Anda di halaman 1dari 6

2008-2009 DATA CONSULT. All rights reserved.

INDONESIAN COMMERCIAL NEWSLETTER


Juni 2011
BISNIS DEPARTMENT STORE PERTUMBUHANNYA MELAMBAT
Latar Belakang
Secara umum pertumbuhan bisnis department store tidak sepesat bisnis ritel lainnya
seperti hypermarket dan minimarket yang menjual produk makanan dan sebagainya.
Sedangkan department store adalah ritel yang menjual produk non makanan yaitu
komoditi fashion termasuk pakaian, tas, sepatu, akesoris, perabotan rumah tangga yang
ditata menjadi bagian-bagian (department) dengan sistem pembelian secara swalayan.
Luas department store bervariasi dari 600 m2 sampai mencapai 40.000 m2 seperti
Sarinah dan Pasar Raya, namun kebanyakan department store besarnya berkisar antara
1.000 - 4.000 m2.
Awalnya industri ini berkembang pertama kali pada tahun 1962 di Jakarta dengan
Sarinah sebagai department store yang pertama. Lahirnya Sarinah mengilhami
munculnya toko-toko yang menjadi cikal bakal beberapa pemain besar lokal seperti
Matahari dan Ramayana. Menyusul kemudian sejumlah department store asing masuk ke
Indonesia untuk bersaing dalam bisnis ini, seperti Sogo, Metro, Debenhams dan
sebagainya.
Meski mengalami pertumbuhan seiring dengan perkembangan pembangunan mall serta
perekonomian yang terus tumbuh, namun peningkatan jumlah department store tidak
sebanyak peritel hypermarket, supermarket maupun minimarket. Saat ini jumlah
department store tercatat sekitar 300 gerai, relatif kecil dibandingkan jumlah gerai
hypermarket, supermarket dan minimarket. Saat ini peritel jenis department store masih
didominasi pemain lama seperti Matahari, Ramayana, Sogo dan Metro.
Jumlah gerai dan penyebaran
Pertumbuhan department store relatif tidak terlalu tinggi, sebab department store juga
harus bersaing secara tidak langsung dengan hypermarket. Sebab sebagian besar
konsumen melakukan perubahan alokasi belanja dari produk yang menjadi bisnis
department store (fashion, sepatu, asesoris, perlengkapan rumah tangga) menjadi
kebutuhan sehari-hari.
Menurut Aprindo, hingga pertengahan 2011 jumlah department store tercatat sekitar 300
gerai. Pertumbuhan ini relatif kecil dimana penambahan gerai baru hanya puluhan saja,
dibandingkan dengan pertumbuhan gerai ritel lain yaitu hypermarket maupun
minimarket yang dapat bertambah hingga ratusan gerai setiap tahunnya.
Sementara itu penyebaran lokasi department store masih didominasi di wilayah
Jabodetabek, selebihnya di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah gerai
department store di pulau Jawa mencapai lebih 50% dari seluruh gerai department store
secara nasional.
Gerai-gerai baru dibuka berbarengan dengan pertumbuhan mall atau pusat perbelanjaan
di sejumlah wilayah. Pembukaan dilakukan di kota-kota yang dianggap potensial yang
cenderung mengarah ke luar pulau Jawa yang kelihatannya sudah cukup jenuh. Namun
sebaliknya, sejumlah department store terpaksa menutup gerainya karena tidak efisien.
Wilayah Jawa sendiri masih menyisakan ruang untuk berkembang terutama di daerah
karena ekspansi dalam rangka kepemimpinan pasar tidak bisa dilakukan di Jakarta yang

tingkat persaingannya sudah sangat tinggi. Hal ini mendorong tumbuhnya para pemain
di daerah dengan skala lokal di kota-kota menengah seperti Yogyakarta, Semarang,
Tegal, Purwokerto, Malang, dll juga mulai bermunculan. Mereka menggaet kelompok
menengah di kota-kota tersebut dan mulai sedikit mengambil pangsa toko dan pasar
tradisional. Selain faktor kejenuhan di kota besar, hal ini juga terkait dengan perubahan
pola kehidupan masyarakat kota menengah yang menginginkan konsep belanja yang
lebih modern.
Salah satu pemain industri ini, misalnya PT. Mitra Adi Perkasa Tbk menutup gerai Sogo di
Plaza Indonesia pada 2007, berkaitan dengan pembukaan gerai Seibu di lokasi yang
berdekatan yaitu di Grand Indonesia. Sehingga tak terjadi persaingan diantara satu grup.
Sementara PT. Rimo Catur Lestari Tbk menutup menutup 2 gerainya di Makassar,
Sulawesi Selatan dan Bogor, Jawa Barat karena merugi.
Pemain besar
PT. Matahari Department Store Tbk
Didirikan pada tahun 1958 dengan gerai pertama di Pasar Baru, Jakarta dan dibesarkan
oleh Hari Darmawan. Kemudian semakin bekembang besar dan dikelola oleh PT Matahari
Putra Prima Tbk (PT MPP). Namun dalam perjalanannya PT MPP lebih fokus pada bisnis
ritel hypermarket dan supermarket melalui Hypermart dan Foodmart. Pada 2010 PT.
MPP menjual divisi department store kepada CVC Capital Partners dari Luxemburg,
kemudian namanya berubah menjadi PT. Pacific Utama Tbk, kemudian berubah lagi
menjadi PT. Matahri Department Store Tbk. (PT. MDS). CVC Capital Partners memiliki
pengalaman mengelola bisnis retail di Debenhams, department store dari Inggris.
Kemudian CVC Capital dengan PT. MPP mendirikan perusahaan patungan bernama
Meadow Asia Co Ltd (MAC) dengan kepemilikan saham masing-masing 80% dan 20%.
Pada 2010 MAC dan PT. MPP Tbk menandatangani perjanjian jual-beli, dimana MAC akan
membeli 90,76% saham PT MDS Tbk milik PT. MPP Tbk senilai US$ 770 juta atau sekitar
Rp 7 triliun.
Pada 2011 PT MDS diakuisisi oleh PT. Meadow Indonesia (PT. MI). Pemegang saham
mayoritas PT. MI adalah Meadow Asia Co Ltd (MAC) melalui anak usahanya Asia Color Co
Ltd. MAC mengakuisi 98,23% saham PT. MDS.
Akuisisi tersebut untuk mendukung pertumbuhan Matahari Department Store sebagai
industri ritel. Matahari menargetkan untuk menambah 10-12 gerai per tahun, sehingga
akan betambah 150 gerai baru hingga 10-15 tahun mendatang. Saat ini Matahari sudah
memiliki 99 gerai di berbagai kota-kota besar di Indonesia.
PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
Perusahaan ini didirikan pada 1978 oleh pasangan suami istri Paulus Tumewu dan Tan
Lee Chuan yang dalam keluarganya memiliki tradisi kuat sebagai pelaku industri retail di
Sulawesi Selatan. Bersama Agus Makmur yang saat ini menjabat Presiden Direktur
mereka membuka gerai yang pertama di Jalan Sabang, Jakarta Pusat dengan nama
Ramayana Fashion Store. Pada awalnya Ramayana hanya menjual produk garmen dan
pakaian, namun dalam perkembangannya yakni pada tahun 1985 mereka mulai menjual
produk aksesoris berupa sepatu dan tas.
Pada tahun 1989, Ramayana telah menjadi jaringan retail dengan 13 outlet dan
memperluas produk yang dijualnya ke kebutuhan rumah tangga, mainan, stationary,
hingga makanan tradisional kering. Hingga kini, Ramayana Department Store memiliki
103 outlet yang tersebar di Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa
Tenggara Timur.
Ramayana melakukan listing di Bursa Efek Jakarta pada 24 Juli 1996. Hingga 31 Januari
2007 mayoritas saham dimiliki oleh PT. Ramayana Makmur Sentosa sebesar 58 persen
dan sisanya publik.

Hingga saat ini Ramayana telah mengoperasikan 103 gerai department store di seluruh
Indonesia. Ramayana memiliki dua unit bisnis yakni department store dan supemarket.
Penjualan masih lebih besar disumbang oleh unit department store yaitu rata-rata sekitar
73 persen. Ramayana membidik segmen menengah ke bawah sebagai target pasarnya.
Para pelanggannya rata-rata membelanjakan Rp 50.000,- pada setiap kunjungan atau
konsumen dengan pendapatan per bulan sekitar Rp 1 juta - 2 juta per bulan.
PT. Mitra Adiperkasa Tbk (MAP)
MAP didirikan pada Januari 1995 dengan modal senilai Rp 10 miliar dengan issued and
paid capital sebesar Rp 4 miliar (4.000 saham) dimiliki masing-masing 20 persen oleh
Sarkawi, Benny Gozali, Sintia Kolonas, Marissa Kolonas dan Muljani Gozali dan sisa modal
berupa portfolio Rp 6 miliar.
Pada tahun 1996 - 1997 separuh saham Benny Gozali dan Sintia Kolonas dijual kepada
Sarkawi dan separuhnya lagi dijual pada PT. Panen Lestari Internusa (PLI) sehingga
kepemilikan saham menjadi 50:50 antara Sarkawi dan PLI.
Setelah mengalami tiga kali peningkatan, modal menjadi Rp. 2 triliun dan beberapa kali
perpindahan kepemilikan, status per 31 Januari 2007 mayoritas dipegang oleh PT. Satya
Mulia Gema Gemilang (SMGG) sebesar 51,21 persen.
SMGG adalah perusahaan yang didirikan pada 30 Juni 1997 dengan fokus bisnis antara
lain: pembangunan/ konstruksi, perdagangan, transportasi, pergudangan, pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, pertanian, pertambangan dan konsultansi. Saham
SMGG dimiliki masing-masing oleh PT. Mitralestari Adiperkasa (99 persen) dan FX. Boyke
Gozali (keponakan konglomerat Syamsul Nursalim) sebesar 1 persen.
Sementara itu PT. MAP Premier Indonesia didirikan pada tanggal 15 Oktober 2003
menjalankan bisnis di bidang perdagangan, konstruksi, pertambangan, transportasi
darat, pertanian, percetakan, dan jasa di luar perpajakan dan legal. Sahamnya dimiliki
oleh SMGG sebesar 99,98 persen dan sisanya sebesar 0,02 persen dimiliki oleh FX. Boyke
Gozali.
MAP bergerak dalam perdagangan umum termasuk retail dan garmen yang mendukung
ritelnya. Bisnisnya terbagi menjadi department store (SOGO, Java/Lotus, Debenhams,
Seibu) dan ritel khusus terbagi dalam 5 kategori yakni: Sports, Fashion & Lifestyle,
Children Fashion and Toys, Food&Beverages, Others.
MAP menjual produk kelas premium. Saat ini grup ini telah memiliki hak meliputi lisensi,
distribusi, ritel, dan franchise pada lebih dari 50 merek dunia dengan range menengah
dan high end. MAP juga memiliki industri garmen untuk mendukung ritelnya dan memiliki
pusat pelatihan modern di kawasan Pondok Indah, Jakarta.
Pada Februari 2007 MAP menutup operasi SOGO yang dikelola PT. Panen Lestari Internusa
(PLI) yang merupakan anak perusahaan MAP yang berlokasi di Plaza Indonesia, Jl. MH.
Thamrin, Jakarta. Hal ini terkait dengan rencana PLI membuka Seibu, sebuah ritel kelas
premium di Grand Indonesia, Jakarta.
Pada 2010 lalu, MAP menambah luas gerai dari 30 ribu menjadi 60 ribu meter persegi
untuk pengembangan department store dan speciality store dengan investasi Rp 250
miliar. Termasuk gerai Sogo tebaru di Central Park yang mulai beroperasi pada Maret
2010.
Jumlah gerai department store milik MAP yaitu Sogo, Seibu dari Jepang Debenhams dari
Inggris dan Lotus terus bertambah, hingga 2011 sudah mencapai 30 buah yang tersebar
di beberapa kota besar di Indonesia.
PT. MAP juga mengoperasikan gerai Alun-Alun Indonesia yang khusus menjual produk
lokal berupa barang antik, suvenir, batik, produk spa, fashion dari desainer Indonesia,

barang seni, perhiasan, dan buku. Hingga kini, PT. MAP mengoperasikan lima gerai Alun
Alun Indonesia yang berlokasi di Grand Indonesia, Sogo Bali Collection, Sogo Plaza
Senayan, Sogo Central Park, dan Bandara Soekarno Hatta.
PT. Metropolitan Retailmart
PT. Metropolitan Retailmart mengoperasikan Metro department store bekerjasama
dengan jaringan Metro Singapura. Gerai Metro yang pertama dibuka pada 1991 di Mal
Pondok Indah, Jakarta Selatan untuk melayani kebutuhan para penghuni perumahan
eksklusif Pondok Indah dan sekitarnya.
Dengan keberhasilan Metro Pondok Indah, gerai kedua dibuka pada tahun 1995 di Plaza
Senayan untuk mendekatkan METRO dengan pelanggan di daerah bisnis dan perumahan
mewah di daerah pusat.
Pada 2001, gerai ketiga dibuka di Bandung, di pusat perbelanjaan terbaru dan terbesar,
Bandung Supermal. METRO Bandung Supermal juga membawa pengalaman berbelanja
penduduk Bandung ke tingkat yang lebih tinggi. Cabang METRO juga kembali dibuka di
Jakarta, pada tahun 2002, yaitu di Mal Taman Anggrek untuk memberikan akses kepada
pelanggan METRO yang tinggal di Jakarta Barat.
Penambahan gerai METRO selanjutnya dilakukan pada tahun 2008 di Pacific Place,
sebuah area bisnis kelas atas di Sudirman Central Business District (SCBD). METRO
Pacific Place adalah METRO dengan konsep baru yang lebih berkelas dengan
menawarkan sejumlah label impor bagi pelanggan yang mencari merek impor berkelas.
Pada 2010, METRO Trans Studio Makassar dibuka di Mall Trans Studio Makassar, Sulawesi
Selatan. Gerai ini merupakan yang pertama di luar Jawa. Kemudian pada 2011 gerai
terbaru kembali dibuka di Gandari City, Jakarta Selatan.
PT. Sarinah
PT. Sarinah Persero merupakan BUMN yang mengoperasikan Sarinah department store,
khusus menjual aneka produk etnik khas Indonesia. Sebanyak 95 persen dari produk
yang dijual di gerai Sarinah merupakan produksi lokal yang bekerjasama dengan 600
pengusaha UKM yaitu batik, wayang, handicraft. Disamping bisnis ritel, Sarinah memiliki
bisnis lain yaitu perdagangan kakao, termasuk impor minuman alkohol, pembudidayaan
minyak atsiri, serta penyewaan properti.
Selain menambah gerai, Sarinah juga melakukan renovasi untuk meningkatkan daya
saing. Dengan renovasi ini, luas gerai Sarinah di jl. MH Thamrin yang terdiri dari tujuh
lantai akan mencapai 10.000 m2 dengan investasi sekitar Rp 1o miliar. Gerai tersebut
akan menjadi yang terbesar di antara semua gerai Sarinah. Jimmy menjelaskan, luas
gerai Sarinah di Malang mencapai 2.000 m2, di Batam 2.000 m2, di Yogyakarta 800 m2,
dan Semarang 300 m2.
Pada 2010 lalu Sarinah membuka gerai di luar negeri bekerjasama dengan pemilik
gedung Zamzam Tower di Mekkah. Nantinya akan memasarkan produk kerajinan dari
Indonesia.
Pada akhir 2010 PT Sarinah Persero membuka satu gerai baru di Pejaten Village seluas
600 m2. Pembukaan gerai baru di Pejaten Village sekaligus menambah jumlah gerai
Sarinah menjadi enam gerai. Selain itu ada penambahan gerai lagi di Bali, Makassar dan
Balikpapan. Gerai Sarinah sebelumnya terletak di Jakarta, Batam, Yogyakarta, Malang
dan Semarang.
Penjualan department store
Bisnis department store di Indonesia didominasi oleh beberapa pemain saja. Menurut
nilai penjualannya, market share tiga department store yakni Matahari, Ramayana dan
MAP (mengelola Sogo, Debenhams, Seibu, Lotus) secara kumulatif mencapai lebih dari
setengah dari industri ini.

PT. Matahari Department Store meraih penjualan sekitar Rp 15,5 triliun pada 2010 lalu.
Jumlah ini naik 10% dari sebelumnya yaitu Rp 14 triliun.
PT. MAP Tbk yang memiliki Sogo, Seibu, Debenhams dan Lotus mencatat penjualan Rp
6,3 triliun, dimana sekitar 44% merupakan kontribusi dari department store yaitu sekitar
Rp 2,7 triliun pada 2010.
PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk mencatat penjualan sekitar Rp 4,25 triliun. Dari
jumlah tersebut sekitar 73% adalah merupakan kontribusi dari department store sekitar
Rp 2,9 triliun. ... http://www.datacon.co.id/Ritel-2011Store.html

BAB III PROFIL PT MATAHARI DEPARTMENT STORE Tbk _ Eva Ratna Academia.edu
http://www.academia.edu/5428507/BAB_III_PROFIL_PT_MATAHARI_DEPARTMENT_
STORE_Tbk

Anda mungkin juga menyukai