PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat disertai dengan darah
dan atau lendir. Sebanyak 1,8 juta orang meninggal setiap tahunnya karena diare,
90% adalah anak usia dibawah lima tahun, terutama di negara berkembang.1
Pada tahun 2013 angka kejadian diare di Indonesia sebesar 4.128.256 kasus2
dan tahun 2014 meningkat menjadi 8.713.537 kasus.3 Selama tahun 2013 di
Kalimantan Barat terjadi 98.075 kasus diare, dimana Kota Pontianak merupakan
daerah dengan angka kejadian diare terbesar di Kalimantan Barat sebanyak 12.403
kasus4 dan tahun 2014 sebanyak 11.834 kasus.5 Angka kejadian diare di Unit
Pelayanan Tingkat Dasar (UPTD) Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak
Utara pada tahun 2014 adalah sebesar 2880 kasus.6
Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada balita (25,2%). 5
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, angka kejadian diare paling tinggi
menurut kelompok usia terjadi pada balita (38,9%).1 Case Fatality Rate (CFR)
diare pada balita di Indonesia tahun 2011 sebesar 0,29%, tahun 2012 meningkat
menjadi 2,06%, dan tahun 2013 sebesar 1,08%.2
Tingginya angka kejadian diare pada balita dapat disebabkan berbagai faktor.
Faktor-faktor yang dapat memengaruhinya adalah faktor ibu, faktor anak, dan
faktor lingkungan. Faktor ibu dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu7,
dimana ke dua hal tersebut akan mempengaruhi perilaku ibu dalam mencegah dan
menangani diare pada anak. Faktor anak berkaitan dengan usia anak, berdasarkan
hasil berbagai survei didapatkan bahwa diare lebih sering terjadi pada bayi dan
balita.7 Salah satu faktor Lingkungan meliputi sarana air bersih, sehingga apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan
mudah dapat terjadi.7,8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan Ibu
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan
telinga. Pada penelitian ini yang diteliti adalah pengetahuan ibu terhadap diare
yang diperoleh setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.9,10
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup dalam bagian kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu:9,10
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya seorang ibu yang mempunyai balita
diare dapat menyimpulkan dan menjelaskan tentang apa
dan
bagaimana
sebaiknya tindakan yang tepat untuk dilakukan pada anak yang diare.
3. Aplikasi (Application)
dapat
memperluas
pengetahuannya
tentang
bagaimana
2. Usia
Makin tua usia seseorang maka proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berusia
belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh
yang
berpendidikan
lebih
tinggi
akan
diare
pada
5. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat
dan
kebiasaan
dalam
keluarga
dapat
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.9,10
2.2.2 Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:9,10
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan sebagai
orang
(subjek)
yang
mau
dan
seorang
ibu bertanggung
jawab
atas
kepada anaknya
saat anaknya
2. Orang lain
Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan atau
sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh
antara lain adalah orang tua, teman dekat, teman sebaya.
3. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, dan surat kabar mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan
dasar dan pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
5. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
2.3 Diare
2.3.1 Pengertian Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan atau tanpa darah atau lendir. Diare didefinisikan sebagai berak cair tiga
kali atau lebih dalam sehari semalam. Berdasarkan waktu serangannya terbagi
menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (2 minggu).11,12
2.3.2 Klasifikasi Diare
Jenis diare dibagi menjadi lima, yaitu:13
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
10
2. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama
masa diare tersebut.
3. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan
terjadinya komplikasi pada mukosa.
4. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
5. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut
dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti
demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
2.3.3 Etiologi Diare
Penyebab diare dapat dikelompokan menjadi:11
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Virus: Rotavirus.
Bakteri: Escherichia coli, Shigella spdan Vibrio cholerae.
Parasit: Entamoeba histolytica, Giardia lambliadan Cryptosporidium.
Makanan yang tercemar, basi, beracun, dan kurang matang.
Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein.
Alergi: makanan, susu sapi.
Imunodefisiensi.
meninggi.
Tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah.
Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
Anusnya lecet.
Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
Muntah sebelum atau sesudah diare.
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
Dehidrasi.
11
2.
3.
12
bayi usia di bawah 0-11 bulan sebanyak 475 juta dan anak usia 1-4 tahun sekitar
925 juta kali per tahun.15
2.3.7 Penularan Diare
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral yang terjadi karena:11-13
1. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar
selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat
disimpan di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan
tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan.
2. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi, mengandung
virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh
binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka
makanan itu dapat menularkan diare bagi konsumen. Kuman penyebab
diare biasanya menyebar melalui fekal oral antara lain melalui makanan
atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran
kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu: tidak
memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada
suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci
tangan dengan sabun sesudah buang air besar, tidak mencuci tangan
sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum atau
sesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja termasuk tinja bayi
dengan benar.
13
14
6. Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang
benar.
7. Memberikan imunisasi campak.
2.3.10 Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Diare
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat. Menurut model segitiga epidemiologi, suatu penyakit
timbul akibat interaksi satu sama lain yaitu antara faktor lingkungan, agent dan
host.9,16
Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu
pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling
penting, sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan
sanitasi lingkungan. Masalah-masalah kesehatan lingkungan antara lain pada
sanitasi, penyediaan air minum, perumahan, pembuangan sampah dan
pembuangan air limbah.9,17,18
15
kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk
untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia termasuk diare. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah:
1) Mengambil air dari sumber air yang bersih.
2) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup,
serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air. Memelihara atau
menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan
sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber
pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah, dan air limbah
harus lebih dari 10 meter.
3) Menggunakan air yang direbus.
4) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup. Masyarakat membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari, maka
masyarakat menggunakan berbagai macam sumber air bersih menjadi air
minum. Sumber-sumber air minum tersebut seperti:
a) Air hujan atau Penampungan Air Hujan (PAH)
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air
hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat
dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium di
dalamnya.
b) Air sungai dan danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air
hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau
danau. Kedua sumber air ini sering disebut air permukaan.
c) Mata air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang
muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini, bila belum
tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung, tetapi
karena belum yakin apakah betul belum tercemar, maka sebaiknya air
tersebut direbus terlebih dahulu sebelum diminum.
d) Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Dalamnya
lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke tempat
16
2) Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,
terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum
terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel air
tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari empat
bakteri E. coli, maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
3) Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam
jumlah tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di
dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia seperti
flour (1-1,5 mg/l), chlor (250 mg/l), arsen (0,05 mg/l), tembaga (1,0
mg/l), besi (0,3 mg/l), zat organik (10 mg/l), pH (6,5-9,6 mg/l), dan
CO2(0 mg/l).
Air mempunyai peranan besar dalam penyebaran beberapa penyakit
menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit disebabkan keadaan air
itu sendiri sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikroorganisme.
Hal ini dikarenakan sumur penduduk tidak diplester dan tercemar oleh tinja.
Banyaknya sarana air bersih berupa sumur gali yang digunakan masyarakat
17
18
Faktor Perilaku :
Faktor Sanitasi
Lingkungan :
Sumber air minum
KEJADIAN DIARE
Distribusi diare
Lingkungan dengan
sanitasi buruk
19
Pengetahuan ibu
Sikap ibu
Usia
Pendapatan keluarga
Keterangan :
Pekerjaan
Jumlah anak yang di
asuh air
Sumber
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai
balita dengan riwayat sakit diare di Pontianak dan populasi terjangkau pada
penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita dengan riwayat sakit
diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamtan Pontianak Utara.
Jumlah populasi terjangkau pada penelitian ini sebanyak 520 orang.
20
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita
dengan riwayat sakit diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir
Kecamatan Pontianak Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel
pada peneitian ini sebesar 40 orang. Cara pengambilan sampel menggunakan
probability sampling jenis cluster random sampling.
3.3 Kriteria Subjek Penelitian
3.3.1 Kriteria Inklusi
1. Ibu yang memiliki anak berusia 1-5 tahun
2. Ibu dengan anak yang memiliki riwayat diare
3. Ibu yang berada dalam wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir
Kecamatan Pontianak Utara.
4. Ibu yang bersedia mengisi kuesioner secara lengkap.
3.3.2 Kriteria Ekslusi
Ibu yang tidak memiliki alamat yang lengkap dan jelas.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah variabel karakteristik yang
terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, Jumlah anak yang di asuh, pengetahuan,
dan sikap mengenai diare pada balita.
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Pengetahuan
Sikap
Definisi
Operasional
Hal yang diketahui
ibu mengenai diare
pada balita
Diwakili 10
pertanyaan
Tanggapan atau
reaksi ibu
mengenai dare.
Diwakili 12
pertanyaan
AlatUkur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Ordinal
Ordinal
21
No
Variabel
Definisi
Operasional
AlatUkur
Hasil Ukur
sikap memiliki skor
<46
-
Skala
Ukur
Diare
Kuesioner
Puskesmas
Kuesioner
6.
Usia
Unit pelayanan
kesehatan
masyarakat
Lama waktu hidup
seseorang sejak
dilahirkan
Kuesioner
1. 17-25 tahun
2. 26-35 tahun
3. > 35 tahun
Definisi
Operasional
Pendidikan formal
terakhir yang
ditempuh ibu
AlatUkur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
-
Variabel
Pendidikan
Kuesioner
1. Tidak pernah
sekolah
2. Tidak tamat
SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat
SMA/SMK
6. Sarjana
(S1/D3)
22
23
November
2015
Desember 2015
Penulisan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Pelaporan Hasil
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
gambaran
karakteristik,
pengetahuan, dan sikap ibu terhadap diare pada balita. Data penelitian diperoleh
dengan menggunakan kuesioner yang berisikan 10 pertanyaan tentang
pengetahuan ibu mengenai diare pada balita dan 12 pertanyaan tentang sikap ibu
mengenai diare pada balita.
Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner ke setiap ibu yang
memiliki balita dengan riwayat diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan
Hilir Kecamatan Pontianak Utara, kemudian dilakukan pengisian kuesioner
dengan wawancara. Sampel yang didapat dalam proses pengumpulan data
sebanyak 40 responden dengan kuesioner yang terisi lengkap dan memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
4.1.1 Hasil Analisis Variabel Univariat
4.1.1.1 Distribusi Responden
Usia responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
kelompok usia 12-25 tahun, kelompok usia 26-35 tahun, dan kelompok usia 36
tahun ke atas26 dengan tingkat pendidikan dibagi menjadi 5 kategori, yaitu tidak
pernah bersekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA/SMK, dan
perguruan tinggi. Pekerjaan ibu pada penelitian ini dibagi menjadi ibu rumah
tangga, buruh, guru, dan wiraswasta. Sementara Jumlah anak ibu pada penelitian
ini dibagi berdasarkan program keluarga berencana (KB) yaitu sedikit bila ibu
mempunyai 1 orang anak, sedang bila ibu mempunyai 2 orang anak dan banyak
bila ibu mempunyai >2 orang anak.27 Pengetahuan dan sikap dibagi menjadi dua
kategori, yaitu baik dan buruk. Distribusi responden dapat dilihat pada Tabel 4.1.
25
26
Jumlah responden
Persentase
13 orang
21 orang
6 orang
32,5%
52,5%
15%
0 orang
4 orang
7 orang
16 orang
12 orang
1 orang
0%
10%
17,5%
40%
30%
2,5%
36 orang
1 orang
1 orang
2 orang
90%
2,5%
2,5%
5%
18 orang
10 orang
12 orang
45%
25%
30%
7 orang
33 orang
17,5%
82,5%
4 orang
36 orang
10%
90%
Sumber: Data Primer 2015
Pada penelitian ini, responden yang diteliti berada pada rentang usia 21-47
tahun dan dari hasil analisis responden berdasarkan usia didapatkan responden
terbanyak berada pada kelompok usia 26-35 tahun sebanyak 21 responden
(52,5%), sedangkan kelompok usia yang paling sedikit terdapat pada kelompok
usia 36 tahun keatas sebanyak 6 responden (15%). Dalam kategori pendidikan
yang terbanyak adalah tingkat pendidikan tamat SMP sebanyak 16 orang (40%).
Sementara dalam kategori pekerjaan, sebanyak 36 responden (90%) sebagai ibu
rumah tangga. Sebagian besar responden memiliki anak 1 orang (45%). Dilihat
27
Pengetahuan
Baik
Usia
12-25
26-35
36
Pendidikan
Tidak pernah sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA/SMK
Perguruan Tinggi
Tabel 4.2 Lanjutan
Buruk
2
3
2
5
7,5
5
11
18
4
27,5
45
10
0
0
1
3
2
1
0
0
2,5
7,5
5
2,5
0
4
6
13
10
0
0
10
15
32,5
25
0
Karakterisik Responden
Pengetahuan
Baik
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
Buruh
Guru
Wiraswasta
Jumlah anak diasuh
Sedikit
Sedang
Banyak
Buruk
3
0
1
0
15
0
2,5
0
2
0
0
1
3,92
0
0
1,96
3
2
2
7,5
5
5
15
37,5
8
20
10
25
Sumber: Data Primer 2015
28
Tabel 4.3 Distribusi Sikap Ibu terhadap Diare pada Balita di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Siantan Hilir Periode Januari-Juni 2015
Karakterisik Responden
Sikap
Baik
Usia
12-25
26-35
36
Pendidikan
Tidak pernah sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA/SMK
Perguruan Tinggi
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
Buruh
Guru
Wiraswasta
Jumlah anak diasuh
Sedikit
Sedang
Buruk
1
1
2
2,5
2,5
5
12
20
4
30
50
10
0
0
0
2
1
1
0
0
0
5
2,5
2,5
0
4
7
14
11
0
0
10
17,5
35
27,5
0
3
0
1
0
7,5
0
2,5
0
33
1
0
2
82,5
2,5
0
5
1
1
2,5
2,5
17
9
42,5
22,5
29
Banyak
10
25
Sumber: Data Primer 2015
Dari hasil tabel diatas, responden yang memiliki sikap buruk terbanyak
terdapat pada kelompok usia 26-35 tahun sebanyak 20 responden (50%),
berdasarkan tingkat pendidikan sebanyak 14 responden (35%) yang memiliiki
sikap buruk berada di tingkat pendidikan tamat SMP. Dilihat dari pekerjaan, ibu
rumah tangga memiliki sikap buruk terbanyak dengan 33 responden (82,5%) dan
sebanyak 17 responden (42,5%) yang memiliki anak 1 orang dikategorikan
pmemiliki sikap buruk.
4.2. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan distribusi terbesar usia ibu yang
masuk dalam kriteria inklusi penelitian merupakan kelompok usia 26-35 tahun,
sebanyak 21 responden (52.5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati
tahun 2013 yang menyatakan bahwa responden terbanyak berada pada kelompok
usia 20-35 tahun, dimana kelompok usia ini merupakan kelompok usia dewasa
muda produktif yang tentunya merupakan kelompok yang memiliki balita dengan
jumlah paling banyak.28
Ditinjau dari segi pendidikan pada penelitian ini, responden dengan
pendidikan terakhir tamat SMP merupakan subjek terbanyak, dengan jumlah 16
orang (40%). Distribusi status pendidikan dapat menggambarkan secara kasar
tingkat pengetahuan seseorang pada sebagian besar penelitian deskriptif. Secara
umum seseorang
yang
berpendidikan
lebih
tinggi
akan
mempunyai
30
31
No
Soal
6
9
Pertanyaan
Bagaimana cara memberikan makanan yang paling baik saat anak
diare?
Perlukah diberikan obat penghenti diare pada anak seperti
enterostop, diapet, dll?
23
57,5
24
60
Pertanyaan
24
60
26
65
32
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan responden mengenai diare pada balita dengan kategori buruk
sebesar 82,5%.
2. Sikap responden mengenai diare pada balita dengan kategori buruk sebesar
90%.
5.2 Saran
1. Perlu diadakan penyuluhan kepada para ibu mengenai diare mulai dari
gejala
sampai
kepada
tatalaksana
pada
balita
dan
bagaimana
pencegahannya.
2. Peningkatan kinerja program kesehatan lingkungan sebagai upaya
pencegahan terhadap diare.
3. Perlu dilakukan pengawasan dari pihak kesehatan lingkungan di
Puskesmas Siantan Hilir terhadap kegiatan higiene dan sanitasi lingkungan
setempat.
4. Perlunya fasilitas penyediaan sumber air bersih dan sehat ke rumah-rumah
warga.
34
DAFTAR PUSTAKA
1.
Liu L, Johnson HL, Cousens S, Perin J, Scott S, Lawn JE, Rudan I, Campbell
H, Cibulskis R, Li M, Mathers C, Black RE; Child Health Epidemiology
Reference Group of WHO and UNICEF. Global, regional, and national
causes of child mortality: an updated systematic analysis for 2010 with time
trends since 2000. Lancet. 2012; 379(9832): 2151-61
2.
3.
4.
Dinas Kesehatan
6.
7.
8.
9.
35
36
25. Dahlan, S. Statistika Untuk Anak Kedokteran dan Kesehatan: Uji Hipotesis.
Ed. 1. Jakarta: Salemba Medika.2004
26. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. 2009.
Diakses 10 November 2015. http://www.depkes.go.id.
27. Rahajeng U. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Perbedaan
Kesejahteraan Keluarga di Desa Banaran dan Desa Krikilan Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen. 2006. Diakses 10 November Februari 2015.
http://etd.eprints.ums.ac.id.
28. Rahmawati, Nur Afita, and Istichomah Novi Anding Suciati. Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Kurang Pada Balita Terhadap
Kejadian Gizi Kurang Di Desa Penusupan Tahun 2013. 2015.
29. Hardi, Amin Rahman. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare
pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung
Tanah Tahun 2012. 2013.
30. Malikhah, Lina. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pencegahan
Dan Penanggulangan Secara Dini Kejadian Diare Pada Balita Di Desa
Hegarmanah Jatinangor. Students e-Journal. 2012;1(1): 33.
31. Badowski, N., Castro, C.M., Montgomery, M., Pickering, A.J., Mamuyaa, S.,
& Davis, J. (2011). Understanding Houshold Behaviour Risk Faktor for
Diarrheal
Dissease
in
Dar
Es
Salam: A photovoice
Community
37