Anda di halaman 1dari 6

I.

Judul Percobaan
Identifikasi Pemalsuan Jamu Dengan Kromatografi Lapis Tipis

II. Tujuan Percobaan


Mendeteksi kemungkinan pemalsuan dalam sediaan jamu
Menerapkan metode KLT dalam standarisasi ekstrak melalui analisis sidik ragam
kromatografi
III.
IV. Teori Dasar
V.
Jamu yang termasuk sebagai salah satu obat tradisional yang selama ini sangat
dipercaya keasliannya oleh konsumen ternyata menyimpan banyak misteri. Yang telah
terkuak adalah penggunaan obat-obat kimia sebagai campuran dalam jamu. Tujuannya
agar jamu yang dikonsumsi tersebut manjur alias langsung berkhasiat bila dikonsumsi.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya bahan-bahan obat sintetik
dalam produk jamu adalah dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
VI.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponenkomponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat
komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal.
Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
VII. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra
violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai. (Jim clark, 2009)
VIII. Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada
permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel
silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari
permukaan silika.
IX.
X.
XI.
XII.
XIII.
XIV.
XV.
XVI.
XVII.
XVIII.
XIX.
XX.
Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana
halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.
XXI.
XXII.
XXIII.
XXIV.

XXV.
IV.Alat dan Bahan
XXVI.
XXVII. Alat:
XXVIII. Plat kLT
XXIX. Bejana KLT
XXX. Pipa Kapiler
XXXI. Penampak bercak lampu UV
XXXII.
XXXIII.

XXXIV.
XXXV. Bahan:
XXXVI. Sampel Jamu
XXXVII. Kertas saring
XXXVIII. Pembanding kimia :
paracetamol
XXXIX. Pelarut untuk pengembang
fase gerak

XL.
V. Prosedur:
XLI.

Sampel jamu
XLII.

XLIII. Amati secara visual dan mikroskopis kemungkinan adanya partikel asing dalam
jamu tersebut, dan apabia ditemukan adaya krista, gambarlah kristal yang saudara
amati
XLIV.
XLV. Larutkan 0,5 gram jamu dalam 5 ml metanol dan obat pembanding 50 mg/5 m.
XLVI.
XLVII. Buat sistem pengembang yang sesuai untuk bahan sinetik yang dicurigai dengan
mengacu pada pustaka
XLVIII.
XLIX. Totokan larutan sampel jamu pasar, jamu simulasi dan pembanding kedalam plat
Klt
L.
LI.

Elusi sampai garis depan pelarut sekitar 1 cm di bawah ujung plat kemudian
keingan
LII.

LIII.

Amati secara visual, di bawah lampu UV 245. UV 365 dan dengan pereaksi
penampak bercak yang sesuai
LIV.
LV.

Gambar setiap hasil pengamatan


LVI.

LVII. Diskusikan hasil yang diperleh dengan kelompok saudara dan dengan dosen atau
asisten.
LVIII.
LIX.
VI.

Data Pengamaatan
LX.
Fase Diam : Jel Silika
LXI.
Fase Gerak : Kloroform + Etanol

LXII.
LXIII.
LXIV.
LXV.
LXVI.
LXVII.
LXVIII.
LXIX.

Hasilnya pada panjang gelombang 254

LXX.

Perhitungan Rf :

LXXI.

Jamu Pegel linu : Rf = 3,5 : 5 = 0,7

LXXII.

Jamu Samurat : Rf = 3,6 : 5 = 0,72

LXXIII. Jamu Galian rapet : Rf = 3,2 : 5 = 0,64


LXXIV. Pembanding (PCT) : Rf = 3 : 5 = 0,60
LXXV.
VII.

Pembahasan
LXXVI.
LXXVII. Dalam percobaan kali ini dilakukan identifikasi pemalsuan jamu pegal
Linu, samurat, galian rapet yang dibandingkan dengan jamu simulasi yang telah
disediakan. Sebelum plat dimasukkan kedalam chamber, pada plat KLT atau plat silika
diberi garis terlebih dahulu dengan menggunakan pensil pada jarak 1 cm yaitu bagian
bawah lempengan dan bagian atas lempengan, digunakan pensil karena pensil bersifat
netral jadi tidak akan bercampur dengan pelarut. Penotolan dalakukan 4 kali dengan
menunggu penotolan pertama kering dan dilanjutkan pada penotolan selanjutnya.
Diberikan penandaan pada garis dilempengan untuk menunjukkan posisi awal dari
tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak
selayaknya kromatogram dibentuk. Chamber diberi kertas saring kemudian diberi
ethanol dan kloroform sebagai eluen yang bersifat non polar, sehingga pada saat zat yang
telah ditotolkan akan tertarik/bergerak kearah eluen tersebut. Chamber diberi kertas
saring dan ditutup agar kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut,
sehingga mencegah penguapan pelarut. Dalam kromatografi memiliki fase diam (dapat
berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas)
seperti pelarut yang digunakan yaitu ethanol dan kloroform. Fase gerak mengalir melalui
fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.
Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Dalam analisis
Identifikasi Jamu Palsu ini digunakan kromatografi lapis tipis (KLT) karena KLT bersifat
refersibel yaitu bisa diulang pada waktu, suhu, dan pelarut yang sama. Pelarut bergerak

lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna


akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak
warna, atau berdasarkan perbedaan kepolaran, dipakai eluen campuran agar diperoleh
kepolaran yang sama, jadi eluen yang satu akan meningkatkan kepolaran eluen yang lain.
LXXVIII.
LXXIX.
LXXX.
LXXXI.
LXXXII.
LXXXIII.
LXXXIV.
LXXXV.
LXXXVI.
LXXXVII.
LXXXVIII.
LXXXIX.
XC. Seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini :
XCI.
Gambar 1. Contoh pengukuran nilai Rf
XCII.
Setelah terjadi fase gerak dalam kromatografi barulah dapat dihitung
nilai Rf (Retensi Faktor), yang merupakan penentuan prinsip dari KLT dengan
pengukuran berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh
oleh bercak warna masing-masing yang dapat diamati dibawah sinar UV. Dari hasil
pengamatan diamati dibawah sinar UV pada panjang gelombang 356 nm, spot/bercak
pembanding (PCT) tidak terlihat. Sedangkan jamu sampel 1, 2, dan 3 terlihat bercaknya
pada jarak 3,5 , 3,6 , 3,2 cm, sehingga Rfnya 0,7 , 0,72 , 0,64. Pada saat diamati dibawah
UV dengan panjang gelombang 254 nm, pembanding menunjukkan nilai Rf, dimana Rf
parasetamol adalah 0,60. Sedangkan Rf jamu 1, 2, dan 3 adalah 0,7 , 0,72 , 0,64 Dari hasil
diatas dalam kandungan jamu 3 terdapat parasetamol, Jadi ada kemungkinan bahwa jamu
tersebut mengandung senyawa-senyawa sintetik, dimana jamu ini bisa disebut dengan
jamu palsu. Senyawa sintetik itu dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh terutama efek
samping yang terkandung pada parasetamol.
XCIII.
XCIV.
XCV.
XCVI.
XCVII.
XCVIII.
XCIX.
C.
CI.
CII.
CIII.
CIV.
VIII. Kesimpulan
CV.
Telah dilakukan analisis identifikasi keaslian jamu pegal linu, samurat
dan galian rapet dengan metode KLT dan bahan pembanding suatu Bahan Kimia
Obatnya yaitu parasetamol yang merupakan senyawa obat golongan analgetik.
Dalam jamu galian rapet terkandung parasetamol yang ditunjukkan dengan nilai

Rf 0,64. Dimana paracetamol ditunjukkan dengan nilai Rf 0,60. Jadi kemungkinan


dalam jamu sampel 3 terkandung senyawa obat-obat sintetik yaitu Paracetamol.
CVI.
CVII.
CVIII.
CIX.
CX.
DAFTAR PUSTAKA
CXI.
Hermawan, Yan; 2003 Tantri; Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia
Obat. Jakarta:
CXII.
Pusat Penyelidikan Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (PPOM-BPOM).
Jim clark, 2009. http://www.Kromatografi Lapis Tipis/Chem-Is-Try.Org/Situs
Kimia
CXIII.
Indonesia_ htm (13 november 2009)
Sutedjo.2008.Mengenal Obat-obatan Dengan Cara Yang Mudah. Yogyakarta:
amara books.
CXV.

CXIV.

Anda mungkin juga menyukai