Anda di halaman 1dari 73

Sistem

Penanggulangan
Bencana di Jepang
Kelompok 4 :
Ulvienin Harlianti 12312052
Muhamad Sony Bintang Pradana 12311052
Yordan Wahyu Christanto 22314008
Titis Lestyowati 22314016

Outline

Bencana Alam Di Jepang

Sistem Penanggulangan Bencana Di Jepang

Dasar Hukum (Regulasi dan Kebijakan)

Program

Kelembagaan

Partisipasi Masyarakat

Contoh Kasus Penanggulangan Bencana dan


Permasalahan yang Timbul

Pelajaran yang bisa diperoleh

Kesimpulan

Secara geografis di sebelah barat


terdapat laut china dan berbatasan
langsung dengan negara China dan
semenanjung Korea

Di sebelah utara terdapat Laut


Okhostik, negara Rusia, dan Sakhlin.
Di sebelah selatan terdapat Samudra
Pasifik, Taiwan, dan Filiphina. Sebelah
timur, terdapat samudra Pasifik

Bencana yang sering terjadi :


gempabumi, tsunami, angin topan,
erupsi gunungapi, banjir, dan tanah
longsor

Wilayah Ring of Fire

Jepang juga berada dalam pertemuan empat lempeng


yaitu lempeng Eurasia,

lempeng Pasifik, lempeng

Filiphina, dan lempeng Amerika Utara, menyebabkan

Kerentanan Bencana Jepang


(1)
Gempabumi
dan
Tsunami
merupakan bencana paling besar di
Jepang.
Sekitar 1.500 kali gempa terjadi di
Jepang setiap tahun. Gempa yang
sering terjadi di Jepang berasal dari
kegiatan

tektonik

subduksi.

Selain

pada
itu,

zona
aktivitas

vulkanisme di Jepang juga menjadi


faktor penyebab gempa

Kerentanan Bencana Jepang


(2)
Angin Topan banyak
terjadi di bulan Mei dan
Oktober, AgustusSeptember. Untuk
menangani angin topan
didirikan Japan Meteorology
Agency (JMA)

Kerentanan Bencana
Jepang(3)
Kebakaran banyak
terjadi saat musim
kering terutama
dimusim panas, karena
70% total wilayah
Jepang hutan

Kerentanan Bencana Jepang


(4)
Sekitar 71% luas daratan
Jepang adalah pegunungan,
terdapat 67 gunung api aktif.
Gunung Sakurajima merupakan
gunung api paling aktif dan
berbahaya.

Dasar Hukum (Regulasi dan Kebijakan)

Mencakup semua fase manajemen bencana :


1.Kesiapiagaan
2.Pencegahan/mitigasi
3.Respon
4.Fase

pemulihan

.Undang-Undang
1.Disaster
2.Fire

Relief Act - 1947 year

Services Act -1948 year

3.Flood

Control Act 1949 year

Disaster Relief Act

Disahkan 1947

Tujuan DRA berdasarkan hukum adalah untuk mengatur pemberian


bantuan darurat bencana melalui kerjasama pemerintah daerah,
organisasi non-pemerintah (misal : Palang Merah Jepang) dan
masyarakat umum yang secara khusus bertujuan untuk melindungi
korban bencana dan menjaga ketertiban sosial.

Dalam kasus bantuan darurat, UU Penanggulangan Bencana juga


disebutkan untuk hal-hal seperti operasi penyelamatan dan kontribusi
negara untuk biaya bantuan, yang hukum memiliki ketentuan khusus.
Berdasarkan undang-undang, bantuan diberikan hanya dalam hal,
misalnya : kerusakan relatif sejumlah rumah terhadap populasi
kotamadya atau kota yang bersangkutan karena bencana.

Minister of Health, Labour and Welfare (MHLW) memainkan peran


kunci dalam pelaksanaan DRA

Gubernur Provinsi akan terus berusaha untuk merumuskan rencana


yang diperlukan, membangun organisasi bantuan yang kuat,
menyediakan tenaga kerja, fasilitas, peralatan, perlengkapan, dan
pendanaan untuk memastikan sepenuhnya efektif.

Berikut jenis kegiatan bantuan yang didefinisikan oleh UU


Penanggulangan Bencana:
1. Pengaturan

dari tempat berlindung dan perumahan


sementara darurat

2.Persediaan

makanan dan air, pasokan pakaian, selimut, dll

3.Penyelamatan
4.Perbaikan

darurat rumah rusak

5.Penyediaan
6.Mencari

korban bencana

perlengkapan sekolah

korban meninggal dan perawatan tubuh

7.Pembersihan

tinggal

puing-puing di dalam dan sekitar tempat

Fire Services Act

Disahkan 24 Juli 1948

Organisasi sistem pertahanan kebakaran di Jepang didasarkan


pada Fire Defense Organization Law, diberlakukan pada
tanggal 23 Desember 1947.

Tugas Fire Services Act, didefinisikan oleh hukum sebagai


berikut: dengan peralatan dan personil, Fire Services Act akan
melakukan tugas melindungi masyarakat kehidupan, orang dan
properti dari kebakaran, dan mencegah serta meminimalkan
kerusakan karena kebakaran, banjir, gempa bumi dan bencana
lainnya.

Urusan utama mencakup meningkatkan pendidikan dan pelatihan


bagi personil pemadam kebakaran dan anggota korps relawan api
dengan mendirikan fire academies atau "fire training schools.

Fire Services Act mendefinisikan kerangka hukum untuk


kerjasama antara pemerintah provinsi dan kota dan pihak terkait
lainnya (Pasal 22)

Flood Control Act


Disahkan

1949

Hukum

ini digunakan untuk melihat dan mengawasi


bencana yang berhubungan dengan air, misalnya
bencana banjir dan badai, serta meminimalkan
kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana demi
keselamatan penduduk.

Langkah-langkah

mitigasi banjir dilakukan berdasarkan


Flood Control Act , seperti:
1.Patroli

sungai

2.Mobilisasi

organisasi flood-fighting dan fire-fighting

3.Memerintahkan

warga untuk mengungsi

4.Pelaporan

dan penerbitan tingkat air

5.Pelaporan

pelanggaran tanggul .

Undang-Undang

memainkan peran penting dalam


pengurangan kerusakan banjir. UU memiliki ketentuan
yang mengatur hal-hal berikut :
1.Banjir

diperkirakan akan memandu evakuasi, dll


(bersama-sama dikeluarkan oleh administrator
sungai dan Badan Meteorologi Jepang).

2.Peringatan

flood fighting untuk memandu kegiatan


flood fighting (yang dikeluarkan oleh administrator
sungai).

3.Pengumuman

umum oleh administrator sungai dari


daerah rawan banjir di sepanjang setiap sungai
utama dan persiapan peta bahaya oleh masingmasing kota berdasarkan daerah yang diasumsikan
rentan banjir.

Classification and Administration of rivers in Japan

Sejarah Sistem Manajemen Bencana


Modern

Disaster Countermeasures Basic Act


(DCBA) :
1. Perlindungan tanah nasional
2. Perlindungan kehidupan warga
3. Perlindungan mata pencaharian dan
properti

Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Typhoon_Nancy_(1961)

Prioritas
Nasional

Skema Dasar DCBA

Ketentuan DCBA
(Disaster
Countermeasures
Basic Act)

Outline dari DCBA (Disaster


Countermeasures Basic Act)

Sumber: Cabinet Office, Disaster Management in Japan, p.8

Dewan Pengelola Bencana


Dewan pengelola bencana dibentuk berdasarkan pada UU Dasar
Penanggulangan di Jepang, yang dibentuk pada 4 tingkatan Wilayah :
1.

Dewan Pengelola Bencana di tingkat Nasional (National Level)

Anggota :
a.

Perdana Menteri

b.

Dewan Pengelola Bencana tingkat nasional

c.

Organisasi Lembaga Pemerintahan dan Perusahaan Umum tingkat


Nasional yang telah ditunjuk

Tugas :
d.

Membuat dan mempublikasikan dasar rencana sistem penanggulangan


bencana

e.

Memberikan dukungan penuh pada pemerintah daerah

f.

Membuat dan menerapkan tindakan perencanaan pengelolaan bencana

2. Dewan Pengelola Bencana di tingkat Provinsi (Prefectural


Level)
Anggota :
a.

Gurbernur

b.

Dewan Pengelola Bencana tingkat Provinsi

c.

Organisasi Lembaga Pemerintahan dan Perusahaan Umum tingkat


Provinsi yang telah ditunjuk

Tugas :
d.

Membuat dan mempublikasikan rencana tindakan pengelolaan


bencana tingkat Provinsi

e.

Memberikan dukungan penuh pada pemerintahan


Kabupaten/Kota Madya

f.

Melakukan koordinasi penuh dengan pemerintahan tingkat


nasional dan kabupaten tentang sistem pengelolaan bencana

3. Dewan Pengelola Bencana di tingkat Kabupaten/Kota Madya


(Municipal Level)
Anggota :
a.

Bupati/Walikota

b.

Kepala Desa

c.

Dewan Pengelola Bencana tingkat Kabupaten/Kota Madya

Tugas :
d.

Membuat rencana tindakan penanggulangan bencana


tingkat kabupaten/kota madya

e.

Bertanggung jawab ketika terjadi bencana


1. Mendirikan tempat pengungsian korban bencana
2. Memberikan peringatan dini tentang evakuasi
3. Mengerahkan unit pemadam kebakaran

4. Dewan Pengelola Bencana di tingkat Residen (Residents Level)


Anggota : Residen dan Enterprise
Tugas : Membentuk suatu komunitas perencanaan pengelolaan bencana
dan menerapkan tindakan pengurangan risiko bencana

Organisasi Manajemen Bencana dalam


Pemerintahan Nasional

Sumber: Cabinet Office, Disaster Management in Japan, p.9

Komposisi dari CDMC

Komite-Komite CDMC untuk teknik investigasi


Committes for technical investigation
On countermeasures for the Tonankai and Nankai Earthquakes (formed October, 2001)
On lessons learned from past disasters (formed July, 2003)
On the promotion of Nationwide Movement of Disaster Management (formed December, 2005)
On evacuation measures for the Tokyo Inland Earthquakes (formed August, 2006)
On large-scale flood countermeasures (formed August, 2006)
On countermeasures for the Tokai Earthquake (March 2002-May 2003)
On information sharing for disaster management (October 2002-July 2003)
On the promotion of disaster reduction activities by the private sector (September 2003-October
2005)
On countermeasures for the Tokyo Inland Earthquake (September 2003-July 2005)
On countermeasures for the Trench-type Eartquakes in the Vicinity of the Japan and Chishima
Trenches (October 2003-January 2006)

Program Sistem Penanggulangan


Natural
Bencana
di
Jepang
Disasters
Earthquake Disaster
Earthquake Disaster
Countermeasures
Countermeasures

Accident
Disaster
Maritime Disaster

Maritime Disaster
Countermeasures
Countermeasures

Nuclear Disaster
Nuclear Disaster
Countermeasures
Countermeasures

Storm and Flood


Storm and Flood
Countermeasures
Countermeasures

Volcano Disaster
Volcano Disaster
Countermeasures
Countermeasures

Snow Disaster
Snow Disaster
Countermeasures
Countermeasures

Aviation Disaster
Aviation Disaster
Countermeasures
Countermeasures

Railroad Disaster
Railroad Disaster
Countermeasures
Countermeasures

Road Disaster
Road Disaster
Countermeasures
Countermeasures

Hazardous Materials
Hazardous Materials
Disaster
Disaster
Countermeasures
Countermeasures

Large-scale Fire
Large-scale Fire
Disaster
Disaster
Countermeasures
Countermeasures

Forest Fire Disaster


Forest Fire Disaster
Countermeasures
Countermeasures

(Addressing all the disaster


phases)

Disaster Prevention
and Preparedness

Disaster Emergency
Response

Disaster Recovery
and Rehabilitation

(Tangible countermeasures to be taken by each


stakeholder)

National
Government

Local Governments

Sumber: Cabinet Office, Disaster Management in Japan, p.11

Residents

Misi Kabinet Kantor Kementerian

Pada tahun 2001, jabatan Menteri Negara yang bertugas untuk


Penanggulangan Bencana baru didirikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya
untuk mengintegrasikan dan memberikan koordinasi kebijakan dan
tindakan kementrian dan lembaga terkait tentang sistem mitigasi bencana.

Di Kantor Kabinet yang bertanggung jawab penuh tentang keamanan


menjalain kerjasama dan kolaborasi antar organisasi pemerintahan adalah
Direktur Jenderal Manajemen Bencana, yang juga diberi mandate
untuk memberikan kebijakan dan bertanggung jawab pada dasar rencana
sistem penanggulangan bencana berskala besar.

Jepang telah banyak belajar dari bencana Gempa Hanshin-Awaji yang telah
menimbulkan kerugian besar, sehingga Sistem secretariat diperkuat
termasuk menunjuk Kepala Sekretaris Kabinet Sistem Manajemen
Penanggulangan Bencana dan mendirikan Kabinet Pusat Pengumpulan
Informasi, untuk memperkuat fungsi manajemen resiko bencana yang
berskala besar dan perlu penanganan serius.

Jadi, dalam hal ini Kantor Kabinet Pemerintahan memiliki peran penting

Organization of National Government dan Cabinet


Office (Disaster Management)

Kelembagaan
A. Kabinet Kementerian yang terlibat dalam Sistem Pengelolaan
Bencana di Jepang :
1. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial
Tugas Utama :
a.

Memberikan bantuan bencana, kebijakan penyaluran bantuan, penyelamatan


korban dan harta benda serta melakukan evakuasi korban bencana yang
dibantu oleh Biro Bantuan Kesejahteraan Sosial melalui Dewan Pengelolaan
Bencana

b.

Mengontrol dan mengkoordinasi langkah-langkah tanggap bencana dan


mengumpulkan berbagai informasi yang akurat dari berbagai lembaga
struktural pemerintah dan swasta

c.

Kementerian mengirimkan karyawannya ke daerah yang rusak serta Markas


Besar tanggap darurat bencana daerah jika diperlukan

2. Kementrian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan


Pariwisata
Tugas Utama :
a.

Memberikan Kebijakan Pengelolaan Bencana di tingkat nasional

b.

Melakukan pengembangan tata wilayah kota dengan memperhatikan daerah


rawan bencana demi keselamatan penduduk

3. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi
Tugas Utama :
c.

Memberikan dukungan dan kebijakan kepada pemerintah tentang program


penanggulangan bencana

d.

Memberikan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan kepada seluruh lapisan


masyarakat mengenai tipe bencana dan cara mengurangi resiko terjadinya
bencana

e.

Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada seluruh lapisan masyarakat tentang


tindakan yang tepat dan bijak ketika terjadi bencana

B. Lembaga lembaga yang terkait dalam Sistem


Pengelolaan Bencana di Jepang dalam Kabinet
Kementerian:
1.

Fire and Disaster Management Agency (FDMA)

Tugas Utama :
a.

Membuat dan merancang sistem pemadam kebakaran secara


keseluruhan

b.

Memberikan bantuan dan fasilitas pemadam kebakaran

c.

Melakukan penelitian tentang pelayanan pemadaman kebakaran dan


perumusan sistem pengoperasian secara keseluruhan

d.

Memberikan pelatihan kepada Petugas Pelayanan Pemadam


Kebakaran dan Relawan yang bergabung dalam korps pemadam
kebakaran

e.

Merencanakan, merancang dan melakukan koordinasi penuh dengan


pemerintah daerah tentang pencegahan bencana

2. Japan Meteorological Agency (JMA)


a.

Pusat Layanan Cuaca di Jepang

b.

Bertugas melakukan pengawasan dan menyediakan hal-hal yang berkaitan tentang


bahaya gempa bumi, angin topan dan gunung api

c.

Memberikan informasi kepada Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan


Pariwisata serta gubernur di tingkat provinsi, tentang bencana banjir dan badai

3. Japan Coast Guard (JCG)


Tugas Utama :
d.

Melakukan pencarian dan operasi penyelamatan setelah terjadi kecelakaan terhadap


perahu atau kapal

e.

Memberikan penyuluhan guna meningkatkan kesadaran dan pendidikan kepada masyarakat


tentang bahaya di laut dan prinsip-prinsip penyelamatan diri

f.

Menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi penyelamatan publik dan swasta termasuk


Polisi dan Tim Pemadam Kebakaran

g.

Melakukan latihan dengan organisasi pencegahan bencana sektor swasta di Jepang dan luar
negeri

h.

Membuat peta daerah rawan bencana untuk masyarakat, yang telah dilengkapi database
informasi yang diperoleh secara regular dan pengamatan darurat gunung api bawah laut
dan pulau-pulau vulkanik

4. Disaster Medical Assitence Teams


a.

Merupakan tim bantuan khusus yang beroperasi selama terjadi


bencana berskala besar

b.

Anggota Tim ditraining terlebih dahulu di Rumah Sakit Organisasi


Nasional Bencana Pusat untuk mendapatkan sertifikasi

c.

Bertugas memberikan bantuan medis, melakukan pengobatan selama


terjadi bencana dan mengevakuasi korban ke daerah yang aman

5. Japan Medical Association Teams (JMAT)


d.

Dibentuk dengan tujuan untuk mendukung asosiasi medis lainnya di


Jepang

e.

Tugas Utama: Memberikan bantuan medis di Rumah Sakit dan Klinik


daerah yang terkena bencana, menyediakan dan memberikan
perawatan medis di lokasi evakuasi dan pusat-pusat pertolongan
pertama

f.

Beranggotakan Dokter, Perawat dan Staf Koordinasi

6. Japan Red Cross Society


a.

Tim ini terdiri dari : Dokter, Kepala Perawat, Perawat dan Pegawai Administrasi

b.

Selain terlibat dalam dalam operasi bantuan bencana alam, tim ini juga sering
terlibat dalam operasi bantuan kecelakaan transportasi, bencana industri dan
ledakan gas

c.

Tim ini bertugas memberikan perawatan medis dan psikologi, menyimpan dan
mendistribusikan barang bantuan, penyediaan produk darah, mengumpulkan
dan menyebarkan informasi yang akurat, penyediaan air panas dan merawat
korban selamat yang berada di tempat pengungsian

7. Building Research Institute


d.

Merupakan salah satu lembaga yang melakukan penelitian terhadap bangunan


tahan gempa dan penguatan bangunan terhadap bencana gempa

e.

Bertugas melakukan penilaian kerusakan awal terhadap bangunan sesaat setelah


terjadi gempa untuk mengetahui apakah bangunan masih dapat dimanfaatkan
atau tidak, mengukur dan menentukan tingkat kerentanan bangunan untuk
menghindari cedera pada penduduk dan kerugian yang akan didapatkan

8. NHK Japan Broadcasting Company


a.

Dibentuk dibawah UU Dasar Penanggulangan Bencana di Jepang

b.

Tugas Utama : Menyiarkan bencana dan peringatan darurat bencana,


memberikan informasi yang diperlukan mengenai lokasi dan besar
kecilnya gempa serta melakukan peringatan terhadap bencana
tsunami berskala besar melalui radio maupun televisi

Hubungan
antara Kantor
Kabinet
Kementerian,
Kabinet
Kementerian
dan Lembagalembaga terkait

Partisipasi Masyarakat dalam


Mengurangi Resiko Bencana
A. Peningkatan Kesadaran Masyarakat dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan tentang
Mengurangi Resiko Bencana
1.

Mengenalkan Kegiatan yang berhubungan dengan Pengurangan Resiko Bencana (Dalam


rangka meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana, maka
harus ada kerjasama yang erat antara individu, keluarga, masyarakat, pengusaha dan
pemerintah untuk membangun gerakan nasional pengurangan resiko bencana. Dimana
pemerintah Jepang telah menetapkan bahwa tanggal 1 September merupakan Hari Siap
Siaga Bencana Nasional)

2.

Pendidikan tentang Mengurangi Resiko Bencana(Pada tiap jenjang pendidikan, mulai dari
sekolah untuk anak-anak, Pemerintah Jepang beserta Kabinet Kementerian Pendidikan
dan Unit Lembaga Pemadam Kebakaran telah mengarahkan kurikulum pendidikan di
Jepang pada permasalahan bencana, memberikan keterampilan praktis, memberikan
buku tentang kebencanaan di Jepang dan melakukan kampanye pemeliharaan lingkungan)

3.

Menyalurkan keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari generasi ke generasi

B. Kegiatan Relawan dalam Rangka Memperbaiki Lingkungan


Pemerintah Jepang telah menetapkan bahwa tanggal 17 Januari
merupakan Disaster Reduction and Volunteer Day dan dalam satu minggu
diadakan berbagai kegiatan seperti seminar, pelatihan dan pameran yang
menyajikan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para relawan ketika
terjadi bencana

Contoh Penanggulangan
Bencana
Jepang
(1)

Jepang memiliki Kementrian


Penanganan Bencana (Disaster
Management Ministry)

5 persen dari APBN mereka wajib


untuk antisipasi bencana guna
melindungi sekitar 127 juta
rakyatnya

Memiliki Early Warning System


terbaik di dunia

Semua kontruksi bangunan di


design anti gempa, membuka
lahan kosong menjadi tamantaman, ketika bencana menjadi
assembly point

Contoh Penanggulangan Bencana


Jepang (2)

Terdapat Hari Penanggulangan


Bencana Nasional pada 1
September

Bahkan antisipasi mengatasi


gempa menjadi salah satu
kurikulum wajib bagi siswa
sekolah dasar di Jepang. Latihan
antisipasi gempa dan tsunami,
selalu dilakukan berkali-kali

Pemerintah memberi subsidi


pembangunan rumah anti
gempa. Pada tahun 2008 sekitar
79% bangunan anti gempa.
Target 2020 rumah anti gempa
menjadi 95%

Ada 6 pusat regional


pemantauan dalam sistem ini
yang berpusat di Tokyo. Di
samping itu, 180 stasiun
sinyal seismik terdapat di
berbagai penjuru Jepang,
sementar sensor-sensor yang
dipasang di laut selalu
dipantai terus menerus
selama 24 jam sehari
olehEarthquake and
Tsunami Observation
System (ETOS)yang
dijalankan dengan komputer

Pemerintah Jepang menghadapi Bencana


Taifun melanda Tokyo pada tanggal 21
September 2011

Taifun yang dalam bahasa


Jepang disebut dai fuun
yang berarti angin besar,
merupakan salah satu
fenomena alam yang rutin
terjadi di Jepang

Dengan teknologi yang


dimiliki oleh Jepang saat ini,
waktu terjadinya dan skala
besaran taifun tersebut
dapat diramalkan, sehingga
pemerintah telah
menyiapkan langkah-

Pada saat itu sejak siang hari terlihat


kendaraan polisi dan petugas dari
instansi terkait bersiaga di beberapa
lokasi, karena menurut ramalan cuaca,
taifun akan sampai ke Kota Tokyo pada
sore hari. Menjelang sore hari yang
berarti mendekati waktu perkiraan
datangnya taifun, kendaraan ambulan
dan pemadam kebakaran dikerahkan
oleh Pemerintah di lokasi-lokasi yang
dianggap rawan, serta ada juga yang
sekedar berkeliling Kota Tokyo
seandainya sewaktu-waktu dibutuhkan.
Melihat situasi saat itu, sebagai orang
awam yang belum pernah
mengalaminya, saya menduga bahwa
taifun yang akan terjadi pastilah
lumayan besar. Namun dugaan saya
keliru, ternyata taifun yang terjadi
tidaklah sebesar yang saya kira,

Kebakaran
Kesigapan pemerintah dapat juga
dilihat dari cara merespon
panggilan/kejadian darurat, seperti
apabila terjadi kecelakaan atau
kebakaran. 4 menit adalah prosedur
standar yang harus dipenuhi oleh
petugas. Oleh karena itu tidaklah heran
bila kita akan melihat posko ambulan
dan mobil pemadam kebakaran di
setiap area (kelurahan) di Tokyo.

Contoh Penanggulangan
Bencana
Jepang (3)

Contoh Penanggulangan Bencana


Jepang (4)
Construction began in
1934 using borrowed
money and took more
than three decades to
complete. The largest
dike was 2,433 meters
long and 7 meters
high

11 Maret 2011, Gempa


dan Tsunami

skala Richter

tsunami setinggi 4-10 meter

tercatat sebagai gempa paling


dahsyat dalam 140 tahun terakhir di
Jepang

korban jiwa justru paling banyak


disebabkan oleh sapuan gelombang
tsunami, bukan karena gempa

10 hari setelah bencana, korban


meninggal atau dilaporkan hilang
tercatat 21.459 orang

Community- Based Disaster Risk


Management(1)

Community- Based Disaster


Risk Management (2)

Contoh Penanggulangan Bencana


Jepang (5)

Contoh Penanggulangan Bencana


Jepang (6)

Tidak semua orang evakuasi


dengan segera

Semua penduduk yang


evakuasi dengan segera
selamat

Lebih dari setengah penduduk


evakuasi menggunakan mobil

40 persen orang yang


melakukan evakuasi pergi
menuju shelter

Pengaruh evakuasi paling besar


dari keputusan tetangganya

Contoh Penanggulangan Bencana


Jepang (7)

Contoh Penanggulangan
Bencana Jepang (8)

750.000 orang perhari


working on site

107.000 JSDF
menyelamatkan 19000
korban

30.000 firefighter

540 aircraft

Bekerja Selama 88 hari


dalam tahap evakuasi

Contoh Penanggulangan Bencana


Jepang (9)

Contoh Penanggulangan Bencana


Jepang (10)

Contoh Penanggulangan Bencana


Jepang (11)

Contoh Penanggulangan Bencana


Jepang (12)

Lesson

Pemerintah sehaarusnya memberi dukungan kepada local


community dengan menyiapkan peta bencana, shelter, rute
evakuasi, dan memberikan pendidikan di sekolah terkait
kebencanaan

Memberikan pelajaran kepada generasi berikutnya. Komunitas local


jepang membuat monumen bencana di beberapa daerah jepang

Meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai kebencanaan

Warning system dapat menyelamatkan nyawa manusia dan


mengurangi dampak ekonomi dari bencana alam

Membuat jaringan aktivitas komunitas kebencanaan yang


terintegerasi

Pembangunan Structural yang terencana dan aplikasi yang tepat


guna

Lakukan pendataan yang lengkap dan menyeluruh. Sebagai bahan

Kesimpulan

Menjadi negara paling rawan bencana membuat Jepang selalu


mengembangkan sistem manajemen bencana di negaranya.

Manajemen becana Jepang lebih fokus dalam desentralisasi

Terdapat kelompok-kelompok yang mendapat pelatihan medical assistance


dibawah DCBA, yaitu DMAT dan JMAT

Lembaga Pemerintahan :

JMA fokus menangani bencana gempabumi, tsunami, angin topan, dan


erupsi gunung api

MLIT fokus menangani bencana banjir dan bencana yang berhubungan


dengan sedimen

FDMA fokus menangani bencana kebakaran

Banyaknya organisasi kebencanaan dan orang-orang yang mengikutinya


menunjukan bahwa masyarakat Jepang sudah peduli dengan kebencanaan
dan social responsibility untuk pengurangan bencana

Reference

Learning from Megadisasters, Lessons from the Great East Japan


Earthquake,oleh Federica Ranghieri and Mikio Ishiwatari, editors

EMERGENCY RESPONSE MANAGEMENT IN JAPAN, FINAL RESEARCH REPORT,


oleh Emin NAZAROV, Crisis Management Center Ministry of Emergency
Situations of the Republic of Azerbaijan

http://
www.heritage.org/research/reports/2011/05/the-great-eastern-japan-earthquake
-assessing-disaster-response-and-lessons-for-the-us
http://www.theatlantic.com/photo/2011/03/japan-earthquake-rescue-recoveryand-reaction/100024
/

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/11/16/13363120/Minim.Dana.un
tuk.Tekan.Risiko.Bencana

https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_disasters_in_Japan_by_death_toll

http://www.kompasiana.com/danielht/indonesia-mau-ajari-jepang-carapenanggulangan-pasca-tsunami-seperti-hendak-mengajari-itik-

Get Up!
THANK YOU FOR YOUR
ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai