Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit
memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan
sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu
produsen utama minyak sawit dunia selain Malaysia dan Nigeria.
Permintaan kelapa sawit yang meningkat menyebabkan produksi dan perluasan areal
pertanaman kelapa sawit semakin meningkat. Dengan bertambahnya luas areal pertanaman
kelapa sawit tersebut maka diperlukan pengadaan bibit dalam jumlah besar dan berkualitas.
Dalam usaha membudidayakan kelapa sawit, masalah pertama yang dihadapi oleh pengusaha
atau petani yang bersangkutan adalah pengadaan bibit. Kualitas bibit sangat menentukan
produksi jenis komoditas ini. Kesehatan tanaman pada masa pembibitan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan tingginya produksi selanjutnya setelah di lapangan.
Pembibitan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya kelapa sawit.
Dalam pembibitan kelapa sawit dikenal dengan adanya pembibitan double stage.
Pembibitan awal dilakukan selama 3 bulan dan membutuhkan naungan. Pembibitan awal
bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang pertumbuhannya seragam saat dipindahkan ke
pembibitan utama. Pembibitan utama dilakukan untuk menyiapkan tanaman agar cukup kuat
sebelum dipindahkan kelapangan.
1. 2 Tujuan
1. Setelah menyelesaikan kunjungan lapangan, mahasiswa diharapkan mengetahui dan
mampu menerapkan kultur teknis pembibitan di tahap pre nursery.
2. Mahasiswa diharapkan mengetahui dan mampu menerapkan kultur teknis pembibitan di
tahap main nursery.
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan melakukan teknik pemupukan serta
penyiraman di pembibitan kelapa sawit.
4. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan dan mengetahui metode pengendalian hama,
penyakit dan gulma di pembibitan kelapa sawit.
5. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan dan mengetahui metode seleksi serta mampu
menentukan gejala defisiensi hara di pembibitan kelapa sawit.
1. 3 Manfaat

II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknologi Pembibitan di Pre Nursery
Pembibitan awal (pre nursery) pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh
pertumbuhan bibit yang merata sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Pembibitan Pre
Nursery diawali dengan menanam kecambah kelapa sawit hingga umur 3 bulan (Ginting,
2009). Media persemaian biasanya dipilih pasir atau tanah berpasir. Pembibitan awal dapat
dilakukan dengan menggunakan polibag kecil atau bedengan yang telah diberi naungan.
Sedikit demi sedikit naungan dalam persemaian dikurangi dan akhirnya dihilangkan sama
sekali. Akan tetapi di daerah yang sangat terik, naungan tetap di pertahankan sesuai
kebutuhannya (Anonim, 2001)
Kecambah yang dipindahkan ke pembibitan awal adalah kecambah yang normal. Ciriciri kecambah yang normal adalah : radikula (bakal akar) berwarna kekuning-kuningan dan
plumula (bakal batang) keputih-putihan, radikula lebih tinggi dari plumula, radikula dan
plumula tumbuh lurus serta berlawanan arah, panjang maksimum radikula adalah 5 cm dan
plumula 3 cm (Chairani, 1991).
Pemeliharan selanjutnya adalah konsolidasi bibit. Periksa semua kondisi polybag, jika
ada tanah yang kurang segera di tambah lagi supaya polibag kokoh dan tegak
2.2 Teknologi Pembibitan di Main Nursery
Pembibitan utama (main-nursery) yaitu bibit dari pembibitan awal (pre-nursery)
dipindahkan ke dalam polibag dengan ukuran 40x50 cm atau 40x60 cm setebal 0,11 mm yang
berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Pada fase pembibitan utama naungan tidak
lagi dibutuhkan.
Bibit yang telah dipindahkan kedalam polibag besar di susun dengan jarak tanam
90x90cm atau 70x70cm. Penyiangan gulma dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau
disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
Pada fase pembibitan utama (main-nursery) bibit tidak dapat langsung ditanam di
lapangan karena bibit masih terlalu kecil sehingga mudah terganggu pertumbuhannya oleh
hama penyakit. Selain itu, pertumbuhan bibit tidak seragam terutama untuk bibit yang sangat
muda. Pembibitan dapat dilakukan di lapangan maupun dengan memakai polibag besar
(Sutanto, dkk 2002).
2.3 Pemupukan dan Penyiraman

2.3.1 Pemupukan dan Penyiraman di Pre Nursery


1. Pemupukan
Pemupukan segera dilakukan setelah umur bibit sepuluh hari. Pupuk diberikan adalah
urea dan majemuk NPK. Dosis pupuk urea 2 gram/lt air untuk 100 bibit, dan pupuk
majemuk 2,5 gr/polybag. Frekuensi pemberian pupuk seminggu sekali.
2. Penyiraman
Pada tahapan Pre Nursery, hal yang sangat diperhatikan adalah penyiraman. Penyiraman
kecambah yang telah ditanam di polybag harus disiram dua kali sehari, karena setiap bibit
memerlukan 0,1 0,25 liter/penyiraman
2.3.2 Pemupukan dan Penyiraman di Main Nursery
1. Pemupukan
Pemupukkan kelapa sawit di pembibitan utama lebih dianjurkan menggunakan pupuk
majemuk, karena lebih menurunkan biaya transportasi dan biaya pemupukan yang lebih
rendah serta pemberian beberapa unsur sekaligus akan efektif dibandingkan dengan
pemberian pupuk tunggal. Komposisi pupuk majemuk (N:P:K:Mg) yang digunakan
dengan perbandingan 12:12:17:2 sebanyak 230 gram/bibit (Fauzi dkk,2004).
2. Penyiraman
Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha
menghasilkan kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan
karena siraman. Pemeliharaan pada pembibitan utama meliputi penyiraman dilakukan dua
kali sehari pada pagi dan sore hari. Kebutuhan air sekitar 2 liter untuk setiap polibag.
2.4 Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma
2.4.1 Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma di Pre Nursery
Pengamatan terhadap hama dan penyakit di pembibitan Pre Nursery dilaksanakan
setiap hari. Hama utama di Pre Nursery adalah semut, jangkrik, belalang, tikus, untuk
penyakit pada umumnya yang menyerang adalah penyakit : Helminthosporium, Antrachnosa,
blast. Selanjutnya adalah penyiangan gulma, penyiangan dilakukan untuk menjaga kodisi

bibit bebas dari gulma. Penyiangan dilakukan di dalam polybag dan luar polybag. Pada saat
umur kecambah masih muda penyiangan sebaiknya secara manual untuk membuang rumput
atau gulma lain. Rotasi penyiangan dua minggu sekali.

2.4.2 Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma di Main Nursery


Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan,
dikored atau disemprot dengan herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali
dalam sebulan, atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

III.

MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu, 6 Desember 2015 di CV. Agro Lestari
Persada Jln. Azzuriat, Kel. Tuah Karya, Kec. Tampan, Pekanbaru pada pukul 08.30 sampai
dengan selesai.
3.2 Bahan dan Alat
Alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera, hand out. Bahan yang digunakan adalah
bibit pre nursery dan main nursery.
3.3 Metode Praktikum
1. Praktikum dilaksanakan dengan metode kunjungan lapangan (field trip) ke instansi
sesuai jadwal yang disepakati.
2. Lakukan pengamatan, tanya jawab langsung ke narasumber serta mengisi form
ceklist. Mahasiswa tidak hanya berpatokan pada form yang diberikan akan tetapi
mahasiswa dapat bertanya apabila merasa masih ada data yang perlu dikonfirmasi.
3. Selanjutkan dilakukan pengambilan gambar pada bibit di pre nursery dan main
nursery sebagai dokumentasi.
4. Ucapkan terima kasih pada narasumber yang telah bersedia membantu berjalannya
praktikum.

Anda mungkin juga menyukai