PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada kasus bencana alam ataupun kecelakaan transportasi massal,
seringkali jenazah yang ditemukan sudah tidak berbentuk sehingga sangat sulit
untuk mengenalinya. Sementara itu, jenazah perlu dikembalikan kepada keluarga
dari korban. Maka dari itu, diperlukan identifikasi terhadap jenazah tersebut.
Identifikasi diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang
melalui sejumlah ciri yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga
dapat ditentukan bahwa orang itu apakah sama dengan orang yang hilang yang
diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu. Sementara identifikasi
secara forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang
ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah
tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar, dan kecelakaan
masal, bencana alam, huru-hara yang menyebabkan banyak korban meninggal,
serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga
berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau
diragukan orang tuanya. Untuk meminimalisir kekeliruan maka diperlukan suatu
teknik identifikasi dengan sensitivitas dan spesifitas yang tinggi di mana
pemanfaatan teknologi analisis DNA dapat dipertimbangkan sebagai alternatif.
DNA dapat menjadi sebuah alat untuk identifikasi karena pada intinya
setiap makhluk hidup memiliki kandungan DNA. Metode DNA adalah salah satu
teknik paling tepercaya untuk mengidentifikasi. Identifikasi melalui DNA sangat
membantu karena sifatnya pasti/ definitif dan tidak berubah, mungkin terjadi
kelainan-kelainan tertentu tetapi pola dari apa yang kita periksa tidak berubah,
cuma ada keburukannya tergantung dari tempat dimana sumber-sumber tersebut
ditemukan, misalkan lembab, banyak jamur, itu akan merusak DNA, tetap bisa
dilakukan pemeriksaan tapi akan membutuhkan waktu lebih lama.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk lebih mengerti arti identifikasi secara umum.
b. Untuk mengerti salah satu jenis identifikasi forensik yaitu melalui analisis DNA
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah agar:
a. Masyarakat akan lebih mengerti perihal identifikasi korban secara forensik.
b. Pengidentifikasian forensik secara analisis DNA dapat dikembangkan lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. IDENTIFIKASI
2.1 Pengertian identifikasi
Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup
maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi
juga diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui
sejumlah ciri yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat
ditentukan bahwa orang itu apakah sama dengan orang yang hilang yang
diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu.1
Identifikasi forensik adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal
sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menetukan
identifikasi personal dengan tepat sangat penting dalam penyidikan karena adanya
kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Peran ilmu kedokteran
forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang
membusuk, terbakar, dan bencana alam yang mengakibatkan banyak korban
meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.1
2.2 Metode Identifikasi
3
Identifikasi dengan
cara
berpeluang
b. Identifikasi Rekonstruktif
7. Sidik jari, dapat dikatakan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai sidik
jari yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar satu telur.
8. Serologi, penentuan golongan darah yang diambil baik dari dalam tubuh
korban, maupun bercak darah yang berasal dari bercak-bercak yang terdapat
pada pakaian, akan dapat mengetahui golongan darah si korban.
9. Ekslusi, metoda ini umumnya hanya dipakai pada kasus dimana banyak
terdapat korban (kecelakaan masal), seperti peristiwa tabrakan kapal udara,
tabrakan kereta api atau angkutan lainnya yang membawa banyak penumpang.
Dari daftar penumpang (passanger list), pesawat terbang, akan dapat diketahui
siapa-siapa yang menjadi korban.
10. Analisis DNA, Forensik DNA merupakan alat pengidentifikasian yang terkini.
Di masa yang akan datang, DNA merupakan alat bukti yang pasti dijadikan
standar utama oleh tim investigasi dalam mengungkap siapakah korban
maupun pelaku tindak pidana. Selanjutnya penerapan teknlogi DNA akan
dibahas di subbab selanjutnya.
2.3 Identifikasi Korban Bencana Massal
Kegiatan
identifikasi
korban
bencana
massal
(Disaster
Victim
Proses identifikasi ini sangat penting bukan hanya untuk menganalisis penyebab
bencana, tetapi memberikan ketenangan psikologis bagi keluarga dengan adanya
kepastian identitas korban. Disaster Victim Identification (DVI) adalah suatu
definisi yang diberikan sebagai sebuah prosedur untuk mengidentifikasi korban
mati akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan
mengacu pada standar baku Interpol (1). Proses DVI meliputi 5 fase yang pada
setiap fase memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Proses DVI
menggunakan bermacam-macam metode dan teknik. Interpol telah menentukan
adanya Primary Identifier yang terdiri dari fingerprint (FP), dental records (DR)
dan DNA serta Secondary Identifiers yang terdiri dari medical (M), property (P)
dan photography (PG), dengan prinsip identifikasi adalah membandingkan data
antemortem dan postmortem. Primary identifiers mempunyai nilai yang sangat
tinggi bila dibandingkan dengan secondary identifiers. Setiap bencana massal
yang menimbulkan banyak korban jiwa, baik akibat Natural Disaster ataupun
Man Made Disaster, memiliki spesifikasi tertentu yang berbeda antara kasus yang
satu dengan yang lain. Perbedaan ini menyebabkan tindakan pemeriksaan
identifikasi dengan skala prioritas bahan yang akan diperiksa sesuai dengan
keadaan jenazah yang ditemukan. Kejadian bencana massal tersebut akan
menghasilkan keadaan jenazah yang mungkin dapat intak, separuh intak,
membusuk, tepisah berfragmen-fragmen, terbakar menjadi abu, separuh terbakar,
terkubur ataupun kombinasi dari bermacam-macam keadaan.3
B. DNA
2.4 Pengertian DNA
8
Selain itu, DNA mempunyai unit esensial berupa kodon, yang merupakan
triplet urutan basa dan masing-masing triplet mengkodekan sebuah asam amino
tertentu. Kode genetik hanya menentukan struktur protein primer. Protein ini
dapat merupakan komponen struktural makromolekul atau enzim yang
mengendalikan sintesis non protein.4
Pada organisme eukariotik, sebagian besar DNA berada pada inti sel
(kromosom), yaitu yang disebut core DNA (c-DNA); dan sebagian kecil DNA
berada dalam mitokondria (organel mitokondria), yaitu yang disebut mitokondria
DNA (mt-DNA). c-DNA merupakan materi genetik yang membawa sifat individu
dan diturunkan dari ayah dan ibu menurut hukum Mendel. Berdasarkan pola
pewarisan ini, maka pemeriksaan c-DNA dapat digunakan untuk mencari
hubungan anak-ibu maupun anak-bapak.4
Sedangkan mt-DNA merupakan materi genetik yang membawa kode
genetik dari berbagai enzim dan protein yang berkaitan dengan proses
pembentukan dan penuaan. Berbeda dengan c-DNA, mt-DNA berbentuk
lingkaran ganda yang hanya diturunkan dari ibu kepada anak, sehingga
pemeriksaan mt-DNA hanya dapat digunakan untuk mencari hubungan anak-ibu.
Dalam forensik yang dimaksud dengan pemeriksaan DNA umumnya merujuk
pada pemeriksaan c-DNA yang penggunannya lebih luas.4
2.6 Kromosom
Setiap sel dalam tubuh seseorang memiliki rangkaian DNA identik.
Rangkaian DNA setiap sel disebut kromosom. Setiap kromosom dibagi menjadi
lokus-lokus yang menandai posisi gen dalam kromosom. Setiap sel dalam tubuh
10
urine, feces, kerokan kuku, jaringan otot, ketombe, sidik jari, atau pada peralatan
pribadi dapat digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi yang sering digunakan
adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan
kuku. Untuk kasus-kasus forensik, sampel sperma, daging, tulang, kulit, air liur
atau sampel biologis lain yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat
dijadikan sampel tes DNA.6
Tahap pengambilan dan penyimpanan bahan atau sampel merupakan
tahapan yang vital, dan harus dilakukan dengan prinsip-prinsip di bawah ini: 6
1. Hindari tempat yang terkontaminasi DNA dengan tidak menyentuh objek
secara langsung dengan tangan, tidak bersin atau batuk di dekat barang bukti.
2. Menggunakan sarung tangan bersih untuk pengumpulan barang bukti. Sarung
tangan harus diganti untuk setiap penanganan barang bukti yang berbeda.
3. Setiap barang bukti harus disimpan terpisah.
4. Bercak darah, bercak sperma, dan bercak lainnya harus dikeringkan dahulu
sebelum disimpan.
5. Sampel harus disimpan pada amplop atau kertas setelah dikeringkan. Jangan
menggunakan bahan plastik karena plastik dapat mempercepat 12 degradasi
molekul DNA. Setiap amplop harus ditandai nomor kasus, nomor bukti, waktu
pengumpulan.
6. Bercak pada permukaan meja atau lantai dapat diambil dengan swab kapas
steril dan alkohol. Keringkan kapas tersebut sebelum dibawa.
12
7. Di laboratorium, sampel DNA disimpan dalam kulkas bersuhu 4oC atau dalam
freezer bersuhu -20oC. Sampel yang akan digunakan dalam waktu yang lama,
dapat disimpan dalam suhu -70oC.
Secara umum DNA dapat rusak akibat pengaruh lingkungan seperti
paparan sinar matahari, terkena panas, bahan kimia, air dan akibat kerja enzim
DNAase yang terdapat dalam jaringan sendiri. Untuk itu terhadap berbagai bahan
sampel tersebut harus diberi perlakuan sebagai berikut:7
1. Jaringan, organ dan tulang.
Bila masih segar, ambil tiap bagian dengan pinset lalu masukkan
masingmasing bagian ke dalam wadah tersendiri. Beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel, simpan di pendingin lalu kirim ke laboratorium. Namun bila
sampel tidak lagi segar (busuk), ambil sampel, bungkus dengan kerta alumunium,
dan bekukan pada suhu -20oC. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan
sampel, lalu kirim ke laboratorium.
2. Darah dan bercak darah.
a. Darah cair dari seseorang
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, simpan dalam
termos es, lemari es atau kirim ke laboratorium.
Bila benda kecil biarkan kering, tetapi pada benda besar, hisap bercak
tersebut dengan kain katun dan keringkan.
14
Tiap potongan diberi label yang jelas, sertakan potongan yang tidak
ada nodanya sebagai kontrol.
Kirim ke laboratorium.
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium.
Bila kering, potong pada bagian yang ada nodanya, dan masukkan ke
dalam amplop.
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium.
c. Bercak sperma pada benda besar yang bisa dipotong (misalnya pada
karpet).
15
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium.
d. Bercak pada benda yang tidak dapat dipindah dan tidak menyerap (misal:
lantai).
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium.
b. Pulpa Gigi
Cabut gigi yang masih utuh. Sampel gigi sebaiknya tidak dirusak
oleh endodontia.
Pada mayat, DNA degradasi sangat cepat, bahkan dalam periode post-mortem
awal. Degradasi jaringan lunak sangat jelas setelah interval waktu yang singkat,
konsekuensinya peningkatan bakteri cepat yang wajar dalam mayat membusuk,
terutama pada mereka yang terkena suhu panas di negara tropis seperti Brasil.
Beberapa kelebihan tes DNA dibandingkan dengan pemeriksaan
konvensional lainnya adalah sebagai berikut:7
1. Ketepatan yang lebih tinggi.
Sebagai contoh dalam pemeriksaan suatu bercak darah sebelum ditemukannya
pemeriksaan DNA dilakukan pemeriksaan golongan darah. Hasil pemeriksaan
golongan darah yang tidak cocok akan menyebabkan orang yang dicurigai
tersingkir sebagai sumber darah tersebut, namun jika cocok maka merupakan
suatu kemungkinan saja. Sedangkan hasil pemeriksaan DNA terhadap bercak
darah tersebut akan nyaris sempurna dalam menentukan siapa sumber bercak
darah tersebut.
2. Kestabilan yang tinggi.
Pada kasus-kasus dimana bukti sebagai sampel sudah membusuk, maka hanya
tes DNA yang masih dapat dilakukan, karena DNA bersifat tahan pembusukan
dibandingkan protein.
3. Pilihan sampel yang luas.
Penyebaran DNA hampir pada seluruh bagian tubuh membuat sampel untuk tes
DNA dapat diambil dari berbagai bagian tubuh kecuali sel darah merah.
4. Dapat mengungkap kasus sulit
18
Hanya tes DNA yang dapat dilakukan untuk pemecahan kasus-kasus sulit yang
tidak dapat dipecahkan oleh metode konvensional antara lain seperti: penentuan
keayahan, kasus incest, kasus paternitas dengan bayi dalam kandungan, kasus
paternitas dengan bayi yang sudah meninggal dan kasus paternity tanpa kehadiran
sang ayah.
5. Dapat mengungkap kasus perkosaan dengan banyak pelaku
Pemeriksaan DNA dapat memastikan berapa orang pelaku dan siapa saja
pelakunya.
6. Sensitifitas yang amat tinggi
Sensitifitas tes DNA dapat mencapai 99,9 %. Tes DNA juga dapat dilakukan
pada sampel dengan jumlah kecil dengan metode PCR.
Adapun beberapa teknologi DNA yang digunakan dalam penyelidikan
forensik antara lain:
1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensik
adalah RFLP. Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Leght
Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat variasi
panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu menjadi
fragmen Variable Number Of Tandem Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan
dengan memanfaatkan suatu enzim restriksi yang mampu mengenal urutan basa
tertentu dan memotong DNA (biasanya 4-6 urutan basa). Urutan basa tersebut
disebut sebagai recognition sequence.8
19
Enzim restriksi ini dihasilkan oleh bakteri dan dinamakan menurut spesies
bakteri yang menghasilkannya. Enzim yang berbeda memiliki recognition
sequence yang berbeda, sehingga panjang segmen tersebut bervariasi pada tiap
orang, hal ini disebabkan karena titik potong enzim yang berbeda dan panjang
segmen antara titik potong juga berbeda. Analisa yang dihasilkan adalah variasi
pada panjang fragmen DNA yang telah ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP
tampak seperti kode batang (bar code). Saat membandingkan hasil analisa dua
sampel, pola batang pada autoradiograf dibandingkan untuk menentukan apakah
kedua sampel tersebut berasal dari sumber yang sama.8,9
Proses pada teknik RFLP diawali dengan proses pemotongan dengan
menggunakan enzim restriksi tertentu menjadi segmen-segmen yang berbeda.
Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus listrik, potongan DNA
diurutkan berdasarkan panjangnya. Proses ini dinamakan electrophoresis, dan
prinsip pada proses in adalah potongan DNA yang lebih pendek bergerak lebih
cepat daripada yang lebih panjang.
20
proses ini DNA probe akan berikatan dengan potongan DNA rantai tunggal dan
membentuk DNA rantai ganda pada bahan nilon. DNA probe yang tidak berikatan
akan dicuci. Membran nilon yang berisi potongan DNA yang telah ditandai
dengan DNA probe selanjutnya ditransfer pada selembar film X-ray. Pada proses
ini akan tampak hasil berupa kode batang yang disebut autorad. Pola inilah yang
dibandingkan untuk mengetahui apakah kedua sampel bersal dari sumber yang
sama. Pada teknik RFLP tidak hanya digunakan satu DNA probe, diamana DNA
probe yang berbeda menandai lokus yang berbeda.7,8,9
Keunggulan RFLP adalah sifatnya yang kodominan, cukup berlimpah
dalam arti lokus-lokus yang dipergunakan untuk RFLP dapat menunjukkan
ratusan variasi untuk tiap lokus, mampu memeriksa lebih dari satu lokus, serta
frekuensi polimorfismenya tinggi karena hipervariabilitas pada tiap lokus. Selain
itu, penanda ini mudah dipetakan dalam peta genetik, serta tidak mudah berubah
hasilnya bila diulang (stabil). Karena bukan berbasis PCR, penanda ini tidak
spesifik spesies sehingga bisa digunakan untuk perbandingan peta genetik spesies
yang berbeda-beda. Dengan demikian jika dua sampel berasal dari sumber yang
berbeda, RFLP mampu membedakannya menggunakan jumlah lokus yang lebih
sedikit. RFLP dapat menentukan apabila sebuah sampel berasal dari lebih satu
sumber dan dapat membedakan sumbernya dengan baik.4,7,9
Kelemahannya, penanda ini memerlukan DNA dalam jumlah besar,
memakan waktu lama ( 3 hari), serta melibatkan penggunaan pelabelan isotop
radioaktif pada teknik yang pertama kali digunakan. Kelemahan yang terakhir ini
dapat diatasi setelah ditemukan teknik tanpa radioaktif.7
22
molekul DNA dapat menjadi jutaan bahkan milyaran DNA dalam waktu tiga jam,
jika ada sebuah molekul DNA bakteri atau kontaminan lain tercampur maka
molekul tersebut juga akan diperbanyak dalam laju yang sama sehingga akan
terjadi salah kesimpulan.
b. Kebanyakan lokus dalam PCR memiliki alel lebih sedikit dibandingkan VNTR
pada metode RFLP.
c. Tidak seperti VNTR yang menggunakan area yang tidak berfungsi, beberapa
lokus dari PCR adalah gen yang fungsional, ini berarti telah terjadi seleksi alam
yang menyebabkan perbedaan yang lebih besar dari subgroup populasi.
3. Short Tandem Repeats (STRs)
Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis
yang berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short
Tandem
Repeat)
adalah
suatu
istilah
genetik
yang
digunakan
untuk
dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini
didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang atau
pengulangan basa STRs.8
Metode STRs memiliki kelemahan yaitu mensyaratkan penggunaan tiga
belas lokus sedangkan DNA inti hanya memliki dua salinan molekul dalam setiap
sel. Hal ini menyulitkan untuk menganalisis ketigabelas lokus tersebut, terutama
pada laboratorium dengan prasarana sederhana.10
4. Y-Short Tandem Repeats (Y-STRs)
Y-STRs adalah STRs yang ditemukan pada kromosom Y. Y-STRs dapat
diperiksa menggunakan jumlah sampel kecil dan rusak dengan metode dan alat
yang sama dengan pemeriksaan STRs pada kromosom autosomal. Karena
kromosom Y hanya terdapat pada pria maka Y- STRs dapat berguna untuk
menyaring informasi genetik yang spesifik dari pria yang yang menjadi sampel.
Pemeriksaan Y-STRs dapat digunakan untuk memeriksa sampel tanpa
sperma yang bercampur antara sampel laki-laki dan perempuan, seperti sampel
darah atau air liur yang diambil dari korban kasus perkosaan. Pemeriksaan ini
juga dapat mendeteksi profil pria ketika hanya profil wanita yang tampak jelas
saat menggunakan STRs. Karena kromosom Y tidak mempunyai homolog pada
genom manusia, maka disebut hemizygous. Kromosom Y tidak mempunyai
partner yang sama seperti pada kromosom autosomal. Walaupun ia berpasangan
selama pembelahan sel, rekombinasi genetik yang terjadi hanya sedikit atau tidak
ada sama sekali, hal ini diwariskan kepada keturunannya. Y-STRs sangat berguna
28
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi DNA adalah salah satu teknik biologi molekuler penanda genetik
yang dipakai untuk pengujian terhadap materi profil DNA.
2. Penggunaan analisis DNA dalam identifikasi forensik berguna dalam kasuskasus seperti, (1) tujuan pribadi seperti penentuan perwalian anak atau
penentuan orang tua dari anak (Tes Paternitas), (2) tujuan hukum, yang
meliputi masalah forensik, seperti identifikasi korban yang telah hancur
30
31