Anda di halaman 1dari 6

Kanker Serviks

Definisi
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan keganasan yang terjadi berasal
dari sel leher rahim. Kanker Leher Rahim adalah tumor ganas yang mengenai lapisan
permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim, dimana sel sel permukaan (epitel)
tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel yang normal.
Epidemiologi
Kanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan kematian
terbanyak akibat penyakit kanker terutama di negara berkembang. Di Indonesia diperkirakan
ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap tahunnya. Menurut data kanker
berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker serviks merupakan penyakit
kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari
data 17 rumah sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432
kasus di antara 918 kanker pada perempuan.
Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks sebesar 76,2% di
antara kanker ginekologi. Terbanyak pasien datang pada stadium lanjut, yaitu stadium IIBIVB, sebanyak 66,4%. Kasus dengan stadium IIIB, yaitu stadium dengan gangguan fungsi
ginjal, sebanyak 37,3% atau lebih dari sepertiga kasus.
Etiologi
Hampir seluruh kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus
(HPV) virus-papiloma pada manusia. Virus ini relatif kecil dan hanya dapat dilihat dengan
alat mikroskop elektron. Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker yaitu tipe
16 dan 18 (yang sering dijumpai di lndonesia) serta tipe lain 31, 33. 45 dan lain-lain.
Patofisiologi
Hampir 100% infeksi HPV ditularkan melalui hubungan seksual. Penderita infeksi
HPV umumnya tidak mengalami keluhan/gejala. Hampir setiap 1 (satu) dari 10 (sepuluh)
orang perempuan yang terinfeksi HPV (10%~nya) akan mengalami perubahan menjadi lesi
prakanker atau displasia pada jaringan epitel leher rahim. Lesi prakanker dapat terjadi dalam
waktu 2 - 3 tahun setelah infeksi. Apabila lesi tidak diketahui dan tidak diobati, dalam waktu

3 - 17 tahun dapat berkembang menjadi kanker leher rahim Sampai saat ini, belum ada
pengobatan untuk infeksi HPV.
Faktor Predisposisi/Resiko

Hubungan seksual (usai muda)


Karakteristik partner
Riwayat ginekologis
Dietilstilbesterol (DES)
Agen infeksius
Human Papilloma Virus
Virus Herpes Simpleks
Infeksi genitalia
Merokok aktif/pasif
Riwayat keluarga (ibu/saudara kandung) menderita kanker leher rahim.
Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi)

Gejala dan Manifestasi Klinis


Kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda-tanda dini yang tidak
spesifik seperti sekret vagina yang agak berlebihan dan kadang-kadang disertai dengan
bercak perdarahan. Gejala umum berupa perdarahan pervaginam (pasca senggama,
perdarahan di luar haid), dan keputihan. Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan
pervaginam yang berbau busuk, nyeri panggul, nyeri pinggang dan nyeri pinggul, sering
berkemih, BAB dan BAK sakit. Gejala residif berupa nyeri piggang, edema kaki unilateral,
obstruksi ureter.
Diagnosis
Diagnosis kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan klinis berupa anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan ginekologi, termasuk evaluasi kelenjar getah bening, pemeiksaan
panggul, dan pemeriksaan rektal. Biopsi serviks merupakan cara diagnosis pasti dari kanker
serviks, sedangkan papsmear/kuret endoserviks merupakan pemeriksaan yang tidak adekuat.
Pemeriksaan penunjang: foto paru, pielografi IV atau CT scan untuk melihat perluasan
penyakit dan menyingkirkan adanya obstruksi ureter. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan
darah tepi, RFT, LFT untuk evaluasi fungsi organ serta menentukan jenis pengobatan yang
diberikan.
Klasifikasi Kanker Serviks

Klasifikasi Berdasarkan Stadium Klinis

Klasifikasi Berdasarkan Histopatologi

CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia), perubahan sel-sel abnormal lebih kurang


setengahnya. berdasarkan pada kehadiran dari dysplasia yang dibatasi pada dasar ketiga
dari lapisan cervix, atau epithelium (dahulu disebut dysplasia ringan). Ini
dipertimbangkan sebagai low-grade lesion (luka derajat rendah)

CIN 2, perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya, dipertimbangkan


sebagai luka derajat tinggi (high-grade lesion). Ia merujuk pada perubahan-perubahan sel
dysplastic yang dibatasi pada dasar duapertiga dari jaringan pelapis (dahulu disebut
dysplasia sedang atau moderat).

CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel. adalah luka derajat tinggi (high
grade lesion). Ia merujuk pada perubahan-perubahan prakanker pada sel-sel yang
mencakup lebih besar dari duapertiga dari ketebalan pelapis cervix, termasuk luka-luka
ketebalan penuh yang dahulunya dirujuk sebagai dysplasia dan carcinoma yang parah
ditempat asal

Penatalaksanaan
Terapi Lesi Prakanker Serviks
Penatalaksanaan lesi prakanker serviks yang pada umumnya tergolong NIS
(Neoplasia Intraepital Serviks) dapat dilakukan dengan observasi saja, medikamentosa, terapi
destruksi dan terapi eksisi.
Terapi Kanker Serviks Invasif
1. Pembedahan
2. Radioterapi : menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel kanker.
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan
parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV diobati
dengan radiasi.
3. Kemoterapi : penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet,
atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel
kanker dan menghambat perkembangannya
Prognosis
Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah :
a.

Umur penderita

b.

Keadaan umum

c.

Tingkat klinik keganasan

d.

Sitopatologi sel tumor

e.

Kemampuan ahli atau tim ahli yag menanganinya

f.

Sarana pengobatan yang ada


Tabel Harapan Hidup Penderita Kanker Serviks berdasarkan stadium
Stadium

Penyebaran kanker serviks

% Harapan Hidup 5
Tahun
100

Karsinoma insitu

Terbatas pada uterus

85

II

Menyerang luar uterus tetapi meluas

60

III

ke dinding pelvis
Meluas ke dinding pelvis dan atau

33

sepertiga bawah vagina atau


IV

hidronefrosis
Menyerang mukosa kandung kemih

atau rektum atau meluas keluar


pelvis sebenarnya
Pencegahan
Pencegahan yang utama adalah tidak berperilaku seksual berisiko untuk terinfeksi
HPV seperti tidak berganti-ganti pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual
pada usia dini (kurang dari 18 tahun). Selain itu juga menghindari faktor risiko lain yang
dapat memicu terjadinya kanker seperti paparan asap rokok menindak lanjuti hasil
pemeriksaan Pap dan IVA dengan hasil positif, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan banyak mengandung vitamin C. A dan
asam folat. Melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah mereka telah
terinfeksi HPV atau mengalami lesi prakanker yang harus dilanjutkan dengan pengobatan
yang sesuai bila ditemukan lesi. Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah dikembangkan
untuk beberapa tipe yaitu bivalea (tipe 16 dan 18) atau kuadrivalen ( tipe 6,11.16,18).
Skrining

1. Tes HPV Menggunakan teknik pemeriksaan molekuler, DNA yang terkait dengan HPV
diuji dari sebuah contoh sei yang diambil dari leher rahim atau liang senggama
2. Tes Pap/Pap smear Pemeriksaan sitologis dari apusan sel-sel yang diambil dari leher
rahim. Slide diperiksa oleh teknisi siiologi atau dokter ahli patologi untuk melihat
perubahan sel yang mengindikasikan terjadinya inflamasi, displasia atau kanker
3. Tes lVA Pemeriksaan inspeksi visual dengan mata telan- jang (tanpa pembesaran) seluruh
permukaan leher rahim dengan bantuan asam asetat/cuka yang diencerkan. Pemeriksaan
dilakukan tidak dalam keadaan hamil maupun sedang haid.
4. Servikogra Kamera khusus digunakan untuk memfoto le- her rahim. Film dicetak dan
foto diinterpretasi oleh petugas terlatih. Pemeriksaan ini terutama digunakan sebagai
tambahan dari deteksi dini dengan menggunakan IVA. tetapi dapat juga sebagai metode
penapisan primer
5. Kolposkopi Pemeriksaan visual bertenaga tinggi (pem- besaran) untuk melihat leher
rahimI bagian luar dan kanal bagian dalam leher rahim. Biasanya disertai biopsi jaringan
ikat yang tampak abnormal. Temtama digunakan untuk mendiagnosa.
Sumber:
1. American Cancer Society. New Screening Guidlines for Cervical Cancer. 2012. Available
at

http://www.cancer.org/cancer/news/new-screening-guidelines-for-cervical-cancer.

Accesed December 22nd 2015.


2. Kampono, Nugroho. Kanker Ganas Alat Geitalia. dalamIlmu Kandungan Edisi Ketiga.
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2014
3. National Cancer Institute. Stage Information About Cervical Cancer. Available at :
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/cervical/HealthProfessional/page3#fig
ure_420_e last update : April 21, 2015. Last accessed December 22nd 2015.
4. Pecorelli S, Zigliani L, Odicino F. Revised FIGO staging for carcinoma of the cervix. Int
J Gynaecol Obstet. 2015 December. 105(2):107-8. [Medline].
5. Rasjidi, Imam. Epidemiologi Kanker Serviks. Divisi Ginekologi Onkologi, Departemen
Obstetri dan Ginekologi Siloam Hospitals, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita
Harapan, Tangerang. Indonesian Journal of Cancer Vol. III, No. 3 Juli - September 2009
6. Yusharnaen. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara.

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal PP&PL,


Departemen Kesehatan RI. 2009.

Anda mungkin juga menyukai