Endophthalmitis
adalah
gangguan
serius
berupa
inflamasi
intraokular
yang
mempengaruhi rongga vitreous yang berasal dari penyebaran-penyebaran eksogen atau endogen
dari organisme yang menginfeksi ke dalam mata. Dari setiap penyebaran dari bulbus mata,
infeksi inokulum dapat meningkatkan potensi untuk menjadi infeksi intraokular menular cukup
besar. Hal ini paling sering terlihat setelah operasi intraokular tetapi juga dapat terjadi sebagai
komplikasi
trauma
penetrasiokular
atau
dari
jaringan
periokular
yang
berdekatan.
Endophthalmitis endogen kurang umum dan hal sekunder yang berasal dari diseminasi secara
hematogen dan penyebaran dari sumber infeksi yang jauh dalam tubuh. Pada pasien dengan
endophthalmitis endogen, faktor risiko predisposisi biasanya muncul.1, 2
Dalam kebanyakan kasus, terlepas dari asal-usulnya, penyajian endophthalmitis terdiri
penglihatan berkurang atau kabur, mata merah, nyeri, dan edema. vitritis Progresif adalah salah
satu temuan kunci dalam segala bentuk endophthalmitis, dan di hampir 75% pasien, hypopyon
dapat dilihat pada saat pemeriksaan (lihat Gambar 1). Progresi dari penyakit dapat menyebabkan
panophthalmitis, infiltrasi kornea, dan perforasi, mengenai stuktur orbital, dan phithitis bulbi.
Secara umum, kejadian endophthalmitis telah menurun di dekade terakhir dan, untungnya,
endophthalmitis adalah jarang. Meskipun demikian, tingkat keparahan jelas dan prognosis tidak
1
jelas memerlukan perawatan yang tepat waktu dan efektif untuk memberikan hasilvisual yang
memuaskan. 1, 2
Anamnesis
Pada anamnnesis didapatkan adanya keluhan pasien seperti mata merah, rasa sakit yang
sangat, kelopak mata merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, ganguan penglihatan. Selain itu
perlu juga ditanyakan adanya riwayat operasi mata, riwayat trauma pada mata sebelumnya. serta
dapat pula ditanyakan riwayat kebiasaan untuk menggali hygiene mata pasien.1, 2
Pemeriksaan Fisik
Prosedur diagnosis yang harus dilakukan untuk menentukan diagnosis antara lain
pemeriksaan tajam penglihatan didapati visus mata kanan 1 per tak hingga, pemeriksaan
tonometry untuk mengukur tekanan bola mata didapati normal pada kedua bola mata, pada
funduskopi didapati red orange reflex berkurang atau hilang, kornea keruh terdapat robekan dari
central kea rah jam tiga, pada palpebral terdapat oedem dan spasme, terdapat cairan putih pada
bagian bawah mata kurang lebih 3 mm. Terdapat juga iris pupil irregular dan tertarik ke dalam.1, 2
Pemeriksaan Penunjang
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris dan koroid) dengan berbagai
penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi
biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai badan
depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis.
Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk
uveitis tersering, dan mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis.2
Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan.
Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia dan penglihatan yang kabur, mata merah (merah
sirkumneal) tanpa tahi mata purulen dan pupil kecil atau ireguler. Berdasarkan reaksi radang,
uveitis anterior dibedakan tipe granulomatosa dan non granulomatosa. Penyebab uveitis anterior
dapat bersifat eksogen dan endogen. Penyebab uveitis anterior meliputi
infeksi, proses
kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai
injeksi di perikornea. Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel
plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak sebagai
bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian
dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah ulkus kornea. Ulkus kornea
dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke dalam stroma. Kalau terjadi peradangan yang
hebat, tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris
dan badan siliar dengan melalui membrana Descemet, endotel kornea dan akhirnya ke chamber
oculi anterior (COA). Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan
di cairan COA disusul dengan terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini steril,
tidak mengandung kuman. Karena kornea pada ulkus menipis, tekanan intra okuler dapat
menonjol ke luar dan disebut keratektasi. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai
membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana tersebut yang disebut Descemetocele
atau
mata
lalat.
Bila peradangan hanya di permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh dengan
tidak meninggalakan sikatrik. Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan
terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti awan yang hanya dapat
dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan, makula yaitu bercak putih yang tampak jelas di
kamar terang, dan leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh.2
Bila ulkus lebih dalam lagi bisa mengakibatkan terjadinya perforasi. Adanya perforasi
membahayakan mata oleh karena timbul hubungan langsung dari bagian dalam mata dengan
dunia luar sehingga kuman dapat masuk ke dalam mata dan menyebabkan timbulnya
endoftalmitis, panoftalmi dan berakhir dengan ptisis bulbi. Dengan terjadinya perforasi cairan
COA dapat mengalir ke luar dan iris mengikuti gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada
luka kornea yang perforasi dan disebut sinekhia anterior atau iris dapat menonjol ke luar melalui
lubang perforasi tersebut dan disebut iris prolaps yang menyumbat fistel. Pada waktu adanya
perforasi tekanan intraokuler menurun. Oleh karena timbul peradangan iris dan badan siliar maka
cairan COA mengandung fibrin dan fibrin ini menutup fistel sehingga tekanan intraokuler
meningkat lagi. Dengan naiknya tekanan intraokuler, fibrin yang menutup fistel terlepas kembali
dan fistelpun terbuka lagi. Jadi fistel hilang timbul berganti-ganti sampai terbentuk sikatrik di
4
kornea. Karena itulah maka pada pemerikasaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah
pemberian fluoresin bola mata harus ditekan sedikit untuk melepaskan fibrinya dari fistel
sehingga cairan COA dapat mengalir keluar melalui fistel seperti air mancur pada tempat ulkus
dengan fistel tersebut. Bila pada tempat perforasi kornea dan iris prolaps kemudian terjadi
jaringan parut, maka disebut leukoma adherens di mana pada tempat tersebut terjadi
penyempitan sudut COA oleh adanya sinekia anterior, menyebabkan aliran balik cairan di sudut
COA menjadi terganggu, yang dapat menyebabkan timbulnya peninggian tekanan intraokuler
dan menjadi glaukoma sekunder. Berhubung jaringan parut pada leukoma adherens tidak kuat,
adanya glaukoma sekunder dapat menyebabkan menonjolnya leukoma tersebut yang disebut
stafiloma kornea yang tampak seperti anggur. Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan
berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan
berwarna hijau di tengahnya. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan
infiltrasi sel radang pada kornea. Gejala yang dapat menyertai adalah penipisan kornea, lipatan
Descemet, reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi irirs), berupa suar, hipopion,
hifema dan sinekhia posterior. Biasanya kokus gram positif, stafilokokus aureus dan streptokokus
pneumoni akan memberikan gambaran ulkus yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong,
berwarna putih abu-abu pada anak ulkus yang supuratif. Daerah kornea yang tidak terkena tetap
berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang. Bila ulkus disebabkan oleh pseudomonas,
maka ulkus akan terlihat melebar dengan cepat, bahan purulen berwarna kuning kehijauan
terlihat
melekat
pada
permukaan
ulkus.
Bila ulkus disebabkan oleh jamur, maka infiltrat akan berwarna abu-abu di keliling infiltrat halus
di sekitarnya (fenomena satelit). Bila ulkus berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi pada
kornea. Ulkus yang berjalan cepat dapat membentuk Decemetocele atau terjadi perforasi kornea
yang berakhir dengan suatu leukoma adherens. Bila proses ulkus berkurang maka akan terlihat
berkurangnya rasa sakit, fotofobia, berkurangnya infiltrat pada tukak dan defek epitel kornea
menjadi bertambah kecil.2
Diagnosis
Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata yang meliputi
uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli anterior dan kamera okuli
posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca. Ada tiga
jenis endoftalmitis yaitu endoftalmitis eksogen, pada endolftamitis eksogen organisme yang
5
menginfeksi mata berasal dari lingkungan luar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi
endoftalmitis post operatif, pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering
merupakan flora normal pada kulit dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering terjadi setelah
operasi-operasi berikut ini : katarak, implantasi IOL, glaukoma, keratoplasti, eksisi pterigium,
pembedahan strabismus parasintesis, pembedahan vitreus. Endoftalmitis post trauma,
endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang menimbulkan luka
robek pada mata.2
Endoftalmitis endogen, pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran
darah. Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada memiliki faktor predisposisi, seperti diabetes
melitus, gagal ginjal, penyakit jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll. Invasif
Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis, pemasangan kateter, total
parenteral nutrisi. Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection,
artritis, pyelonefritis, faringitis, pneumoni. Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya
sesuai dengan fokus infeksinya seperti Streptococcus Sp (endokarditis), Stapylococcus aureus
(infeksi kulit) dan Bacillus (invasive prosedur). Sementara bakteri Gram negatif misalnya
Neisseria meningitidis, Neisseria gonorrhoe, H infuenzae dan bakteri enterik seperti Escherichia
colli dan Klebsiella.2
Endoftalmitis fakoanafilaktik, merupakan suatu proses autoimun terhadap jaringan tubuh
(lensa) sendiri, akibat lensa yang tidak terletak di dalam kapsul (membrane basalis lensa). Pada
endoftalmitis fokoanafilaktik, lensa dianggap sebagai benda asing oleh tubuh, sehingga terbentuk
antibodi terhadap lensa yang menimbulkan reaksi antigen antibodi.2
Etiologi
dan
Bacillus
species
biasanya
merupakan
penyebab
dari
traumatic
group A Streptococcus juga sering sebagai penyebab. Spesies Streptococcal lain, misalnya group
B pada bayi baru lahir dengan meningitis atau group G pada pasien dewasa dengan infeksi berat
atau keganasan, juga telah diisolasi. Bacillus cereus terlibat dalam infeksi melalui penggunaan
obat-obatan secara IV. Spesies Clostridium mempunyai hubungan dengan keganasan usus.
Bakteri Gram-negatif merupakan bakteri penyebab yang lain. E coli adalah yang tersering.
Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Klebsiela pneumonia, Serratia spesies dan
Pseudomonas aeruginosa juga dapat menyebabkan endogenuos endophthlamitis. Nocardia
asteriodes, Actinomyces spesies dan Mycobacteiurm tuberculosis adalah bakteri tahan asam yang
menyebabkan endogenous endophthlamitis.3
Epidemiologi
penglihatan yang permanen. Gejala biasanya tidak terlalu menonjol, tergantung dari kapan
terjadinya infeksi, dini (6 minggu atau kurang) atau lanjut (bulan atau tahunan) setelah operasi.
Gejala pada stadium dini adalah penurunan penglihatan yang dramatis pada mata yang terlibat,
sakit pada mata setelah operasi, mata merah dan pembengkakkan kelopak. Gejala pada stadium
lanjut biasnya lebih berat pada stadium dini. Seperti penglihatan buram, penurunan sensitivitas
terhadap cahaya (fotofobia) dan sakit yang berat pada mata. Posttraumatic endophthalmitis,
gejala pada endophthalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berat termasuk
penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah dan pembengkakan
kelopak. Hematogenous endophthalmitis, pada saat infeksi menyebar melalui aliran darah dan
masuk ke dalam mata, gejalanya akan timbul perlahan-lahan/ bertahap dan lebih ringan. Sebagai
contoh, pasien mungkin tidak akan mengeluh penglihatannya turun setelah 5 minggu, biasanya
akan terlihat floaters berwarna hitam, semi transparan yang akan mengganggu penglihatan.5
Patofisiologi
dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga
dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah kepada eksudat purulen yang
memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap
prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan endoftalmitis
eksogen.5
Tatalaksana
Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endoftalmitis. Hasil akhir ini
sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu. Tujuan dari terapi
endoftalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi kerusakan jaringan dari produk
bakteri dan peradangan, dan mempertahankan penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi yang
diberikan adalah antimikroba intravitreal, periokular, dan topikal. sedangkan dalam kasus yang
parah, dilakukan vitrectomy. antibiotik di endoftalmitis.6
Penatalaksanaan pada postoperative endophtalmitis, pars plana vitrectomy atau aspirasi
vitreous mungkin akan dianjurkan oleh ophthalmogolist yang diikuti dengan injeksi antibiotik
intravitreal (misalnya : vancomycin, amikacin, ceftazidine), dipertimbangkan antibotik sistemik
atau steroid intravitreal. Pasien dengan postoperative endophthalmitis mungkin tidak dianjurkan
untuk dirawat di rumah sakit. Tetapi keputusan tersebut sangat tergantung dari ophthalmologist.6
Penatalaksanaan traumatic endophthalmitis, sarankan pasien untuk dirawat di rumah
sakit, tangani ruptur bola mata (bila ada), antibiotik sistemik termasuk vancomycin,
aminoglikosid atau cefalosporin generasi ke-3. pertimbangkan clindamycin bila ditemukan
Bacillus spasies, antibotik topikal, antibiotik intravitreal mungkin diperlukan, pertimbangkan
pars plana vitrektomi, imunisasi tetanus bila sebelumnya belum pernah diimunisasi, serta
siklopegik mungkin diperlukan. Penatalaksanaan endogenous bakterial endophthalmitis,
sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit, antibiotik spektrum luas intravena termasuk
vancomycin, aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ke-3. pertimbangkan penggunaan
clindamycin secara intravena jika ditemukan infeksi Bacillus spesies, antibiotik periokular,
antibiotik intravitreal, siklopegik (misalnya : atropin), steroid topikal mungkin dapat diberikan.
Atau pemberian steroid injeksi langsung ke mata untuk mengurangi inflamasi dan mempercepat
penyembuhan, serta vitrectomy mungkin diperlukan pada organisme yang virulen., atau pada
infeksi yang parah. Penatalaksanaan candida endophthalmitis, sarankan pasien untuk dirawat di
rumah sakit, fluconazole oral, amphotericin B intravena atau intavitreal meungkin dapat
10
Penyulit endophthalmitis adalah bila proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata
(retina koroid dan sklera) dan badan kaca akan mengakibatkan panophthalmitis. Panophthalmitis
sendiri mempunyai penyulit yaitu terbentuknya jaringan granulasi disertai vaskularisasi dari
koroid. Panophthlamitis dapat berakhir dengan terbentuknya fibrosis yang akan menyebabkan
phtisis bulbi. Biasanya pada kasus ini membutuhkan terapi enukleasi.6
Prognosisnya sangat bervariasi karena banyaknya organisme yang terlibat. Ketajaman
visus saat pertama kali didiagnosa dan agen penyebab dapat memprediksi prognosis. Prognosis
dari
endogenous
endophthalmitis
biasanya
lebih
buruk
dibandingkan
exogenous
Endophthalmitis adalah salah satu komplikasi yang paling dahsyatsetelah operasi atau
trauma mata dan pada orang dengan infeksisistemik. Pengobatan endophthalmitis tetap
menantang. Diagnosis dini dan pengobatan sangat penting untuk mengoptimalkan hasil visual.
aplikasi obat antimikroba Intravitreal mencapai tingkat zat intraokular tinggi diperlukan untuk
pengobatan ndophthalmitis yang efektif.
Vitrectomy tampaknya memberikan manfaat besar beberapa dalam pengobatan
endophthalmitis dan tetap diterima sebagai pilihan pengobatan intravitreal antimikroba tambahan
11
untuk terapi pada pasien dengan penyakit sedang atau berat. Secara umum, untuk pengobatan
endophthalmitis eksogen, antibiotik intra vitreal tidak perlu dilengkapi dengan intravena
antibiotik. Sebaliknya, sebagian besar kasus endophthalmitis endogen, di mana fokus utama
infeksi adalah di luar mata, memerlukan terapi anti mikrobasistemik. Tambahan obat aplikasi
intravitreal dan vitrectomy mungkin mendukung.
Dalam endophthalmitis jamur, dan vitrectomy intravitrealamfoterisin Ditunjukkan dalam
kasus parah yang melibatkan vitreous. Kemajuan terbaru dalam terapi menggunakan obat-obatan
antimycotic, termasukagen vorikonazol, generasi kedua triazole dan caspofunginechinocandin,
dapat menawarkan pilihan pengobatan baruuntuk mengelola jamur endophthalmitis, tetapi obat
ini perlu evaluasi lebih lanjut.
Daftar Pustaka
12