Refaratdbd
Refaratdbd
PENDAHULUAN
diantara semua negara) dengan lebih dari 25.000 kasus dilaporkan di daerah
Jakarta dan Jawa Barat dengan case fatality rate sebesar 1% (2007).3,5,6,7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes, serta
memenuhi kriteria WHO untuk demam dengue.2,5
2. EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2005, virus dengue dan nyamuk aedes aegypti telah menyebar
di daerah tropis dimana terdapat 2,5 milyar orang berisiko terkena penyakit ini
didaerah endemik.
3. ETIOLOGI
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue. Dalam sistem ilmiah yang
menamakan dan mengklasifikasikan virus, virus dengue tersebut merupakan
bagian dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus dengue yang sampai
sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3 dan Dengue-4),
termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus (Arbovirus). Ke-empat serotipe
virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di
Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus Demam
Berdarah Dengue berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya
disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4. 1,3,5
4. PATOFISIOLOGI
Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel
hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel
manusia sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan
protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya
tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat
menimbulkan kematian.3,6
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk aedes
aegypti atau aedes albopictus. Nyamuk membutuhkan darah untuk mematangkan
telurnya. Virus dengue membutuhkan waktu kira-kira 10 hari untuk bereproduksi.
pembuluh darah. Pada penderita dengan renjatan berat, volume plasma dapat
menurun sampai lebih dari 30%. Meningginya nilai hematokrit pada kasus
syok menimbulkan dugaan bahwa syok terjadi sebagai akibat kebocoran
plasma ke daerah ekstra vaskular (ruang interstisial dan rongga serosa)
melalui kapiler yang rusak. Bukti yang mendukung dugaan ini ialah
meningkatnya berat badan, ditemukannya cairan yang tertimbun dalam
rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura dan perikardium yang pada
otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus, dan terdapatnya
edema. Pada 50% kasus autopsi ditemukan perdarahan subendokardial di
septum interventrikel kiri. Efusi serosa merupakan gejala penting, biasanya
berwarna kuning dengan nilai protein antara 3,4-5,4 g% yang bersifat
mendekati eksudat.1,2,4
Adapun tingkat keparahan sindrom kebocoran kapiler tergantung ukuran
celah endotel dan lokasi atau daerah yang terkena infeksi, komposisi matriks
kompartemen perivaskuler dan perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan
onkotik di intra dan ekstravaskular. Pelebaran celah endotel dapat juga
menyebabkan leukosit keluar dari intravaskular mengejar makrofag yang
mengandung virus dengue, sehingga dapat dimengerti terjadi leukopenia pada
DBD.5
Pada sebagian besar kasus, plasma yang menghilang dapat diganti secara
efektif dengan memberikan plasma atau ekspander plasma. Pada masa dini
dapat diberikan cairan yang mengandung elektrolit. Syok terjadi secara akut
dan perbaikan klinis terjadi secara cepat dan drastis. Sedangkan pada otopsi
tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang bersifat dekstruktif
atau akibat radang, sehingga menimbulkan dugaan bahwa perubahan
fungsional dinding pembuluh darah agaknya disebabkan oleh mediator
farmakologis yang bekerja secara cepat. Gambaran mikroskopis elektron
biopsi kulit pasien DBD pada masa akut memperlihatkan kerusakan sel
endotel vaskular yang mirip dengan luka akibat anoksia atau luka bakar.
Gambaran itu juga mirip dengan binatang yang diberi histamin atau serotonin
b.
dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat
meningkat pada masa konvalesens dan nilai normal biasanya tercapai 7-10
hari sejak permulaan sakit. Trombositopenia yang dihubungkan dengan
meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa
hidup trombosit diduga akibat meningkatnya dekstruksi trombosit. Dugaan
mekanisme
Penyelidikan
lain
trombositopenia
ialah
DBD.1,4
Sistem koagulasi dan fibrinolisis
Kelainan sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan DBD. Masa
perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, masa tromboplastin parsial
yang teraktivasi memanjang. Beberapa faktor pembekuan menurun, termasuk
faktor II, V, VII, VIII, X dan fibrinogen. Pada kasus DBD berat terjadi
peningkatan fibrinogen degradation products (FDP). Penelitian lebih lanjut
faktor koagulasi membuktikan adanya penurunan aktifitas antitrombin III. Di
samping itu juga dibuktikan bahwa menurunnya aktifitas faktor VII, faktor II
dan antitrombin III tidak sebanyak seperti fibrinogen dan faktor VII. Hal ini
menimbulkan dugaan bahwa menurunnya kadar fibrinogen dan faktor VIII
tidak hanya diakibatkan oleh konsumsi sistem koagulasi, tetapi juga oleh
konsumsi sistem fibrinolisis. Kelainan fibrinolisis pada DBD dibuktikan
dengan penurunan aktifitas -2 plasmin inhibitor dan penurunan aktifitas
plasminogen.1
Seluruh penelitian di atas membuktikan bahwa (1) pada DBD stadium akut
telah terjadi proses koagulasi dan fibrinolisis, (2) Disseminated intravascular
coagulation (DIC) secara potensial dapat terjadi juga pada DBD tanpa syok.
Pada masa dini DBD, peran DIC tidak menonjol dibandingkan dengan
perubahan plasma tetapi apabila penyakit memburuk sehingga terjadi syok
dan asidosis maka syok akan memperberat DIC sehingga perannya akan
mencolok. Syok dan DIC akan saling mempengaruhi sehingga penyakit akan
memasuki syok irreversibel disertai perdarahan hebat, terlibatnya organ-organ
vital yang biasanya diakhiri dengan kematian. (3) perdarahan kulit pada
umumnya disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan fungsi trombosit dan
trombositopenia; sedangkan perdarahan masif ialah akibat kelainan
mekanisme yang lebih kompleks seperti trombositopenia, gangguan faktor
pembekuan, dan kemungkinan besar oleh faktor DIC, terutama pada kasus
dengan syok lama yang tidak dapat diatasi disertai komplikasi asidosis
metabolik. (4) antitrombin III yang merupakan kofaktor heparin. Pada kasus
dengan kekurangan antitrombin III, respons pemberian heparin akan
d.
berkurang.1,4
Sistem komplemen
Penelitian sistem komplemen pada DBD memperlihatkan penurunan kadar
C3, C3 proaktivator, C4 dan C5, baik pada kasus yang disertai syok maupun
tidak. Terdapat hubungan positif antara kadar serum komplemen dengan
derajat penyakit. Penurunan ini menimbulkan perkiraan bahwa pada dengue,
aktivasi komplemen terjadi baik melalui jalur klasik maupun jalur alternatif.
Hasil penelitian radioisotop mendukung pendapat bahwa penurunan kadar
serum komplemen disebabkan oleh aktivasi sistem komplemen dan bukan
oleh karena produksi yang menurun atau ekstrapolasi komplemen. Aktivasi
ini menghasilkan anafilatoksin C3a dan C5a yang mempunyai kemampuan
menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat untuk menimbulkan peningkatan permeabilitas kapiler, pengurangan
volume plasma, dan syok hipovolemik. Komplemen juga bereaksi dengan
epitop virus pada sel endotel, permukaan trombosit dan limfosit T, yang
mengakibatkan waktu paruh trombosit memendek, kebocoran plasma, syok
dan perdrahan. Di samping itu komplemen juga merangsang monosit untuk
memproduksi sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF), interferon gamma,
interleukin (IL-2 dan IL-1).1,2,4
Respons Leukosit
Pada perjalanan penyakit DBD, sejak demam hari ketiga terlihat peningkatan
limfosit atopik yang berlangsung sampai hari kedelapan. Suvatte dan
Longsaman menyebutnya sebagai transformed lymphocytes. Dilaporkan juga
bahwa pada sediaan hapus buffy coat kasus DBD dijumpai transformed
lymphocytes dalam persentase yang tinggi (20-50%). Hal ini khas untuk DBD
oleh karena proporsinya sangat berbeda dengan infeksi virus lain (0-10%).
Penelitian yang lebih mendalam dilakukan oleh Sutaryo yang menyebutnya
sebagai limfosit plasma biru (LPB). Pemeriksan LPB secara seri dari preparat
hapus darah tepi memperlihatkan bahwa LPB pada infeksi dengue mencapai
puncak pada hari demam keenam. Selanjutnya dibuktikan pula bahwa di
antara hari ke empat sampai kedelapan demam terdapat perbedaan bermakna
proporsi LPB pada DBD dengan demam dengue. Namun, antara hari kedua
sampai dengan hari kesembilan demam, tidak terdapat perbedaan bermakna
proporsi LPB pada DBD syok dan tanpa syok. Berdasarkan uji diagnostik
maka dipilih titik potong (cut off point) LPB 4%. Nilai titik potong itu secara
praktis mampu membantu diagnosis dini infeksi dengue dan non-dengue.
Dari penelitian imunologi disimpulkan bahwa LPB merupakan campuran
antara limfosit-B dan limfosit-T. Definisi LPB ialah limfosit dengan
sitoplasma biru tua, pada umumnya mempunyai ukuran lebih besar atau sama
dengan limfosit besar, sitoplasma lebar dengan vakuolisasi halus sampai
sangat nyata, dengan daerah perinuklear yang jernih. Inti terletak pada salah
satu tepi sel berbentuk bulat oval atau berbentuk ginjal. Kromosom inti kasar
dan kadang-kadang di dalam inti terdapat nukleoli. Pada sitoplasma tidak ada
granula azurofilik. Daerah yang berdekatan dengan eritrosit tidak melekuk
dan tidak bertambah biru.1,4
5. MANIFESTASI KLINIS
a.
Demam
DBD didahului oleh demam mendadak disertai gejala klinik yang tidak
spesifik seperti anoreksia, lemah, nyeri punggung, tulang, sendi, sakit kepala,
mual dan muntah. Demam sebagai gejala utama terdapat pada semua kasus.
Lama demam sebelum dirawat berkisar antara 2-7 hari. Demam biasanya
mendadak tanpa sebab yang jelas, continue, bifasik (saddleback). Demam
naik turun dan tidak berhasil dengan pengobatan antipiretik. Alasan mengapa
orang tua membawa anaknya berobat oleh karena khawatir akan keadaan
anak yang demam, menjadi gelisah dan teraba dingin pada kaki dan tangan,
gejala-gejala ini sebenarnya mencerminkan keadaan pre-syok, atau oleh
karena demam dan menifestasi perdarahan di kulit menjadi nyata. Beberapa
penderita mengeluh nyeri menelan dengan faring hiperemis ditemukan pada
pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek. Biasanya ditemukan juga
nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga. Demam tinggi
10
Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan
hidung sedangkan kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi
yang insufisien yang menyebabkan peninggian aktivitas simpatikus secara
2)
refleks.
Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya
menurun menjadi apatis, sopor dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan
3)
sirkulasi serebral.
Perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Nadi menjadi
cepat dan lembut sampai tidak dapat diraba oleh karena kolap sirkulasi.
11
4)
5)
6)
hari, keadaan umum pasien tiba-tiba memburuk. Hal ini terjadi pada saat atau
setelah demam menurun, yaitu di antara hari sakit ke 3-7. Pada saat ini terjadi
penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan sirkulasi
yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pasien seringkali mengeluh nyeri didaerah
perut saat sebelum syok timbul. Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam
biasanya mempunyai prognosa buruk.1,3
Kelainan darah tepi demam dengue ialah leukopenia selama periode prademam dan demam, neutrofilia relatif dan limfopenia, disusul oleh neutropenia
relatif dan limfositosis pada periode puncak penyakit dan pada masa konvalesens.
Eosifonil menurun atau menghilang pada permulaan dan pada puncak penyakit,
hitung jenis neutrofil bergeser ke kiri selama periode demam, sel plasma
meningkat
pada
periode
memuncaknya
penyakit
dengan
terdapatnya
Demam dengue
(DD)
++
+++
+
++
++
++
+
+
++
+
0
0
Gejala Klinis
Nyeri kepala
Muntah
Mual
Nyeri otot
Ruam kulit
Diare
Batuk
Pilek
Limfadenopati
Kejang
Kesadaran menurun
Obstipasi
Demam Berdarah
Dengue (DBD)
+
++
+
+
+
+
+
+
+
+
++
+
12
+
Uji torniquet positif
++++
Ptekie
0
Perdarahan saluran cerna
++
Hepatomegali
+
Nyeri perut
++
Trombositopenia
0
Syok
Keterangan : (+): 25%, (++): 50%, (+++): 75%, (++++): 100%
++
+++
+
+++
+++
++++
+++
Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji torniquet positif, memar, dan
perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus yang tersebar di
anggota gerak, muka, aksila dan palatum mole seringkali ditemukan pada masa
dini demam. Harus diingat juga bahwa perdarahan dapat terjadi di setiap organ
tubuh. Epistaksis dan perdarahan gusi jarang dijumpai, sedangkan perdarahan
saluran pencernaan hebat lebih jarang lagi dan biasanya timbul setelah renjatan
yang tidak dapat diatasi. Perdarahan lain, seperti perdarahan subkonjungtiva
kadanag-kadang ditemukan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema
pada telapak tangan/telapak kaki.1,3
6. DIAGNOSIS
Anamnesa
Masa tunas berkisar antara 3-5 hari (pada umumnya 5-8 hari). Awal
penyakit biasanya mendadak disertai gejala prodromal seperti nyeri kepala, nyeri
berbagai bagian tubuh, anoreksia, rasa menggigil, dan malaise. Dijumpai trias
sindrom, yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan, dan timbulnya ruam
(rash). Ruam timbul pada 6-12 jam sebelum suhu naik pertama kali, yaitu pada
hari sakit ke 3-5 berlangsung 3-4 hari. Ruam bersifat makulopapular yang
menghilang pada tekana. Ruam terdapat di dada, tubuh serta abdomen, menyebar
ke anggota gerak dan muka.1,2
Pada lebih dari separuh pasien, gejala klinis timbul dengan mendadak,
disertai kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri di belakang bola mata,
punggung, otot, sendi dan disertai rasa menggigil. Pada beberapa penderita dapat
13
dilihat bentuk kurva suhu yang menyerupai pelana kuda atau bifasik, tetapi pada
penelitian selanjutnya bentuk kurva ini tidak ditemukan pada semua pasien
sehingga tidak dapat dianggap patognomonik.1
Anoreksia dan obstipasi sering dilaporkan, di samping itu perasaan tidak
nyaman di daerah epigastrium disertai nyeri kolik dan perut lembek sering
ditemukan. Pada stadium dini sering timbul perubahan dalam indra pengecap.
Gejala klinis lain yang sering terdapat ialah fotofobia, keringat yang bercucuran,
suara serak, batuk, epistaksis, dan disuria. Demam menghilang secara lisis,
disertai keluarnya banyak keringat.1
Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD di tegakkan bila semua
hal ini terpenuhi
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut : uji bendung positif;
ptekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ml)
4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb:
Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai umur dan
-
jenis kelamin
Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia,
hiponatremia.5,6
Derajat 2
Derajat 3
Derajat 4
: syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.5,6
Pemeriksaan fisik
14
Darah
1) Trombositopenia (100.000/ul) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat
dari peningkatan nilai hematokrit 20% dibandingkan dengan nilai
hematokrit
pada
Ditemukannya
masa
dua
atau
sebelum
tiga
sakit
patokan
atau
klinis
masa
konvalesen.
pertama
disertai
15
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi
lateral dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.3
d. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijasikan sebagai
pertimbangan karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat
diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan
pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan
diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat
kardiomegali, ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pancreas.3,4
e. Diagnosis Serologis
Pemeriksaan serologi HI adalah gold standar pada pemeriksaan serologis,
sifatnya sensitif namun tidak spesifik artinya tidak dapat menunjukkan tipe
virus yang menginfeksi. Pemeriksaan serologi HI dapat dilakukan dengan
sampel serum atau mempergunakan kertas saring filter paper disc. Hasil yang
diperoleh dengan menggunakan kertas saring cukup baik, apabila cara
pengisian dilakukan dengan betul. Pada pemeriksaan serologis tes HI, serum
diencerkan menjadi kelipatan 2x, dimulai dengan pengenceran 1:10, 1:20,
1:40, dan seterusnya.1,3
Interpretasi hasil pemeriksaan didasarkan atas kriteria WHO (1975), sebagai
berikut :
1.
Pada infeksi primer, titer antibodi HI pada masa akut, yaitu apabila serum
diperoleh sebelum hari ke-4 sakit adalah kurang dari 1:20 dan titer akan
naik 4x atau lebih pada masa konvalesen, tetapi tidak akan melebihi
2.
1:1280.
Pada infeksi sekunder, adanya infeksi baru (recent dengue infection)
ditandai oleh titer antibodi HI kurang dari 1:20 pada masa akut,
sedangkan pada masa konvalesen titer bernilai sama atau lebih besar
daripada 1:2560. Tanda lain infeksi sekunder ialah apabila titer antibodi
akut sama atau lebih besar daripada 1:20 dan titer akan naik 4 kali atau
3.
16
daripada 1:1280 pada masa akut, dalam hal ini tidak diperlukan kenaikan
titer 4x atau lebih pada masa konvalesen. Metode pemeriksaan yang
mampu mendeteksi antibodi anti dengue dalam serum penderita pada
masa akut yang tepat terus dikembangkan. Pada saat ini telah terdapat
metode untuk membuat diagnosis infeksi dengue pada masa akut melalui
deteksi IgM dan antigen virus, baik sendiri-sendiri maupun dalam bentuk
kompleks IgM-antigen, dengan memanfaatkan teknik ELISA mikro. Di
samping itu secara komersial telah beredar dengue blot yang dapat
dipergunakan sebagai uji diagnostik yang cepat pada masa akut untuk
mengkonfirmasi diagnosis infeksi dengue sekunder.1
Setelah satu minggu tubuh terinfeksi virus dengue, terjadi viremia yang
diikuti oleh pembentukan IgM-antidengue. IgM hanya berada dalam waktu
yang relatif singkat dan akan disusul segera oleh pembentukan IgG. IgM
Elisa banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus
dengue karena IgM sudah timbul kemudian diikuti IgG. Bila IgM negatif uji
ini perlu diulang. Apabila hari sakit ke-6 IgM masih negatif maka dilaporkan
sebagai negatif. IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2-3 bulan setelah
adanya infeksi. Kelebihan uji ini hanya memerlukan satu serum akut saja
dengan spesifitas yang sama dengan uji HI.1,3,6
17
pemeriksaan
serologis
yang
dianjurkan
WHO
ialah
18
1-4 minggu setelah perjalanan penyakit. Apabila hanya diperoleh satu contoh
darah, penafsiran akan sulit atau bahkan sering tidak mungkin dilakukan.1,5
7. PENATALAKSANAAN
mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis,
fase syok) dengan baik.1,4
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam
pasien dianjurkan tirah baring selama masih demam, obat antipiretik atau kompres
hangat diberikan apabila diperlukan. Untuk menurunkan suhu menjadi <39oC,
dianjurkan
pemberian
parasetamol.
Asetosal/salisilat
tidak
dianjurkan
19
Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan.
Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang
dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena
kemungkinan kita sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase demam.
Perbedaan akan tampak jelas pada saat suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi
penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi
(syok). Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai gejala syok.
Oleh karena itu, orangtua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat,
buang air besar hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti
mimisan, perdarahan gusi, apalagi bila disertai berkeringat dan kulit dingin, hal
tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga harus segera dibawa ke rumah
sakit. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi setelah suhu turun 2-3 hari,
tidak perlu lagi diobservasi.1
Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik, oleh
karena itu masyarakat/orang tua diharapkan untuk waspada jika melihat tanda/
gejala yang mungkin merupakan gejala awal perjalanan penyakit DBD.
Tanda/gejala awal perjalanan penyakit DBD ialah demam tinggi mendadak tanpa
sebab yang jelas, terus-menerus, badan lemah, dan anak tampak lesu. Pertamatama ditentukan terlebih dahulu adakah tanda kedaruratan yaitu tanda syok
(gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan dan kaki dingin, kulit lembab), muntah
terus menerus, kejang kesadaran menurun, muntah darah, berak hitam, maka
pasien perlu dirawat (tatalaksana disesuaikan). Apabila tidak dijumpai tanda
kedaruratan, periksa uji torniquet: apabila uji torniquet positif lanjutkan dengan
pemeriksaan trombosit, apabila trombosit 100.000/ul pasien dirawat untuk
observasi. Apabila uji torniquet positif dengan trombosit > 100.000/ul atau normal
atau uji torniquet negatif, pasien boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali
setiap hari sampai suhu turun. Nilai gejala klinis dan lakukan pemeriksaan Hb, Ht
dan trombosit setiap kali selama selama anak masih demam. Bila terjadi
penurunan kadar Hb dan/atau peningkatan kadar Ht, segera rawat. Beri nasehat
kepada orang tua: anak dianjurkan minum banyak seperti teh, susu, sirup, oralit,
jus buah dan lain-lain, serta diberikan obat antipiretik golongan parasetamol
(kontraindikasi golongan salisilat).1
20
Tersangka
DBD
Demam tinggi,
mendadak terus
menerus < 7 hari tidak
disertai infeksi saluran
Ada
kedaruratan
Tanda syok
Muntah terus menerus
Kejang
Kessadaran menurun
Muntah darah
Berak hitam
Jumlah
trombosit
100.000 /ul
Tidak ada
kedaruratan
Periksa uji
torniquet
Uji torniquet
(+)
Uji torniquet
(-)
Jumlah
trombosit >
100.000 /ul
21
Rawat Jalan
Parasetamol
Kontrol tiap hari
sampai demam
hilang
Rawat Inap
Rawat Jalan
masih minum ASI, tetap harus diberikan di samping larutan oralit. Bila terjadi
kejang demam, di samping antipiretik diberikan antikonvulsif selama masih
demam. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang mungkin terjadi.
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya hari ke
3-5 fase demam. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala merupakan pemeriksaan
laboratorium yang terbaik untuk monitor hasil pengobatan yaitu menggambarkan
derajat
kebocoran
plasma
dan
pedoman
kebutuhan
cairan
intravena.
23
samping itu, perlu dilakukan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit setiap 6-12 jam.
Pada tindak lanjut, perhatikan tanda syok, raba hati setiap hari untuk mengetahui
pembesarannya oleh karena pembesaran hati yang disertai nyeri tekan
berhubungan dengan perdarahan saluran cerna. Diuresis diukur tiap 24 jam dan
awasi perdarahan yang terjadi. Kadar Hb, Ht dan trombosit diperiksa tiap 6-12
jam. Apabila pada tindak lanjut telah terjadi perbaikan klinis dan laboratoris, anak
dapat dipulangkan; tetapi bila kadar Ht cenderung naik dan trombosit menurun,
maka infus cairan di tukar dengan ringer laktat dan tetesan disesuaikan.1
8. KOMPLIKASI
Komplikasi demam dengue walaupun jarang dilaporkan ialah orkhitis atau
ovaritis, keratitis dan retinitis. Berbagai kelainan neurologis dilaporkan, di
antaranya menurunnya kesadaran, paralisis sensorium yang bersifat sementara,
meningismus, dan ensefalopati.1
a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan maupun tanpa syok,
b.
c.
akut.
Edema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
pemberian cairan yang berlebihan.4
9. DIAGNOSIS BANDING
a.
penyakit lain.3,6
Demam berdarah dengue harus dibedakan dengan demam chikungunya (DC).
Pada DC biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan penularannya
mirip dengan influenza. Bila dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan
serangan demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi,
hampir selalu disertai ruam makulopapular, injeksi konjungtiva dan lebih
sering dijumpai nyeri sendi. Pada DC tidak ditemukan perdarahan
c.
10. PENCEGAHAN
Pemberantasan DHF seperti juga penyakit menular lain, didasarkan atas
pemutusan rantai penularan. Dalam hal DHF, komponen penularan terdiri dari
virus, Aedes egypti dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin
yang efektif terhadap virus itu, maka pemberantasan ditujukan pada manusia dan
terutama pada vektornya.8
Pemutusan rantai penularan yang dapat dilaksanakan dengan cara sebagai
berikut :
1.
Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan Aedes aegypti yang dapat
dilakukan dengan jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah. Cara
terbaik ialah pemsangan kasa penolak nyamuk.
Cara lain yang dapat dilakukan ialah :
a. Menggunakan mosquito repellent dan insektisida dalam bentuk
semprotan.
b. Menuangkan air panas pada saat bak mandi berisi air sedikit.
c. Memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak.
26
Penderita DHF yang di rawat di rumah sakit diberikan tempat tidur dengan
kelambu.
2.
Pemberantasan vektor jangka panjang. Cara yang harus dilakukan terusmenerus untuk meniadakan Aedes aegypti adalah pembasmian sarang
nyamuk dengan jalan membuang secara baik kaleng, botol, ban dan semua
3.
27
11. PROGNOSIS
28
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
No. RM
Tanggal Masuk
Waktu Masuk
: Jepaya Simanjora
: 12 tahun
: Perempuan
: Jl. Silalahi
: 11.75.24
: 27 maret 2015
: 15.45 WIB
C. Anamnesa (alloanamnesis)
1. Keluhan utama : Demam sejak 5 hari yang lalu , demamnya
dirasakan tinggi pada sore dan malam hari.
2. Keluhan tambahan : mual, muntah 2 hari yang lalu sebanyak 1x
sehari, nyeri kepala, nyeri pada persendian, nyeri bagian perut dan
tidak BAB 5 hari.
29
Leher
Thorak
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas paru-hepar
Batas paru-gaster
Auskultasi
teraba massa.
: Sonor di semua lapang paru
: Sonor-pekak ICS VII midclavicula dextra
: Sonor-timpani ICS VIII axilaris anterior sinistra
: Suara paru: vesikuler
suara tambahan: tidak ada
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Punggung
belakang
Anogenital
Ekstremitas
ekstremitas
Kuku
E. Diagnosis banding
DBD
Typoid
Demam Chikungunya
Malaria
F. Hasil pemeriksaan penunjang
Tanggal 27 maret 2015
Darah Rutin: Leukosit 3900/mm3
Hemoglobin 13,8 g/dL
31
Trombosit 65,000/uL
Hematokrit 39,3 %
Urine: Feses: Foto Thorax:-
32
Non medikamentosa
Istirahat total (tirah baring)
I. Prognosis
33
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad functionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad malam
FOLLOW UP PASIEN
HR: 84x/menit
RR: 18x/menit
T: 36 ,8oC
Instruksi dokter:
IVFD RL 10 gtt/i (makro)
Sanmol 500mg 3x1
Ranitidin 1 amp / 12jam
Vometa syr 3x CI
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin: Leukosit 3.000/mm3
Hemoglobin 13,5 g/dL
Trombosit 42.000/uL
Hematokrit 39,2 %
Urine: Feses: Foto Thorax:Tanggal 29 Maret 2015 ( 08.30 WIB)
Demam (-), mual (+), muntah (-), pusing (-), nyeri tekan abdomen kuadran
Kanan atas (+).
HR: 96x/menit
RR: 27x/menit
T: 37,8oC
Instruksi dokter:
IVFD RL 10 gtt/i (makro)
Renivel 3x10ml
Sanmol 500mg 3x1/2
Ranitidin 1 amp/ 12jam
Vometa syr 3x CI
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin: Leukosit 4.300/mm3
Hemoglobin 14 g/dL
Trombosit 33.000/uL
Hematokrit 41,8 %
Urine: Feses: Foto Thorax:-
35
36
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Demam dengue adalah suatu infeksi arbovirus (arthropod-borne virus)
akut, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes. Virus dengue termasuk group B
arthropod borne virus (arboviruses) dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus,
famili Flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotipe yaitu den-1, den-2, den-3
dan den-4. Patokan diagnosis DBD (WHO, 1975) berdasarkan gejala klinis dan
laboratorium. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
Manifestasi perdarahan, minimal uji torniquet positif dan salah satu bentuk
perdarahan lain (ptekia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),
hematemesis dan atau melena. Pembesaran hati. Syok yang ditandai oleh nadi
lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun (20 mmHg), tekanan darah
menurun (tekanan sistolik 80 mmHg) disertai kulit yang teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah dan
timbul sianosis di sekitar mulut. Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif,
yaitu
mengatasi
kehilangan
cairan
plasma
sebagai
akibat
peningkatan
37
jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus
DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Fever
Kesehatan.
(http://www.depkes.go.id/)
5. Depkes RI. 2011. Informasi umum Demam Berdarah Dengue. Kementrian
Kesehatan RI.
6. Melisa, Silvia. 2013. Referat Demam Berdarah Dengue. FK Universitas
Kristen Indonesia.
7. Behrman, Richard. Kliegman, Robert. Arvin, Ann. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Jilid 2. Jakarta : EGC. 2000 : 1132-1136
8. Yulanda, anita. 2012. Referat Demam Berdarah Dengue. RSUD Soreang
Bandung. (http://www.scribe.com/)
38