Tugas Ujian
Tugas Ujian
Tugas Ujian
Dosen pengampu :
dr. Arin Dwi Iswarini, Sp.THT-KL, M.Kes
Oleh :
Timotius Henry Laksmana
41100077
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG DAN
TENGGOROKAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
2015
Vertigo
Definisi
Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa
sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan yang
berputar. Vertigo termasuk ke dalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai
pusing, pening, sempoyongan, atau rasa seperti melayang
Etiologi
Secara etiologis, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ-organ vestibuler, visual,
ataupun sistem propioseptif. Secara umum vertigo dibagi menjadi dua kategori berdasarkan
yaitu vertigo vestibular dan non vestibular. Vertigo non vestibular mencakup vertigo karena
gangguan pada visual dan sistem proprioseptif. Sementara vertigo vestibular dibagi menjadi
dua yaitu vertigo sentral dan perifer.
Lesi vertigo sentral dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun serebelum.
Kasus vertigo jenis ini hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh kasus vertigo, tetapi gejala
gangguan keseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi pada 50% kasus vertigo. Sementara
pada
vertigo
perifer
kelainan
ini
dapat terjadi
maupun
Utrikulus dan sakulus merupakan dua kantong yang terdapat dalam labirin membran yang
berlokasi di vestibulum telinga dalam dengan makula sebagai reseptornya. Labirin terdiri dari
labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin membran yang
terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat makula utrikulus
yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga
kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan
utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel
reseptor keseimbangan dan se-luruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut
kupula
Perifer
o Onset mendadak
o Rasa berputar yang lebih parah
Tidak mampu berdiri
Mual sampai muntah
o Dapat disertai tinnitus dan penurunan pendengaran
o Durasi : detik, menit, hingga jam
o Nystagmus horizontal positif
Sentral
o Onset gradual perjalanan penyakit lambat tetapi potensial untuk menjadi lebih
o
o
o
o
parah
Gejala tidak seberat vertigo perifer
Nystagmus tidak selalu ada, cenderung vertikal
Biasanya tidak disertai gangguan pada auditorik
Disertai gejala CNS lainnya
Terapi
Dekongestan (pseudoefedrin, oxymetazoline)
Pada pasien dengan riwayat alergi dapat diberikan antihistamin, dan
kortikosteroid topikal
3. Labirintitis
Penyebaran infeksi ke ruangan perilimfatik
Vertigo bersifat akut dan kontinyu, sampai beberapa hari. Dapat disertai juga
terus menerus
4. Otitis Media Serosa
Efusi pada telinga tengah dengan atau tanpa adanya tanda peradangan
Obstruksi tuba eustachius akut adanya tekanan negatif pada telinga tengah
tekanan tersebut menarik cairan dari intravaskular transudasi pada telinga
tengah
Tanda dan gejala :
Adanya penurunan pendengaran
Rasa penuh
Tinnitus
Nyeri telinga
Pada pemeriksaan terdapat :
Gelembung udara pada membran timpani
Air fluid level pada membran timpani
Membran timpani keruh
Membran timpani retraksi
Terapi
Dekongestan
Mukolitik
Antibiotik
Jika tidak membaik, dapat dilakukan miringotomi dan pemasangan pipa
Grommet
Pemeriksaan fisik
Pada vertigo, baik sentral maupun perifer, dilakukan pemeriksaan keseimbangan dan
koordinasi.
Tes keseimbangan
Beberapa pemeriksaan klinis yang mudah dilakukan untuk melihat dan menilai
gangguan keseimbangan diantaranya adalah: Tes Romberg. Pada tes ini, penderita berdiri
dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain, tumit yang satu berada di depan jari-jari kaki
yang lain (tandem). Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg ini selama 30
detik atau lebih. Berdiri dengan satu kaki dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata
tertutup merupakan skrining yang sensitif untuk kelainan keseimbangan. Bila pasien mampu
berdiri dengan satu kaki dalam keadaan mata tertutup, dianggap normal
Tes melangkah di tempat (stepping test)
Penderita harus berjalan di tempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah dengan
kecepatan seperti berjalan biasa dan tidak diperbolehkan beranjak dari tempat semula. Tes ini
dapat mendeteksi ada tidaknya gangguan sistem vestibuler. Bila penderita beranjak lebih dari
1 meter dari tempat semula atau badannya berputar lebih dari 30 derajat dari keadaan semula,
dapat diperkirakan penderita mengalami gangguan sistem vestibuler.
Tes salah tunjuk (past-pointing)
Antihistamin generasi 1
o Meclizine : mengurangi eksitabilitas labirin telinga dalam dan menghambat
konduksi impuls dari organ vestibuler menuju cerebellum
Meclizine tablet 12,5 mg 3 4 x sehari
o Dimenhidrinat : Mengurangi stimulasi vestibular dan menekan aktivitas labirin
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah., tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (= otitis
media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME).
Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Otitis media akut (OMA) sendiri adalah
bentuk otitis media supuratif yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu
Secara fisiologis, terdapat sistem pertahanan untuk mencegah mikroba masuk ke telinga
tengah oleh silia mukosa tuba, enzim, dan antibodi. OMA terjadi karena terganggunya
pertahanan tersebut sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan menimbulkan
peradangan. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor utama penyebab OMA. Pencetus
OMA adalah infeksi saluran napas atas, dan pada anak kemungkinan OMA lebih besar,
karena tuba eustachiusnya yang lebih pendek, lebar, dan lebih mendatar. Kuman utama
penyebab adalah Strepcoccus haemolyticus, Staphylococcus aureus, dan pneumococcus.
Gejala klinis :
Dapat timbul demam, malaise, nyeri telinga, kadang diserai nyeri kepala
Terdapat denyutan pada telinga
Penurunan pendengaran
Tinnitus
Pemeriksaan fisik :
1. Stadium oklusi tuba
Terdapat gambaran retraksi membran timpani, warna keruh
Cone of light menghilang
2. Stadium Hiperemis
Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani hiperemis dan
edema
Pada stadium ini sekret sudah mulai terbentuk tapi belum terlihat
3. Stadium supurasi
Terdapat edema hebat mukosa
Terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani yang mendesak membran
4. Stadium perforasi
Keterlambatan pemberian antibiotik, maupun virulensi kuman yang tinggi
akan menyebabkan rupturnya membran timpani akibat tekanan yang
berlebihan pada cavum timpani dan nanah akan mengalir ke telinga luar
Pada stadium ini gejala klinis akan berkurang
5. Stadium resolusi
Pada stadium ini terlihat perforasi mulai menutup dan gejala klinis menghilang
Jika keluar cairan terus menerus sampai > 3 minggu, maka sudah dapat dikatakan sebagai
OMSK (Otitis Media Supuratif Kronis)
Penatalaksanaan :
1. Topikal
Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba
eustachius. Obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% (atau oksimetazolin 0,025%)
diberikan dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun dan HCl
efedrin 1% (atau oksimetazolin 0,05%) dalam larutan fisiologik untuk anak
yang berumur lebih dari 12 tahun atau dewasa.
Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari,
dilanjutkan antibiotik adekuat yang tidak ototoksik seperti ofloxacin tetes
telinga sampai 3 minggu
2. Sistemik
Antibiotik yang diberikan pada stadium oklusi dan hiperemis ialah penisilin
atau eritromisin, selama 10-14 hari:
i. Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari
atau
Dewasa
3x500
mg/hari.
Pada
bayi/anak
50mg/kgBB/hari; atau
ii. Erythromycine: Dewasa/ anak sama dengan dosis amoxyciline;atau
iii. Cotrimoxazole: (kombinasi trimethroprim 80 mg dan sulfamethoxazole
400 mg tablet) untuk dewasa 2x2 tablet, anak (trimethroprim 40 mg
dan sulfamethoxazole 200 mg) suspensi 2x5 ml.
Fraktur Le Fort
Definisi fraktur Le fort
Fraktur Le Fort merupakan tipe fraktur tulang-tulang wajah yang klasik terjadi pada
trauma-trauma di wajah. Hal ini merupakan suatu kegawat daruratan yang memerlukan
tindakan emergency karena dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas, cedera otak berat, dan
mungkin fraktur vertebra cervikalis. Tujuan awal terapi adalah membebaskan jalan nafas.
Pada Fraktur Le Fort dua dan tiga terjadi pergerakan tulang bagian wajah ke bawah,
bagian kranium bagian depan membentuk bidang miring sehingga menyebabkan perdarahan
atau memperpanjang wajah, mendorong molar atas ke bagian bawah, mendorong molar
palatum mole ke arah lidah hal ini menyebabkan obstruksi.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
KLASIFIKASI
Fraktur Le Fort dibagi atas 3, yaitu :
- Le Fort I
Pada fraktur lefort tipe satu alveolus, bagian yg menahan gigi pada rahang atas
terputus, dan mungkin jatuh ke dalam gigi bawah. Ketidaksetabilan terjadi jika
dilakukan pemeriksaan fisik pada hidung dan gigi incisivus. Garis Fraktur berjalan
dari sepanjang maksila bagian bawah sampai dengan bawah rongga hidung.
Kerusakan yang mungkin :
a.
Prosesus arteroralis
b.
c.
Palatum durum
d.
Le Fort II
Pada tipe dua terdapat ketidakstabilan setinggi os. Nasal. Garis fraktur
melalui tulang hidung dan diteruskan ke tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir
infraorbita dan menyeberang ke bagian atas dari sinus maksilaris juga kea rah lamina
pterogoid sampai ke fossa pterigo palatine. Disebut juga fraktur pyramid. Fraktur
ini dapat merusak system lakrimalis, karena sangat mudah digerakkan maka disebut
juga fraktur ini sebagai floating maxilla
Le Fort III
Pada tipe tiga, fraktur dengan disfungsi kraniofacial komplit. Tipe fraktur ini
mungkin kombinasi dan dapat terjadi pada satu sisi atau dua sisi. Garis Fraktur
melalui sutura nasofrontal diteruskan sepanjang ethmoid junction melalui fissure
orbitalis superior melintang kea rah dinding lateral ke orbita, sutura zigomatikum
frontal dan sutura temporo-zigomatikum. Disebut juga sebaga cranio-facial
disjunction. Merupakan fraktur yang memisahkan secara lengkap sutura tulang dan
tulang cranial. Komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur ini adalah keluarnya
cairan otak melalui atap ethmoid dan lamina cribiformis.