Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit trofoblas adalah penyakit yang mengenai sel sel trofoblas. Di dalam
tubuh wanita, sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Seringkali
perkembangan kehamilan mendapat gangguan yang dapat terjadi pada berbagai tahap,
tergantung pada tahap gangguan mana itu terjadi, maka hasil kehamilan dapat berupa
keguguran, kehamilan ektopik, prematuritas, kematian janin dalam rahim atau kelainan
kongenital. Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi. Demikian pula dengan
penyakit trofoblas, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan
tidak berkembang menjadi janin yang sempurna melainkan menjadi keadaan patologik
yang terjadi pada minggu minggu pertama kehamilan berupa degenerasi hidropik dari
jonjot korion sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa. Pada
umumnya penderita akan menjadi baik kembali, tetapi diantaranya yang kemudian
mengalami degenerasi keganasan berupa choriocarcinoma.1
Penyakit trofoblas gestasional berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas
plasenta atau calon plasenta yang bersifat neoplastik. Penyakit-penyakit trofoblas, dibagi
menjadi:2,3
1.

Penyakit trofoblas jinak


Contohnya, Mola Hidatidosa

2.

Penyakit trofoblas ganas


Contohnya, Mola Invasive (PTG jenis vilosum), Choriocarsinoma (PTG jenis nonvillosum), Plasental Site Trophoblastik Tumor (PSTT), Epitheloid Trophoblastic
Tumor (ETP)

3.

Penyakit trofoblas non-klasifikasi/metastase

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

MORFOLOGI DAN IMUNOHISTOKIMIA TROFOBLAS NORMAL


Kehamilan normal adalah suatu allogarft dengan separuh kromosom berasal
dari ibu dan separuh lainnya berasal dari paternal. Sel trofoblas dari kehamilan
normal (sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas) pada awalnya menunjukkan sifat-sifat
ganas; cepat membelah, menginvasi bahkan bermetastasis (kapiler paru). Sesudah 9
bulan serangkaian kejadian terjadi yang memisahkan graft plasenta dari ibu secara
sempurna. Dengan demikian terminasi kehamilan berlangsung dengan baik dan
pertumbuhan sel trofoblas dapat terkontrol dan berhenti secara spontan.
Choriocarcinoma merupakan pertumbuhan yang tak terkontrol dan neoplastik dari
trofoblas; sito dan sinsitiotrofoblas dalam kuantitas yang berbeda.1,4
Pada plasenta normal, tumor yang tumbuh berkaitan dengan villi korionik
yang disebut sebagai trofoblas villus dan trofoblas pada lokasi lain disebut trofoblas
ekstravillus. Ada 3 tipe sel yang diketahui, yaitu : sitotrofoblas, sinsitiotrofoblas,
dan trofoblas intermediet. Trofoblas villus terdiri dari sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas dan sedikit trofoblas intermediet. Sebaliknya trofoblas ekstravillus
yang menginfiltrasi desidua, miometrium dan arteri spiralis di plasental site
terutama terdiri dari trofoblas intermediet dengan sedikit sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas.1,4
Trofoblas ekstravilus terdiri dari sel mononukleasi dengan sitoplasma
eosinofilik padat. Secara imunologis kimia tercat positif untuk hPL & sitokeratin,
sedikit lemah untuk hCG dan untuk plasental alkalin fosfatase (PLAP). Istilah
trofoblas intermediet telah diajukan untuk trofoblas nonvilus. Fungsi dan perbedaan
fisiologis dari tipe-tipe ini masih diteliti.2,4
Sitotrofoblas/sel Langhans adalah sel trofoblas germinatif, sementara
sinsitiotrofoblas adalah sel yang sangat berdiferensiasi yang berhadapan dengan
sirkulasi ibu dan menghasilkan hormon plasenta. Trofoblas intermediet memiliki
gambaran morfologi dan fungsional sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. 2,4
2

Tabel 1. Tipe sel trofoblast berdasarkan trimester1

2.1.1 Gambaran mikroskopis


Pada gestasi normal, sitotrofoblas terdiri dari sel epitel primitif yang
uniform dan poligonal seperti berbentuk oval. Sitotrofoblas memiliki nukleus
tunggal, sitoplasma jernih sampai granuler dan batas sel yang jelas dan
aktivitas mitotic terlihat jelas. Sinsitiotrofoblas terdiri dari sel multinuklear,
besar, dengan sitoplasma amfofilik dengan vakuol multiple yang bervariasi
ukurannya dan beberapa dengan lakuna. Nukleus sinsitiotrofoblas berwarna
gelap dan terkadang piknotik dan tidak ada aktivitas mitotik.4
Trofoblas intermediet umumnya adalah sel mononuklear, tetapi
terkadang ada juga yang mempunyai inti lebih dari satu. Bentuknya dapat
bervariasi, mulai dari sel polyhedral sampai berbentuk spindel, sel bipolar
dengan proses sitoplasmik. Sitoplasmanya banyak dan berwarna eosinofilik
sampai amfofilik. Vakuolnya kecil dan terpisah dapat ditemukan pada
sitoplasma trofoblas intermediet. Nukleus trofoblas intermediet memiliki batas
nukleus ireguler dan hiperkromatik, terkadang berlobulasi/ membentuk celah
yang dalam. Nukleus trofoblas intermediet lebih kecil dan lebih jelas bila
dibandingkan dengan sitotrofoblas.4
Trofoblas intermediet menginfiltrasi desidua, miometrium dan
pembuluh darah, menyelip diantara sel normal. Material fibrinoid eosinofilik
terkadang terkumpul disekitar trofoblas intermediet. 4

Gambar 1. Morfologi dari sel-sel trofoblast5


2.1.2 Imunohistokimia
Sejumlah besar hormon protein, steroid dan eosin seperti hCG, hPL,
Pregnancy spesifik B1 glikoprotein (SP-1), plasental protein G, pregnancy
associated plasma protein A, estradiol, progesterone dan plasental alkaline
fosfatase dapat dilokalisir di plasenta. Kebanyakan produk ini dihasilkan oleh
sitotrofoblas.3,6
Trofoblas intermediet mengandung hPL dalam jumlah besar yang
mulai pada hari ke 12 dan tetap ada sampai 6 minggu setelah itu menghilang.
Sitotrofoblas tidak mempunyai hCG/ hPL. Sinsitiotrofoblas mengandung hCG
dalam jumlah besar pada hari ke 12 sampai minggu ke 8-10. Pada plasental
site, hPL membantu membedakan trofoblas intermediet dengan desidua dan
sel otot polos. Karena sel trofoblas juga adalah sel epitel, maka
imunohistokimia untuk keratin juga membantu mengidentifikasi jaringan
lain.3,6

2.2

PENYAKIT TROFOBLAS GANAS


2.2.1 Definisi
Penyakit trofoblas ganas adalah suatu tumor ganas yang berasal dari
sitotrofoblas dan sinsiotrofoblas yang menginvasi miometrium, merusak
jaringan

disekitarnya

dan

pembuluh

perdarahan1,2,5,6,7,8,9

darah

sehingga

menyebabkan

Penyakit trofoblas ganas dibedakan atas 2, yaitu:6,7


1.

Penyakit trofoblas ganas non-metastatik

Mola invasif (korioadenoma destruens)

Choriocarcinoma

Placental site trophoblastic tumor

Epiteloid Trophoblastic Tumor

2. Penyakit trofoblas ganas metastatik

Metastasis beresiko tinggi

Metastasis beresiko rendah

2.2.2 Epidemiologi
Insiden terjadi penyakit trofoblast di Amerika Serikat yang pernah
dilaporkan antara 1 dari 923 dan dari 1 dari 1724 kehamilan. Faktor risiko
terbanyak adalah riwayat kehamilan mola sebelumnya dan umur < 15 tahun
atau > 40 tahun.6

Di Amerika kejadian mola terdapat 1 : 600 abortus dan 1 dalam 1500


kehamilan. Sekitar 20% berkembang menjadi keganasan dan memerlukan
pemberian kemoterapi setelah evakuasi mola, sebagian besar merupakan
proliferasi mola nonmetastasis atau mola invasif, tetapi dapat juga
berkembang menjadi khoriokarsinoma dan metastasis. 6

Pada jenis invasif mola, 12,5% berasal dari mola komplit dan 1,5% berasal
dari mola parsial.6

Khoriokarsinoma gestasional terjadi 1 dalam 20.000-40.000 kehamilan,


sekitar 50% setelah kehamilan aterm, 25% setelah kehamilan mola dan
1,7% berasal dari mola komplit sedangkan 0,2% dari mola parsial.6

Walaupun lebih jarang, tumor trofoblas pada plasental site dapat


berkembang dari apapun jenis kehamilan. Penyakit ini sering terjadi pada
usia 14 49 tahun dengan rata rata 31,2 tahun. 6

Risiko terjadinya PTG yang non metastase sekitar 75% didahului oleh
molahidatidosa dan sisanya abortus, 6
5

sedangkan

risiko

PTG

yang

metastasis

50%

didahului

oleh

molahidatidosa, 25% oleh abortus, 22% oleh kehamilan aterm dan 3%


oleh kehamilan ektopik. 6
2.2.3 Etiologi
Etiologi terjadinya penyakit trofoblas ganas (PTG) belum jelas
diketahui, namun bentuk keganasan tumor ini merupakan karsinoma epitel
korion meskipun pertumbuhan dan metastasisnya menyerupai sarkoma. 6,
Tumor trofoblastik gestasional hampir selalu berkembang pada atau
setelah suatu bentuk kehamilan. Kelainan ini mungkin muncul setelah
kehamilan mola atau kehamilan normal, atau timbul setelah abortus, termasuk
kehamilan ektopik. 2,3,5
Resiko keganasan pasca molahidatidosa antara lain adalah sebagai
berikut:1,6

Umur : umur belasan atau diatas 35 tahun adalah salah satu faktor risiko
keganasan

Kadar HCG praevakuasi : 25 % pasien dengan kadar HCG >100.000


IU/L mengalami degenerasi ganas, sedangkan bila dibawah nilai tersebut
hanya sebesar 7%.

Besar Uterus : Besar uterus parallel dengan kadar HCG. Molahidatidosa


dengan besar uterus > 20 minggu merupakan risiko degenerasi ganas.

Faktor genetik : Molahidatidosa dengan kromosom 46 XX mempunyai


risiko Keganasan yang lebih rendah dinading dengan kromosom 46XY.

Kadar Vitamin A : Kadar retinol pasien molahidatidosa lebih rendah


dibanding kehamilan normal. Pada kasus kasus yang berdegenerasi ganas
didapat kadar vitamin A dibawah normal.

Aktifitas Imunologik : aktifitas imunologik pada pasien degenrasi


keganasan menurun berdasar evaluasi hitung limfosit, T helper, T
sitotoksik.

2.2.4 Patogenesis
Teori missed abortion

Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion). Karena itu
terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan
dalam jaringan mesenkim dan villi dan akhirnya terbentuklah gelembunggelembung. Menurut Reynolds, kematian disebabkan kekurangan gizi
berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21,
menyebabkan gangguan angiogenesis.1,6
Teori Neoplasma, dari Park

Sel-sel tropoblas yang abnormal mempunyai fungsi yang abnormal pula,


dimana resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul
gelembung, menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian
mudigah.1,6
Patofisiologi degenerasi ganas pada molahidatidosa belum diketahui
seluruhnya.

Sejumlah

15-28%

molahidatidosa

mengalami

degenerasi

keganasan menjadi PTG. Tiga aktifitas yang penting dari sel trofoblas adalah:1

Proliferasi

Apoptosis

Invasi
Terdapat kesamaan antara mola dan choriocarcinoma, yaitu terdapat

peningkatan ekspresi c-myc, c-fms dan bcl2. Perbedaanya adalah pada


choriocarcinoma mengalami peningkatan ekspresi Ki167 dan p53.1
2.2.5 Manifestasi Klinis
Gejala yang paling banyak ditemukan adalah adanya perdarahan
ireguler yang berhubungan dengan subinvolusi uterine. Perdarahan bisa
intermitent atau terus berlanjut, dan tibatiba. Kadangkadang perdarahannya
bersifat masif. Perforasi uterin disebabkan karena adanya pertumbuhan invasif
trofoblast sehingga menyebabkan perdarahan intraperitoneal.1,2,6,7
Pada banyak kasus, tanda pertama mungkin adalah lesi metastatik.
Mungkin ditemukan tumor vagina atau vulva. Wanita yang bersangkutan
7

mungkin mengeluh batuk dan sputum berdarah akibat metastasis di paru.


Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan dan
dimana terdapat subinvolosio uteri juga perdarahan dapat terus menerus atau
intermiten dengan perdarahan mendadak dan terkadang masif.1,2,6,7
Perdarahan karena perforasi uterus atau lesi metastasis ditandai
dengan: nyeri perut, batuk darah, melena, dan peningkatan tekanan
intrakranial berupa sakit kepala, kejang, dan hemiplegia.1,2,6,7
2.2.6 Klasifikasi dan Stadium
Sebelum 1982 dipergunakan berbagai istilah dalam PTG sehingga
menyulitkan perbandingannya. Sebagai upaya

untuk menyeragamkan

terminologi pada tahun 1983, WHO mengusulkan suatu system yang diterima
secara luas. 1
Beberapa sistem klasifikasi sudah digunakan. Sistem klasifikasi klinik
yang tradisional telah digunakan di Amerika Serikat dan klasifikasi metastasis
penyakit ini berdasarkan prognosis. Tetapi pada bulan Maret 2002, The
International Federation of Gynecology and Obstetric (FIGO) merevisi sistem
klasifikasi PTG dengan mengkombinasikan sistem klasifikasi yang lama
dengan sistem skor faktor risiko WHO.10,11
Klasifikasi berdasarkan stadium (FIGO)
Pembagian stadium dari FIGO 1982 sifatnya sederhana dan
menggunakan kriteria yang sama dengan keganasan ginekologi yang lain.
Pembagian ini mengacu pada pemeriksaan klinis dan hasil pemeriksaan
radiologi dan tidak menggunakan langkah-langkah rumit yang mungkin tidak
dapat dilakukan dinegara-negara yang sedang berkembang.10,11

Pada tahun 1991, FIGO menambahkan faktor prognostik kedalam


sistem staging anatomik yang klasik dengan faktor prognostik , yaitu nilai
hCG urin > 100.000 mIU/ml dan hCG serum > 40.000 mIU/ml dan lamanya
waktu dari terminasi kehamilannya hingga terdiagnosis >6 bulan 15. Staging
harus berdasarkan riwayat kehamilan, pemeriksaan klinis, pendekatan
laboratorium dan radiologis.10,11
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan :
1.

Riwayat kemoterapi pada PTG sebelumnya.

2.

Jika tumor ditempat implantasi plasenta (harus dilaporkan terpisah).

3.

Konfirmasi histologik tidak bermakna

Klasifikasinya adalah sebagai berikut :


1. Risiko rendah, skor total 4
2. Risiko sedang, skor total 5-7
3. Risiko tinggi, skor total 8
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis penyakit trofoblas ganas secara klinis ditegakkan berdasarkan:
ANAMNESIS1,2,6,10,11
Perdarahan yang terus menerus setelah evakuasi mola atau

kehamilan sebelumnya
Bila terjadi perforasi uterus, ditemukan adanya keluhan nyeri

perut

Bila ada lesi metastasis, maka dapat ditemukan gejala hemptoe,


sakit kepala, kejang, dan hemiplegia.

PEMERIKSAAN FISIK dan PEMERIKSAAN GINEKOLOGI1,2,6,10,11


Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya abortus spontan.(Pocket Guide)

Uterus membesar dan lunak serta irreguler

Dapat terlihat adanya lesi metastasis di vagina atau organ lain

Ditemukan kista lutein bilateral yang persisten

PEMERIKSAAN PENUNJANG1,2,6,10,11

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya peningkatan kadar BHCG. Kadar hCG paska mola setelah menurun, tidak menurun malahan
dapat meningkat lagi atau titer hCG yang meninggi setelah terminasi
kehamilan, mola atau abortus.
Pemeriksaan HCG merupakan merupakan cara yang paling bermanfaat
baik untuk mendiagnosa

ataupun pemantauan pada pasien dengan

penyakit trofoblas. Human chorionic gonadothropin

adalah hormon

glikoprotein yang dihasilkan plasenta. hCG mempuyai dua rantai asal


amino dan . Rantai mirip dengan rantai darihormon FSH, LH dan
10

TSH. Kadar HCG mempengaruhi pada degenerasi keganasan pasca


evakuasi molahidatidosa.
Pemeriksaan laboratorium penunjang lain meliputi hematologi, fungsi
liver dan ginjal serta pemeriksaan FT4, TSHS diperlukan bila secara klinis
diduga terdapat komplikasi hipertiroid. Growdon dkk melaporkan bahwa
batas kadar >199 mIU/ml pada minggu ke 3 sampai ke 8 berhubungan
dengan peningkatn risiko 35% menjadi PTG.

Pada pemeriksaan USG color Dopler, didapatkan adanya gambaran echo


difuse typical.
Gambaran Neovaskularisasi menunjang diagnosis choriocarcinoma serta
dapat untuk melihat penetrasi pada miometrium atau organ sekitar uterus.
Gambaran lain yang dievaluasi adalah perubahan tahan vaskuler denga
mengukur resistance indeks (RI) dan pulsaltility indeks (PI).

Pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan adanya lesi yang metastasis.

Pada sediaan histopatologis dapat ditemukan villus namun demikian


dengan

tidak

memperlihatkan

gambaran

patologik

tidak

dapat

menyingkarkan suatu keganasan


Prosedur diagnostic yang dianjurkan:6,10,11
Prosedur diagnosis untuk menentukan stadium dari PTG dimulai dengan
pemeriksaan serum -HCG dan foto thoraks untuk mendeteksi adanya
metastasis ke paru paru. Jika foto thoraks normal, maka diagnosis tumor non
metastasis dapat dibuat. Jika ada metastasis di paru paru, maka CT scan
kepala dan abdomen dapat dianjurkan. Jika ada perdarahan gastrointestinal
maka pemeriksaan endoskopi untuk saluran GIT atas dan bawah
diindikasikan. Pemeriksaan arteriogram juga bermanfaat. Jika ada hematuri,
pemeriksaan IVP dan sistoskopi dapat dilakukan.
Diagnosis klinik (WHO):9,10,11

Kadar beta HCG yang menetap pada 2 kali pemeriksaan berturut-turut


dengan interval dua minggu
11

Kadar beta HCG yang meningkat

adar beta HCG diatas normal pada 14 minggu setelah tindakan evakuasi

Pembesaran uterus pasca evakuasi yang disertai dengan kadar beta HCG
yang tinggi

Perdarahan uterus pasca evakuasi dengan kadar beta HCG diatas normal

Terdapatnya lesi metastasis

Histologik didapatkan mola invasive atau choriocarcinoma

Diagnosis histologik:9,10,11
Diagnosis histologik pada penyakit trofoblas gestasional umumnya hanya
dilakukan pada molahidatidosa, sedangkan diagnosis mola destruent atau
mola invasive dan choriocarcinoma sangat jarang dilakukan dengan biopsi,
diagnosis umumnya karena spesimen pembedahan histerektomi atau eksisi
lesi metastasis.

2.2.8 Diagnosis Banding


Diagnosis banding pada penyakit trofoblas ganas adalah yang disebabkan
oleh:

MOLA INVASIF1,2,6,7,8,9
Ditemukan sekitar 15% sesudah pengeluaran mola dan lebih rendah pada
pasca kehamilan normal. Gejala-gejala klinis yang dapat ditemukan ialah:
-

Perdarahan vaginal yang tidak teratur

Adanya kista teka lutein

Subinvolusi uterus atau pembesaran asimetris

Sel-sel tumor trofoblas dapat menyebabkan perforasi


miometrium sehingga terjadi perdarahan intraperitoneal

Infeksi tumor yang nekrosis dapat menyebabkan


sekret purulen dan nyeri pelvis akut.
Gambaran pembeda pada mola invasive adalah pertumbuhan trofoblas

berlebih dan penetrasi luas unsur-unsur trofoblastermasuk vilus utuh


12

jauh ke dalam miometrium, kadang-kadang sampai mencapai peritoneum


atau parametrium disekitarnya atau forniks vagina. Mola ini bersifat
invasive local, tetapi umumnya kurang memiliki kecendrungan untuk
metastase dibandingkan dengan choriocarcinoma

CHORIOCARCINOMA1,2,6,7,8,9
Choriocarcinoma merupakan tumor ganas yang mengalami nekrosis
yang

berasal

dari

jaringan

trofoblas

setelah

terjadi

gestasi.

Choriocarcinoma menginvasi dinding uterus dan pembuluh darah vena


sehingga menyebabkan destruksi jaringan uterus, nekrosis dan perdarahan.
Tumor ini biasa bermetastasis dan menyebar secara hematogen ke paru
paru, vagina, pelvis, otak, hati, intestinal dan ginjal.
Karakteristiknya adalah massa tumor yang tumbuh dengan cepat dan
menginvasi miometrium dan pembuluh darah sehingga menyebabkan
perdarahan dan nekrosis. Jika tumor menginvasi endometrium, kemudian
terjadi perdarahan, dan infeksi, jaringan tumor kadang kadang
mengalami perlengketan dengan peritoneum.

Gambar 2. Choriocarcinoma5

PLACENTAL SITE TROPHOBLASTIC TUMOR (PSTT) 1,2,6,7,8,9


PSTT merupakan tumor yang jarang yang berasal dari implantasi plasenta.
Sel yang berasal dari tumor tersebut menginvasi miometrium dan tumbuh
13

di antara sel otot polos dan kemudian menginvasi miometrium dan


pembuluh darah. Gambaran histologinya adalah tidak adanya vili dan
proliferasi sitotrofoblas. Gejala yang paling serin gmuncul adalah
perdarahan. PSTT tidak sensitif terhadap pemberian kemoterapi, tetapi
untungnya jarang metastasis keluar uterus. Oleh karena itu histerektomi
adalah pilihan terapi untuk PSTT.
Beberapa diagnosa banding yang lain, yaitu seperti:6

Biliary Obstruction
Bladder Cancer
Brain tumors
Cerebrovascular
accidents
hCG-secreting germ cell
tumors
Nephrolithiasis

Ovarian choriocarcinoma
Pregnancy Diagnosis
Quiescent GTN
Urothelial Tumors of the Renal
Pelvis and Ureters
Hemorrhagic Cystitis:
Noninfectious

Tabel. Perbedaan antara PSTT, ETT, dan Choriocarcinoma5,6,12

14

2.2.9

Tatalaksana
a.

Protokol pengobatan sitostatika berdasarkan klasifikasi yang


dianut. Klasifikasi yang mudah antara lain klasifikasi Hammond,
klasifikasi FIGO (stadium FIGO ):9
1. PTG non-metastasis
2. PTG bermetastasis
= PTG bermetastasis risiko rendah
= PTG bermetastasis risiko tinggi
Metastasis risiko rendah:
Interval kurang dari 4 bulan, metastasis terjadi bukan ke otak atau
hati, kadar hCG urine < 100.000 mIU/ml atau < 40.000 IU/l serum,
kehamilan sebelumnya bukan kehamilan aterm, belum mendapat
terapi kemoterapi sebelumnya

Metastasis risiko tinggi:


Metastasis otak atau hati, criteria lain diluar kriteria risiko rendah
15

B. Pengobatan:9
1.

Kemoterapi

Indikasi kemoterapi yaitu:9


1. Meningkatnya hCG setelah evakuasi
2. Titer hCG sangat tinggi setelah evakuasi
3. hCG tidak turun selama 4 bulan setelah evakuasi
4. Meningginya hCG setelah 6 bulan setelah evakuasi atau
turun tetapi lambat
5. Metastasis ke paru-paru, vulva, vagina kecuali kalau hCGnya
turun
6. Metastasis ke bagian organ lainnya (hepar, otak)
7. Perdarahan vaginal yang berat atau adanya perdarahan
gastrointestinal
8. Gambaran histologi choriocarcinoma
2.

Pembedahan9

Pembedahan hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu yang


bersifat selektif.

Pembedahan lesi primer di uterus umumnya dilakukan


histerektomi (supravaginal bagi usia muda dan histerektomi
total bagi wanita usia lanjut).
16

Pembedahan lain adalah melakukan eksisi tumor metastasis


Indikasi pembedahan:

Perdarahan massive yang bersifat darurat ( mempertahankan


hidup pasien).

Tidak memberi

respon pengobatan dengan kemoterapi

kombinasi (3 jenis obat)

17

2.2.10Prognosis
Secara umum prognosis pasien adalah baik. Overall survival

pasien

dengan PTG risiko tinggi adalah 61,6% s/d 80 %, kecuali untuk stadium IV.
18

Makin lama periode laten dan makin luas metastasis, makin buruk
prognosisnya. Bila seseorang telah sembuh dari choriocarcinoma kemudian
hamil maka hasil kehamilannya tidak akan terpengaruh oleh pembesaran
sitostatika sebelumnya.1,2,7,8,9,10,11
Makin dini diagnosis dibuat dan makin dini pengobatan dimulai makin
baik prognosisnya. Prognosis penyakit trofoblas ganas jenis villosum lebih
baik daripada jenis non villosum. Survival sangat tergantung pada kadar
HCG pada saat mulai terapi sekunder dan lokasi metastasis. Rekurensi PTG
non metastasis 2,5 %, PTG bermetastasis risiko rendah 3,7 % dan rekurensi
terjadi pada 36 bulan. Faktor yang menyebabkan kurangnya keberhasilan
terapi adalah :
1. Kurang pengawasan pasca kemoterapi
2. Staging yang tidak adekuat
3. Pengobatan awal yang tidak adekuat
4. Pemberian kemoterapi interval terlalu lama Hal lain yang perlu
mendapatkan perhatian adalah sistem rujukan serta adanya pembagian
yang baik tentang kompetensi serta pemilahan fasilitas pelayanan berdasar
diagnosis yang ditegakkan.
Prognosis memburuk dijumpai pada:

Masa laten antara mola dan timbulnya keganasan panjang

hCG yang tinggi

Pengobatan tidak sempurna

Adanya metastasis pada otak dan hepar

Daya tahan tubuh penderita

Diagnosis terlambat dibuat dengan akibat terapi terlambat diberikan.

Prognosis baik dan prognosis buruk kriteria FIGO: 1,9,10,11


Prognosis Baik :
1. Lamanya gejala < 4 bulan
2. Kadar HCG rendah < 40.000 mIU/ml serum -HCG
19

3. Tidak ada metasis ke otak atau hepar


4. Kadar -HCG < 10.000 IU/24 jam urin
5. Belum mendapatkan kemoterapi
6. Bukan kehamilan uterus
Prognosis Buruk: 1,9,10,11
1. Lamanya gejala > 4 bulan
2. Kadar HCG rendah > 40.000 mIU/ml serum -HCG
3. Kadar -HCG > 10.000 IU/24 jam urin
4. Ada metasis ke otak atau hepar
5. Pernah mendapatkan kemoterapi
6. Kehamilan uterus sebelumnya
FOLLOW UP1
Pasien-pasien penyakit tropoblas ganas dianjurkan mengikuti jadwal berikut.
Pasien harus dievaluasi selajutnya karena adanya risiko rekuren.
1. Pemeriksaan kadar hCG tiap minggu sampai didapatkan negatif dalam 3
minggu.
2. Pemeriksaan kadar hCG tiap bulan sampai didapatkan negatif dalam 12
bulan (non metastatik atau penyakit dengan metastatik risiko rendah atau
dalam 24 bulan (metastasis risiko tinggi).
3. Kontrasepsi yang efektif
4. Pemeriksaan radiologi atas indikasi (misalnya: CT thoraks untuk melihat
metastasis paru, MRI kepala untuk melihat metastasis serebral)

20

BAB III
KESIMPULAN
Penyakit trofoblas ganas (PTG) adalah suatu tumor ganas yang berasal dari
sitotrofoblas dan sinsiotrofoblas. Faktor resiko terbanyak riwayat kehamilan mola
sebelumnya dan umur <15 tahun atau >40 tahun. Penyebabnya belum diketahui pasti,
keganasan tumor ini merupakan karsinoma epitel korion. Ada beberapa teori untuk
pathogenesis :1. Teori missed abortion. Terjadi karena adanya gangguan peredaran darah
sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dan vili akan membentuk
gelembung. 2. Teori neoplasma, adanya sel abnormal trofoblas mengakibatkan resorpsi
berlebihan ke dalam vili akan terbentuk gelembung.
Gejala yang paling banyak ditemukan perdarahan ireguler berhubungan dengan
subnivolusi uterine. Beberapa jenis dari PTG adalah choriocarcinoma, mola invasive dan
placental site trophoblastic tumor. Pengobatan dengan kemoterapi dan pembedahan.
Prognosis secara umum baik.

21

DAFTAR PUSTAKA
1. http://library.usu.ac.id/download/fk/patologi-soekimin3.pdf
diakses tanggal: 2 Agustus 2010
2. Cunningham FG, dkk. 2006. Penyakit dan kelainan plasenta. Dalam Hartanto
Huriawati, editor. Obstetric Williams volume dua. Edisi ke-21. Jakarta: ECG. Hal
939-945
3. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001496.htm
diakses tanggal: 2 Agustus 2010
4. Cunningham FG, dkk. 2006. Kehamilan pada Manusia. Dalam Hartanto
Huriawati, editor. Obstetric Williams volume satu. Edisi ke-21. Jakarta: ECG. Hal
2-33
5. Http://pathology2.jhu.edu/Pathology-of-Gestational-Trophoblastic-Lesions.htm
Diakses tanggal: 2 Agustus 2010
6. www.eMedicine.com/Gestational-Trophoblastic-Neoplasia.mht
Author: Enrique Hernandez, MD, FACOG, FACS, Chairman, Department of
Obstetrics and Gynecology, Director of Gynecologic Oncology, Abraham Roth
Professor of Obstetrics, Gynecology and Reproductive Science, Professor of
Pathology, Temple University Hospital, Temple University School of Medicine
Updated: Mar 16, 2010
7. Muchtar, Rustam.1998. Penyakit Trofoblas. Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 2. EGC.
Jakarta : 238-245.
8. Wiknjosastro, hanifa. 2005. Penyakit Trofoblast Ganas. Ilmu Kandungan. Edisi
kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 264-266
9. POGI, 2006. Mola Hidatidosa dan Penyakit Trofoblas Ganas dalam SPMPOGI,
Jakarta: 27-30
10. Bratakoesoema DS. Perkembangan diagnosis klasifikasi dan pengelolaan
penyakit trofoblas gestasional masa kini. Bandung: Kumpulan Makalah Ilmiah
PIT POGI XI Semarang 1999: 339-358
11. Delgado G, 1997. Penyakit trofoblastik. Dalam: Schein PS. Seri skema diagnosis
dan penatalaksanaan onkologi. Saputra L. Binarupa aksara. Jakarta:126-127
22

12. FIGO, 2000. Special report on gynecologic cancer 2000. Int J gynecol Oncol:
249-253

23

Anda mungkin juga menyukai