Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siklus transaksi merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan suatu audit. Dalam banyak hal,auditor memperlakukan setiap
siklus secara terpisah selama audit berlangung. Meskipun auditor perlu
secara cermat mengaitkan siklus-siklus berbeda pada waktu yang berbedabeda, namun auditor harus memperlakukan siklus-siklus sedikit agak
independen untuk dapat melaksanakan audit yang kompleks secara efektif.
Siklus pendapatan adalah Aktivitas yang terkait dengan pertukaran
barang dan jasa dengan pelanggan dan pengumpulan kas dari pendapatan.
Audit terhadap siklus pendapatan mencakup dua pendekatan yaitu pengujian
kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk
memahami struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang
selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi. Pengujian
substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap kelayakan
jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang
lazim diterapkan di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana sifat siklus pendapatan?
2. Apa saja aktivitas pengendalian dalam transaksi penjualan kredit?
3. Apa saja aktivitas pengendalian dalam transaksi penerimaan kas?
4. Apa saja aktivitas pengendalian dalam transaksi penyesuaian
penjualan?
5. Bagaimana pengujian substantif atas piutang usaha?
6. Bagaimana audit siklus pendapatan memberikan jasa yang bernilai
tambah?
1.3 Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas softskill Sistem Informasi Akuntansi,
penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui sifat siklus pendapatan.

2. Untuk mengetahui aktivitas pengendalian dalam transaksi penjualan


kredit.
3. Untuk mengetahui aktivitas pengendalian dalam transaksi penerimaan
kas.
4. Untuk mengetahui aktivitas pengendalian dalam transaksi penyesuaian
penjualan.
5. Untuk mengetahui bagaimana pengujian substantif atas piutang usaha.
6. Untuk mengetahui bagaimana audit siklus pendapatan memberikan jasa
yang bernilai tambah.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini
yakni memberikan pengetahuan tentang audit siklus pendapatan yang
dilakukan auditor sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi
dan/atau referensi rujukan bagi pihak yang terkait.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Siklus Pendapatan
Siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitasaktivitas yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan
pelanggan dan penagihan pendapatan dalam bentuk kas. Perusahaan yang
berbeda juga memiliki sumber pendapatan yang berbeda. Sebagai contoh,
perusahaan barang dagang dan pabrikasi yang melakukan penjualan; dokter,
pengacara, akuntan publik yang menerima uang jasa (fee); serta bioskop,
arena olahraga, serta taman hiburan yang menjual karcis tanda masuk; bank
serta lembaga keuangan yang menerima bunga dan deviden; biro perjalanan
yang mengenakan ongkos atau biaya perjalanan; serta sekolah lokal yang
menarik pajak. Kebanyakan pembahasan dan ilustrasi dalam makalah ini
didasarkan pada perusahaan barang dagang. Kebanyakan pembahasan dan
ilustrasi dalam makalah ini didasarkan pada perusahaan barang dagang.
Akan tetapi, banyak penjelasan yang dapat dengan mudah diterapkan pada
jenis perusahaan lainnya.
Untuk perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang
termasuk dalam siklus pendapatan adalah :
1. Penjualan kredit (penjualan yang dilakukan derngan hutang)
2. Penerimaan kas (penagihan piutang dan penjualan tunai)
3. Penyesuaian penjualan (potongan, retur penjualan dan pengurangan
harga serta piutang tak tertagih [penyisihan dan pengapusan]).

Transaksi-transaksi

tersebut

mempengaruhi

akun-akun

yang

diuraikan pada tabel di bawah ini :


Tabel 1: Siklus Pendapatan
Transaksi

Debit

Kredit

Pendapatan
Penjualan kredit

Piutang usaha

Penjualan

Penerimaan kas

Harga pokok penjualan


Kas

Persediaan
Piutang usaha

Retur penjualan dan

Diskon penjualan
Retur penjualan dan

Piutang usaha

pengurangan harga
Penyisihan piutang tak

Pengurangan harga
Beban piutang tak

Penyisihan untuk piutang tak

tertagih
Penghapusan piutang

tertagih
Penyisihan untuk piutang

tertagih
Piutang usaha

tak tertagih

tak tertagih

2.1.1 Tujuan Audit


Tujuan audit untuk siklus pendapatan berkaitan dengan perolehan
bukti kompeten yang mencukupi tentang setiap asersi laporan keuangan
yang signifikan menyangkut saldo dan transaksi siklus pendapatan. Tujuan
audit spesifik dihasilkan dari lima kategori asersi manajemen. Beberapa
tujuan audit spesifik yang dihasilkan dengan cara ini untuk kelompok
transaksi dan saldo akun berkaitan dengan siklus pendapatan yang
diperlihatkan pada Tabel 2. Tujuan yang ditunjukkan dalam gambar itu tidak
dimaksudkan untuk bersifat all-inclusive bagi semua situasi klien. Namun,
hal tersebut merupakan tujuan utama yang akan diberlakukan atas sebagian
besar barang dagang klien yang dijual secara kredit.

Tabel 2: Tujuan Audit Spesifik untuk Siklus Pendapatan


Kategori Asersi

Kelompok

Tujuan Audit Spesifik

Transaksi
Eksistensi atau

atau Saldo
Transaksi

Kejadian

Catatan transaksi penjualan menggambarkan barangbarang yang dikirimkan atau jasa-jasa yang diberikan
selama periode berjalan.
Catatan transaksi penerimaan kas menggambarkan kas
yang diterima selama periode berjalan.
Catatan transaksi penyesuaian penjualan selama
periode berjalan menggambarkan diskon yang telah
diotorisasi, retur dan pengurangan harga, serta piutang

Kelengkapan

Saldo

tak tertagih.
Piutang usaha menggambarkan jumlah tagihan kepada

Transaksi

pelanggan yang ada pada tanggal neraca.


Seluruh penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian
penjualan, yang dilakukan selama periode berjalan

Hak dan

Saldo

telah dicatat.
Piutang usaha

Transaksi

pelanggan pada tanggal neraca


Perusahaan mempunyai hak atas piutang dank as yang

Kewajiban

termasuk

seluruh

klaim

kepada

dihasilkan dari transaksi siklus pendapatan yang


Saldo

dicatat.
Piutang usaha pada tanggal neraca menggambarkan
klaim resmi perusahaan kepada pelanggan untuk

Penilaian atau

Transaksi

Alokasi

membayar.
Seluruh penjualan
penyesuaian

dan

penjualan

penerimaan
telah

kas

dinilai

serta
dengan

menggunakan GAAP dan dijurnal, diikhtisarkan, serta


Saldo

diposting secara tepat.


Piutang usaha menggambarkan klaim kotor perusahaan
kepada pelanggan pada tanggal neraca dan sesuai
dengan jumlah pada buku pembantu piutang usaha.
Penyisihan untuk piutang tak tertagih menggambarkan
estimasi yang layak atas perbedaan antara piutang
kotor dan nilai bersih yang dapat direalisasikan.

Penyajian dan

Transaksi

Pengungkapan

Perincian penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian


penjualan mendukung penyajiaannya dalam laporan
keuangan termasuk klasifikasi serta pengungkapan
yang terkait.
Piutang usaha telah diidentifikasi dan diklasifikasi

Saldo

dengan benar dalam laporan keuangan.


Pengungkapan yang tepat telah dibuat atas piutang
usaha yang telah disetujui atau digadaikan.

2.1.2 Menggunakan Pemahaman tentang Bisnis dan Industri Klien


untuk Mengembangkan Strategi Audit
Auditor mengembangkan strategi audit berdasarkan risiko salah saji
yang material. Langkah pertama dalam menilai risiko adalah memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan industri klien dalam kaitannya dengan
strategi audit, sehingga akan membantu auditor dalam:
1. Mengembangkan

ekspektasi

tentang

total

pendapatan

dengan

memahami kapasitas klien, pasar, dan pelanggan klien.


2. Mengembangkan ekspektasi tentang marjin kotor dengan memahami
pangsa pasar (market share) dan keunggulan kompetitif (competitive
advantage) klien di pasar.
3. Mengembangkan ekspektasi tentang piutang bersih berdasarkan periode
penagihan rata-rata untuk klien dan industri.
Di samping itu, proses menghasilkan pendapatan ini juga
memerlukan beberapa beban (seperti, harga pokok penjualan atau beban
penjualan), sehingga pemahaman mengenai mengenai siklus pendapatan
dapat membantu mengembangkan ekspektasi pengeluaran perusahaan yang
berkaitan denagan siklus tran saksi lainya dan menilai resiko bahwa laba
yang mengandung salah saji yang material belum diaudit.
1.

Materialitas
Pendapatan merupakan ukuran volume aktivitas sebenarnya bagi setiap
perusahaan. Pendapatan biasanya melibatkan volume transaksi yang
tinggi, dan total pendapatan merupakan hal yang sangat penting pada
laporan

keuangan

yang

seringkali

digunakan

sebagai

ukuran
6

materialitas secara keseluruhan untuk penugasan ini. Pendapatan juga


dapat menimbukan piutang usaha dan kas akhir serta arus kas dari
operasi. Piutang usaha yang disebabkan oleh transaksi penjualan kredit
hampir selalu bersifat material terhadap neraca.
2.

Risiko Inheren
Dalam menilai risiko inheren pada asersi siklus pendapatan, auditor
harus

mempertimbangkan

mempengaruhi

asersi

faktor

pervasif

dalam beberapa

(pervasive)

yang

siklus, termasuk

siklus

pendapatan, serta faktor-faktor yang hanya berkaitan dengan asersi


tertentu dalam siklus pendapatan.
Faktor-faktor yang mendorong manajemen untuk mensalah
sajikan asaersi siklus pendapatan yaitu menyatakan pendapatan yang
tertalu tinggi dan menyatakan tertalu tinggi kas atau piutang kotor atau
tertalu rendah penyisihan piutang tak tertagih.
Faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan salah saji dalam
asersi siklus pendapatan:
a. Volume penjualan, penerimaan kas dan penyesuaian penjualan
seringkali tinggi, sehingga mengakibatkan sejumlah kesalahan
terjadi.
b. Penentuan waktu dan jumlah pendapatan seringkali bertentangan
dengan faktor-faktor seperti standar akuntansi yang mendua,
kebutuhan untuk membuat estimasi, kompleksitas perhitungan
yang tercakup, dan hak pembeli untuk mengembalikan barang.
c. Mengklasifikasikan piutang sebagai hutang lancar atau tidak lancar
karena sifat penagihannya.
d. Transakjsi penerimaan kas menghasilkan aktiva likuid yang rentan
terhadap misapropriasi.
e. Transaksi
penerimaan
3.

penjualan

digunakan

untuk

menyembunyikan penerimaan kas.


Risiko Prosedur Analitis
Risiko ini merupakan unsur risiko deteksi bahwa prosedur analitis akan
gagal mendeteksi salah saji yang material. Prosedur analitis merupakan
cara yang efektif dari segi biaya dan mengandalkan pada pengetahuan
7

auditor tentang bisnis dan usaha klien. Langkah-langkah yang ditempuh


dalam prosedur analitis, yaitu:
a. Memperoleh pemahaman tentang kapasitas klien.
b. Memahami pangsa pasar klien
c. Mengevaluasi hari perputaran piutang usaha.
2.1.3 Mempertimbangkan Komponen Pengendalian Internal
Dalam bab ini, akan dibahas aplikabilitas empat dari lima komponen
pengendalian

internal

pengendalian,

penilaian

pada

siklus

risiko,

pendapatan,

informasi

dan

yaitu

lingkungan

komunikasi

(sistem

akuntansi), dan pemantauan (monitoring). Pemahaman atas komponenkomponen ini diperlukan baik menurut strategi audit substantif yang utama
maupun pendekatan penilaian tingkat risiko pengendalian yang lebih
rendah.
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian terdiri dari beberapa faktor yang dapat
mengurangi beberapa resiko inheren yang berkaitan dengan siklus
pendapatan. Di samping itu, faktor-faktor ini juga dapat meningkatkan
atau mengurangi keefektifan komponen pengendalian internal lainnya
dalam mengendalikan resiko salah saji pada asersi siklus pendapatan.
Faktor lingkungan pengendalian yang penting untuk mengurangi
resiko kecurangan pelaporan keuangan dengan menyajikan terlalu
tinggi pendapatan dan piutang, misalnya, adalah adopsi manajemen
serta ketaatan terhadapan standar integritas dan nilai-nilai etika yang
tinggi.
2. Penilaian Resiko
Penilaian resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah
sama dengan penilaian inheren oleh auditor eksternal. Upaya yang
cermat oleh sebagian manajemen untuk mengidentifikasi jenis-jenis
resiko yang bekaitan dengan saldo dan transaksi siklus pendapatan.
3. Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)

Pemahaman atas sistem akuntansi pendapatan memerlukan pengetahuan


tentang bagaimana penjualan diawali, barang dan jasa diberikan,
piutang dicatat, kas diterima, dan penyesuaian penjualan dilakukan,
termasuk metode pemrosesan data serta dokumen penting dan catatan
yang digunakan.
Gambar 1: Peninjauan atas Pemrosesan Transaksi
dalam Siklus Pendapatan

Gambar 1 menyajikan suatu tinjauan atas bagan arus yang


menyoroti karakteristik penting dari sistem yang terkomputerisasi untuk
memroses jenis transaksi siklus pendapatan spesifik, termasuk
penjualan kredit, penagihan dari pelanggan, retur penjualan, dan
penghapusan piutang tak tertagih. Bagan arus tersebut tidak ditujukan
untuk menunjukkan setiap dokumen, catatan, proses, atau akun yang
terlibat.
9

4. Pemantauan (Monitoring)
Komponen ini harus memberikan menajemen umpan balik tentang
apakah pengendalian internal yang berkaitan dengan saldo dan transaksi
siklus pendapatan telah beroperasi seperti yang diharapkan. Auditor
harus memproses pemahaman tentang umpan balik ini dan apakah
manajemen telah mengawali setiap tindakan korektif berdasarkan
informasi yang diterima dari aktivitas pemantauan.
5. Penilaian Awal atas Risiko Pengendalian dan Strategi Audit
Pendahuluan
Pada saat auditor memproleh bukti tentang keefektifan operasi
pengendalian

internal

yang

berkaitan

dengan

prosedur

untuk

memperoleh pemahaman, Auditor dalam kasus semacam itu, kepastian


yang terbatas mungkin diperoleh tentang keefektifan pengendalian yang
terutama didasarkan atas prosedur yang mencangkup pengajuan
pertanyaan, observasi, dan beberapa inspeksi atas bukti yang
didokumentasikan. Banyak auditor akan menilai resiko pengendalian
untuk asersi tertentu secara sepintas dibawah atau diatas maksimum.
Meskipun demikian, bagi asersi siklus pendapatan dimana auditor tidak
merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat yang
rendah, auditor harus mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk
mengidentifikasi jenis potensi salah saji yang akan terjadi dan di
akibatkan oleh perancangan pengujian substantif. Strategi audit
tergantung dari sifat bisnis dan industry klien. Apabila pendapatan klien
terkonsentrasi pada beberapa sumber (seperti sekolah daerah yang
pendapatannya bersumber dari pemerintah daerah atau wilayah) auditor
dapat mengandalkan terutama pada prosedur analitis dan penelitian
substantif perincian.
2.2 Aktivitas Pengendalian Transaksi Penjualan Kredit
Pesanan penjualan dapat dilakukan secara over-the-counter, atau
melalui telepon, surat, representative penjualan traveling (traveling sales

10

representatives) fax, atau pertukaran data elektronik (electronic data


interchange). Barang-barang dapat diambil sendiri oleh pelanggan atau
dikirmkan oleh penjual. Tansaksi penjualan ini biasa dicatat dengan
menggunakan sistem komputer yang dapat memroses transaksi secara
beruntun atau mode pemrosesan batch.
Kita mulai dengan mengidentifikasi sejumlah dokumen dan catatan
yang umumnya digunkan dalam pemrosesan transaksi ini. Kita kemudian
akan menjelaskan setiap fungsi yang terlibat dalam pemrosesan transaksi
ini, dan bagaimana aktivitas pengendalian saling berhubungan satu sama
lain untuk mengurangi resiko salah saji dalam asersi laporan keuangan yang
dipengaruhi oleh transaksi penjualan.
Sesungguhnya
mempunyai

istem

setiap

perusahaan

akuntansi

yang

yang

memerlukan

terkomputerisasi

audit

(Computerized

accounting system). Karena itu, buku ini berfokus pada bagaimana


manajemen

mengimplementasikan

aktivitas

pengendalian

dengan

menggunakan prosedur pengendalian yang terprogram.


1. Pengendalian umum yang berhubungan dengan lingkungan komputer
dan mempunyai pengaruh pervasif terhadap aplikasi komputer.
2. Pengendalian aplikasi yang berhubungan dengan setiap aplikasi
akuntansi yang terkomputerisasi, seperti siklus pegeluaran
Ingat kembali bahwa jika pengendalian umum tidak efektif, maka
kepercayaan jarang diberikan pada pengendalian aplikasi. Untuk tujuan
pembahasan, bab ini akan mengasumsikan bahwa pengendalian umum
adalah efektif, seperti prosedur tingkat lanjut yang diganakan perusahaaan
untuk menginvestigasi masalah yang ditimbulkan oleh pengendlian aplikasi
ini.
Akhirnya, pertimbangan akan diberikan pada prosedur yang
digunakan oleh auditor untuk memperoleh dan mendokumentasikan
pemahaman

atas

pengendalian

internal

dan

melakukan

pengujian

pengendalian yang digunakan dalam membuat penilaian akhir atas resiko


pengendalian untuk transaksi pembelian.

11

2.2.1 Dokumen dan Catatan Umum


Sejumlah dokumen dan catatan yang digunakan oleh perusahaan
besar dalam pemrosesan transaksi penjualan kredit seringkali mencakup halhal berikut:
1. Pesanan pelanggan
Permintaan barang dagang oleh pelanggan yang diterima langsung dari
pelanggan atau melalui wiraniaga (salesperson). Pesanan ini dapat
berupa formulir yang disiapkan oleh penjual atau formulir pesanan
pembelian yang dibuat oleh pembeli.
2. Pesanan penjualan
Formulir yang menunjukkan deskripsi, kuantitas, dan data lainnya yang
berkaitan dengan pesanan pelanggan. Pesanan ini berfungsi sebagai
dasar dimulainya transaksi dan pemrosesan internal atas pesanan
pelanggan oleh penjual.
3. Dokumen pengiriman
Formulir yang digunakan untuk menunjukkan rincian dan tanggal setiap
pengiriman. Dokumen ini dapat berupa bill of lading, yang berfungsi
sebagai pemberitahuan formal atas penerimaan barang yang dikirimkan
oleh kurir. Dokumen pengiriman lainnya termasuk slip pengepakan
yang merinci item-item yang dikirimkan.
4. Faktur penjualan
Formulir yang menyatakan penjualan tertentu, termasuk jumlah yang
terutang, syarat, dan tanggal penjualan. Formulir ini digunakan untuk
menagih pelanggan dan memberikan dasar untuk mencatat penjualan.
5. Daftar harga yang diotorisasi
Daftar atau file induk komputer yang berisi harga barang-barang yang
diotorisasi yang ditawarkan untuk dijual.
6. File transaksi penjualan
File komputer yang berisi transaksi penjualan yang telah diselesaikan.
File ini digunakan untuk mencetak faktur penjualan serta jurnal
penjualan, dan memperbarui file induk piutang usaha, persediaan, serta
buku besar.
7. Jurnal penjualan
Daftar jurnal dari transaksi penjualan yang telah diselesaikan.
8. File induk pelanggan

12

File yang berisi informasi tentang pengiriman dan penagihan pelanggan


serta batas kredit pelanggan.
9. File induk piutang usaha
File yang berisi informasi tentang transaksi dan saldo dari setiap
pelanggan. File ini berfungsi sebagai dasar untuk menyusun buku
pembantu piutang usaha.
10. Laporan bulanan pelanggan
Laporan yang dikirimkan ke setiap pelanggan yang menunjukkan saldo
awal, transaksi selama bulan berjalan, dan saldo akhir
2.2.2 Fungsi-Fungsi
Pemrosesan

transaksi

pendapatan

mencakup

fungsi-fungsi

pendapatan berikut:
1. Memprakarsai penjualan
Pada umumnya, memprakarsai transaksi merupakan proses
disetujuinya transaksi itu dengan pihak ketiga yang idenpenden. Banyak
perusahaan besar memisahkan subfungsi berikut. Perusahaan yang
dikelola

oleh

pemiliknya

(owner-managed

entities)

dapat

menggabungkan fungsi-fungsi ini dan mengoffset pemisahan tugas


yang ideal dengan kelalaian signifikan yang dilakukan oleh managerpemilik.
a. Penerimaan Pesanan Pelanggan. Pesanan penjualan dari pelanggan
harus diterima hanya apabila sesuai dengan criteria yang diotorisasi
oleh manajemen. Kriteria tersebut biasanya memberikan criteria
khusus atas pesanan yang dilakukan oleh departemen pesanan
penjualan

dengan

menggunakan

terminal

computer

untuk

menentukan bahwa pelanggan tercantum dalam file induk


pelanggan, dan biasanya memiliki batas kredit yang telah disetujui.
Jika pelanggan tersebut tidak terdaftar, maka persetujuan dari
penyelia departemen kredit biasanya akan diperlukan.
b. Persetujuan Kredit. Pengendalian atas persetujuan kredit dirancang
untuk mengurangi risiko pencatatan setiap transaksi pendapatan
pada jumlah yang melebihi jumlah kas yang diharapkan akan
13

direalisasi dari transaksi tersebut. Jadi, hal ini berhubungan dengan


asersi penilaian atau alokasi dari transaksi penjualan. Tentu saja,
ekspektasi terhadap dapat direalisasinya jumlah-jumlah tersebut
akan berubah sepanjang waktu, yang mengakibatkan diperlukannya
suatu penyisihan untuk piutang tak tertagih. Pengendalian atas
persetujuan kredit juga akan memungkinkan manajemen membuat
estimasi yang lebih andal atas besarnya penyisihan yang diperlukan
tersebut. Dengan demikian, pengendalian ini juga berhubungan
dengan asersi penilaian atau alokasi untuk penyisihan piutang tak
tertagih
2. Pengiriman Barang atau Jasa
Pengiriman barang atau jasa merupakan peristiwa ekonomi yang
menggambarkan pergantian/perubahan (change) hak dan penetapan hal
atas piutang.
a. Pemenuhan Pesanan Penjualan. Kebijakan perusahaan umumnya
melarang mengeluarkan barang-barang dari gudang tanpa adanya
pesanan penjualan yang disetujui. Selanjutnya, komputer dapat
deprogram untuk mencocokkan item-item yang diambil dari
persediaan perpetual dengan item-item pada pesanan penjualan
yang disetujui. Prosedur pengendalian ini dirancang untuk
menghindari pemindahan barang yang tidak diotorisasi dari
persediaan. Gudang penyimpanan dapat menerima salinan pesanan
penjualan yang telah disetujui secara elektronik sebagai otorisasi
untuk memenuhi pesanan dan mengeluarkan barang ke departemen
pengiriman. Hal ini akan memberikan bukti lebih lanjut bahwa
penjualan telah terjadi.
b. Pengiriman Pesanan Penjualan.

Pemisahan tanggungjawab atas

pengiriman barang dengan persetujuan dan pemenuhan pesanan


akan

membantu mencegah

petugas

pengiriman

melakukan

pengiriman yang tidak diotorisasi. Disamping itu, pengendalian


manual yang penting juga mengharuskan petugas pengiriman
melakukan pengecekan independen untuk menentukan bahwa
14

barang yang diterima dari gudang disertai dengan otorisasi yang


sesuai, dan bahwa pesanan telah dipenuhi dengan benar (barang
yang diterima sesuai dengan rincian yang ada dalam pesanan
penjualan)
3. Pencatatan Penjualan
Proses pencatatan penjualan meliputi penyiapan dan pengiriman
faktur penjualan bernomor urut ke pelanggan (penagihan pelanggan)
serta pencatatan faktur penjualan secara akurat dan dalam periode
akuntansi yang benar (pencatatan penjualan).
a. Penagihan Pelanggan (Billing Customers). Perhatian utama auditor
mengenai penagihan adalah bahwa pelanggan telah ditagih untuk
seluruh pengiriman, hanya pengiriman aktual (tidak ada duplikat
penagihan atau transaksi fiktif), dan pada harga yang telah
diotorisasi. Pengendalian yang dirancang untuk mengurangi risiko
kelalaian, duplikasi, penetapan harga yang tidak benar, dan jenis
kesalahan lainnya dalam proses penagihan (yang berhubungan
dengan tujuan audit spesifik) mencakup berikut ini:
1) Komputer mencocokkan informasi pada faktur penjualan
dengan pesanan penjualan dan informasi pengiriman.
2) Komputer mencocokkan harga jual dengan daftar harga yang
diotorisasi

dan

harga

pada

pesanan

penjualan

ketika

menyiapkan faktur penjualan.


3) Komputer yang telah terprogram mengecek keakuratan
matematis dari faktur penjualan.
4) Membandingkan total pengendalian pada dokumen pengiriman
dengan total yang dicatat pada faktur penjualan.
b. Pencatatan Penjualan. Perhatian utama auditor berkaitan dengan
fungsi ini adalah bahwa faktur penjualan telah dicatat secara akurat
dan dalam perode yang benar. Hal yang terakhir bersangkutan
dengan saat penerimaan pendapatan, yang biasanya ketika barangbarang dikirimkan.
Pengendalian atas pencatatan (dan yang berhubungan dengan
tujuan audit spesifik) meliputi hal-hal berikut:

15

1) Penjualan hanya dicatat berdasarkan faktur penjualan dan


dengan mencocokkan dokumen pengiriman serta pesanan
penjualan yang membuktikan penjualan tersebut dan tanggal
transaksi.
2) Akuntansi untuk seluruh faktur penjualan bernomor urut.
3) Mengulangi (run-to-run) penjumlahan dengan mencocokkan
jumlah saldo awal piutang, ditambah penjualan yang telah
diposting, dengan saldo akhir piutang.
4) Melakukan pengecekan yang independen secara periodik atas
kesesuaian buku pembantu piutang usaha atau file induk
dengan akun pengendalian buku besar.
2.2.3 Memahami dan Menilai Risiko Pengendalian
Auditor harus memperoleh pemahaman atas siklus penjualan yang
mencukupin untuk merencanakan audit. Yaitu, auditor perlu mempunyai
pemahaman yang cukup untuk dapat mengidentifikasi jenis salah saji yang
potensial, mempertimbangakan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
salah saji yang material, dan merancang pengujian substantif.
Auditor bisa saja merencanakan untuk menilai risiko pengendalian
pada tingkat sedang atau tinggi atau menggunakan pengetahuannya tentang
keefektifan pengendalian siklus pendapatan yang diperoleh ketika
memahami pengendalian internal. Selain itu, auditor juga dapat mengambil
kesimpulan tentang keefektifan pengendalian yang diprogram dengan
mengefaluasi keefektifan operasi pengendalian umum komputer, dan
mengajukan pertanyaan serta menginspeksi dokumen yang berhubungan
dengan prosedur yang digunakan untuk menindaklanjuti pengecualian yang
dihasilkan oleh program pengendalian itu.
Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada
tingkat yang rendah untuk asersi siklus pendapatan, maka dia biasanya akan:
1. Menguji keektifan pengendalian umum.
2. Menggunakan teknik audit berbantuan komputer (CAATs) untuk
mengevaluasi keefektivan pengendalian yang deprogram.

16

3. Menguji keefektifan prosedur tindak lanjut atas pengecualian yang


ditunjukan oleh pengendalian terprogram.
2.3 Aktivitas Pengendalian Transaksi Penerimaan Kas
Penerimaan kas merupakan hasil dari beberapa aktivitas. Sebagai
contoh, kas diterima dari transaksi pendapatan, pinjaman jangka pendek dan
pinjaman jangka panjang, serta aktiva lainnya. Lingkup bagian ini dibatasi
pada penerimaan kas dari penjualan tunai dan penagihan dari pelanggan atas
penjualan kredit.
2.3.1 Dokumen dan Catatan Umum
Dokumen dan catatan penting yang digunakan dalam pemerosesan
penerimaan kas adalah sebagai berikut:
1. Bukti penerimaan uang (remittance advice). Dokumen yang dikirim
kepelanggan bersama dengan faktur penjualan yang kemudian akan
dikembalikan bersama pembayaran yang menunjukan nama pelanggan
serta nomor akun, nomor faktur, dan jumlah yang dibayar (misalnya,
bagian

tagihan

telepon

yang

dikembalikan

bersama

dengan

pembayaran)
2. Pendaftaran. Daftar penerimaan kas yang diterima melalui pos
3. Lembar perhitungan kas. Daftar kas dan cek dalam register kas. Daftar
ini digunakan dalam merekonsiliasi total penerimaan dengan total yang
dicetak oleh register kas
4. Ikhtisar kas harian. Laporan yang menunjukan total penerimaan melalui
kasir (over-the-counter) atau pos yang diterima oleh kasir sebagai
setoran
5. Slip deposit yang disahkan. Daftar yang dibuat oleh penyetor dan
distempel oleh bank yang menunjukan tanggal serta total setoran yang
diterima bank dan rincian penerimaan dalan setoran tersebut
6. File transaksi penerimaan kas. File komputer atas transaksi penerimaan
kas yang telah disahkan yang diterima untuk pemerosesan, file ini
digunakan untuk meperbaharui file induk piutamh usaha.
7. Jurnal penerimaan kas. Jurnal yang berisi daftar penerimaan kas dari
penjualan tunai dan penagihan piutang usaha.

17

2.3.2 Fungsi-Fungsi
Fungsi penerimaan kas, yang meliputi pemrosesan penerimaan
dari penjualan tunai dan kredit, termasuk subfungsi berikut:
1. Menerima penerimaan kas
Risiko utama dalam memroses transaksi penerimaan kas adalah
kemungkinan pencurian kas sebelum atau sesudah catatan penerimaan
dibuat. Dengan demikian, prosedur pengendalian harus memberikan
kepastian yang layak bahwa dokumentasi penetapan tanggung jawab
telah dibuat pada saat kas diterima dan bahwa kas telah dismpan di
tempat yang aman. Risiko kedua adalah kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pemrosesan penerimaan berikutnya.
a. Penerimaan Melalui Kasir (Over-The-Counter Receipts)
Untuk penerimaan melalui kasir, penggunaan register kas atau
terminal titik penjualan (poit-of sale terminal) sangat diperlukan.
Alat ini menyediakan:
1) Gambar visual secara langsung untuk pelanggan dengan
jumlah penjualan tunai dan kas yang diajukan.
2) Kuitansi penerimaan yang dicetak atas nama pelanggan dan
catatan internal atas transaksi pada file komputer atau pita
register yang terkunci.
3) Total pengendalian yang dicetak atas penerimaan harian yang
dproses pada alat tersebut
b. Penerimaan Melalui Pos (Mail Receipt)
Untuk

meminimalkan

kemungkinan

pengalihan

penerimaan

melalui pos, sebagian besar perusahaan meminta pelanggan untuk


membayar dengan cek. Beberapa perusahaan yang memiliki
volume penerimaan melaui pos yang besar menggunakan sistem
kos pos (lockbox system).
2. Menyetorkan kas ke bank
Pengendalian fisik yang tepat atas kas mensyaratkan bahwa seluruh
penerimaan kas disetorkan secara utuh setiap hari (deposited intact
daily)
3. Mencatat penerimaan kas
18

Fungsi ini meliputi pembuatan jurnal penerimaan kas secara over-thecounter dan melalui pos serta posting penerimaan kas melalui pos ke
akun pelanggan.
2.3.3 Sistem Ilustratif untuk Pemrosesan Penerimaan Kas
Sebagaimana telah dicatat sebelumnya ketika membahas sistem
penjualan kredit, terdapat juga beberapa sistem pemrosesan penerimaan kas.
2.3.4 Memahami dan Menilai Risiko Pengendalian
Tanggung

jawab

dan

metodologi

auditor

untuk

memenuhi

persyaratan dari standar pekerjaan lapangan kedua pada transaksi


penerimaan kas adalah sama seperti yang disajikan sebelumnya pada
transaksi penjualan kredit. Banyak prosedur pengendalian yang terlibat
dalam pemrosesan penerimaan kas merupakan pengendalian manual, bukan
prosedur pengendalian yang telah terprogram. Auditor biasanya akan
menggunakan kombinasi dari pengajuan pertanyaan, observasi, dan inspeksi
dokumen untuk mengumpulkan bukti bahwa prosedur pengendalian manual
merupakan fungsi yang paling efektif.
2.4 Aktivitas Pengendalian Transaksi Penyesuaian Penjualan
Transaksi penyesuaian penjualan meliputi:
1. Pemberian potongan tunai.
2. Pemberian retur penjualan dan pegurangan harga.
3. Penentuan piutang tak tertagih
Dalam banyak perusahaan, jumlah dan nilai uang dari transaksi ini
tidaklah material. Namun, bagi beberapa perusahaan, potensi salah saji yang
diakibatkan oleh kesalahan dan penyelewengan dalam pemrosesan transaksi
ini perlu dipertimbangkan. Perhatian utamanya tertuju pada kemungkinan
pencatatan transaksi penyesuaian penjualan fiktif untuk menyembunyikan
penyelewengan dalam pemrosesan penerimaan kas. Selain itu, penggelapan
kas juga juga dapat ditutupi dengan menyatakan terlalu tinggi diskon tunai
atau retur penjualan dan pengurangan harga. Jadi, aktivitas pengendalian
19

bermanfaat dalam mengurangi risiko penyelewengan semacam itu yang


berfokus pada penetapan validitas, atau eksistensi atau kejadian, transaksi
itu dan mencakup hal-hal berikut:
1. Otorisasi yang tepat atas seluruh transaksi penyesuaian penjualan.
Sebagai contoh, retur penjualan harus diotorisasi oleh manajemen
penjualan dan seluruh penghapusan piutang tak tertagih harus
diotorisasi oleh bedahara kantor.
2. Perhitungan independen atas barang-barang yang diretur.
3. Penggunaan dokumen dan catatan yang tepat, terutama penggunaan
memo kredit yang telah disetujui untuk pemberian kredit atas barangbarang yang dikembaliakan atau rusak, serta memo otorisasi
penghapusan (writeoff authorization memo) untuk menghapus piutang
tak tertagih pelanggan.
4. Pemisahan tugas untuk mengotorisasi transaksi penyesuaian penjualan
dan

penanganan

serta

pencatatan

penerimaan

kas.

Biasanya

maajemenlah yang bertanggung jawab atas hasil keuangan dalam suatu


departemen yang memiliki tanggung jawab mengotorisasi transaksi
penyesuaian penjualan.
Apabila terdapat potensi salah saji yang material dari transaksi
penyesuaian penjualan, maka auditor harus memperoleh pemahaman atas
seluruh aspek yang relevan dari komponen struktur pengendalian internal
dan mempertimbangakan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji
semacam itu.
Biasanya mnajemen mengandalkan pengendalian atas tanggung
jawab tingkat manajer yang lebih rendah untuk mengendalikan tingkat retur
penjualan dan penghapusan piutang tak tertagih. Apabila transaksi ini
bersifat material, maka auditor harus menginspeksi laporan manajerial
peting da melakukan Tanya-jawab serta observasi tentang tindakan yang
akan diambil atas laporan tersebut. Auditor juga dapat mempertimbagkan
untuk menginspeksi:

20

1. Memorandum kredit atas retur penjualan sebagai indikasi persetujuan


yang tepat dan penyertaan laporan penerimaan yang membuktikan retur
barang aktual.
2. Penulisan otorisasi atas penghapusan piutang usaha dan dokumentasi
pendukung, seperti koresponden dengan pelanggan atau agen
penagihan.
Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti
tentang keefektifan perancangan dan operasi system pengendalian internal
perusahaan. Risiko inheren yang berkaitan dengan transaksi penerimaan kas
adalah tinggi akibat kemungkinan penipuan oleh karyawan melalui
pengalihan penerimaan kas.
2.5 Pengujian Subtantif atas Piutang Usaha
Piutang meliputi jumlah yang harus dibayar oleh pelanggan,
karyawan, dan afiliasi atas akun terbuka, wesel, serta pinjaman, dan bunga
akrual atas saldo semacam itu. Merupakan hal yang penting untuk
mengingat kembali bahwa dengan mengaudit piutang usaha, auditor dapat
mengaudit

penjualan

berkaitan.

Penjualan

yang

paling

mungkin

menghadirkan potensi salah saji merupakan penjualan yang tidak dapat


ditagih. Untuk merancang pengujian substantif atas akun-akun ini, auditor
pertama-tama harus menentukan tingkat risiko pengujian rincian yang dapat
diterima untuk setiap asersi signifikan yang berkaitan.
2.5.1 Menentukan Risiko Deteksi untuk Pengujian Rincian
Penilaian risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung
pada penilaian risiko pengendalian terkait untuk kelompok transaksi ini
(penjualan kredit, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan) yang
mempengaruhi saldo piutang usaha. Penilaian atas asersi kelompok
transaksi mempengaruhi asersi saldo akun yang sama untuk akunyang
dipengaruhi oleh transaksi ini dengan pengecualian berikut : penilaian risiko
pengendalian untuk asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk

21

kelompok transaksi yang menurunkan saldo akun mempengaruhi penilaian


atas asersi akun yang berlawanan.
2.5.2 Prosedur Awal
Titik awal untuk memulai setiap pengujian audit adalah memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan industri klien, adalah penting untuk
memahami kebijakan perusahaan mengenai pengakuan pendapatan. Auditor
juga harus memahami persyaratan perdagangan st5andar, pengalaman
penagihan dengan klien dan industri, aspek musiman dari industri tersebut,
dan luas konsentrasi bisnis dengan pelanggan tertentu. Pengetahuan ini
memberikan konteks untuk mengevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian
pengendalian, dan pengujian substantif.
Prosedur awal yang penting untuk memverifikasi piutang usaha dan
akun penyisihan terkait dengan menelusuri saldo awal periode berjalan ke
saldo akhir yang telah diaudit dalam kertas kerja tahun sebelumnya.
Selanjutnya, aktivitas periode berjalan dalam akun pengendalian buku besar
dan akunpenyisihan terkait harus direview untuk setiap ayat jurnal yang
signifikan, yang tidak bisa dari segisifat atau jumlah, yang memerlukan
investigasi khusus.
2.5.3 Prosedur Analitis
Tujuan

auditor

dalam

melakukan

prosedur

analitis

adalah

mengembangkan ekspektasi atas saldo piutang usaha, hubungan piutang


usaha dengan penjualan, dan marjin kotor perusahaan. Auditor harus
mengarahkan perhatian utamanya pada kenaikan piutang dan pendapatan
yang tidak diharapkan. Prosedur analitis akan dilaksanakan dalam tahap
akhir dari penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam
pengujian rincian konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan
pada laporan keuangan.
2.5.4 Pengujian Rincian Transaksi

22

Pengujian rincian transaksi tertentu dapat dilaksanakan selama


pekerjaan interim (interim work) bersama dengan pengujian pengendalian
dalam bentuk pengujian bertujuan ganda (dual-purpose tests). Hal ini
meliputi pengujian yang akan dijelaskan dalam bagian berikut. Pengujian
pisah batas (cut-off tests) yang akan dijelaskan dalam bagian selanjutnya
selalu dilaksankan sebagai bagian dari pekerjaan akhir tahun. Akhirnya,
pengujian saldo yang juga merupakan pengujian transaksi dan transaksi
pendapatan yang belum ditagih, yang telah termasuk dalam piutang usaha,
memiliki risiko salah saji yang lebih tinggi daripada yang telah tertagih.
1. Memvouching Catatan Piutang ke Transaksi Pendukung.
File akun pelanggan yang diselenggarakan oleh klien harus berisi
dokumen seperti pesanan pelanggan, pesanan penjualan, dokumen
pengiriman, faktur penjualan, memorandum kredit, dan korespondensi.
Dalam melakukan pengujian ini, sampel debet kea kun pelanggan dapat
divouching ke faktur penjualan pendukung dan mencocokkan
dokumen-dokumen itu untuk memberikan bukti yang berkaitan dengan
asersi eksistensi atau kejadian, hak dan kewajiban, serta penilaian atau
alokasi. Kredit dapat divouching ke bukti penerimaan uang dan
otorisasi penyesuaian penjualan. Bukti bahwa pengurangan saldo
pelanggan ini telah sah berkaitan dengan asersi kelengkapan untuk
piutang usaha.
Pengujian ini dapat dilaksanakan secara lebih ekstensif
apabila tingkat risiko deteksi yang berlaku yang akan dicapai adalah
rendah, apabila prosedur konfirmasi tidak praktis, atau untuk
melengkapi prosedur konfirmasi apabila situasi tertentu terjadi,
sebagaimana akan dibahas dalam bagian nanti.
2. Melakukan Pengujian Pisah Batas untuk Penjualan dan Retur
Penjualan.
a. Pengujian pisah batas penjualan (sales cut-off tests) dirancang
untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa:
1) Penjualan dan piutang usaha telah dicatat dalam periode
akuntansi dimana transaksi tersebut terjadi, dan
23

2) Ayat jurnal yang berkaitan dengan persediaan dan harga pokok


penjualan telah dibuat dalam periode yang sama.
Penjualan harus dicatat dalam periode ketika hak hokum
atas barang telah berpindah ke pembeli. Apabila barang telah
dikirimkan dari persediaan dengan sistem FOB (Free On Board)
Shipping Point, maka hak akan berpindah pada tanggal pengiriman.
Jika persyaratan penjualan adalah FOB Destination, maka hak atas
barang belum berpindah ke pembeli sampai barang itu diterima
oleh pembeli. Dalam kasusseperti ini, cara yang praktis adalah
penjual dapat menambah satu atau beberapa hari sampai tanggal
pengiriman guna mengestimasi tanggal barang itu akan sampai di
tempat tujuan sebagai dasar penentuan tanggal pencatatan
penjualan. Dalam kasus dimana barang adiproduksi menurut
pesanan oleh pembeli, hak akan berpindah dan penjualan dapat
dicatat segera setelah barang-barang siap dikirimkan, sekalipun
pengiriman belum dilakukan sampai tanggal terakhir. Auditor harus
mencurahkan perhatian khusus pada pengakuan pendapatan dalam
kasus

proyek

konstruksi

jangka

panjang

dimana

klien

menggunakan metode persentase penyelesaian (percentage of


completion method).
Pengujian pisah batas penjualan akan dilakukan pada
tanggal neraca. Untuk penjualan barang dari persediaan, pengujian
akan mencakup perbandingan sampel penjualan yang dicatat dalam
beberapa hari terakhir periode berjalan dan beberapa hari pertama
periode berikutnya dengan dokumen pengiriman untuk menentukan
apakah transaksi telah dicatat dalam periode yang benar. Apabila
dokumen pengiriman bernomor urut diterbitkan secara berurutan
dan auditor sedang mengobservasi nomor dokumen penfiriman
terakhir yang digunakan dalam periode berjalan, maka dia
kemudian dapat menentukan bahwa setiap transaksi penjualan yang
dicatat sebelum akhir tahun didukung oleh dokumen pengiriman

24

dengan nomor yang diterbitkan selama periode berjalan, dan setiap


transaksi penjualan yang dicatat setelah akhir tahun didukung oleh
dokumen pengiriman dengan nomor yang diterbitkan selama
periode berikutnya. Untuk barang yang diproduksi menurut
pesanan, auditor mungkin perlu untuk memeriksa kesepakatan
penjualan yang berhubungan. Hal tersebut juga diperlukan untuk
menentukan keakuratan pisah batas setiap pengiriman terakhir yang
dilakukan pemasok klien secara langsung kepada pelanggan klien.
Pengujian pisah batas memberikan bukti mengenai asersi
eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk piutang usaha serta
penjualan. Untuk tahun kalender klien, jika penjualan bulan Januari
dicatat dalam bulan Desember, maka ada salah saji dalam asersi
eksistensi atau kejadian. Sebaliknya, jika penjualan bulan
Desember belum dicatat sampai bulan Januari, maka ada salah saji
dalam asersi kelengkapan.
b. Pengujian pisah batas retur penjualan (sales return cutoff test)
adalah serupa dan terutama diarahkan langsung pada kemungkinan
bahwa retur yang dilakukan sebelum akhir tahun belum dicatat
sampai setelah akhir tahun, sehingga mengakibatkan piutang dan
penjualan ditetapkan terlalu tinggi. Penentuan waktu yang tepat
dapat ditentukan dengan memeriksa tanggal laporan penerimaan
barang-barang yang dikembalikan dan korespondensi dengan
pelanggan. Auditor juga harus waspada terhadap kemungkinan
bahwa volume retur penjualan yang sangat besar yang tidak biasa
setelah akhir (mungkin pada akhir pekerjaan lapangan dan tanggal
laporan) dapat menandakan adanya pengiriman yang tidak
diotorisasi sebelum akhir

tahun untuk

menggelembungkan

penjualan dan piutang yang dicatat.


3. Melakukan Pengujian Pisah Batas atas Penerimaan Kas
1. Pengujian pisah batas penerimaan kas (cash receipts cutoff test)
dirancang untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa
penerimaan kas telah dicatat dalam periode akuntansi yang tepat.
25

Pisah batas yang tepat pada tanggal neraca merupakan hal yang
penting untuk menyajikan secara benar baik kas maupun piutang
usaha. Sebagai contoh, jika penagihan dari pelanggan pada bulan
Desember belum dicatat sampai bulan Januari, maka piutang usaha
akan ditetapkan terlalu tinggi dan kas akan ditetapkan terlalu
rendah pada tanggal neraca. Sebaliknya, jika penagihan yang
dilakukan pada bulan Januari dicatat dalam bulan Desember, maka
kas akan ditetapkan terlalu tinggi dan piutang usaha akan
ditetapkan terlalu rendah. Dengan demikian, pengujian ini
berhubungan

dengan

asersi

eksistensi

atau

kejadian

dan

kelengkapan baik untuk kas maupun piutang usaha.


2.5.5 Pengujian Rincian Saldo
Dua bidang utama dari prosedur dalam kategori pengujian substantif
untuk piutang usaha ini, yaitu konfirmasi piutang dan prosedur tindak lanjut
yang berkaitan serta prosedur untuk mengevaluasi kecukupan penyisihan
piutang tak tertagih.
1. Konfirmasi Piutang
Konfirmasi piutang usaha mencakup komunikasi tertulis secara
langsung antara pelanggan dan auditor. Pengujian sunstantif ini
digunakan secara luas oleh auditor. Pertimbangan yang relevan dalam
melakukan pengujian substantif ini adalah sebagai berikut:
a. Prosedur Audit Yang Berlaku Umum. Konfirmasi piutang adalah
prosedur audit yang berlaku umum. AU 330, Proses Konfirmasi
(SAS 67), menyatakan ada anggapan bahwa auditor akan meminta
konfirmasi piutang selama melakukan audit, kecuali:
1) Piutang usaha bersifat tidak material terhadap laporan
keuangan
2) Penggunaan konfirmasi akan menjadi tidak efektif sebagai
suatu prosedur audit
3) Penilaian gabungan auditor atas risiko inheren serta risiko
pengendalian adalah rendah dan bahwa penilaian ini, bersama

26

dengan bukti yang diharapkan disediakan oleh prosedur


analitis atau pengujian substantif rincian lainnya, sudah cukup
untuk mengurangi risiko audit ke tingkat rendah yang dapat
diterima untuk asersi laporan keuangan yang berlaku. Dalam
beberapa situasi, baik konfirmasi piutang usaha maupun
pengujian

substantif

rincian

lainnya

diperlukan

untuk

mengurangi risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima


untuk asersi laporan keuangan yang berlaku.
Auditor yang tidak meminta konfirmasi piutang harus
mendokumentasikan

dalam

kertas

kerjanya

bagaimana

dia

mengatasi anggapan bahwa konfirmasi harus diajukan. Kadangkadang klien berhak melarang auditor untuk mengkonfirmasi setiap
atau piutang usaha tertentu. Larangan ini mencerminkan adanya
batasan

yang

mengakibatkan

serius

atas

penolakan

lingkup

audit

yang

umumnya

untuk

memberikan

pendapat

(disclaimer) atas laporan keuangan. Oleh karena itu, pengaruh


larangan ini sebagian harus dievaluasi berdasarkan alasan
manajemen dan apakah auditor dapat memperoleh bukti yang
cukup dari prosedur audit lainnya.
b. Formulir Konfirmasi. Ada dua formulir permintaan konfirmasi,
yaitu konfirmasi positif, yang mengharuskan debitor untuk
menjawab apakah saldo yang ditunjukkan benar atau tidak, dan
konfirmasi negatif, yang meminta debitor untuk menjawab hanya
apabila jumlah yang ditunjukan tidak benar. Permintaan konfirmasi
positif biasanya dibuat dalam bentuk surat terpisah, tetapi juga
dapat dibuat dalam bentuk perangko pada laporan bulanan
pelanggan. Sebaliknya, permintaan konfirmasi negatif biasanya
dibuat dalam bentuk perangko.
Variasi dari bentuk positif adalah formulir kosong yang
dinamakan demikian karena saldo pelanggan tidak dinyatakan. Di
samping itu, pelanggan juga diminta untuk mengisi saldo itu.

27

Penggunaan formulir ini akan memberikan tingkat keyakinan yang


tinggi tentang informasi yang diinformasikan. Akan tetapi,
diperlukan pekerjaan ekstra bagi responden sehingga bisa
menyebabkan berkurangnya tingkat jawaban secara signifikan.
Pemilihan bentuk permintaan konfirmasi tergantung pada
auditor. Dalam membuat keputusan ini, auditor mempertimbangkan
tingkat risiko deteksi yang berlaku dan komposisi saldo pelanggan.
AU 330.20 menyebutkan bahwa bentuk konfirmasi negatif harus
digunakan hanya apabila semua dari ketiga kondisi berikut berlaku:
1) Tingkat risiko deteksi yang berlaku untuk asersi-asersi
bersangkutan adalah sedang atau tinggi.
2) Sejumlah besar saldo yang bernilai kecil terlibat.
3) Auditor tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa penerima
permintaan

konfirmasi

tidak

akan

memberikan

pertimbangkannya.
Seringkali, kombinasi dari dua bentuk tersebut digunakan
dalam satu penugasan. Sebagai contoh, dalam mengaudit utilitas
publik, auditor dapat memilih untuk menggunakan bentuk
konfirmasi negatif bagi pelanggan rumah tangga dan konfirmasi
positif bagi pelanggan komersial.
c. Penentuan Waktu Dan Luas Permintaan Kofirmasi. Apabila tingkat
risiko deteksi yang berlaku adalah rendah, maka auditor biasanya
mengirimkan permintaan konfirmasi piutang pada tanggal neraca.
Sebaliknya, tanggal pengiriman konfirmasi dapat dipilih satu atau
dua bulan sebelumnya. Dalam kasus seperti ini, auditor diharapkan
untuk memvouching perubahan yang material atar tanggal
pengiriman kofirmasi dan tanggal neraca serta dapat memilih untuk
mengkonfirmasi kembali akun dengan perubahan yang tidak biasa.
Luas

permintaan

konfirmasi,

atau

ukuran

sampel,

berhubungan terbalik dengan setiap faktor-faktor, seperti tingkat


risiko deteksi yang dapat diterima (untuk pengujian rincian) untuk
asersi di mana bukti konfirmasi akan dipakai, luas dimana
28

pengujian substantif lainnya akan bermanfaat untuk mencapai


tingkat risiko deteksi tersebut, dan salah saji piutang usaha yang
dapat ditoleransi. Permintaan konfirmasi negatif membutuhkan
ukuran sampel yang lebih besar daripada kofirmasi positif.
Stratifikasi ini juga dapat mempengaruhi ukuran sampel.
d. Pengendalian

Atas

Permintaan

Konfirmasi.

Auditor

harus

mengendaliakn setiap lagakah dalam proses konfirmasi. Hal ini


berarti:
1) Memastikan bahwa jumlah, nama, dan alamat pada konfirmasi
telah sesuai dengan data terkait dalam akun pelanggan.
2) Menjaga penyimpanan konfirmasi sampai dikirimkan
3) Menggunakan amplop yang dilampirkan dengan

logo

perusahaan bersangkutan untuk menjawab konfirmasi.


4) Menangani sendiri pemasukan surat konfirmasi ke dalam
amplop dan mengirimkannya melalui pos.
5) Mewajibkan pengiriman jawaban langsung kepada auditor.
Auditor bisa saja meminta bantuan klien untuk menyiapkan
permintaan konfirmasi, sepanjang pengendalian dapat dilakukan
oleh auditor.
Kertas kerja harus menunjukkan setiap akun yang dipilih
untuk konfirmasi, hasil yang diperoleh dari setiap permintaan
konfirmasi, dan referensi silang atas jawaban konfirmasi aktual.
e. Disposisi Pengecualian. Jawaban konfirmasi mungkin akan berisi
beberapa pengecualian (exeptions) yang tidak dihindarkan.
Pengecualian ini dapat disebabkan oleh barang yang masih dalam
perjalanan (in transit) dari klien ke pelanggan, barang yang
dikembalikan, pembayaran dari pelanggan kepada klie yang masih
dalam perjalanan, item-item yang tidak sesuai, kesalahan, dan
penyimpangan.
f. Prosedur Alternatif Untuk Konfirmasi Yang Tidak Dijawab.
Apabila tidak ada jawaban yang diterima atas permintaan
konfirmasi positif biasanya dilakukan. AU 330.31 menyatakan

29

bahwa pengabdian prosedur semacam ini dapat diterima apabila


dua kondisi berikut berlaku:
1) Tidak ada faktor kualitatif yang tidak biasa atau karakteristik
sistematik

yang

bersangkutan

dengan

tidak

menjawab

konfirmasi, seperti semua jawaban yang tidak diterima


menyangkut transaksi akhir tahun.
2) Tidak adanya jawaban, yang diproyeksikan sebagai salah saji
100% terhadap populasi yang ditambahkan ke jumlah semua
perbedaan lainnya yang belum disesuaikan, tidak akan
mempengaruhi keputusan auditor tentang apakah laporan
keuangan secara material sudah benar.
Dua prosedur alternatif yang utama adalah memeriksa
penagihan berikutnya dan memvouching faktur penjualan terbuka
yang berisi saldo pelanggan.
g. Memeriksa Penagihan Berikutnya. Bukti terbaik mengenai
eksistensi

dan

ketertagihan

piutang

adalah

penerimaan

pembayaran dari pelanggan. Sebelum mengakhiri pekerjaan


lapangan audit, klien mungkin telah menerima pembayaran dari
beberapa pelanggan sebagai pelunasan hutang pada tanggal
konfirmasi. Pencocokkan penagihan itu kembali ke faktur terbuka
(belum dibayar) yang mengandung saldo pelanggan pada tanggal
konfirmasi menetapkan eksistensi dan ketertagihan piutang.
h. Memvouching Faktur-Faktur Terbuka Yang Berisi Saldo. Hal ini
merupakan variasi dari langkah memvouching pendebetan piutang
ke faktur penjualan pendukung, dokumen pengiriman, dan pesanan
penjualan. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa prosedur tersebut
dibatasi untuk item-item yang mengandung saldo akun per tanggal
konfirmasi di mana jawaban konfirmasi tidak diterima dan bukan
keseluruhan populasi piutang usaha.
i. Mengikhtisarkan Dan Mengevaluasi Hasil. Kertas kerja auditor
harus berisi ikhtisar hasil dari mengkonfirmasi piutang usaha.

30

Ikhtisar tersebut harus memberikan, pada tingkat minimum, data


statistik mengenai:
1) Jumlah dan nilai dollar konfirmasi yang dikirimkan serta
jawaban yang diterima.
2) Proporsi dari total populasi yang dicakup oleh sampel.
3) Hubungan antara nilai yang diaudit dengan nilai buku itemitem yang tercakup dalam sampel.
j. Aplikabilitas Asersi. Konfirmasi piutang usaha merupakan sumber
bukti yang utama dalam memenuhi asersi eksistensi atau kejadian.
Pengakuan hutang oleh pelanggan ketika menjawab konfirmasi
menunjukkan bahwa klien memiliki klaim illegal terhadap
pelanggan. Jadi, pengujian ini juga memberikan bukti yang
berkaitan dengan asersi hak dan kewajiban. Konfirmasi piutang
usaha bukan merupakan permintaan untuk membayar. Jadi,
konfirmasi ini tidak memberikan bukti tentang ketertagihan saldo
yang terhutang. Akan tetapi, jawaban atas konfirmasi itu dapat
mengungkapkan item-item yang telah dibayar sebelumnya atau
item-item yang telah dibayar sebelumnya atau item-item yang tidak
sesuai yang mempengaruhi penilaian yang tepat atas jumlah yang
tehutang. Dalam hal ini, konfirmasi piutang usaha hanya berkaitan
dengan asersi penilaian atau alokasi untuk piutang usaha kotor.
Apabila jawaban pelanggan menunjukkan kesesuaian
dengan saldo pembukuan, maka terdapat bukti bahwa saldo itu
telah lengkap. Akan tetapi, bukti tentang asersi kelengkapan ini
terbatas karena piutang yang belum dicatat tidak dapat dikonfirmasi
dan pelanggan lebih cenderung melaporkan kesalahan berupa lebih
saji daripada kesalahan berupa kurang saji.
2. Mengevaluasi Kelayakan Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Pengujian saldo ini meliputi:

31

a. Penggunaan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menjumlah


secara vertikal dan menjumlah ke samping neraca saldo umur
piutang usaha serta mencocokkan totalnya dengan saldo buku besar
b. Pengujian penentuan umur atas jumlah-jumlah yang tercantum
pada kategori umur dalam neraca saldo
c. Pertimbangan bukti yang berkaitan dengan ketertagihan jumlah
yang telah jatuh tempo
d. Penilaian kelayakan persentase yang digunakan untuk menghitung
komponen penyisihan yang diperlukan pada setiap kategori umur
dan kelayakan penyisihan secara keseluruhan
e. Pengevaluasian estimasi sebelumnya atas piutang tak tertagih
dengan pengalaman berikutnya dan manfaat melihat kembali
pengalaman sebelumnya
Penyisihan piutang tak tertagih merupakan estimasi akuntansi
yang dibuat manajemen yang melibatkan baik pertimbangan objektif
maupun subyektif. Tanggung jawab auditor adalah menilai kelayakan
penyisihan serta provisi yang berkaitan dengan beban piutang tak
tertagih.
2.5.6 Perbandingan Penyajian Laporan dengan GAAP
Auditor harus memiliki pengetahuan tentang cara penyajian laporan
dan persyaratan pengungkapan untuk piutang usaha dan penjualan menurut
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Persyaratan ini
meliputi identifikasi dan klasifikasi yang tepat. Review atas neraca saldo
piutang usaha dapat menunjukkan piutang dari karyawan, pejabat
perusahaan, perusahaan afiliasi, serta pihak terkait lainnya yang harus
diklasifikasi kembali atau diungkapkan secara terpisah, jika material.
Sumber yang sama ini juga dapat mengungkapkan piutang dengan saldo
kredit yang, jika signifikan secara agregat, harus diklasifikasi kembali
sebagai kewajiban lancar. GAAP juga mengharuskan klasifikasi yang tepat
atas piutang sebagai lancer dan tidak lancer, serta pengungkapan yang

32

berkaitan dengan penggadaian, pembebanan, dan pemfaktoran piutang.bukti


yang relevan dengan hal-hal tersebut harus bias diperoleh melalui Tanya
jawab dengan manajemen dan mereview notulen rapat dewan komisaris
serta perjanjian pinjaman. Representasi manajemen mengenai hal-hal
tersebut harus diperoleh secara tertulis dalam bentuk surat representasi
klien yang merupakan salah satu langkah terakhir dari audit.
2.6 Jasa Bernilai Tambah
Standar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan auditor untuk
melakukan jasa bernilai tambah (value-added services). Akan tetapi, banyak
auditor mengembangkan spesialisasi industri sehingga mereka dapat
memahami kecenderungan industri dan mengidentifikasi dengan lebih baik
risiko yang berkaitan dengan laporan keuangan yang tidak menyajikan
secara wajar posisi keuangan, hasil operasi, atau arus kas. Klien dan dewan
komisaris biasanya ingin mengambil keuntungan penuh dari pengetahuan
auditor itu.
Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolok
ukur (benchmark) atas kinerja perusahaan dibandingkan dengan perusahaan
lain dalam industri itu. Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklus
penjualan, dia harus mengikhtisarkan masalah penting yang dapat
menghambat kinerja jasa bernilai tambah kepada klien.

33

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Siklus pendapatan suatu perusahaan meliputi aktivitas yang
berkaitan dengan transaksi penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian
penjualan. Transaksi tersebut akan mempengaruhi beberapa akun yang
signifikan dalam laporan keuangan, termasuk kas, piutang usaha,
persediaan, dan penjualan. Siklus pendapatan merupakan hal yang penting
bagi setiap perusahaan, tetapi praktik bisnis dan pemicu ekonomi yang
mendasari sangat bervariasi dari satu klien dengan klien lainnya.
Pemahaman tentang bisnis dan industri merupakan langkah pertama yang
penting dalam mengembangkan strategi audit. Sifat dari banyak aktivitas
dalam siklus ini akan mengakibatkan timbulnya risiko inheren yang tinggi
untuk berbagai asersi laporan keuangan yang signifikan seperti asersi
eksistensi atau kejadian piutang usaha. Karena hal ini, maka banyak
perusahaan yang telah menerapkan ketentuan yang ekstensif dalam setiap
pengendalian internalnya untuk mencegah atau mendeteksi salah saji.
Apabila auditor memperkirakan pengendalian ini akan menjadi efektif,
maka dalam mengaudit asersi siklus pendapatan terkait akan menerapkan
pendekatan penilaian tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah. Dalalm
merencanakan pengujian substantif atas piutang usaha, auditor sangat
menaruh perhatian pada risiko lebih salah saji piutang yang disebabkan oleh
pencantuman piutang fiktif atau tidak memadainya penyisihan piutang tak
tertagih. Terdapat anggapan bahwa auditor akan mengirim permintaan
konfirmasi piutang usaha selama audit kecuali kondisi khusus tertentu
berlaku.

34

DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern
Auditing, Edisi Ketujuh, Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Audit

Siklus

Pendapatan,

http://dexsuar.blogspot.com/2013/07/audit-siklus-

pendapatan.html. Diakses pada Hari Jumat, 18 September 2015. Pukul


15.52 WITA.
Audit

Siklus

Pendapatan,

http://ar-alfajri.blogspot.com/2013/10/audit-siklus-

pendapatan.html. Diakses pada Hari Jumat, 18 September 2015. Pukul


15.52 WITA.
Audit Siklus Pendapatan, http://icanalbuch.blogspot.com/2012/05/audit-sikluspendapatan.html. Diakses pada Hari Jumat, 18 September 2015. Pukul
15.56 WITA.

35

Anda mungkin juga menyukai