Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin
dan cementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.
Akibatnya, terjadi infasi bakteri dan kemtatian pulpa serta penyebaran infeksinya
ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Walaupun demikian
mengingat mungkinnnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini
penyakit ini dapat dihentikan. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai
bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman
perunggu, zaman besi, dan zaman pertengahan.Peningkatan prevalensi karies
banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan. Kini, karies gigi telah menjadi
penyakit yang tersebar di seluruh dunia.
Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi. Walaupun apa
yang terlihat dapat berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir
serupa. Mula-mula, lokasi terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur
namun berkembang menjad lubang coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja
dilihat dengan mata telanjang, kadang-kadang diperlukan bantuan radiografi untuk
mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan seberapa jauh penyakit itu
merusak gigi.
Bakteri sangat berperan pada proses terjadinya karies gigi dan penyakit
periodontal. Banyaknya mikroorganisme tergantung pada kesehatan dan
kebersihan mulut seseorang, sedangkan jenis bakterinya berbeda pada berbagai
tempat dalam rongga mulut. Salah satu bakteri yang ada didalam rongga mulut
manusia adalah Streptococcus mutans. Bakteri tersebut berperan penting sebagai
faktor utama terjadinya karies pada gigi.

Streptococcus mutans menjadi yang paling banyak menyebabkan gigi


berlubang diseluruh dunia dari semuaStreptococcus oral yang lain. Streptococcus
mutans bertahan hidup dari suatu kelompok karbohidrat yang berbeda. Saat gula
yang dimetabolisme dan sumber energy lainnya, mikroba menghasilkan asam
yang menyebabkan rongga pada gigi.

1.2 Rumusan Masalah.


Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Apa itu bakteri Streptococcus mutans?


Bagaimana Morfologi dan Klasifikasi bakteri Streptococcus mutans?
Bagaimana patogenesis karies gigi?
Bagaimana cara pencegahan karies gigi dan infeksi rongga mulut?

1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

Mengetahui apa itu bakteri Streptococcus mutans


Mengetahui morfologi dan klasifikasi bakteri Streptococcus mutans
Mengetahu patogenesis karies gigi
Mengetahui cara pencegahan karies gigi dan infeksi rongga mulut

1.4 Manfaat Penelitian


Dengan disusunnya makalah ini diharapkan memiliki manfaat bagi
pembaca dan khalayak umumnya dan bermanfaat bagi penulis khususnya.
1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi literatur
yaitu dengan cara mengkaji dari berbagai literatur seperti buku, media, dan jurnal
serta melakukan percobaan pada tahap pencegahan terjadinya karies gigi dengan
melakukan pengujian aktivitas ekstrak daun binahong (Anredera cordfolia)
terhadap bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi.

BAB II
2

PEMBAHASAN
2.1 Streptococcus Mutans
Streptococcus mutans termasuk kelompok Streptococcus viridans yang
merupakan anggota floral normal rongga mulut yang memiliki sifat -hemolitik
dan komensal oportunistik (Samaranayake, 2002; Jawetz dkk., 2005; Regina,
2007; Arora, 2009).

Streptococcus mutans merupakan bakteri yang paling berpengaruh dalam


proses terjadinya karies gigi (Sidarningsih,2000; Nomura dkk., 2004). Bakteri ini
pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada tahun 1924 yang memiliki
kecenderungan berbentuk kokus dengan formasi rantai panjang apabila ditanam
pada medium yang diperkaya seperti pada Brain Heart Infusion (BHI) Broth,
sedangkan bila ditanam di media agar akan memperlihatkan rantai pendek dengan
bentuk sel tidak beraturan. Streptococcus mutans tumbuh dalam suasana fakultatif
anaerob (Michalek dan Mc Ghee, 1982; Gronroos dkk., 1998).
2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positf (+), bersifat non
motil (tidak bergerak), berdiameter 1-2 m, bakteri anaerob fakultatif. Memiliki
bentuk bulat atau bulat telur, tersusun seperti rantai dan tidak membentuk spora
seperti ditunjukkan dengan Gambar 2.1 (Samaranayake, 2002; Regina, 2007;
Manton, 2010). Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180C
400C. Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang
luka dan menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies untuk email
gigi (Ari, 2008).

Gambar 2.1 : Morfologi Streptococcus mutans (Manton,2010)

Klasifikasi Streptococcuss mutans menurut Bergey dalam Capuccino (1998)


adalah :
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans (Ratu
Belqis, 2008).
Streptococcus mutans adalah bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam
asidurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu
polisakarida yang lengket yang disebut dengan dextran. Oleh karena kemampuan
ini, Streptococcus mutans bisa menyebabkan lengket dan mendukung bakteri lain
menuju ke email gigi, lengket mendukung bakteri bakteri lain, pertumbuhan
bakteri asidodurik yang lainnya, dan asam melarutkan email gigi (Willett dkk.,
1991; Jawetz dkk., 2004; Ari, 2008; Maksum, 2009).

2.1.2 Patogenesis karies gigi


Salah satu penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus mutans adalah
karies gigi. Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak
struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani,
penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus
berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu,
berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman
4

perunggu, zaman besi, dan zaman pertengahan.Peningkatan prevalensi karies


banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan.Kini, karies gigi telah menjadi
penyakit yang tersebar di seluruh dunia. Ada beberapa hal yang menyebabkan
karies gigi bertambah parah adalah gula, air liur, dan juga bakteri pembusuknya.
Setelah mengkonsumsi sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah sukrosa,
dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan, glikoprotein yang
lengket (kombinasi molekul protein dan karbohidrat) bertahan pada gigi untuk
mulai pembentukan plak pada gigi. Pada waktu yang bersamaan berjuta-juta
bakteri yang dikenal sebagai Streptococcus mutans juga bertahan pada
glikoprotein itu. Walaupun banyak bakteri lain yang juga melekat, hanya
Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan rongga atau lubang pada gigi
(Willett dkk., 1991; Ari, 2008).
Pada langkah selanjutnya, bakteri menggunakan fruktosa dalam suatu
metabolism glikolisis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari glikolisis di
bawah kondisi anaerob adalah asam laktat. Asam laktat ini menciptakan kadar
keasaman yang ekstra untuk menurunkan pH sampai batas tertentu sehingga dapat
menghancurkan zat kapur fosfat di dalam email gigi mendorong ke arah
pembentukan suatu rongga atau lubang. Streptococcus mutans ini yang
mempunyai suatu enzim yang disebut glucosyl transferase diatas permukaannya
yang dapat menyebabkan polimerisasi glukosa pada sukrosa dengan pelepasan
dari fruktosa, sehingga dapat mensintesa molekul glukosa yang memiliki berat
molekul yang tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) alfa (1-3).
Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket, sehingga tidak larut dalam air. Hal ini
dimanfaatkan oleh bakteri streptococcus mutans untuk berkembang dan
membentuk plak gigi. Enzim yang sama melanjutkan untuk menambahkan banyak
molekul glukosa ke satu sama lain untuk membentuk dextran yang memiliki
struktur sangat mirip dengan amylase dalam tajin. Dextran bersama dengan
bakteri melekat dengan erat pada enamel gigi dan menuju ke pembentukan plak
pada gigi. Hal ini merupakan tahap dari pembentukan rongga atau lubang pada
gigi yang disebut dengan karies gigi (Willett dkk., 1991; Kidd dkk 1992 ; Kawai
dan Urano, 2001; Samaranayake, 2002 ; Ari, 2008).
Streptococcus mutans melekat pada permukaan gigi dengan perantara
glukan, dimana produksi glukan yang tidak dapat larut dalam air merupakan
faktor virulensi yang penting, glukan merupakan suatu polimer dari glukosa
sebagai hasil reaksi katalis glucosyltransferase. Glukosa yang dipecah dari
sukrosa dengan adanya glucosyltransferase dapat berubah menjadi glukan.
Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glucosyltransferase
dan fruktosyltransferase. Enzim-enzim ini bersifat spesifik untuk substrat sukrosa

yang digunakan untuk sintesa glukan dan fruktan atau levan (Jawetz dkk., 1996;
Kawai dan Urano, 2001; Regina, 2007). Koloni Streptococcus mutans yang
ditutupi oleh glukan dapat menurunkan proteksi dan daya antibakteri saliva
terhadap plak gigi (Regina, 2007).
Plak dapat menghambat difusi asam keluar dalam saliva sehingga
konsentrasi asam pada permukaan enamel meningkat. Asam akan melepaskan ion
hidrogen yang bereaksi dengan kristal apatit dan merusak enamel, berpenetrasi
lebih dalam ke dalam gigi sehingga kristal apatit menjadi tidak stabil dan larut
(Carvalho dan Cury, 1999; Regina, 2007). Selanjutnya infiltrasi bakteri aciduric
dan acidogenik pada dentin menyebabkan dekalsifikasi dentin yang dapat
merusak gigi. Hal ini menyebabkan produksi asam meningkat, reaksi pada kavitas
oral juga menjadi asam dan kondisi ini akan menyebabkan proses demineralisasi
gigi terus berlanjut (Regina, 2007). Perlekatan bakteri karena adanya reseptor
dextran pada permukaan dinding sel, sehingga mempermudah interaksi intersel
selama formasi plak. Dextran berhubungan dengan kariogenik alami bakteri
(Regina, 2007). Streptococcus mutans merupakan bakteri yang berkembang dalam
suatu plak, yang virulensinya tergantung koloni dan produk-produk yang
dihasilkan bakteri (Steinberg dan Eyal, 2001).
Tes mikrobiologi dipakai untuk penilaian karies, yaitu sampel air liur dapat
digunakan untuk mengetahui jumlah koloni Streptococcus mutans dan
Lactobacillus di dalam rongga mulut. Selanjutnya dikuantifikasi dan
diekstrapolasi untuk memperoleh jumlah koloni bakteri tersebut dalam hitungan
permililiter air liur yang disebut dengan CFU (colony forming unit) dan ditetapkan
sebagai:
a. Aktifitas karies yang tinggi, jumlah koloni Streptococcus mutans > 106 /mL,
sedangkan jumlah koloni Lactobacillus > 105 /mL.
b. Aktifitas karies yang rendah, jumlah koloni Streptococcus mutans< 105 /mL,
sedangkan jumlah koloni Lactobacillus < 104 /mL (Samaranayake, 2002).
2.1.3 Pencegahan karies gigi dan infeksi rongga mulut.
Di Indonesia khususnya, penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering
terjadi, baik yang menginfeksi anggota tubuh bagian luar maupun pada rongga
mulut. Di rongga mulut dapat mengenai jaringan lunak maupun jaringan keras.
Infeksi ini diakibatkan adanya kuman yang sebenarnya merupakan flora normal
pada rongga mulut.

Untuk mencegah terjadinya infeksi atau karie pada gigi ini diperlukan
pencegahan. Salah satu upaya pencegahan adalah menciptakan lingkungan yang
aseptis pada rongga mulut, Hal ini dapat dilakukan dengan kumur kumur
memakai bahan antiseptik yang dapat menurunkan jumlah populasi flora kuman
pada rongga mulut. Dengan keadaan ini resiko terjadinya infeksi dapat dihindari.
Obat kumur yang tersedia di pasaran saat ini sangat banyak macamnya, dan
kesemuanya memiliki keunggulan yang bervariasi dan juga harga yang bervariasi.
Maka perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut terhadap khasiat obat kumur
tersebut untuk mendapatkan kualitas yang baik. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian khasiatnya terhadap flora kuman rongga mulut (Soeherwin dkk., 2000).
Kumur-kumur dengan menggunakan larutan garam faal steril (NaCL)
0,9% dapat menurunkan jumlah bakteri sebanyak 35% pada suatu populasi, hal ini
didapatkan melalui percobaan yang dilakukan oleh Muthalib dan Mangundjaya
pada tahun 1975 (Soeparmin, 1991). Garam adalah istilah umum bagi senyawa
kimia bernama Natrium Klorida (NaCl) yang merupakan salah satu unsur mineral
yang diperlukan untuk kesehatan tubuh manusia disamping Kalium, Kalsium,
Fosfor, Magnesium dan Sulfur, terdapat dalam tubuh dengan jumlah cukup besar
dan kesemuanya disebut unsur mineral makro (makro nutrient). Jumlah
unsurunsur ini 60-80% dari seluruh zat anorganik dalam tubuh. Unsur mineral
lainnya seperti Besi, Yodium, Mangan, Tembaga, Zink, Kobalt, Molibdenum,
Selenium, Kromium dan Fluor hanya terdapat dalam tubuh dengan jumlah kecil
dan ini disebut unsur mineral mikro atau unsur runutan (traceelement). Natrium
dan Klorida biasanya berhubungan sangat erat, baik sebagai bahan makanan
maupun fungsinya dalam tubuh ( Huheey, 1983 ; Winarno, 1992 ; Murray dkk.,
2006 ).
Sedangkan garam dapur adalah istilah umum bagi senyawa kimia bernama
Natrium Klorida (NaCl). Beberapa literatur menerangkan tentang khasiat anti
bakteri suatu larutan garam, bahwa kebanyakan aktivitasnya berdasarkan atas
perubahan tekanan osmotik yang mengakibatkan gangguan dan kematian sel
bakteri (Wolinsky dan Lott, 1986; Anonim, 201). Laporan penelitian Ryder dkk.
(1983) memperoleh hasil bahwa larutan garam hipertonus 1,0-2,0 M NaCl atau
0,15-1,0 M NaHCO3 dapat menyebabkan kematian sel-sel bakteri sub gingiva
spesies Bacteroides melaninogenicus, Actinomyces actinomycetemcomitans dan
Fusobacterium nucleatum.

Selain itu pula, salah satu tanaman obat anti-bakteri yaitu Binahong
(Anredera cordfolia). Dapat di gunakan untuk mencegah terjadinya karies pada
gigi dan infeksi pada rongga mulut. Binahong adalah tanaman obat potensial
dengan berbagai kandungan yang bermanfaat.Salah satunya daya anti-bakteri
karena terdapat Alkaloid, Flavonoid, dan Polifenol.
2.1.4 Praktikum
A. Judul Program

: Uji Aktivitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera


cordfolia (Ten.) Steenis Terhadap Streptococcus
mutans Penyebab Karies Gigi.

B. Waktu Penelitian

: Sabtu, 23 Februari 2013

C. Tempat Penelitian : Labolatorium Mikrobiologi FK UNAIR


D. Tujuan Penelitian

: Mengidentifikasi pengaruh aktivitas antibakteri dalam


ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia)
terhadap Streptococcus mutans penyebab karies gigi.

E. Metode Penelitian

: - Difusi Agar
- Difusi Tabung

F. Variabel

TERIKAT

G. Alat dan Bahan


1. Alat untuk ekstraksi maserasi :
Blender, Timbangan analitik, oven, shaker, rotary evaporator vakum,
penyaring buchner, gelas ukur 10 ml, erlenmeyer 500 ml, erlenmeyer 1 L,
beacker glass 100 ml, tabung reaksi, mikro pipet, pengaduk kaca, kertas
saring/whatman
8

2. Alat-alat untuk uji antibakteri :


Autoklaf, inkubator, jar anaerob, spiritus burner, tabung reaksi, paper
disk, gelas ukur, mikro pipet, yellow tip, pinset, jangka sorong, kawat ose,
spreader, ring (untuk tekhnik sumuran) kertas label, cotton swab, kertas
cakram, handscone, masker.
3. Bahan :
Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dan biakkan murni
bakteri Streptococcus mutans, media agar Tryptone Yeast Cystine (TYC),
etanol 30 %, pelarut Dimethyl Sulfoxide (DMSO), media cair BHI.

H. Alur Penelitian

Setiap tabung diinkubasi secara


anaerob pada suhu 37C selama
2x24 jam

Inkubasi secara anaerob pada


suhu 37C selama 24 jam

Melakukan perhitungan secara


manual terhadap jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada media
TYC dan dinyatakan dalam CFU

I. Rancangan Penelitian.
RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 5 perlakuan konsentrasi ekstrak daun
Binahong konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25% dengan 4 kali ulangan percobaan
pada bakteri Streptococcus mutans.

J. Tahap Pelaksanaan
a. Preparasi Sampel

b. Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi

c. Uji KHM dan KBM dengan metode difusi tabung

10

(difusi tabung)

K. Hasil Penelitian

Konsentrasi

Tingkat Kekeruhan Media Pertumbuhan


Bakteri Streptococcus mutans

100 %

Bening (Tidak ada bakteri yang tumbuh)

50%

Bening (Tidak ada bakteri yang tumbuh)

25%

Bening (Tidak ada bakteri yang tumbuh)

12,5%

Keruh (Ada bakteri yang tumbuh)

11

6,25%

Keruh (Ada bakteri yang tumbuh)

Tabel 1.
Tingkat kekeruhan yang dihasilkan pada media Nutrient TYC oleh koloni bakteri
Streptococcus mutans dalam konsentrasi ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia
(Ten) Steenis)

L. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) daun Binahong
terhadap Streptococcus mutans adalah pada konsentrasi 25% setara 250mg/ml.
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun Binahong terhadap
Streptococcus mutans adalah pada konsentrasi 50%. Ekstrak daun Binahong
memiliki daya anti-bakteri terhadap Streptococcus mutans semakin tinggi
konsentrasi semakin menekan pertumbuhan bakteri.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Ringkasan.
Masalah gigi berlubang atu karies pada gigi merupakan satu dari sekian
banyak penyakit pada manusia yang sering terjadi. Namun, masih banyak yang
menyadari bahwa lubang pada gigi umumnya terjadi karena adanya penularan
bakteri yang disebut Streptococcus mutan. Streptococcus mutan biasanya
ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling
kondusif menyebabkan karies untuk email gigi.

Streptococcus mutan merupakan jenis yang paling banyak menyebabkan gigi


berlubang di seluruh dunia dari semua Streptococcus oral lainnya. Bakteri ini
bertahan hidup dari suatu kelompok karbohidrat yang berbeda. Saat gula
dimetabolisme dengan sumber energi lainnya, mikroba menghasilkan asam yang
menyebabkan rongga pada gigi.

Salah satu upaya pencegahano infeksi pada mulut atau karies pada gigi adalah
menciptakan lingkungan yang aseptis pada rongga mulut, Hal ini dapat dilakukan
dengan kumur kumur memakai bahan antiseptik yang dapat menurunkan jumlah
populasi flora kuman pada rongga mulut. Dengan keadaan ini resiko terjadinya
infeksi atau karies pada gigi dapat dihindari.
3.2 Saran

13

Untuk mencegah terjadinya infeksi pada rongga mulu atau karies pada gigi
hendaknya sessering mungkin untuk menjaga kebersihan rongga mulut agar
bakteri yang merugikan tidak berkembang dan merusak kondisi rongga mulut dan
gigi kita.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-230-197837169-bab%20i.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Mulut
http://www.scribd.com/doc/144613165/-Ilmu-Penyakit-Gigi-Dan-Mulut
http://id.wikipedia.org/wiki/Karies_gigi
http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans
http://www.indoeducation.com/2011/08/bakteri-streptococcus-mutans.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans
www.ebi.ac.uk/2can/genomes/bacteria/Streptococcus_mutans.html
http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Streptococcus_mutans

14

Anda mungkin juga menyukai