Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. RISIKO KEHAMILAN
Risiko kehamilan adalah suatu kondisi pada ibu hamil yang terdapat
gangguan pada kehamilan yang berakibat pada ibu maupun janin yang
dikandungnya.4
Ibu hamil digolongkan dalam faktor risiko menurut karakteristik
ibu.Menurut Muslihatun meliputi :

Ibu hamil risiko rendah


Ibu hamil dan janin dalam kondisi kesehatan yang baik dan tidak
memiliki faktor risiko yang digolongkan dalam risiko sedang dan
resiko tinggi. Seperti ibu hamil primipara tanpa komplikasi, kepala
masuk Pintu Atas Panggul (PAP) pada minggu ke 36.

Ibu hamil risiko sedang


Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih faktor risiko tingkat sedang,
yang nantinya dapat dianggap mempengaruhi kondisi ibu maupun
janin, dan kemungkinan dapat terjadi penyulit pada saat persalinan.
Seperti ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm dan lain-lain.

Ibu hamil risiko tinggi


Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih faktor risiko tingkat tinggi,
yang nantinya dapat dianggap mempengaruhi kondisi ibu maupun
janin, dan kemungkinan dapat mengancam keselamatan dan dapat
menimbulkan komplikasi pada saat hamil maupun persalinan. Seperti
anemia pada ibu hamil.55

J. S. Lesinski mengelompokan faktor kehamilan dengan risiko tinggi


berdasarkan waktu kapan faktor tersebut dapat mempengaruhi kehamilan.

Faktor risiko tinggi menjelang kehamilan

- Faktor genetika, yaitu penyakit keturunan yang sering terjadi pada


keluarga tertentu, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan sebelum
kehamilan.
- Faktor lingkungan, dipengaruhi faktor pendidikan dan sosial.

Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil atau keadaan yang
dapat merangsang kehamilan
- Kebiasaan ibu. Misalnya merokok, alkohol, kecanduan obat.
- Penyakit yang mempengaruhi kehamilan.Misalnya hipertensi,
gestosis-toksemia gravidarum.

Faktor risiko yang bekerja saat persalinan

Faktor yang bekerja langsung pada neonatus.15

Risiko kehamilan menurut Poedji Rochjati:


1. Ada potensi gawat obstetri (Faktor risiko kelompok 1), meliputi:
a. Usia ibu pertama hamil terlalu muda ( 16 tahun)
Masih

banyak

terjadi

perkawinan,

kehamilan

dan

persalinan diluar kurun waktu reproduksi sehat, terutama usia


muda. Wanita berumur 16 tahun meningkatkan risiko bayi
prematur, perdarahan antepartum, dan perdarahan postpartum.7
Risiko terjadi gangguan kesehatan lebih besar pada wanita usia
muda. Pada usia remaja ini, berisiko mengalami penyulit pada
saat hamil dan melahirkan. Karena kurangnya pengalaman serta
informasi.16 Serta alat reproduksi belum matang seperti panggul
dan rahim masih kecil.4 Angka morbiditas dan mortalitas ibu
hamil remaja 2-4 kali lebih tinggi daripada ibu hamil berusia 2035 tahun. 17
Faktor risiko kehamilan pada remaja :

Anemia
Terjadi karena kurangnya konsumsi zat gizi. Terutama
konsumsi zat besi (Fe).
8

Hipertensi pada kehamilan

Prematur

Fetal distress

Asfiksia neonatorum
Penyebabnya karena gizi kurang, anemia, hipertensi,
gangguan oksigenasi plasenta.

BBLR
Ibu yang hamil berusia dibawah 20 tahun berisiko
terjadinya BBLR 1,50 2 kali lebih besar dibandingkan ibu
hamil berusia 20 35 tahun.

Abortus spontan.

Still birth.

Partus macet.

Tindakan ekstraksi vakum.

Perdarahan antepartum.
Penyebab yang paling banyak adalah plasenta previa.17,18,19

b.

Primi tua (kehamilan pertama terlalu tua)


1) Usia ibu hamil pertama 35 tahun
Pada penelitian Awad Shehadeh di Queen Alia and Prince
Hashem Hospital pada primigravida yang berusia 35
tahun, jumlah komplikasi keluaran maternal meningkat bila
dibandingkan dengan primigravida berusia 20-35 tahun yaitu
pada kejadian perdarahan postpartum, persalinan dengan
bedah sesar.12
2) Ibu hamil pertama setelah kawin > 4 tahun
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan
kehidupan perkawinan biasa:

Suami istri tinggal serumah

Suami atau istri tidak sering keluar kota

Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)

Bahaya yang terjadi pada primi tua:

Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain


oleh karena kehamilannya, misalnya preeklamsia.

Persalinan

tidak

lancar,

sehingga

memerlukan

intervensi atau tindakan dalam persalinan.7


c. Usia ibu terlalu tua ( 35 tahun)
Ibu hamil pada usia ini memiliki risiko lebih tinggi mengalami
penyakit obestris serta mortalitas dan morbiditas perinatal.Bagi
ibu yang memilki penyakit kronis dan kondisi fisik yang rendah
hal ini kemungkinan akan terjadi.20
Ada beberapa teori tentang kehamilan usia 35 tahun atau lebih :
1) Wanita umumnya mengalami penurunan kesuburan mulai
dari umur 30 tahun.
2) Munculnya masalah kesehatan kronis (hipertensi, tumor,
degeneratif tulang belakang dan panggul).
3) DM gestasional pada ibu usia tua, terjadi peningkatan
kerusakan endotel vaskular progresif yang berhubungan
dengan proses penuaan.
4) Preeklampsia, peningkatan angka kejadian pada kelompok
usia > 40 tahun (3%) dibanding kelompok usia < 35 tahun
(2,4%).
5) Kelainan kromosom anak (down syndrom).
6) Risiko keguguran.
7) Profil obstetri saat persalinan :
a) Cara Persalinan
Pada ibu yang berusia tua ( 35 tahun) cenderung
melakukan persalinan dengan cara bedah sesar.
b) Partus Lama
Proses fisiologis dari penuaan yaitu menurunnya
efesisensi miometrium sehingga partus lama.
c) Perdarahan Post Partum
10

8) Keluaran Perinatal :
a) BBLR.
b) Asfiksia Neonatorum.
c) Kematian Perinatal.7,17,20
d. Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun)
Menurut BKKBN, jarak kehamilan yang paling tepat adalah 2
tahun atau lebih. Jarak kehamilan

yang pendek akan

mengakibatkan belum pulihnya kondisi tubuh ibu setelah


melahirkan. Sehingga meningkatkan risiko kelemahan dan
kematian ibu.16
Berdasarkan penelitian Dwi St. Nurmala dan Putra Rimba di RS
Labuang Baji tahun 2004-2006 pada pasien dengan riwayat
persalinan seksio sesarea, dengan indikasi terbanyak pada seksio
sesarea yang lalu adalah jarak kehamilan < 2 tahun sebanyak 24
kasus (26,4%). Untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak
sebaiknya jarak kehamilan tidak kurang dari 2 tahun.13
e. Jarak kehamilan terlalu jauh ( 10 tahun)
Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu. Ibu
dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi
persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini bisa terjadi pada:

Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial


tinggi.

Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.

Bahaya yang dapat terjadi:

Persalinan dapat berjalan tidak lancar

Perdarahan pasca persalinan

Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes,


dan lain-lain. Sehingga dalam persalinan untuk keselamatan
ibu maupun janin, dengan seksio sesarea.7

11

f. Jumlah anak terlalu banyak ( 4 anak)


Bila jumlah anak ibu telah empat atau lebih perlu diwaspadai
karena

semakin

lama

uterus

semakin

lemah

sehingga

memungkinkan untuk terjadinya persalinan lama, sebagai


indikasi untuk persalinan dengan forcep dan vakum.7
g.

Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang (terlalu pendek)


Tinggi badan ibu mencerminkan ukuran pelvis, dimana
berhubungan dengan distosia, ini menunjukan adanya penyulit
dalam persalinan. Ibu dengan tinggi badan 145 cm
meningkatkan

risiko

untuk

mengalami

penyulit

dalam

persalinan. Menurut penelitian Rusleena, dari total 9198 ibu


yang melahirkan sebanyak 70,2% persalinan normal, 7,5%
persalinan operatif pervaginam, 22,3% seksio sesarea. Angka
seksio sesarea karena CPD (Cephalopelvic Disproportion)8,1%
dari semua persalinan.
Rata-rata yang seksio sesarea karena CPD dengan odds rasio
pada kategori grup dengan tinggi badan 145 cm, yang
mengalami persalinan seksio sesarea 16,3% dengan jumlah 78
dari seluruh persalinan dan odds rasio 2,4.21
h. Riwayat obstetri buruk
1) Persalinan dengan tindakan
a) Induksi persalinan
Usaha untuk mempercepat proses persalinan dengan
dimulainya kontraksi sebelum awitan spontan. Indikasi
untuk tindakan ini adalah adanya hipertensi kehamilan,
riwayat diabetes mellitus, pertumbuhan janin terhambat.
Metodenya menggunakan amniotomi, atau pemberian
oksitosin intravena.22
b) Seksio sesarea
Kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus.
Tujuannya untuk memelihara kehidupan atau kesehatan ibu

12

dan janin. Indikasinya adalah distosia, sesaria ulang,


presentasi bokong, dan gawat janin.22 Risiko tindakan ini
yang mungkin terjadi adalah, perdarahan, cedera saluran
kemih atau usus, infeksi.23
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Walter Ricardo,
menunjukan bahwa ibu yang sebelumnya melakukan
persalinan dengan seksio sesarea akan mengalami risiko
ruptur uteri sebesar (OR=12.4,95%CI6.8-22,3); solusio
plasenta

(OR=1.4,95%CI

1.1-2.1);

preeklamsia

(OR=1.4,95%CI 1.2-1.6); persalinan prematur spontan


(OR=1.4,95%CI 1.1-1,7); dan yang mengalami persalinan
dengan seksio sesarea kembali (OR=7,8,95%CI 7,3-8,3)
dibandingkan

dengan

yang

mengalami

persalinan

24

pervaginam.

c) Ekstraksi forcep dan vakum


Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang
dapat terjadi:

Robekan / perlukaan jalan lahir

Perdarahan pasca persalinan.

Bahaya yang dapat terjadi:

Radang, bila tangan penolong tidak steril.

Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim.

Perdarahan.7

2) Abortus
Berakhirnya kehamilan sebelum berusia 20 minggu atau janin
tidak dapat hidup diluar kandungan. Abortus terjadi pada ibu
hamil sebanyak 10-15%. Komplikasi abortus adalah perdarahan
dan infeksi. Perdarahan dapat menyebabkan anemia, sedangkan
infeksi dapat menyebabkan sepsis sehingga menyebabkan
kematian ibu.25

13

3) Uri manual
Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga
rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan
pada keadaan bila:

Ditunggu setengah jam plasenta tidak dapat lahir


sendiri

Setelah bayi lahir serta plasenta belum lahir terjadi


perdarahan banyak > 500 cc. Bahaya yang dapat terjadi
sama seperti dengan esktraksi forcep dan vakum.7

4) Bekas operasi sesarea


Wanita yang memiliki riwayat seksio sesarea pasti memiliki
jaringan parut. Jaringan parut merupakan kontraindikasi untuk
melahirkan karena akan terjadinya ruptur uteri. Wanita dengan
jaringan parut melintang yang terbatas segmen uterus bawah
kecil

kemungkinan

mengalami

robekan

jaringan

parut

simtomatik pada kehamilan berikutnya. Angka terendah untuk


ruptur uteri pada insisi transversal rendah dan tinggi pada insisi
yang meluas ke fundus yaitu insisi klasik.26 Wanita yang
memiliki riwayat seksio sesarea sebelumnya meningkatkan
risiko terjadinya ruptur uteri, plasenta previa, preeklamsia dan
persalinan preterm (kurang dari 37 minggu). Sehingga
cenderung akan mengalami persalinan seksio sesarea ulang
pada persalinan selanjutnya.24
2. Ada gawat obstetri (faktor risiko kelompok II), meliputi:
1) Penyakit pada ibu hamil
a)

Anemia
Ibu hamil dengan anemia memiliki risiko lebih besar
melahirkan

bayi

dengan

Berat

Bayi

Lahir

Rendah

(BBLR),kematian saat persalinan ,perdarahan pasca persalinan


yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan
kesehatan.26 Gejala berupa pusing, rasa lemah, kulit pucat,
14

mudah pingsan, dan pucat. Maka dari itu, ibu perlu


mengkonsumsi makanan yang bergizi dan suplementasi zat
besi, sebanyak 60 mg/hari.27
b) Malaria
Infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
ditemukan dalam darah. Gejalanya berupa demam, menggigil,
anemia dan splenomegali. Malaria lebih sering dijumpai pada
kehamilan trimester I dan III dibandingkan pada wanita yang
tidak hamil. Komplikasi pada kehamilan karena infeksi malaria
adalah abortus, penyulit partus (anemia, hepatosplenomegali),
bayi lahir dengan berat lahir rendah, anemia, gangguan fungsi
ginjal, edema paru, hipoglikemia, dan malaria kongenital.
Untuk itu perlu pencegahan pada wanita hamil, dengan
pemberian klorokuin 250 mg tiap minggu, mulai dari trimester
III sampai satu bulan post partum.28
c) TBC paru
Suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri
Mucobacterium tuberculosis. Sebagian besar tuberkulosis
menyerang paru. Gejalanya berupa demam, batuk darah, sesak
napas, nyeri dada, malaise, kurus kering.29 Penderita dengan
proses aktif, sebaiknya dirawat di rumah sakit dalam kamar
isolasi, untuk mencegah penularan. Penderita juga harus
istirahat yang cukup, serta pengobatan lebih intensif dan
teratur.30
d) Penyakit jantung
Pada pasien termasuk risiko tinggi, tidak dianjurkan untuk
hamil. Tetapi bila kehamilan telah terjadi, dianjurkan untuk
melakukan terminasi. Namun terminasi juga memiliki risiko
mortalitas pada ibu, karena vasodilatasi pembuluh darah.
Pembatasan aktivitas fisik dan tirah baring di tempat tidur
sangat dianjurkan bila timbul gejala-gejala. Seperti, cepat

15

lelah, sakit kepala, pingsan, edema tungkai, sianosis, dan


mengeluh bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai. Pasien
dengan risiko tinggi sebaiknya dilakukan operasi sesar yang
terencana, agar keadaan hemodinamik dapat terjaga dengan
baik.28,31
e)

Diabetes Mellitus
Penyakit dimana tubuh tidak bisa menghasilkan insulin dalam
jumlah cukup, atau tubuh kurang bisa memaksimalkan
penggunaan insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan
oleh pankreas untuk mengubah glukosa menjadi energi.31
Diabetes gestasional, atau diabetes yang terjadi pada saat
kehamilan dapat menyebabkan presentasi abnormal, plasenta
previa, olygohydroamnion, dan persalinan dengan cara sesar.32
Peneltian menunjukkan bahwa wanita berusia lebih dari 35
tahun, memiliki risiko dua kali lebih besar dari pada wanita
berusia 20-35 tahun. Ibu hamil dengan diabetes gestasional
akan menghasilkan janin yang lebih besar, sehingga risiko
bedah sesar meningkat dan mempengaruhi kesehatan janin
maupun ibunya.33
Sebaiknya ibu hamil dengan diabetes menjaga pola makan, olah
raga teratur dan menjaga agar kadar gula darah normal.32

f) Infeksi menular seksual pada kehamilan


Infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit
yang penularannya terutama melalui hubungan seksual, dari
seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya.35
g) Preeklamsia
Preeklamsia merupakan sindrom spesifik hipertensi dalam
kehamilan yang disertai proteinuria. Dengan tekanan darah
140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, dan
proteinuria minimal 300 mg protein dalam urin per 24 jam.35

16

Preeklamsia dibagi ringan dan berat.34 Pada preeklamsia


ringan, ditandai dengan pembengkakan pada tungkai, muka,
tekanan darah tinggi, dan proteinuria.8 Sebagian besar cara
persalinan dilakukan dengan seksio sesaria, dan ekstraksi
vakum.

Ibu

yang

mengalami

riwayat

preeklamsia

meningkatkan risiko melakukan persalinan dengan seksio


sesarea.35
Penanganan preeklamsia adalah istirahat, diet tinggi protein,
diet rendah garam, suplemen kalsium, magnesium dan obat
anti hipertensi.31
h) HIV/AIDS
Bahaya yang dapat terjadi:

Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu


hamil mudah terkena infeksi.

Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV


pada kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat
dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko prematur.

Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui


ASI. Sehingga agar anak tidak tertular sebaiknya
persalinan dilakukan melalui perabdominal.7

i) Toksoplasmosis
Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau
kurang masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi.
Bahaya yang dapat terjadi:

Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus

Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan


kongenital, hidrosefalus.7

2) Hamil kembar (gemelli)


Kehamilan ganda atau kembar cenderung mengalami partus
prematur, karena disebabkan oleh frekuensi hidroamnion kira-kira

17

sepuluh kali lebih besar dari kehamilan tunggal.5 Kehamilan ini


dianggap mempunyai risiko tinggi karena:
a) Kejadian komplikasi pada kehamilan ganda lebih tinggi yaitu,
emesis gravidarum, hipertensi dalam kehamilan, kehamilan
dengan hidroamnion, persalinan prematuritas, IUGR(Intra
Uterine Growth Retardation), pertumbuhan tidak sama, terjadi
transfusi antara janin.
b) Dikaitkan dengan kelainan kongenital.
c) Memerlukan tindakan operasi persalinan.
d) Menimbulkan trauma persalinan.
e) Komplikasi postpartum seperti perdarahan postpartum akibat
atonia uteri, infeksi pueperum, subinvolusi uteri.
f) Saat hamil dikaitkan dengan kejadian anemia tinggi karena
nutrisi dan vitamin atau Fe masih kurang.15
Ibu yang memiliki riwayat dengan kehamilan kembar yang kedua
kalinya akan memiliki risiko melahirkan dengan seksio sesarea
dibandingkan dengan kehamilan yang pertama kalinya dengan
posisi letak belakang kepala.15
3) Hamil kembar air
Batasan hidroamnion (polihidroamnion) adalah jika air ketuban
melebihi 2000 cc. Terjadinya hidroamnion dapat berasal dari
maternal atau fetal yaitu:
a) Sebab fetal, yaitu atresia esofagus dan duodenal atresia.
b) Gangguan saraf pusat.
c) Poliuria janin, yaitu diabetes insipidus.
d) Kegagalan jantung janin, yaitu anemia berat.
e) Infeksi kongenital, yaitu sifilis dan viral hepatitis.
Komplikasi maternal hidroamnion:
a) Morbiditas makin tinggi karena kelainan kongenital janin.

18

b) Terjadi persalinan prematuritas.


c) Lebih sering solusio plasenta.
d) Ganggual sirkulasi retroplasenta menyebabkan, hipoksia janinfetal distres dan asidemia-gangguan metabolisme.15
4) Janin mati dalam rahim (Intra Uterine Fetal Death)
Keluhan-keluhan yang dirasakan:

Tidak terasa gerakan janin

Perut terasa mengecil

Payudara mengecil

Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur


kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau
tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin
terancam.
Dari keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan:

Denyut Jantung Janin (DJJ) tidak terdengar

Hasil tes kehamilan negatif

Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim,
yaitu:
Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan
mati yang masuk ke dalam darah ibu.7
5) Kehamilan lebih bulan/serotous
Kehamilan lebih bulan atau kehamilan postterm adalah kehamilan
yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih, dihitung dari haid
pertama haid terakhir menurut rumus Naegl dengan haid rata-rata
28 hari.34
Persalinan yang dianjurkan adalah persalinan induksi. Bila keadaan
janin baik maka tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu
dan lakukan tes tanpa tekanan selama 3 hari. Bila hasilnya positif,
maka segera lakukan seksio sesarea.31

19

6) Kehamilan dengan kelainan letak


a) Letak lintang
Sumbu panjang janin yang tegak lurus dengan sumbu panjang
tubuh ibu. Pada letak lintang, bahu berada diatas pintu panggul
sedangkan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan pantat
berada pada fosa iliaka yang lain. Penyebab utama letak
lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat
multiparitas yang tinggi, janin prematur, plasenta previa, uterus
abnormal, cairan amnion berlebih, panggul sempit. Letak
lintang dan letak sungsang merupakan indikasi seksio sesarea,
untuk keselamatan ibu maupun janin.36
b) Letak sungsang
Janin terletak memanjang dengan posisi kepala di fundus uteri
dengan presentasi pantat. Penyebabnya adalah prematuritas,
multiparitas, plasenta previa, gamelli dan lain-lain.7
3. Ada gawat darurat obstetri (faktor risiko kelompok III), meliputi:
1) Perdarahan pada kehamilan
a) Plasenta previa
Plasenta yang letaknya pada segmen bawah uterus sehingga
menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir pada usia kehamilan
lebih dari 20 minggu, dan janin dapat hidup diluar uterus.45
Pada keadaan normal, plasenta terletak di bagian atas uterus.
Plasenta previa terjadi pada trimester kedua dan ketiga
kehamilan. Kapsularis plasenta previa lebih banyak pada
kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia diatas 30 tahun.
Angka kejadiannya berkisar 1,7-2,9% dapat dideteksi dengan
penggunaan ultrasonografi.34
Gejala berupa perdarahan pervaginam dan adanya gejala
persalinan prematur. Cara menyelesaikan persalinan sebaiknya
pervaginam dengan tindakan atau seksio sesarea.

20

Komplikasi plasenta previa adalah cacat lahir, kelahiran


prematur, kehilangan darah, infeksi pada ibu, pertumbuhan
janin yang terhambat.36
b) Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada corpus uteri,
terjadi pada trimester ketiga dan ini terjadi sebelum lahirnya
janin.33 Ditandai dengan perdarahan dengan rasa sakit, perut
terasa tegang, dan gerak janin berkurang. Sebaiknya dilakukan
penanganan pada rumah sakit.37
2) Preeklamsia berat/eklamsia
Preeklamsia berat ditandai dengan tekanan darah > 110 mmHg, dan
tanda

dari

laboratorium

dengan

proteinuria

2+,

oliguria,

hiperefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium dan


kejang.38
Eklamsia adalah kasus akut pada penderita preeklamsia yang
disertai kejang menyeluruh dan koma. Perawatan sebaiknya
dilakukan di rumah sakit diisolasi pada kamar gelap, dan beri obat
anti kejang magensium sulfat (MgSO4).34 Preeklamsia dan eklmsia
merupakan indikasi dari persalinan tindakan seksio sesarea, karena
sangat berisiko untuk ibu bila harus mengejan, baik persalinan
normal ataupun tindakan pervaginam.39

B. SKOR POEDJI ROCHJATI


1. Definisi
Cara untuk mendeteksi dini kehamilan berisiko menggunakan skor
Poedji Rochjati. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu, kehamilan risiko rendah, kehamilan risiko tinggi
dan kehamilan risiko sangat tinggi,tentang usia ibu hamil, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, riwayat penyakit ibu hamil.
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10.

21

c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor


12.4,7
2. Tujuan
a. Melakukan pengelompokan sesuai dengan risiko kehamilannya,
dan mempersiapkan tempat persalinan yang aman sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Melakukan pemberdayaan terhadap ibu hamil, suami, maupun
keluarga agar mempersiapkan mental, biaya untuk rujukan
terencana.7
3. Fungsi
a. Alat komunikasi untuk edukasi kepada ibu hamil, suami maupun
keluarga untuk kebutuhan pertolongan mendadak ataupun rujukan
terencana.
b. Alat peringatan bagi petugas kesehatan. Semakin tinggi skor,
maka semakin intensif pula perawatan dan penanganannya.7
4. Cara pemberian skor
a. Kondisi ibu hamil umur, paritas dan faktor risiko diberi nilai 2,4,
dan 8.
b. Pada umur dan paritas diberi skor 2 sebagai skor awal.
c. Tiap faktor risiko memiliki skor 4 kecuali pada letak sungsang,
luka bekas sesar, letak lintang, perdarahan antepartum, dan
preeklamsia berat/eklamsia diberi skor 8.7

22

Gambar 1. Tabel skrining Skor Poedji Rochjati.7

5. Pencegahan kehamilan risiko tinggi


a. Informasi dan edukasi /KIE untuk kehamilan dan persalinan aman.
1) Kehamilan risiko rendah (KRR), persalinan dapat di rumah
ataupun polindes, tetapi penolongnya harus bidan. Dukun
hanya membantu pada saat nifas.
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), harus diberi penyuluhan
untuk bersalin di puskesmas, polindes, atau langsung di rumah
sakit saja. Terutama pada letak lintang primigravida, dengan
tinggi badan rendah.

23

3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan


untuk langsung di rujuk ke rumah sakit dengan alat lengkap
dan dibawah pengawasan dokter spesialis.
b. Memeriksakan kehamilan secara teratur minimal 4 kali.
c. Imunisasi TT dua kali selama kehamilan dengan jarak satu bulan,
untuk mencegah tetanus neonatorum.
d. Makan makanan bergizi selama kehamilan.
e. Menghindari hal-hal yang menibulkan komplikasi pada ibu hamil.
(1) Bekerja terlalu keras.
(2) Merokok,

minum

alkohol,

pecandu

narkotika

yang

menyebabkan cacat bawaan pada janin.


(3) Obat-obatan.
(4) Berdekatan dengan penyakit menular.
(5) Pijat urut di perut.
(6) Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil.
f. Mengenali tanda tanda kehamilan risiko tinggi. Jika menemukan
tanda risiko tinggi langsung periksa ke puskesmas, polindes,bidan,
rumah bersalin, atau rumah sakit.7,15

C. PERSALINAN
1. Definisi
Persalinan merupakan proses pengeluaran konsepsi yang sudah cukup
bulan 37-42 minggu melalui jalan lahir.4
2.

Faktor yang mempengaruhi persalinan


a. Powers (kekuatan)
Kekuatan pada ibu yang melakukan kontraksi volunter maupun
involunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan
plasenta dari uterus. Kekuatan involunter disebut kekuatan
primer, yang menandai dimulainya persalinan. Usaha volunter
dimulai apabila serviks berdilatasi dan usaha tersebut disebut

24

usaha sekunder, yang memperbesar kekuatan involunter atau


kekuatan primer.22
Kesulitan dalam persalinan (distosia) yang disebabkan oleh
adanya kelainan his merupakan his yang tidak normal, baik
kekuatan maupun sifatnya, sehingga menimbulkan hambatan
dalam persalinan.9
Jenis hambatan ini antara lain:

Kelainan his, meliputi inersia uteri, his yang terlampau kuat


(Hypertonic

uterine

contraction),

his

terlalu

lemah

(Hypotonic uterine contraction) dan incoordinate uterine


contraction.

Kelainan mengejan, seperti kelelahan, kesalahan pimpinan


persalinan, dan psikis ibu.39

Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua, sedangkan


pada inersia uteri sering dijumpai pada multigravida dan
grandemulti.7
b. Passageway (jalan lahir)
Meliputi jalan lahir bayi dari panggul ibu, meliputi:

Kelainan jalan lahir lunak, seperti kelainan kongenital


ataupun tumor yang menutupi jalan lahir.

Kelainan jalan lahir keras, yaitu kelainan ukuran dan bentuk


(seperti panggul yang sempit).

Kelainan tersebut dapat menyebabkan persalinan lama, berupa:

Kelainan kala I, meliputi fase aktif memanjang, fase laten


memanjang, dan penurunan kepala janin pada persalinan
aktif.

Kelainan kala II, meliputi kala II memanjang.22

Dalam menghadapi persalinan lama, maka untuk menolong


keselamatan ibu dan bayi dalam proses persalinan, sering kali
25

dilakukan tindakan persalinan operatif dengan menggunakan


bantuan alat, seperti pada persalinan seksio sesarea.11
c. Passanger
Meliputi janin dan plasenta.Persalinan dapat mengalami kemacetan
karena kelainan dalam besar/berat janin, kelainan bentuk (seperti
asites

dan

hidrosefalus),

kelainan

presentasi

atau

letak

(malpresentasi/malposisi), dan kembar/kembar siam.11,22

D. CARA PERSALINAN
Cara persalinan adalah beberapa metode yang dipilih oleh ibu yang
melakukan persalinan ataupun oleh tenaga kesehatan yang menanganinya.9
Menurut Mochtar, persalinan dapat dibagi berdasarkan beberapa
kategori.Menurut cara persalinannya dibagi atas:
1. Persalinan normal, yaitu proses lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga
ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi,
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan ini dikenal juga
degan persalinan spontan.
2. Persalinan abnormal, yaitu persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat atau melalui dinding perut dengan cara operasi caesarea.10
Pembagian persalinan menurut cara persalinannya antara lain:
1. Persalinan normal (Spontan)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang mampu
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar, Letak Belakang
Kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta
tidak melukai ibu dan bayi. Umumnya berlangsung kurang dari 24
jam. Persalinan ini dikenal juga degan persalinan spontan.10
Menurut Farer persalinan normal adalah:

Terjadi

pada

kehamilan

aterm.

(bukan

prematur

bukan

postmatur).

Selesai dalam 24 jam (bukan partus presipitalis atau partus lama).

26

Mempunyai janin tunggal dengan presentasi vertex (puncak


kepala).

Tatalaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forcep).

Mencakup kelahiran plasenta yang normal.

Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat).40

a. Fase persalinan normal


Proses persalinan terdiri dari 4 tahap yaitu tahap kala I, II, III, daan
IV.

Gambar 2.Tahap persalinan.53

a.

Kala I
Pembukaan jalan lahir, sampai janin dapat keluar.41 Perubahan
serviks progresif dari 0 10 cm. Pada primigravida 1 13 jam.
Pada multigravida sampai 7 jam.31
a) Fase laten
Fase saat dimulainya kontraksi, pembukaan awal, kemudian
pembukaan

secara progresif, hingga 3 - 4 cm, atau

permulaan fase aktif 7-8 jam. Selama fase ini mengalami


penurunan sedikit.31

27

b) Fase aktif
Periode awal pembukaan menjadi lengkap. Dari 3 4 cm,
hingga 10 cm. Berlangsung selama 6 .Fase aktif dibagi
menjadi 3 fase yaitu:

Fase Akselerasi, pada waktu 2 jam, pembukaan dari 3


menjadi 4 cm.

Fase Dilatasi, dalam waktu 2 jam sangat cepat, dari


pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.

Fase Deselerasi, pembukaan menjadi lamban kembali


dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi
lengkap.32,42

b. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap, 10 cm sampai bayi lahir.
Proses persalinan ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Tahap mekanisme
Kala II:
a) Enggagement
Diameter bipartial kepala janin melewati pintu atas panggul.
b) Penurunan
Gerakan bagian presentasi melewati panggul.Penurunan
terjadi akibat adanya tiga tekanan, yaitu tekanan cairan
amnion, tekanan diafragma dan otot-otot abdomen, dan
tekanan langsung kontraksi fundus pada janin.
c) Fleksi
Setelah kepala turun tertahan oleh serviks, panggul, dalam
keadaan normal fleksi terjadi, dan dagu didekatkan ke dada
janin.
d) Putaran paksi dalam
Kepala janin masuk ke pintu atas dan masuk ke panggul
sejati pada posisi oksipitotransversa.

28

e) Ekstensi
Pada saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan
defleksi ke arah anterior oleh perineum. Dimulai dari
oksiput

melewati

permukaan

bawah

simfisis

pubis,

kemudian kepala terlihat akibat ekstensi, lalu wajah dan


akhirnya dagu.
f) Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat dari tulang
pubis ibu, dan tubuhnya dikeluarkan.38,43
c. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, dan
berlangsung tidak lebih 30 menit. Tanda lepasnya plasenta:
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah uterus berkontraksi, uterus terdorong ke bawah,
uterus menjadi bulat, dan fundus berada diatas pusat.
b) Tali pusat memanjang
Terjulur keluar melalui vulva dan vagina.
c) Semburan darah tiba-tiba
Semburan darah menandakan darah yang ada dibelakang
plasenta, tempat melekatnya plasenta, keluar melalui tepi
plasenta. Beberapa saat setelah bayi lahir, timbul his
pelepasan dan pengeluaran plasenta. Biasanya berlangsung
5 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100
200cc.10,38
2) Kala IV
Dimulai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum. Tahap
pengawasan, mengam,ati keadaan ibu, terutama jika terjadi
perdarahan post partum.10,34

29

2. Persalinan Abnormal
Persalinan abnormal, dibagi menjadi persalinan pervaginam dengan
bantuan alat-alat dan persalinan melalui dinding perut dengan cara
operasi caesarea.10
a. Persalinan Pervaginam dengan bantuan alat
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat termasuk dalam
obstetrik operatif atau operative vaginal delivery. Cara persalinan
ini dapat dilakukan dengan ekstraksi vakum dan forcep. Secara
keseluruhan syarat dan indikasi ektraksi vakum sama dengan
forcep.Indikasi pada ibu antara lain, cedera atau gangguan paru,
penyakit neurologis tertentu, kelelahan, atau persalinan kala II
yang berkepanjangan. Indikasi janin antara lain, prolaps tali pusat,
pemisahan plasenta prematur, dan pola frekuensi denyut jantung
janin yang tidak menyakinkan.44
1) Ekstraksi vakum
Metode persalinan dengan memasang mangkuk (cup) vakum
ke kepala janin dan ada tekanan negatif. Vakum esktraksi
dilakukan jika ketuban sudah pecah, presentasi vertex dan
tidak ada disproporsi sefalopelvis.22

Gambar 3.Ekstraksi vakum.8


a) Indikasi ekstraksi vakum:

Janin gagal berotasi.

Persalinan berhenti di kala II. 45,46

b) Kontraindikasinya adalah:

Malpresentasi janin (puncak kepala, dahi, muka,


pantat).

30

Janin preterm.

Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul).

Ruptura uteri membakat.

Pada penyakit dimana ibu mutlak tidak boleh


mengejan, misalnya payah jantung, preeklamsia
berat.45,46

c) Komplikasi ekstraksi vakum


(1) Pada ibu
Dapat

mengakibatkan

persalinan,

berupa

komplikasi

perluasan

selama

episiotomi

atau

perlukaan jaringan lunak, seperti luka goresan pada


leher rahim, vagina, atau periurethral.
(2) Pada bayi
Perlukaan

kepla

bayi,

antara

lain:

retinal

hemorrhage, gatal, robekan atau luka lecet kulit


kepala, cephalohematoma, subgaleal hematoma,
perdarahan

dalam

kepala

(intracranial

hemorrhage), subgaleal bleeding, tengkorak retak.8


2) Ekstraksi forcep
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persalinan menggunakan
forcep adalah pembukaan sudah lengkap, presentasi vertex, bagian
terendah sudah masuk panggul, selaput ketuban sudah pecah, tidak
ada disproporsi sefalopelvis.22

Gambar 4.Eksraksi Forcep.8

31

a)

Indikasi ekstraksi forcep:


(1) Indikasi relatif (elektif, profilaktif)
Ekstraksi forcep yang bila dilakukan menguntungkan janin
maupun ibunya, tapi bila tidak dilakukan tidak merugikan.
Bila dibiarkan janin diharapkan dapat lahir 15 menit
kemudian.

Indikasi de Lee. Syarat kepala sudah ada di dasar


panggul, putaran paksi sudah sempurna, m.levator ani
sudah teregang, dan syarat estraksi forcep lain sudah
terpenuhi.

Indikasi Pinard. Ekstraksi forcep yang memiliki syarat


dengan de Lee, hanya penderita sudah harus mengejan
selama 2 jam.54

(2) Indikasi absolut (mutlak)


a. Indikasi ibu
Eklamsia, preeklamsia.
Ruptura uteri membakat
Ibu dengan penyakit jantung, paru-paru dan lainlain.
b. Indikasi janin
Gawat janin.
c. Indikasi waktu

Kala II memanjang.54

b) Komplikasi
(1) Ibu

Ruptur uteri.

Kolpoporheksis.

Robekan pada portio uteri, vagina, perineum.

Infeksi simfisis.

32

Syok perdarahan pospartum.

Pecahnya varises vagina.

(2) Janin

Kelumpuhan saraf wajah

Kelumpuhan urat lengan.

Retak tulang selangka.

Cephalohematoma.8

b. Persalinan Perabdominal (Seksio sesarea)


1) Definisi
Cara melahirkan janin dengan melakukan pembedahan pada dinding
perut dan uterus, serta berat janin diatas 500 gram.39
a)

Indikasi
(1) Indikasi ibu

Panggul sempit.

Preeklampsia / hipertensi.

Disproporsi janin dan panggul.

Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.

Perdarahan ante partum.

Stenosis serviks uteri atau vagina.

Bakat ruptura uteri.39

(2) Indikasi janin

Kelainan letak (letak lintang, letak sungsang, letak dahi


dan letak muka dengan dagu di belakang, kelainan letak
pada gemelli anak pertama)

presentasi ganda.

Gawat janin.39

(3) Indikasi waktu / profilaksis

Partus lama

Partus macet / tidak maju.39

33

b) Kontra indikasi
(1) Infeksi intra uterin
(2) Syok / anemia berat yang belum diatasi
(3) Janin mati
(4) Kelainan kongenital berat.39

Gambar 5.Seksio sesarea teknik klasik dengan sayatan longitudinal.8


c)

Komplikasi
(1) Infeksi pueperal
Infeksi dapat bersifat ringan, seperti kenaikan suhu dalam
beberapa hari selama masa nifas. Infeksi dapat pula bersifat
berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Bahaya
infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika.
(2) Perdarahan postpartum
Perdarahan bisa terjadi pada saat pembedahan, jika cabangcabang ateria uteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
(3) Kerusakan vesika urinaria dan ureter
Kandung kemih letaknya pada dinding rahim,sehingga saaat
seksio sesaerea, kemungkinan terpotong, atau tergores.
(4) Tromboembolik (bekuan darah di kaki)
Terjadi karena organ dalam panggul yang kadang sampai ke
paru-paru.
(5) Kelainan obstetrik
Nyeri kronik, infertilitas, obstruksi usus, plasenta abnormal,
dan ruptur uteri.

34

(6) Perlekatan organ bagian dalam


Penyebab perlekatan organ adalah tidak bersihnya lapisan
permukaan dari noda darah. Terjadilah perlengketan organ
dalam dan menyebabkan nyeri panggul dan nyeri saat
berhubungan seksual.
(7) Kematian saat persalinan
Kematian persalinan umunya disebabkan oleh kesalahan
pembiusan atau perdarahan yang tidak ditangani secara
cepat.10,39,46
d) Risiko persalinan selanjutnya
(1) Memiliki jaringan parut
Wanita yang memiliki riwayat seksio sesarea pasti memiliki
jaringan parut. Jaringan parut merupakan kontraindikasi
untuk melahirkan karena akan terjadinya ruptur uteri.
Wanita dengan jaringan parut melintang yang terbatas
segmen uterus bawah kecil kemungkinan mengalami
robekan

jaringan

parut

simtomatik

pada

kehamilan

berikutnya. Angka terendah untuk ruptur uteri pada insisi


transversal rendah dan tinggi pada insisi yang meluas ke
fundus yaitu insisi klasik.26 Wanita yang memiliki riwayat
seksio sesarea sebelumnya meningkatkan risiko terjadinya
ruptur uteri, plasenta previa, preeklamsia dan persalinan
preterm (kurang dari 37 minggu). Sehingga cenderung akan
mengalami persalinan seksio sesarea ulang pada persalinan
selanjutnya.47
(2) Sobeknya jahitan rahim
Ada 7 lapis jahitan dibuat saat seksio sesarea. Yaitu kulit,
lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan
luar rahi, dalam rahim. Jahitan ini dapat sobek. Semakin
sering seksio sesarea, semakin tinggi risiko robekan.10

35

(3) Pengerasan plasenta


Bila plasenta terlalu dalam, sampai ke myometrium, rahim
harus diangkat, karena terjadi pengerasan plasenta. Risiko
ini meningkat pada persalinan seksio sesarea.10
(4) Tersayat
Bayi bisa tersanyat apabila air ketuban habis, dan bayi
susah bergerak, sehingga mudah dijangkau pisau bedah.
Selain itu, seksio sesarea akan menimbulkan perdarahan
banyak dan membuat bayi susah terlihat, sehingga bayi
dapat tersayat pisau bedah.10
(5) Masalah pernapasan
Bayi yang dilahirkan melalui seksio sesarea, tidak
mengalami tekanan seperti bayi normal, sehingga cairan
paru-paru tidak bisa keluar. Pernapasan bayi biasanya cepat
dan tidak teratur.10
(6) Angka APGAR rendah
Angka APGAR mencerminkan keadaan bayi pada menit
pertama dan menit kelima. Angka APGAR rendah
disebabkan oleh anestesi seksio sesarea, kondisi bayi tidak
normal, dan tidak ada rangsangan seperti persalinan
normal.10

E. FAKTOR

RISIKO

YANG

BERPENGARUH

PADA

CARA

PERSALINAN
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap persalinan
a. Faktor Ibu yaitu meliputi:
b) Usia ibu
Risiko terjadi gangguan kesehatan lebih besar pada wanita usia
muda. Pada usia remaja ini, berisiko mengalami penyulit pada
saat hamil dan melahirkan. Karena kurangnya pengalaman serta
informasi.17 Serta alat reproduksi belum matang seperti panggul

36

dan rahim masih kecil.48 Wanita berumur 15 tahun atau lebih


muda meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia.8
Sedangkan pada ibu hamil berusia lebih dari 35 tahun sel-selnya
mulai berdegenerasi dan berisiko penyakit kronis seperti
hipertensi dan diabetes.16 Dan hal ini menyebabkan terjadinya
cacat bawaan dan BBLR.48
Kirz and colleagues menemukan bahwa ibu yang berumur > 35
tahun berisiko mengalami hipertensi atau diabetes. Ecker and
colleagues menemukan bahwa dari 3000 sampel wanita Amerika,
indikasi medis untuk seksio seperti myectomi (perbaikan sel non
kanker dari dinding uterus) dan malpresentasi lebih banyak pada
ibu yang lebih tua. Ibu yang lebih tua juga lebih berisiko gagal
dalam proses persalinan, dan fetal distress, keduanya merupakan
indikasi dari seksio sesarea.9
a. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas
sangat mempengaruhi durasi persalinan dan komplikasi. Paritas
yang

pertama

komplikasi

kali

karena

(primipara)
kurangnya

lebih

berisiko

informasi

dan

terjadinya
pengalaman

persalinan yang kurang. Hal ini biasa terjadi pada kehamilan yang
pertama. Paritas yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
kerusakan

dinding

menyebabkan

pembuluh

gangguan

nutrisi

darah
pada

uterus.

Sehingga

kehamilan,

dan

memungkinkan terjadinya atoni uteri, dan menyebabkan penyulit


pada persalinan.48
Penelitian

Aghamohammadi

dan

Nooritajer

di

Iran

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara primipara dengan


persalinan seksio sesarea dan komplikasi gestasional, seperti
diabetes gestasional. Wanita nulipara mempunyai risiko 3,4 kali
lebih besar (95% CI: 2,8-4,2) untuk persalinan seksio sesarea
darurat daripada wanita multipara, dan wanita multipara pilihan

37

persalinan seksio sesarea lebih sering daripada wanita nulipara


(OR 4,0 dengan 95% CI: 3,0-5,0).11
b. Jarak kehamilan atau kelahiran sebelumnya
Menurut BKKBN, jarak kehamilan yang paling tepat adalah 2
tahun

atau

lebih.

Jarak

kehamilan

yang

pendek

akan

mengakibatkan belum pulihnya kondisi tubuh ibu setelah


melahirkan. Sehingga meningkatkan risiko kelemahan dan
kematian ibu.16 Jarak kehamilan yang terlalu dekat akan
menyebabkan anemia, sehingga terjadi BBLR, kelahiran preterm,
dan lahir mati, yang mempengaruhi faktor bayi (passanger).8
Jarak kehamilan terlalu jauh berhubungan dengan umur, yang
dapat menyebabkan melemahnya fungsi otot uterus dan panggul
yang berpengaruh kepada kekuatan his (power), sehingga banyak
terjadi partus lama/ tak maju.8
Menurut Supriyati dkk, jarak kehamilan/persalinan < 2 tahun dan
> 10 tahun memiliki risiko 8,17 kali terjadi distosia dibandingkan
ibu dengan jarak kehamilan 2-10 tahun.8
c. Pendidikan ibu
Pendidikan seseorang merupakan suatu faktor demografi yang
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan individu maupun
masyarakat.

Seseorang

yang

memiliki

pendidikan

tinggi

cenderung akan mencari informasi-informasi mengenai kesehatan


yang belum diketahuinya. Informasi kesehatan terutama pada ibu
hamil dan persalinan yang diharapkan dapat merubah pola
perilaku sehat.
Menurut Mulidah, pendidikan ibu yang rendah (< SMP)
mempunyai risiko 6 kali lebih tinggi untuk mengalami partus
lama dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan tinggi (>
SMP).8

38

d. Sosial ekonomi
Status ekonomi merupakan salah satu faktor lingkungan yang
secara tidak langsung dapat mempengaruhi persalinan. Status
ekonomi akan mempengaruhi asupan gizi pada saat ibu hamil,
dan selanjutnya akan berdampak pada kondisi kehamilan dan
pada faktor kekuatan ibu selama proses persalinan (power).Ibu
dengan status ekonomi rendah cenderung mengalami persalinan
dengan bantuan alat (persalinan tindakan).
Menurut Muhammad zulfikar, status ekonomi rendah pada ibu
hamil

berhubungan

secara

signifikan

dengan

prevalensi

persalinan dengan tindakan yang lebih tinggi (RP=1,75;IK


95%=1,00-3,09;p=0,049). Hasil penelitian ini mengindikasikan
perlunya perhatian lebih dari tenaga kesehatan pada ibu hamil
dengan status ekonomi rendah untuk mengantisipasi persalinan
dengan tindakan.49
e. Risiko kehamilan atau kondisi kehamilan

Ada potensi gawat obstetri (faktor risiko kelompok I)

Ada gawat obstetri (faktor risiko kelompok II)

Ada gawat darurat obstetri (faktor risiko kelompok III)

Risiko kehamilan berdasarkan ciri-ciri ibu yang hamil melalui


kartu skrining skor Poedji rochjati tahun 2003, dinilai dengan
pemberian skor. Risiko ibu hamil umur, paritas dan faktor risiko
diberi nilai 2,4, dan 8. Pada umur dan paritas diberi skor 2 sebagai
skor awal. Tiap faktor risiko memiliki skor 4 kecuali pada letak
sungsang, luka bekas sesar, letak lintang, perdarahan antepartum,
dan preeklamsia berat/eklamsia diberi skor 8. Berdasarkan jumlah
skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, kehamilan
risiko rendah, kehamilan risiko tinggi dan kehamilan risiko sangat
tinggi, tentang usia ibu hamil, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan, riwayat penyakit ibu hamil.

Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2.


39

Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10.

Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor


12.7

Menurut Yuli kusumawati, Ibu dengan kondisi kehamilan risiko


tinggi mempunyai risiko sebesar 3,46 kali mengalami persalinan
dengan tindakan daripada ibu dengan kondisi kehamilan risiko
rendah (OR=3,46 ; 95%Cl :1,62-7,39). Dan ibu hamil dengan
kondisi risiko sangat tinggi mempunyai risiko sebesar 4,75 kali
untuk mengalami persalinan tindakan (OR=4,75 ; 95%Cl :2,1310,58).8
Dengan adanya deteksi dini pada risiko kehamilan diharapkan
ibu dapat mengetahui keadaan dirinya pada kelompok yang
mana, risiko rendah, tinggi, atau sangat tinggi. Selanjutnya dapat
ditentukan persalinan yang aman, dan petugas kesehatan dapat
memberikan

tindakan

dan

pelayanan

yang

tepat

untuk

menanganinya.8
6.

Faktor Gizi
a.

Tinggi badan
Wanita primipara risiko rendah di Western Australia yang
merupakan faktor risiko untuk seksio sesarea darurat dan juga
tindakan pervaginam salah satunya adalah tinggi badan pendek (<
145 cm).11

b. Status gizi/IMT
Status gizi merupakan hal yang sangat berpengaruh pada
kehamilan. Kehamilan yang kekurangan gizi akan berakibat
buruk pada janinnya. Seperti ibu yang mengalami anemia akan
menurunkan suplai oksigen ke janin. Sehingga menganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu yang mempunyai
status gizi kurang memiliki risiko 5,4 kali lebih besar

40

dibandingkan ibu yang berstatus gizi normal. Indeks massa tubuh


(IMT) masih merupakan indikator penilaian status gizi.18,48
IMT adalah pengukuran antropometri untuk menggambarkan
komposisi badan dan status nutrisi. 50
IMT pada orang dewasa :
BB(Kg)
TB(m)
Keterangan :
BB : Berat Badan.
TB : Tinggi Badan.
Kg : Kilogram.
m : Meter.
Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh menurut American
College of Obstetrian Gynecologist (ACOG).50
Maternal Classification

Weight Gain

(lb)

(Prepregnant BMI)

(Total lb)

Rate (lb/Wk)

Underweight (< 19,8)

24-40

1,25

Normal Weight (19,8-26,0)

25-35

1,00

Overweight (26,1-29,0)

15-25

0,70

Obese ( > 29,0)

15

0,50

Turn Gestation

35-45

1,50

Menurut Murphy dkk, salah satu faktor yang meningkatkan


kemungkinan persalinan seksio sesarea adalah IMT ibu sebelum
hamil lebih dari 30 dengan risiko sebesar 2,4 kali daripada ibu
dengan IMT < 30.11

41

Tabel 2.1 Kategori IMT untuk Indonesia8


Kategori

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kekurangan BB tingkat berat

< 17

Kekurangan BB tingkat ringan

17-18,5

Kurus

18,5-25,0

Normal

Kelebihan BB tingkat ringan

>25,0-27,0

Gemuk

Kelebihan BB tingkat berat

>27,0

Menurut Gadis Sativa, dari penelitiannya di RSUP Kariadi tahun


2010, dari 384 sampel pasien persalinan,sebanyak 164 pasien atau
42,7% melakukan persalinan dengan bantuan yaitu, 28,6% atau 110
pasien melakukan persalinan dengan seksio sesarea dan 14.1% atau
54 pasien melakukan persalinan pervaginam dengan bantuan,
sisanya melakukan persalinan secara spontan. Hasil penelitian
menunjukkan pengaruh yang bermakna antara IMT ibu pada saat
persalinan dengan cara persalinan. Pada persalinan caesar dapat
dilihat peningkatan persentase dari IMT normal sebesar 21.8%
menjadi 43.4% pada IMT obese. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa wanita dengan peningkatan IMT memiliki
risiko

terhadap

fetal

makrosomia

dimana

hal

tersebut

meningkatkan risiko terjadinya distosia bahu, sehingga kadang


direkomendasikan untuk dilakukan persalinan dengan cara caesar.9
Sedangkan

untuk

persalinan

pervaginam

dengan

bantuan

persentase terbesar terjadi pada kelompok IMT obese sebesar


13.9% dan IMT normal sebesar 16.2%. 50
Wanita muda juga meningkat risikonya bila mempunyai berat yang
kurang (umur gestasi yang kecil) atau kurang dalam memberi
makan bayi. Di Indonesia, status gizi ibu hamil sering dinyatakan
dalam ukuran lingkar lengan atas (LLA). Apabila ibu mempunyai
LLA < 23,5 cm atau berat badan kurang dari 38 kg sebelum hamil,
maka termasuk Kekurangan Energi Kalori (KEK).55 Berat badan

42

kurang dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi, sedangkan


berat badan yang berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit
degeneratif, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan
pembuluh darah. Selain itu, dapat meningkatkan gangguan haid,
dan faktor penyulit dalam persalinan.8
c. Pertambahan berat badan
Pada proses kehamilan terjadi pertambahan berat badan. Risiko
persalinan seksio sesarea meningkat seiring dengan meningkatnya
IMT seseorang. Kenaikan berat badan proporsional merupakan
prediktor penting persalinan seksio sesarea.8
d. Kadar Hb
Anemia pada kehamilan lazim terjadi biasanya disebabkan oleh
karena defesiensi besi sekunder, terhadap kehamilan sebelumnya
atau masukan besi yang tidak adekuat. Batas anemia pada ibu
hamil di Indonesia adalah < 11 gr%.7 Ibu hamil dengan anemia
memiliki risiko lebih besar melahirkan bayi dengan Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR),kematian saat persalinan ,perdarahan pasca
persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami
gangguan kesehatan.26 Gejala berupa pusing, rasa lemah, kulit
pucat, mudah pingsan, dan pucat.Maka dari itu, ibu perlu
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan suplementasi zat besi,
sebanyak 60 mg/hari.27
Menurut

penelitian

Yuli

Kusumawati,

Ibu

yang

anemia

mempunyai risiko lebih besar 3,43 kali untuk mengalami kejadian


persalinan dengan tindakan (OR=3,43 ; 95% Cl: 1,67-6,93).8
3. Faktor Kesehatan
a. Tekanan darah
Hipertensi pada kehamilan yang paling sering ditemui merupakan
tanda pada penyakit preeklamsia dan eklamsia yang merupakan
indikasi dari seksio sesarea. Pada penelitian Arinda Anggana Raras,

43

di RSUP Dr Kariadi Semarang Tahun 2010 sebagian besar ibu


hamil dengan preeklamsia berat menjalani persalinan dengan
seksio sesaria sebanyak 103 kasus (44%) dan terdapat satu kasus
(0,4%) meninggal sebelum persalinan.35
b. Penyakit penyerta
Wanita yang mempunyai penyakit-penyakit kronik sebelum
kehamilan, seperti jantung, paru, ginjal, diabetes mellitus, malaria,
dan lainnya termasuk dalam kehamilan risiko tinggi yang dapat
memperburuk proses persalinan.11
c. Penyakit infeksi dan parasit
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau parasit seperti
toksoplasmosis, penyakit kelamin, dan virus seperti HIV/AIDS
yang dapat menyebabkan kelainan jalan lahir dan kelainan
kongenital. Hal tersebut merupakan penyulit pada proses persalinan
normal sehingga memerlukan adanya persalinan dengan tindakan.8
d. Riwayat komplikasi obstetrik
Wanita yang pernah mengalami komplikasi pada kehamilan
maupun persalinan sebelumnya, seperti abortus, lahir mati, bayi
prematur, persalinan sebelumnya dengan tindakan yaitu ekstraksi
vakum dan forcep dan seksio sesarea merupakan risiko untuk
persalinan selanjutnya.8
4. Faktor pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
a. Perawatan Kehamilan (Antenatal Care/ANC)
Perawatan selama kehamilan sangat berperan dalam mengetahui
kondisi kesehatan ibu dan janin. Standar pemeriksaan dan
perawatan kehamilan yang dianjurkan WHO dan Departemen
Kesehatan minimal 4 kali untuk mengetahui kondisi kehamilan
berisiko.11
b. Rujukan
Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas
kesehatan (bidan) untuk menyerahkan tanggung jawab atas

44

timbulnya masalah dari suatu kasus kepada yang lebih kompeten,


terjangkau dan rasional. Rujukan yang rasional adalah rujukan
yang dilakukan dengan mempertimbangkan daya guna (efisien) dan
hasil guna.
Macam kasus rujukan dalam bidang obstetri adalah :

Rujukan Ibu Hamil Risiko Tinggi atau Gawat Obstetri adalah


proses yang ditujukan kepada ibu hamil dengan risiko tinggi
dengan kondisi ibu dan janin masih sehat, penderita tidak
perlu segera dirujuk.

Rujukan Gawat Darurat Obstetri (emergensi) adalah rujukan


yang harus dilakukan saat itu juga dengan tujuan upaya
penyelamatan ibu atau bayi.8

Menurut penelitian yang dilakukan Rusydi di RS M. Hoesin


Palembang menyimpulkan bahwa persalinan tindakan dengan
ekstraksi vakum adalah dengan indikasi kala II lama dan forsep
indikasi terbanyak adalah preeklamsia dengan tempat tinggal dari
luar kota yang dirujuk.8
c. Tempat tinggal
Keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan
pemilihan

tenaga

penolong

persalinan.51

Jarak

membatasi

kemampuan dan kemauan seseorang untuk mencari pelayanan


kesehatan, terutama jika sarana transportasi yang tersedia
terbatas,komunikasi sulit, dan di daerah tersebut tidak terdapat
rumah sakit.8
Menurut penelitian Yuli Kusumawati di RS Moewardi Surakarta
tahun 2006, menyimpulkan bahwa ibu yang bertempat tinggal di
luar kota memiliki risiko 4,48 kali lebih besar untuk mengalami
persalinan tindakan dibandingkan ibu yang berasal dari dalam kota
(OR;4,48;95%CI:1,05-19,09).8 Sedangkan

menurut

penelitian

Latifah tahun 2010 ibu hamil yang pernah mengalami komplikasi

45

selama masa kehamilan dan persalinan membutuhkan akses


perawatan yang tepat karena komplikasi yang terjadi dapat menjadi
risiko untuk persalinan berikutnya sehingga pemilihan penolong
persalinan dan tempat sangat mempengaruhi kelancaran proses
persalinan selanjutnya.51
d. Penolong persalinan sebelumnya
Pengalaman persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi ibu dalam
memilih tenaga penolong persalinan, karena melalui pengalaman
dapat timbul persepsi yang positif tentang ancaman persalinan
dengan dukun dan persepsi yang positif tentang manfaat persalinan
dengan tenaga kesehatan. Bila ibu telah mempunyai persepsi yang
positif, maka ibu akan memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga
penolong persalinannya.52
Menurut penelitian Irsal dan Hasibuan bahwa terdapat faktor-faktor
yang secara statistik bermakna terhadap kejadian kala II lama
adalah penolong persalinan bukan dokter sehingga selanjutnya
perlu persalinan tindakan, seperti seksio sesarea di rumah sakit.8
Begitu pula penelitian Rusydi di RSUP Palembang menemukan
bahwa partus kasep yang akhirnya dilakukan tindakan operasi
seksio sesarea merupakan kasus rujukan yang sebelumnya ditolong
oleh bidan dan dukun di luar rumah sakit.11

46

F. KERANGKA TEORI
Faktor Gizi
Faktor Ibu

Tinggi Badan

Pendidikan
Status Gizi

Sosial ekonomi

Jarak kehamilan

Kadar Hb

Paritas
Usia

Pemeriksaaan
antenatal

Risiko/kondisi
kehamilan

Komplikasi

Eklamsia
Partus macet
Ruptur uteri
Perdarahan
infeksi

Skor Poedji rochjati


(rendah,tinggi,sangat tinggi)

Faktor Kesehatan

Power/Kekuatan His

Tekanan darah
Penyakit infeksi dan
parasit

Passage/jalan lahir

Penyakit kronik

Cara
persalinan
normal/tinda
kan

Passager/Bayi

Riwayat komplikasi
obstetrik

Faktor
Lingkungan

Berat janin
Letak janin
kelainan

Penolong persalinan

Tempat
tinggal/jarak
Cara
datang/Ruju
kan

Bagan 2.1 Kerangka Teori.

47

Morbiditas/morta
litas

G. KERANGKA KONSEP
Risiko
Kehamilan
Usia
Cara Persalinan
Jarak
kehamilan

Tempat
tinggal/asal
daerah

Bagan 2.2 Kerangka Konsep.

H. HIPOTESIS
1. Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara risiko kehamilan, usia, jarak kehamilan, dan
tempat tinggal/asal daerah dengan cara persalinan.
2. Hipotesis Minor
a. Ada hubungan antara risiko kehamilan dengan cara persalinan.
b. Ada hubungan antara usia dengan cara persalinan.
c. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan cara persalinan.
d. Ada hubungan antara tempat tinggal/asal daerah dengan cara
persalinan.

48

Anda mungkin juga menyukai