumor paru,
penebalan pleura.
Redup (stony-dull), bila bagian padat jaringan lebih banyak dari udara di dalamnya,
misalnya infiltrat, kosolidasi, cairan di rongga pleura.
Hipersonor (hiperresonant) bila udara lebih banyak dari jaringan padat .
Auskultasi
A. Bunyi napas pokok : -Vesikular (tiupan angin di daun-daunan)
- Bronkial
- Bronkovesikular
- Amrofik (seperti tiupan dalam botol kosong)
B. Bunyi napas tambahan : - Ronki kering (bunyi terputus) --> wheezing ronki kering yang
tinggi.
- Ronki basah (suara berisik dan terputus)
- Bunyi gesekan pleura
- Hippocrates succusion --> suara cairan pada hidropneumotoraks
yang terdengar bila si pasien digoyang-goyangkan
Hemoglobin (Hb)
Hematokrit (Ht)
Seperti halnya tes Hb, Ht juga merupakan bagian dari CBC. Sampel
dapat diambil dari pembuluh darah vena di lengan pasien. Ht dilakukan
untuk menghitung jumlah dan ukuran sel darah merah. Hasil Ht normal
pada pria berkisar 40,7-50,3 % sedangkan pada wanita 36,1-44,3 %.
Maksudnya, jika nilai Ht seseorang 50% maka terdapat 50 ml sel darah
merah dari 100 ml total darah.
Pemeriksaan Lab
BNP (Brain Natriuretic Peptide) dan NT-proBNP (N-terminal Prohormon Brain
Natriuretic Peptide)
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi kemungkinan dan keparahan gagal
jantung. Gagal jantung sendiri ditandai dengan napas pendek dan kelelahan.
Pemeriksaan ini mengambil sampel darah dari vena. Pemeriksaan ini mengukur
konsentrasi BNP atau NT-proBNP di dalam darah. Ketika jantung mengalami
tekanan, jantung memproduksi prekursor, pro-BNP, yang dibentuk untuk
melepaskan hormon BNP dan bagian yang tidak aktif, yaitu NT-proBNP. Keduanya
diproduksi di ventrikel kiri, sebagai respons dari gagal jantung, hipotensi, dan
jantung sendiri kurang mendapat oksigen ataupun ventrikel kiri hipertrofi.
C-Reactive Protein
CRP digunakan untuk mendeteksi inflamasi dan memonitor respons terhadap
pengobatan. CRP dilakukan dengan mengambil sampel darah dari vena. CRP
merupakan protein yang dibuat oleh liver dan disekresikan ke aliran darah.
Konsentrasinya meningkat beberapa jam setelah infeksi. Kadar normalnya adalah
10 mg/L. Adanya infeksi menyebabkan peningkatan CRP di atas 100 mg/L. selain
itu ada juga yang disebut high sensitivity CRP (hs-CRP) yang digunakan untuk
mengetahui risiko seseorang terkena suatu penyakit jantung. Batasan kadar CRP
untuk melihat kecenderungan faktor risiko penyakit jantung adalah sebagai
berikut:
Pemeriksaan Laboratioum
Cardiac Biomarkers
Cardiac biomarkers adalah enzim, hormon, dan protein yang terkait dengan
fungsi jantung, baik dalam keadaan patologi, maupun gagal jantung.
Pemeriksaan ini, bersama dengan pemeriksaan lainnya dilakukan untuk
mendeteksi gagal jantung ataupun acute coronary syndrome (ACS). ACS sendiri
adalah gejala di mana terjadi penurunan jumlah darah dan oksigen yang mencapai
darah. Hal ini disebabkan penyempitan arteri koroner, plaque.
Cardiac Biomarkers yang digunakan saat ini adalah CK dan CK-MB; Troponin;
Myoglobin; BNP atau NT-proBNP, sedangkan Cardiac Biomarkers yang tidak lagi
digunakan adalah AST dan LDH.
CK
Merupakan enzim yang ditemukan di jantung, otak, dan otot rangka. Level CK
yang sangat tinggi menandakan gangguan atau tekanan pada jantung, otak, atau
otot. Level CK yang tinggi dapat dilihat pada pasien serangan jantung, miokarditis,
stroke, dll.
Troponin
Merupakan protein pada otot rangka dan jantung yang membantu dalam
konstraksi. Ketika seseorang terkena serangan jantung, level troponin dalam
darah meningkat.
Myoglobin
Merupakan protein kecil pada otot jantung dan otot lainnya. Ketika darah
membawa darah, myoglobin pada sel otot akan menangkap oksigen sehingga
dapat digunakan oleh sel-sel otot untuk bekerja optimal. Ketika otot jantung
mengalami gangguan, myoglobin akan dilepaskan ke dalam darah.
Pemeriksaan Laboratorium
Homocystein
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi kemungkinan stroke atau serangan
jantung. Tes ini dilakukan untuk memeriksa level homocystein di darah. Homocystein
adalah asam amino yang mengandung sulfur yang umumnya tedapat dalam jumlah
yang sedikit di sel tubuh. Homocystein adalah produk metabolisme methionine, salah
satu asam amino. Vitamin B6, B12, dan folat penting untuk metabolisme ini.
Kekurangan salah satu di atas akan meningkat kadar homocystein-nya. Kadar
homcystein yang tinggi dapat meningkatkan resiko serangan jantung atau stroke,
karena homocystein cenderung membentuk bekuan darah yang tidak pada tempatnya.
Lipid Profile
Lipid profile adalah serangkaian tes untuk menentukan resiko penyakit jantung koroner.
Tes ini mencakup total kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida.
Lp(a)
Tes ini dilakukan untuk mencari tahu apakah seorang berisiko menderita CAD
(coronary artery disease). Lp(a) adalah lipoprotein, molekul LDL dengan protein lain
(apolipoprotein (a)) yang terikat. Pada bagian badan, apolipoprotein dapat menganggu
fungsi plasminogen, sehingga mengganggu pembekuan darah dan membantu
mengikat molekul LDL ke dinding arteri. Lp(A) terdiri atas inti kaya lipid, dikelilingi
apolipoprotein B-100 dan Apolipoprotein (a). Ukurannya bervariasi. Lp(a) berkaitan erat
dengan ras.
PT dan INR
PT (protrombin test) mengukur berapa lama waktu pembentukan bekuan darah. PT
diukur dalam satuan detik dan dibandingkan dengan waktu orang sehat. Darah yang
mudah membeku dapat menganggu fungsi jantung.