Anda di halaman 1dari 11

Makalah Aborsi Ilegal

Disusun oleh:
Friska Juliarty Koedeboen
Billy Gerson
Desak Putu tiara
Devi Karlina
Asher Januar
Julianty
Jorgie
Meldina

BAB I
ILUSTRASI KASUS
Anda kebutlan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B.
sorang anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya sebagai
botol dari sebuah alat suction curret milik seorang dokter d iota anda. Masalahnya
adalah bahwa dokter tersebut disangka telah melkaukan pengguran kandungan yang
illegal dan di dalam botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction.
Polisi yang saat ini sedang diperiksakan ke Bagian ebidanan di rumah sakit anda.
Penyidik membuthkan pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah
benar telah terjadi pengguran kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan
yang sedang diperiksa di kebidanan adalah perempuan yang kandungannya digugurkan
oleh dokter tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke
proses hukum terhadap dokter tersebut.
Anda tahu bahwa harus ada komunikasi antara anda dengan dokter kebidanan yang
memeriksa perempuan-perempuan di atas, agar pemeriksaan medis dapat member
manfaat yang sebesar-besarnya bagi penyidikan dan penegakkan hukum.

BAB II
PEMBAHASAN
Aspek Medikolegal
Salah satu peran ilmu kedokteran forensik adalah dalam bentuk pembuatan visum et repertum
atas permintaan pihak penyidik, yaitu polisi, yang berguna dalam membantu penegakkan
hukum dalam suatu tindak pidana yang menyangkut nyawa manusia. Visum et repertum dibuat
berdasarkan pemeriksaan medis yang dilakukan terhadap korban hidup, korban mati maupun
bahan yang diduga berasal dari tubuh manusia.
Pembuatan visum et repertum pada manusia sebagai korban atau diduga korban tindak
pidana didasarkan atas pasal 133 KUHAP. Sesuai dengan pasal 133 ayat (1) KUHAP,Dalam
hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan
atau ahli lainnya.
Pada kasus ini, permintaan pembuatan visum et repertum disampaikan secara tertulis
dalam surat permintaan visum (SPV) dari Polsek Cakung

dengan surat nomor

198/VER/IX/2009 pada tanggal 3 September 2009. Penyidik dapat meminta keterangan ahli,
dalam hal ini dalam bentuk visum et repertum karena korban yang tidak dikenal, dan cara
kematian yang dinilai tidak wajar, termasuk tempat penemuan mayat korban. Hal ini
mendukung perlunya pemeriksaan medis yang dapat memberi petunjuk apakah ada tindak
pidana yang terkait dengan kematian korban.
Permintaan dilakukan

secara tertulis dan disebutkan untuk pemeriksaan luar dan

dalam (sesuai dengan pasal 133 KUHAP ayat 2 ,Permintaan keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat).
Mayat dikirim beserta dengan label yang tidak terikat dan tanpa materai, hal ini kurang sesuai
dengan pasal 133 KUHAP ayat 3 yang mengatakan ,Mayat yang dikirim kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan
penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat,

dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan
mayat.). Penyidik harus memberi label mayat pada korban karena korban merupakan barang
bukti yang merupakan milik negara. Pemberian label dan segel dapat menghindarkan
manipulasi yang mungkin terjadi pada mayat. Selain itu label juga merupakan identitas mayat
yang dapat membantu dokter pemeriksa sehingga tertukarnya mayat dapat dihindari.
Dengan adanya SPV tersebut berarti dokter wajib untuk memberikan bantuan sesuai
dengan kemampuannya, dan dapat diancam pidana penjara atau denda jika terjadi pelanggaran
peraturan tersebut. Hal ini diterangkan dalam pasal 216 ayat 1 KUHP yang berbunyi :
Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya, demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalanhhalangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu
rupiah.
Dari surat permintaan visum tidak digambarkan dengan jelas keadaan tempat kejadian
perkara. Selain itu juga tidak tertulis saksi-saksi atau pihak penyidik yang dapat dimintai
keterangan. Gambaran kejadian perkara sangat membantu dalam pembuatan visum. Dari surat
permintaan visum diketahui korban ditemukan pada Jembatan Tinggi RT 05/09 Kelurahan
Cakung tanggal 3 September 2009 jam 16.00 WIB. Keterangan mengenai kematian dituliskan
bayi baru dilahirkan oleh ibunya dan ari-arinya. Tidak dituliskan perkiraan kematian dan
keterangan tambahan lain.
Aspek medikolegal yang penting untuk diperhatikan pada kasus ini adalah jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apakah bayi tersebut lahir dalam keadaan hidup atau mati?
2. Jika bayi lahir hidup, berapa lama bayi tersebut bertahan?
3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?
4. Apa penyebab kematian bayi?
Pertanyaan-pertanyaan diatas penting untuk ditelusuri untuk menghubungkan pasalpasal yang berkaitan dengan kasus ini.
Penemuan jenazah bayi perlu diperhatikan lagi kira-kira kemungkinan apa kriminalitas
yang terjadi dibalik kejadian kematian.

Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan


kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya.
Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan
tersebut masih hidup.
Pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang di Indonesia adalah pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama
setelah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
Dari definisi-definisi diatas yang penting untuk diketahui adalah bukti bahwa bayi lahir
hidup atau lahir mati. Apabila bayi lahir hidup dan tidak berapa lama setelahnya dilakukan
usaha pembunuhan, akan terjerat hukum dengan pasal-pasal berikut :
1. Pasal 341 : seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara
paling lama 7 tahun.
2. Pasal 342 : seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena
takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara
paling lama 9 tahun.
Pasal-pasal diatas berlaku jika dan hanya jika pembunuh adalah ibu kandung sendiri.
Apabila pembunuh bukan ibu kandung, berarti orang tersebut dihukum karena pembunuhan
tanpa rencana (pasal 338; ancaman pidana 15 tahun) atau pembunuhan berencana (pasal 339
dan 340 ancaman pidana 20 tahun, seumur hidup, atau hukuman mati)
Apabila pada jenazah bayi tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, namun dari
pemeriksaan dapat dibuktikan bayi lahir hidup, berarti terdapat kemungkinan kasus tersebut
adalah bayi yang ditelantarkan. Pasal yang berhubungan dengan kasus ini adalah :
1. Pasal 308 : jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran
anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk
ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari
padanya, maka maksimum pidana tersbut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi
separuh.

2. Pasal 305 : barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum 7 tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan
3. Pasal 306 : (1) jika melibatkan luka berat, ancaman pidana penjara paling lama 7
tahun 6 bulan (2) jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling lama 9
tahun)
Apabila jenazah bayi yang ditemukan telah dibuktikan lahir mati, kemudian ibu sengaja
membuang atau menyembunyikan, berarti pasal yang berlaku adalah :
Pasal 181 : barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam
dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
Apabila bayi yang lahir mati itu sebelumnya masih dapat hidup di dalam kandungan
ibunya, namun karena usaha-usaha tertentu mengakibatkan pengeluaran janin tersebut
sebelum waktunya, terkena pasal :
1. Pasal 346 : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
paling lama empat tahun
2. Pasal 347 : (1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama lima belas tahun
3. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
4. Pasal 349 : Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu melakukan
kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348,

maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan
dilakukan.
Pemeriksaan Jenazah
Terdapat beberapa hal yang perlu ditentukan pada autopsi mayat bayi yang baru lahir seperti:
1. Apakah bayi baru dilahirkan sudah dirawat atau belum dirawat?
2. Apakah bayi sudah mampu hidup terus di luar kandungan ibu (viable) atau belum
(non-viable)?
3. Umur bayi dalam kandungan, premature, matur, atau postmatur?
4. Sudah bernapas (lahir hidup) atau belum (lahir mati)?
5. Bila terbukti lahir hidup dan telah dirawat, berapa jam/hari umur bayi tersebut
(umur setelah dilahirkan)?
6. Adakah tanda-tanda kekerasan?
7. Bila terbukti lahir hidup, apakah sebab matinya?
Jenazah bayi ditemukan didalam kardus aqua botol dengan penutup celana hitam
pendek, berbahan katun, dan tanpa pakaian ataupun perhiasan. Selain itu jenazah masih
lengkap dengan tali pusat yang belum terpotong, dengan panjang tali pusat 30 cm. Ari-ari
lengkap dan berukuran 8 cm x 4 cm x 1.5 cm. Lemak bayi pada tubuh sudah menghilang,
namun masih terdapat pada daerah-daerah lipatan seperti ketiak, lipat paha, lipat leher, dll.
Hal ini membuktikan bahwa bayi belum mengalami perawatan.
Saat dilakukan pemeriksaan luar jenazah korban, ditemukan lebam mayat di bagian
belakang tubuh yaitu pada daerah punggungg berwarna merah keunguan dan tidak hilang pada
penekanan. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama
intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Menetapnya
lebam mayat disebabkan tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga
sulit berpindah lagi, di samping kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah yang mempersulit
perpindahan tersebut. Menetapnya lebam mayat menunjukkan bahwa kematian korban terjadi

lebih dari 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan luar. Pemeriksaan luar dilakukan pada
tanggal 3 September 2009 pukul 23.15 WIB.
Kaku mayat tidak ditemukan. Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan
karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot
yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama
masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam
otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi
kaku. Kaku mayat pada dewasa mulai tampak kira-kira 2 jam pasca mati klinis, dimulai dari
bagian luar tubuh ke dalam. Setelah mati klinis 12 jam, kaku mayat menjadi lengkap,
dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Pada bayi,
cadangan glikogen sangat sedikit, jika tidak dapat dikatakan sama sekali tidak ada. Oleh
karena itu onset dan durasi rigor mortis berlangsung lebih singkat sehingga seringkali tidak
teramati.
Pada hasil pengukuran antropometrik pada jenazah bayi didapatkan berat tubuh 800
gram, panjang badan 25 cm, lingkar kepala 18 cm, lingkar dada 18 cm, lingkar perut 17 cm,
panjang kepala bokong 17 cm, panjang tulang paha 35.5 cm.
Anak baru mungkin hidup di luar kandungan kalau beratnya telah mencapai 1000 gram
atau umur kehamilan 28 minggu. Untuk menentukan umur janin dapat digunakan beberapa
cara. Salah satunya yaitu penggunaan panjang badan dengan Rumus De Hasse, yaitu 5 bulan
pertama panjang kepala-tumit adalah kuadrat umur gestasi dan selanjutnya umur gestasi x 5.
Berdasarkan rumus diatas untuk panjang badan 25 cm diperkirakan usia janin kurang lebih 5
bulan dalam kandungan. Cara lain yaitu dengan pengukuran panjang tulang paha dan
memasukannya kedalam rumus Head Lock, pada kasus ini dengan panjang tulang paha 35.5
cm diperkirakan usia janin 21 minggu. Pengukuran dengan cara ini lebih akurat dibanding
pengukuran panjang badan.
Viable adalah keadaan janin dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya. Kriteria
untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu, dengan panjang badan lebih dari 35
cm, panjang kepala bokong lebih dari 23 cm, berat badan lebih dari 1000 gram, lingkar kepala
lebih dari 32 cm, dan tidak ada cacat bawaan yang fatal. Pada kasus diatas dari perhitungan
antropometrik dapat disimpulkan bahwa janin lahir belum cukup umur untuk hidup di luar
kandungan.

Ciri-ciri eksternal bayi imatur juga didapatkan pada jenazah korban, dimana tulang
rawan daun telinga belum terbentuk sempurna dan terlihat masih menempel lengket dengan
kulit kepala, tidak ditemukan tonjolan putting susu, kuku jari tidak melebihi ujung jari, tidak
tampak garis-garis pada telapak kaki, dan labia minora belum tertutup dengan baik oleh labia
mayora.
Pada tubuh bayi tidak ditemukan luka-luka ataupun patah tulang, sehingga dari
pemeriksaan luar tanda-tanda kekerasan dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan organ dalam terlihat rongga dada yang belum mengembang, selasela iga yang masih menyempit, serta sekat rongga dada kanan dan kiri setinggi iga ke 3.
Penemuan ini memberikan gambaran bahwa paru-paru belum bekerja. Selain itu penemuan
gambaran permukaan dan penampang paru dengan warna coklat homogen juga memperkuat
dugaan bahwa belum ada usaha bernafas yang dilakukan oleh janin. Pada pemijatan paru tidak
keluar busa maupun cairan, dan hasil tes apung paru negatif juga mendukung dugaan janin
lahir mati. Untuk kepastian lebih lanjut memang hasil pemeriksaan histopatologis tetap
diperlukan. Namun pada kasus ini belum didapatkan hasil uji. Pemeriksaan otak didapatkan
seluruh bagian otak melunak, dengan gambaran sulkus dan girus yang belum jelas. Hal ini
juga membuktikan usia janin yang masih muda dan imatur. Pada pemeriksaan organ-organ lain
seperti organ leher, jantung, limpa, hati dan kandung empedu, pankreas, lambung, usus halus
usus besar, ginjal, kelenjar anak ginjal, dan kandung kencing tidak didapat kelainan.

Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang dideskripsikankan di atas, maka dapat disimpulkan pemeriksaan


terhadap janin mati didapatkan perkiraan usia janin dalam kandungan adalah 21 minggu. Dari
pemeriksaan luar dan dalam juga didapatkan bukti-bukti bahwa bayi masih imatur. Tidak ada
tanda perawatan maupun kekerasan pada bayi, sehingga penyebab kematian pada bayi ini
diperkirakan semata-mata karena usianya yang terlalu muda dan belum mampu untuk hidup di
luar kandungan ibunya (non viable). Penyebab pasti kematian tetap membutuhkan hasil
pemeriksaan penunjang histopatologis.

Dokter berhasil menemukan bukti bahwa bayi lahir mati. Penemuan ini dapat
membantu penyidik untuk melakukan penyelidikan dan pencarian bukti-bukti lain demi
terciptanya peradilan.
Fakta bahwa bayi lahir dalam keadaan mati melepas kemungkinan adanya
pembunuhan pada janin ini. Namun masih tersisa dua kemungkinan dibalik kasus ini, yaitu
apakah bayi memang mati dalam kandungan tanpa ada usaha tertentu dari orang lain, atau bayi
sebelumnya hidup namun sengaja dilakukan usaha tertentu yang menyebabkan terjadinya
pengguguran kandungan.
Apabila bayi lahir mati tanpa kesengajaan dilakukan pengguguran kandungan, maka
ibu akan terjerat pasal 181 mengenai penyembunyian kematian atau kelahiran bayinya. Namun
apabila telah terjadi usaha-usaha pengguguran kandungan maka ibu dan orang-orang lain yang
membantunya akan terjerat pasal 346 sampai 349.
Pembuktian mengenai hal diatas adalah tugas penyidik. Dokter hanya membantu
menggunakan ilmunya untuk memeriksa barang bukti, yaitu manusia ataupun bagian dari
manusia, demi terciptanya peradilan.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Teknik Autopsi Forensik. Cetakan ke 4. Bagian kedokteran Forensik Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.

2.

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi


pertama, cetakan kedua. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta,1997.

3.

Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Edisi pertama, cetakan kedua.


Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta,
1994.

Anda mungkin juga menyukai