Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan
akut parenkim paru dan pemadatan eksudat pada jaringan paru. Pneumonia merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan gejala demam, batuk, sesak nafas dan adanya ronki basah halus serta gambaran infiltrat pada foto polos dada. Pneumonia pada anak merupakan salah satu penyakit infeksi yang serius dan banyak menimbulkan permasalahan, yaitu sebagai penyebab kematian terbesar pada anak terutama di negara berkembang.1,2 Terjadinya penumonia pada anak seringkali terjadi bersamaan dengan infeksi akut pada bronkus. Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris, pneumonia intersisialis (bronkiolitis), dan pneumonia lobularis (bronkopneumonia).3 Menurut United Nations Emergency Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organisation (WHO) tahun 2006, pneumonia merupakan pembunuh anak utama yang terlupakan (the forgotten killer of children). Setiap tahun, lebih dari 2 juta anak meninggal karena pneumonia. Hampir semua kematian akibat pneumonia (99,9%), terjadi di negara berkembang dan kurang berkembang (least developed).4 Menurut laporan dari International Vaccine Access Center, At The Johns Hopkins University Bloomberg School Of Public Health pada November 2010, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 1 di India, nomor 2 di Nigeria dan nomor 8 di Indonesia. 5 Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, pneumonia menduduki tempat ke-2 sebagai penyebab
kematian bayi dan balita setelah diare dan menduduki tempat ke-3 sebagai penyebab kematian pada neonatus.4 Pneumonia dapat disebabkan karena infeksi bakteri, virus dan jamur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% penyebab pneumonia disebabkan oleh bakteri dan kematian pada pneumonia berat, terutama juga disebabkan karena infeksi
bakteri.2 Salah
satu
faktor
risiko
yang
meningkatkan
insiden
bronkopneumonia adalah pertusis.6 Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit
saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya pada bayi dan merupakan penyebab penting dari kematian bayi di seluruh dunia, bahkan di negara-negara dengan cakupan vaksinasi yang tinggi. Perkiraan terbaru dari WHO menunjukkan bahwa, pada tahun 2003, sekitar 17,6 juta kasus pertusis terjadi di seluruh dunia, dimana 90% berada di negara-negara berkembang, dan sekitar 279.000 pasien meninggal akibat penyakit ini.7 Berikut akan dilaporkan sebuah kasus bronkopneumonia dan pertusis pada seorang anak perempuan berumur 1 tahun yang dirawat di Ruang Anak RSUD Ulin Banjarmasin.