Anda di halaman 1dari 54

1

STUDI TENTANG KANDUNGAN NITROGEN, KARBON ( C ) ORGANIK


DAN C/N DARI KOMPOS TUMBUHAN KEMBANG BULAN (Tithonia
diversifolia)

SKRIPSI

ESTHER L. TOBING
040802051

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

STUDI TENTANG KANDUNGAN NITROGEN, KARBON ( C ) ORGANIK


DAN C/N DARI KOMPOS TUMBUHAN KEMBANG BULAN (Tithonia
diversifolia)

Diajukan untuk melengkapi tugas dan syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ESTHER L. TOBING
040802051

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

PERSETUJUAN

Judul

: STUDI TENTANG KANDUNGAN NITROGEN,


KARBON ( C ) ORGANIK DAN C/N DARI
KOMPOS TUMBUHAN KEMBANG BULAN
(Tithonia diversifolia)

Kategori

: SKRIPSI

Nama

: ESTHER L. TOBING

Nomor Induk Mahasiswa

: 040802051

Program Studi

: SARJANA (S1) KIMIA

Departemen

: KIMIA

Fakultas

: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM ( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Disetujui,
Medan,

Komisi Pembimbing

Maret 2009

Dosen Pembimbing II

Dosen Pembimbing I

Drs. Ahmad Darwin, MSc


NIP. 130 872 296

Dra. Tini Sembiring, MS


NIP. 130 353 143

Diketahui/ Disetujui oleh


Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,

Dr. Rumondang Bulan Nst, MS


NIP. 131 459 466
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

PENGHARGAAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus oleh karena kasih
dan penyertaanNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
Dengan segala hormat saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Dra. Tini Sembiring, MS selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs.
Ahmad Darwin, MSc selaku Dosen Pembimbing II dan Ibu Dra. Yugia Muis, MSi
selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dalam kegiatan
akademik, dan kepada Bapak Prof.Dr. Harlem Marpaung selaku kepala laboratorium
bidang Kimia Analitik FMIPA USU, serta semua dosen Departemen Kimia FMIPA
USU. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen
Kimia FMIPA USU Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst.,MS dan Bapak Drs. Firman
Sebayang, MS. Buat seluruh asisten Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU:
Ferdinan, Melfa, Refanti, Eve, Hisar, Eviana dan Tresna, serta KSeri selaku analis.
Rekan mahasiswa/i jurusan kimia khususnya stambuk 2004, Gomgom, BViktor,
BUcok, Myrna, BOno, KTiwi, KDevi, BTulus, KAika, KLisda, teman satu kost
JG 484, serta Santi, Chandra, Dedi, Dina terimakasih buat perhatiannya, buat teman
terbaikku Ronald S. terimakasih buat doa dan dukungannya. Akhirnya dengan penuh
kasih yang setulusnya penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada
keluargaku yang kukasihi, kedua orangtuaku, Ayahanda H. L. Tobing dan Ibunda L.
Sitinjak atas bantuan baik moril maupun material. Terimakasih juga buat abang
Franky yang selalu memberikan motivasi, kakak Sophia dan adik-adikku tersayang
Mike, Lia dan Roy atas segala perhatian dan doanya, serta seluruh keluarga yang tidak
disebutkan satu-persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa menyertai kita semua.

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kadar Nitrogen, C-Organik dari tumbuhan Kembang Bulan
(Tithonia diversifolia) sebelum dan sesudah pengomposan. Penentuan Nitrogen
dilakukan dengan metode Kjehldahl, C-Organik dengan metode Walkey black. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa tumbuhan Kembang Bulan sebelum pengomposan
nilai Nitrogen dan C-Organik masing-masing sebesar 3,92 % dan 43,49 %. Sedangkan
nilai Nitrogen dan C-Organik sesudah pengomposan 3-12 hari dengan interval waktu
3 hari masing-masing sebesar 4,48 %, 4,48 %, 4,23 %, 4,13 % dan 36,29 %, 31,83 %,
22,44 %, 20, 68 %. Sehingga kandungan N yang tinggi dapat direkomendasikan
bahwa tumbuhan Kembang Bulan dapat dimanfaatkan sebagai sumber nitrogen pada
proses pemupukan.

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

STUDY OF NITROGEN, ORGANIC CARBON (C) AND C/N CONTENT


FROM KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) COMPOST
ABSTRACT

Research about determining Nitrogen, Organic Carbon from Kembang Bulan plant
before and after composting, has been done. Determination of Nitrogen has been done
with Kjehldahl methode, organic carbon with Walkey Black methode. Based on the
research result that Kembang Bulan plant before composting had the value with part
of each Nitrogen and Organic carbon are 3,92 % and 43,49 %, whereas after
composting 3-12 days with 3 days interval had part of each Nitrogen, Organic Carbon
are 4,48 %, 4,48 %, 4,23 %, 4,13 % and 36,29 %, 31,83 %, 22,44 %, 20, 68 %. With
the result that high content of nitrogen recomended that Kembang Bulan plant to use
nitrogen source for manure process.

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI

Persetujuan
Pernyataan
Penghargaan
Abstrak
Abstract
Daftar isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar

Halaman
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 pembatasan Permasalahan
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
1.6 Lokasi Penelitian
1.7 Metodologi Percobaan

1
1
2
2
2
3
3
3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kembang Bulan
2.2 Pupuk Organik
2.2.1 Peranan Pupuk Organik
2.2.2 Jenis Pupuk Organik
2.3 Nitrogen
2.4 Bahan Organik
2.5 Nisbah C/N
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan
2.7 Mekanisme pengomposan
2.7.1 Pengomposan secara Aerobik
2.7.2 Pengomposan secara Anaerobik
2.7.3 Fermentasi (Respirasi Anaerob)
2.8 Teknik Pengomposan anaerobik dengan EM4
2.8.1 Pembuatan Starter EM4
2.8.2 Kadar Air
2.9 Penentuan Nitrogen Secara Kjehldahl
2.10 Penentuan C-Organik

4
4
5
5
6
9
11
12
13
14
14
15
16
17
19
19
19
20

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Alat
3.2 Bahan
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Penyediaan Sampel Kembang Bulan
3.3.2 Pembuatan Larutan Gula

21
21
21
22
22
22

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

3.3.3 Pembuatan Starter


3.3.4 Pembuatan Kompos
3.3.5 Pembuatan Pereaksi
3.3.5.1 Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan Nitrogen
3.3.5.2 Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan C-Organik
3.3.6 Penentuan Kadar C-Organik dengan metode
Walkey Black
3.3.7 Pengukuran Nitrogen
3.4 Bagan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Kompos
3.4.2 Penentuan C-Organik
3.4.3 Penentuan Kadar Nitrogen

22
22
22
22
24
24
25
26
26
27
28

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil dan Pengolahan Data
4.1.1 Hasil Penelitian
4.1.2 Penentuan % C-Organik
4.1.3 Penentuan % Nitrogen
4.1.4 Penentuan C/N
4.2 Pembahasan

29
29
29
31
32
33
34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

37
37
37

DAFTAR PUSTAKA

38

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Data Volume FeSO4 0,9416 N yang Terpakai pada
Penentuan C-Organik dengan Metode Walkey Black
Tabel 4.2. Data Volume HCl 0,0102 N yang Terpakai pada
PenentuanNitrogen dengan Metode Kjehldahl
Tabel 4.3. Data Pengukuran C-Organik dengan Metode Walkey Black
Tabel 4.4. Data Pengukuran Nitrogen Dengan Metode Kjehldahl
Tabel 4.5. Data Nisbah C/N
Tabel 5.1. Standar Kualitas Kompos SNI : 19-7030-2004

29
30
40
40
40
41

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

10

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Tumbuhan Kembang Bulan (Tithonia diversifolia)

42

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

11

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam situasi krisis moneter sekarang ini, banyak orang beralih usaha ke usaha
agribisnis karena bidang ini yang masih kebal krisis. Dengan berkembangnya bidang
pertanian, berarti semua yang berhubungan dengan pertanian pun meningkat
kebutuhannya, termasuk pupuk. Namun sayang, kebutuhan pupuk yang meningkat
tidak diimbangi dengan ketersediaan pupuk yang mencukupi, bahkan harga pupuk
kimia (umumnya pupuk anorganik) melambung tinggi (Yovita Hety Indriani, 2006).
Di

Tarutung,

Siborong-borong

dan

daerah

sekitarnya,

masyarakat

memanfaatkan gulma kembang bulan atau lebih dikenal dengan bunga sipaet-paet
sebagai pupuk hijau. Dan dari hasil pengamatan mereka sebagai petani (masyarakat
awam) bunga sipaet-paet dapat menyuburkan tanah.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menentukan kadar nitrogen, C-Organik
dan C/N dalam tumbuhan kembang bulan dan membandingkannya setelah
dikomposkan dengan bantuan effective microorganism (EM4).
Ini akan mendorong kita untuk memanfaatkan hasil alam yang sebelumnya
terbuang sia-sia, untuk dikembalikan lagi kealam dalam bentuk yang lebih bermanfaat
(Redaksi Agromedia, 2008).
Penggunaan humus sebagai pupuk adalah warisan leluhur. Tanah pertanian
para petani zaman dahulu umumnya subur karena lahan mereka berasal dari hutan
humus yang kaya humus (Dipo Yuwono, 2005).
Pengembalian bahan organik ke dalam tanah adalah hal yang mutlak dilakukan
untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Dua alasan yang selama
ini yang sering dikemukakan para ahli adalah :
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

12

a. pengolahan tanah yang dangkal selama bertahuntahun mengakibatkan


menurunnya kandungan C dan N organik
b. Penggunaan pupuk kimia seperti urea, KCl dan TSP telah melampaui batas
efisiensi teknis dan ekonomis sehingga efisiensi dan pendapatan petani dari
setiap unit pupuk yang digunakan semakin menurun.
Bahan organik sering disebut sebagai bahan penyangga tanah. Tanah dengan
kandungan bahan organik rendah akan berkurang kemampuan mengikat pupuk kimia
sehingga efisiensinya menurun akibatnya sebagian besar pupuk hilang melalui
pencucian, fikasi dan penguapan, maka sangatlah penting mulai memperhatikan usaha
pengembalian bahan organik ke tanah ( E.I. Munawar,

2003).

1.2 Permasalahan
1. Apakah kandungan nitrogen, COrganik dan C/N dalam tumbuhan kembang bulan
sebelum dan sesudah dikomposkan mempunyai perbedaan yang cukup nyata?
2. Apakah pemanfaatan tumbuhan kembang bulan (Tithonia diversifolia) sebagai
pupuk hijau dapat dimaksimalkan dengan pengomposan?
1.3 Pembatasan Permasalahan
Penelitian ini dibatasi pada penentuan Nitrogen, C Organik dan C/N pada tumbuhan
kembang bulan (Titihonia diversifolia) sebelum pengomposan dan sesudah
pengomposan.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kadar Nitrogen, COrganik dan C/N pada tumbuhan kembang
bulan sebelum dikomposkan dan sesudah dikomposkan sehingga dapat diketahui
apakah tumbuhan kembang bulan (Tithonia diversifolia) dapat digunakan sebagai
bahan baku pupuk organik.

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

13

1.5 Manfaat Penelitian


1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berguna untuk
pembuatan pupuk organik yang mengandung nitrogen.
2. Diharapkan masyarakat yang bermukim di pinggiran kota kecamatan Tarutung
dapat memanfaatkan tumbuhan kembang bulan sebagai bahan baku pupuk
organik.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
1.7 Metodologi Penelitian
1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium
2. Pengomposan dilakukan dengan cara penambahan EM4 terhadap sejumlah tertentu
tumbuhan kembang bulan dengan waktu pengomposan bervariasi yaitu 3-15 hari
dengan interval pengomposan 3 hari
3. Penentuan C - Organik dilakukan dengan metode Walkey Black
4. Penentuan Nitrogen dilakukan dengan metode Kjehldahl

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kembang Bulan

Botani
Kingdom

: Plantae Plants

Subkingdom : Tracheobionta Vascular plants


Superdivision : Spermatophyta Seed plants
Division

: Magnoliophyta Flowering plants

Class

: Magnoliopsida Dicotyledons

Subclass

: Asteridae

Order

: Asterales

Family

: Asteraceae Aster family

Genus

: Tithonia Desf. ex Juss. tithonia

Species

: Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray tree marigold

(http://plants.usda.gov/indekx.html)

Batang : 1-3 m, perdu yang tegak, tunas menjalar dalam tanah. Batangnya
bulat, dengan empelur putih. Daunnya bertangkai, berangsur runcing hingga pangkal,
taju runcing tajam. Bongkol berdiri sendiri, bertangkai panjang, tangkai mendukung
beberapa daun pelindung. Pembalut bentuk lonceng. Dasar bunga bersama bentuk
kerucut lebar, tabung berambut rapat, pendek, helaian bentuk lanset, bergigi 2-3,
kuniong keemasan. Bunga cakram sangat banyak berwarna kuning. Tabung kepala
sari coklat tua, cabang tangkai putik dua, melengkung kembali, berambut (Van
Steenis, 1988).

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

15

Tanaman legum tidak selalu dapat tumbuh baik pada tanah marginal. Salah
satu jenis tanaman legum yang dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur
adalah Tithonia diversifolia atau bunga matahari Meksiko. Tanaman ini telah
menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai sumber hara N
dan K oleh petani di Kenya, namun di Indonesia belum banyak dimanfaatkan.
Tithonia banyak tumbuh sebagai semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan
pertanian.

Tithonia diversifolia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan sumber


bahan organik tanah melalui teknik pertanaman lorong atau tanaman pembatas kebun.
Tithonia merupakan salah satu sumber pupuk hijau yang murah. Tumbuhan ini dapat
memperbanyak diri secara generatif dan vegetatif, yaitu dari akar dan setek batang
atau tunas, sehingga dapat tumbuh cepat setelah dipangkas (http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi/wr295072.pdf.).

2.2 Pupuk Organik

Selain menambah unsur hara makro dan mikro dalam tanah, pupuk organik ini pun
terbukti sangat baik dalam memperbaiki struktur tanah pertanian. Pupuk organik tidak
lain adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan sisasisa tanaman, hewan dan
manusia.

2.2.1 Peranan Pupuk Organik

Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik, diantaranya :


a. Memperbaiki struktur tanah.
Ini dapat terjadi karena organisme tanah pada saat penguraian bahan organik dalam
pupuk bersifat sebagai perekat dan dapat mengikat butirbutir tanah menjadi butiran
yang lebih besar.
b. Menaikkan daya serap tanah terhadap air
Bahan organik memiliki daya serap yang besar terhadap air tanah. Itulah sebabnya
sering berpengaruh positif terhadap hasil tanaman, terutama pada musim kering.
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

16

c. Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah.


Hal ini terutama disebabkan oleh mikroorganisme dalam tanah yang memanfaatkan
bahan organik sebagai makanan. Oleh karena itu, pupuk organik seperti pupuk
kandang diberikan pada tanah harus diuraikan terlebih dahulu oleh jasad renik melalui
proses pembusukan atau peragian sebelum diisap oleh akar tanaman.

d. Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.


Pupuk organik mengandung zat makanan yang lengkap meskipun kadarnya tidak
setinggi pupuk anorganik. Selain itu, cara kerjanya diakui memang agak lambat
dibandingkan pupuk anorganik. Itulah sebabnya untuk mencapai hasil maksimal,
pemakai pupuk organik diimbangi dengan pupuk anorganik agar keduanya saling
melengkapi.

2.2.2 Jenis pupuk organik

Seperti halnya pupuk anorganik, jenis pupuk organik sangat beragam. Kalau jenis
pupuk anorganik ditentukan oleh kadar haranya maka jenis pupuk organik ini
ditentukan oleh asal bahan terbentuknya. Dari sinilah lahir sebutan pupuk kandang,
kompos, pupuk hijau, humus, dan pupuk burung atau guano.

a. Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik yang berupa
kotoran padat yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine). Itulah
sebabnya pupuk kandang terdiri dari dua jenis yaitu padat dan cair.
b. Kompos
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami,
alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota dan sebagainya. Proses pelapukan
bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia.
Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri
(jasad-jasad renik) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang
dikomposkan hingga terurai menjadi senyawa lain. Penguraian bahan-bahan tersebut
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

17

dibantu oleh suhu 60oC. Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat
dalam senyawa organik yang sukar larut menjadi senyawa organik larut sehingga
berguna bagi tanaman. Selain itu pengomposan pun bertujuan menurunkan rasio C/N
tergantung jenis tanamannya rasio C/N sisa tanaman yang masih segar umumnya
tinggi sehingga mendekati rasio C/N tanah. Rasio C/N adalah perbandingan C
(karbon) dan N (nitrogen).

c. Pupuk Hijau
Disebut pupuk hijau karena yang dimanfaatkan sebagai pupuk adalah hijauan, yaitu
bagian-bagian seperti daun, tangkai, dan batang tanaman tertentu yang masih muda.
Tujuannya untuk menambah bahan organik dan unsur-unsur lain ke dalam tanah,
terutama nitrogen.
d. Humus
Humus adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang, dan batang yang sudah
membusuk secara alami lewat bantuan mikroorganisme (di dalam tanah) dan cuaca di
atas tanah. Lapisan atas tanah di hutan banyak terbentuk humus.
Ciri khas humus adalah berwarna hitam sampai coklat tua. Sifatnya tidak
berbeda dari kompos, yaitu mudah mengikat dan merembeskan air dan gembur. Itulah
sebabnya humus sangat berguna untuk memperbaiki keasaman tanah yang tidak beres,
sayangnya humus susah dicari. Kalau diamati memang sulit membedakan antara
kompos dan humus. Perbedaannya hanya bahan dan cara terjadinya. Kalau kompos
dibuat dari berbagai bahan dan dilapukkan dengan bantuan manusia maka humus
terjadi dari bagian tanaman yang membusuk atau melapuk dengan sendirinya (Pinus
Lingga, Marsono, 2004).
Humus didefinisikan sebagai material organik yang berasal dari degradasi
ataupun pelapukan daun-daunan ataupun ranting-ranting tanaman yang membusuk
(mengalami dekomposisi) yang akhirnya berubah menjadi humus (bunga tanah), dan
kemudian menjadi tanah. Sedangkan secara lebih kimia, humus didefinisikan sebagai
suatu kompleks organik makromolekular yang mengandung banyak cincin dan
subtituen-subtituen polar seperti fenol, asam karboksilat, dan alifatik hidroksida.

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

18

Komponen kimiawi fraksi humus, kompos terutama tersusun atas material organik
dan sedikit material anorganik. Hasil dari pemecahan material organik oleh
mikrobiologi dalam kompos akan membentuk humus. Fraksi humus ini terdiri dari
dua komponen kimiawi yaitu:
1. Humus substans
Material humus substans disusun oleh 60-80% kompos material organik yang
mempunyai ciri warna coklat gelap dengan berat molekul beragam dari 200-300.000
g/mol. Material ini adalah produk sintesis sekunder dari senyawaan organik sederhana
yang terbentuk karena pemecahan material organik oleh mikrobiologi. Humus subtans
ini dapat dipisahkan atas asam fulvat, asam humat dan humin.
Humus

Berat

Substans

Molekul

Asam Fulvat

Penjelasan

1000-5000

Asam fulvat berwarna terang, larut dalam seluruh

g/mol

daerah pH, dan sangat rentan terhadap serangan


mikroba

Asan Humat

Humin

10.000-

Asam humat dibentuk oleh polimerisasi asam fulvat

100.000

melalui rantai ester, larut dalam basa tapi tidak larut

g/mol

dalam asam

> 100.000

Berwarna coklat gelap, tidak larut dalam asam dan

g/mol

basa, dan sangat resisten akan serangan mikroba

Selain sebagai penyusun material dari fraksi humus, humus substans, asam humat, dan
asam fulvat diatas juga merupakan bahan kimia acuan dalam menentukan kedewasaan
kompos. Penentuan kedewasaan kompos ini sangat penting, karena apabila kompos
yang kita gunakan pada tanah pertanian belum terkompos sempurna atau komposnya
masih muda dapat menyebabkan fitotoksisitas terhadap tanaman dan mempengaruhi
lingkungan. Secara umum, kompos segar mengandung asam humat dengan mutu
rendah sedangkan mutu asam fulvat tinggi. Mutu humus substans tidak berubah

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

19

selama pengomposan, namun jumlah asam humat bertambah dari 7-8% dalam
material kasar, menjadi 12-14% dalam kompos dewasa.
2. Non material Humat
Bahan non humat terlarut terutama disusun oleh polisakarida terlarut, peptida dan
asam-asam amino, lemak-lemak, lilin-lilin dan asam-asam yang mempunyai berat
molekul kecil. Senyawa-senyawa ini dengan mudah diserang oleh mikroorganisme
dan terdegradasi dalam waktu yang singkat.
Humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam
menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi
tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawasenyawa organik toksik (Sinly Evan Putra, 2009).
e. Kotoran Burung Liar (Guano)
Pupuk kotoran burung yang lazim disebut guano merupakan kotoran dari berbagai
jenis burung liar (bukan burung peliharaan). Pupuk ini terhitung tidak kalah
dibandingkan pupuk lainnya. Menurut penelitian kotoran burung banyak mengandung
unsur hara bagi tanaman karena berisi biji-bijian yang berasal dari tanaman (Pinus
Lingga, Marsono, 2004).

2.3 Nitrogen

Diantara tiga unsur yang biasanya diberikan, nitrogen mempunyai efek paling cepat
dan menonjol. Mula-mula cenderung meningkatkan pertumbuhan diatas tanah dan
memberikan warna hijau pada daun. Pada semua tanaman, nitrogen merupakan
pengatur yang sangat menguasai penggunan kalium, fosfor dan unsur yang lain.

Selama proses dekomposisi sisa-sisa tanaman dan hewan oleh mikroba,


terutama yang rendah kadar nitrogennya, banyak nitrogen anorganik diubah menjadi
bentuk organik. Mulamula nitrogen diikat oleh jaringan mikroba. Kalau sisa- sisa itu
tidak cukup banyak kandungan nitrogen anorganiknya, ion-ion NO3 dan NH4 tanah
akan diasimilasikan (Soegiman, 1982).
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

20

Nitrogen dapat kembali ke tanah melalui pelapukan sisa mahluk hidup (bahan
organik). Nitrogen yang berasal dari bahan organik ini dapat dimanfaatkan oleh
tanaman setelah melalui tiga tahap reaksi yang melibatkan aktivitas mikroorganisme
tanah.

Tahap reaksi tersebut sebagai berikut :


a. Penguraian protein yang terdapat pada bahan organik menjadi asam amino. Tahap
ini disebut reaksi aminisasi.
b. Perubahan asam amino menjadi senyawasenyawa amonia (NH3 ) dan amonium
(NH4+). Tahap ini disebut reaksi amonifikasi.
c. Perubahan senyawa ammonia menjadi nitrat yang disebabkan oleh bakteri
Nitrosomonas danNitrosococus. Tahap ini disebut reaksi nitrifikasi
(Ir.Novizan., 2005).

Penguapan nitrogen tanah sangat ditingkatkan oleh drainase buruk dan aerasi
kurang lancar. Penguapan tersebut antara lain :
a. Penguraian oleh organisme
Mikroorganisme yang bersangkutan bentuk heterotrofik meningkatkan aminisasi dan
amonifikasi. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
-2[O]
2 HNO3

-2[O]
2HNO2

-2[O]
N2O

N2

- H2O
Nitrat

nitrit

oksidanitrogen
-O

unsur N
2NO

- H2O
nitrogen monoksida
Dalam keadaan umum tanah, dinitrogen oksida (N2O) ialah gas yang paling
banyak hilang, nilai pH diatas 7 mendorong hilangnya N dalam bentuk unsur dan nilai
pH dibawah 6 meningkatkan hilangnya N dalam bentuk nitrogen monoksida (NO).
b. Pengurangan Kimia
Ada cara lain yang memungkinkan nitrogen hilang dalam bentuk gas.
Misalnya nitrit dalam larutan asam lemah, lambat laun akan menjadi gas nitrogen
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

21

kalau bersentuhan dengan garam ammonium tertentu, dengan amina-amina sederhana


seperti urea bahkan dengan senyawa sulfur yang tidak mengandung nitrogen dan
karbohidrat.
Reaksi berikut tentang apa yang dapat terjadi pada urea masih merupakan suatu saran:
2HNO2 + CO(NH2)2
nitrit
urea

CO2 + 3 H2O + 2 N2

Tanaman yang kurang mendapat nitrogen akan kerdil dan memiliki sistem
perakaran terbatas. Daun menjadi kuning atau hijau kekuningan dan cenderung mudah
jatuh.
Karena pemberian senyawa nitrogen berefek sangat cepat pada tanaman, orang
cenderung menganjurkan pemberian yang lebih tinggi daripada yang diperlukan.
Anjuran ini sangat merugikan, akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman tertentu.
Daun berwarna hijau tua, lunak, banyak berair (Soegiman, 1982).
2.4 Bahan Organik

Bahan Organik tanah mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah, sedang pengaruh
relatif sangat besar dibanding dengan jumlahnya yang sedikit dalam tanah. Biasanya
paling sedikit separuh dari kemampuan menukar kation dipengaruhinya dan
bertanggung jawab pada kemantapan agregat tanah lebih tanah lebih besar dibanding
dengan tiap faktor yang lain. Lagi pula bahan organik menyediakan senyawa energi
dan senyawa pembentuk tubuh jasad mikro.

Sumber asli bahan organik tanah ialah jaringan tumbuhan. Kira-kira 75% atau
lebih, jaringan hijau tanaman tingkat tinggi adalah air. Bahan kering dibuat dari
karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen dan unsur-unsur mineral.

Meskipun lebih dari 90% berat kering ialah karbon, oksigen dan hidrogen,
tetapi unsur yang lain memegang peranan penting dalam kelangsungan tumbuhan.
Nitrogen, sulfur, kalium, fosfor, kalium dan kalsium dari sumber organik sangatlah
penting. Sebagian terbesar nitrogen tanah asli menjadi bagian solum sebagai penyusun
jaringan tumbuhan dan hewan.

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

22

Susunan umum yang mewakili jaringan tumbuhan sangat banyak dan


bervariasi.Susunan umum yang mewakili jaringan tumbuhan yang masak dan kering
diberikan sebagai berikut :

Sederhana
Karbohidratkarbohidrat

1- 5 %

larut dalam air

10 28 %

yang kasar

20 50 %

Lemak-lemak, lilin-lilin, tanin, dan lain-lain

18%

Lignin

10 30 %
Gula dan pati

Proteinprotein

Hemiselulosa

1 15 %

Selulosa

Senyawa dalam jaringan tumbuhan dapat digolongkan menurut

mudahnya

dekomposisi sebagai berikut :


1. Gula, pati dan protein sederhana

( cepat terurai )

2. Protein kasar
3. Hemiselulosa
4. Selulosa

sangat lambat

5. Lignin, lemak, lilin dan sebagainya

terurai

Karbon merupakan penyusun umum dari semua bahan organik. Karena


senyawa dalam sisa tumbuhan dihancurkan, karbondioksida dilepaskan. Disamping
karbondioksida,

karbonat

dan

bikarbonat,

penyederhanaan

bahan

organik

menghasilkan karbon yang lain ( Soegiman, 1982 ).

2.5 Nisbah C/N

Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N ratio bahan organik hingga sama
dengan C/N tanah (<20). Dengan semakin tingginya C/N bahan maka proses
pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Bahan organik tidak
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

23

dapat langsung digunakan atau dimanfaatkan oleh tanaman karena perbandingan C/N
dalam bahan tersebut relatif tinggi atau tidak sama dengan C/N tanah.

Nilai C/N tanah sekitar 10-12. Apabila bahan organik mempunyai kandungan
C/N mendekati atau samadengan C/N tanah maka bahan tersebut dapat digunakan
atau diserap tanaman. Namun, umumnya bahan organik yang segar mempunyai C/N
yang tinggi, seperti jerami padi 50-70; daun-daunan > 50 (tergantung jenisnya); kayu
yang telah tua dapat mencapai 400 (Yovita Hety Indriani, 2006).

Nisbah karbon dan nitrogen (nisbah C/N) sangat penting untuk memasok hara
yang diperlukan mikroorganisme selama proses pengomposan berlangsung. Karbon
diperlukan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk
membentuk protein. Mikroorganisme akan mengikat nitrogen tetapi tergantung pada
ketersediaan karbon. Bila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah)
tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dimanfaatkan mikroorgnisme untuk
mengikat seluruh nitrogen bebas. Dalam hal ini jumlah nitrogen bebas dilepaskan
dalam bentuk gas NH3 dan kompos yang dihasilkan mempunyai kualitas rendah.
Apabila ketersediaan karbon berlebih (C/N>40) jumlah nitrogennya sangat terbatas
sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan mikroorganisme.

Proses dekomposisi menjadi terhambat karena kelebihan karbon pertamakali


harus dibakar/dibuang oleh mikroorganisme dalam bentuk CO2. Nisbah C/N yang
cukup besar juga menunjukkan sebagai bahan bakar yang sukar terdekomposisi,
sedangkan nisbah C/N rendah relatif menunjukkan persentase yang lebih besar
daripada bahan yang mudah terdekomposisi (Rachman Sutanto,2002).

Nisbah

C/N bahan organik merupakan indikator ketersediaan hara yang

dikandungnya, N-mineral hanya tersedia apabila nisbah ini sekitar 20:1 atau lebih
kecil lagi, nisbah yang lebih besar menunjukkan bahwa N-mineral hanya cukup atau
lebih rendah dibanding yang dimobilisasi oleh mikroorganisme dekomposer untuk
perkembangan dan aktifitasnya. Fenomena inilah yang menyebabkan sering terjadinya
defesiensi atau tidak efisiennya pemupukan N di lapangan apabila kita memberikan
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

24

bahan organik bernisbah C/N tinggi. Nisbah C/N bahan organik yang ideal adalah
yang mendekati nisbah C/N tanah subur yaitu 10:1 (Kemas Ali Hanafiah, 2005).

2.6 Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pengomposan yaitu nilai:


1. Nilai C/N bahan
Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan
semakin singkat.
2. Ukuran bahan
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena
semakin luas bahan yag tersentuh dengan bakteri. Untuk itu, bahan organik perlu
dicacah sehingga berukuran kecil.
3. Jumlah mikroorganisme
Biasanya dalam proses ini bekerja bakteri, fungi, aktinomycetes dan protozoa.
Sering

ditambahkan

pula

mikroorganisme

kedalam

bahan

yang

akan

dikomposkan. Dengan bertambahnya jumlah mikroorganisme, diharapkan proses


pengomposan akan lebih cepat.
4. Kelembapan dan Aerasi
Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembapan sekitar 4060%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara
optimal. Kelembapan yang lebih rendah atau tinggi dapat menyebabkan
mikroorganisme tidak berkembang atau mati. Adapun kebutuhan aerasi tergantung
dari proses berlangsungnya pengomposan tersebut aerobic atau anaerobik.
5.Temperatur
Temperatur optimal sekitar 30-500C (hangat). Bila temperatur terlalu tinggi
mikroorganisme akan mati. Bila temperatur relatif rendah mikroorganisme belum
dapat bekerja atau dalam keadaan dorman. Aktivitas mikroorganisme dalam
proses pengomposan tersebut juga menghasilkan panas sehingga untuk menjaga
temperature tetap optimal sering dilakukan.
6. Keasaman

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

25

Keasaman atau pH dalam mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Kisaran pH


yang baik sekitar 6,5-7,5 (Yovita Hety indriani, 2006).

2.7 Mekanisme Pengomposan

Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi bahan


organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan terkendali (terkontrol)
dengan hasil akhir berupa humus atau kompos. Proses pengomposan dibedakan
berdasarkan ketersediaan oksigen bebas. Ada dua mekanisme proses pengomposan,
yakni :
2.7.1 Pengomposan secara aerobik
Pada proses pengomposan ini, oksigen mutlak dibutuhkan. Proses perombakan bahan
organik secara aerobik akan menghasilkan humus, karbondioksida, air, dan energi.
Secara keseluruhan, reaksinya akan berlangsung sebagai berikut:
Mikroba Aerob

Bahan organik

CO2 + H2O + unsur hara + humus + energi

2.7.2 Pengomposan secara Anaerobik


Proses pengomposan anaerobik berjalan tanpa adanya oksigen. Biasanya prosesnya
dilakukan dalam wadah tertutup. Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas
metan (CH4), karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul
rendah seperti asam asetat, asam propionate, asam butirat, asam laktat, dan asam
suksinat (Suhut Simamora et al, 2006)

Reaksi yang terjadi pada proses pengomposan


Reduksi Sulfat :
CH3CHOHCOOH + SO4-2
4 H2 + SO4-2

2 CH3COOH + H2S + 2OH2 H2O + H2S + 2 OH-

Reduksi karbon organik secara anaerobik :


CH3COOH

CH4 + CO2

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

26

4CH3OH

3 CH4 + CO2 + 2 H2O

C6H12O6

bakteri

3 CH3COOH

C6H12O6

kapang

2 CH3CH2OH + 2 CO2

Reduksi karbondioksida :
2CH3CH2OH + CO2

2 CH3COOH + CH4

4 H2 + CO2

CH4 + 2 H2O

H2 + 2 CO2

2CH3COOH + 2 H2O

Reaksi oksidasi sempurna :


CH3COOH + 2 O2

CO2 + 2 H2O

2 H2 + O2

CO2 + 2 H2O

CH4 + 2 O2

CO2 + 2 H2O

(M.Judoamidjojo et al, 1992)


Reaksi aminasi :
proses enzimatik

Protein

R NH2 + HO

hidrolisa enzim

senyawa asam amino kompleks + O2 + amina


R OH + NH3 + energi

Reaksi amonifikasi :
2 NH3 + H2CO3

(NH4)2CO3

2NH4+ + CO3-2

Reaksi Nitrifikasi :
NH4+ + O2

NO2- + H2O + H+ + Energi

NO2- + O2

NO3- + Energi

(Mul Nulyani Sutedjo, 2002)

2.7.3 Fermentasi (Respirasi Anaerob)

Untuk melangsungkan hidup, semua organisme memerlukan energi. Proses dimana


energi dilepaskan dari bahan makanan seperti gula disebut dengan respirasi dan
mungkin terdapat ada tidaknya oksigen. Yang paling umum menggunakan substrat
adalah gula glukosa.
Respirasi aerobik dan anaerobik merupakan rantai dalam sel setiap individu
yang mana tahap demi tahap dikendalikan oleh enzim. Enzim diproduksi dalam sel
dan tiap-tiap enzim memiliki aturan dari reaksi-reaksi biasanya, sering juga
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

27

meningkatkan kecepatan reaksi. Setelah reaksi berakhir enzim tidak berubah dan
mampu untuk beraktivitas kembali.
Makanan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme tersedia diluar sel dan
sebelum digunakan harus melewati membran sel. Banyak senyawa yang dapat lewat
dari membran tersebut; misalnya pati / tepung, sedangkan lemak dan selulosa tidak
dapat lewat karena strukturnya masih kompleks. Dengan itu sel menggunakan
senyawa kompleks tersebut dalam metabolismenya, enzim akan dikeluarkandari
membran sel dan memecahkan molekul yang besar menjadi molekul yang lebih kecil
sehingga dapat lewat melewati membran sel.
Respirasi melibatkan pemecahan glokosa - yang memiliki enam atom karbon
oleh sebuah enzim yang mengontrol tahap ini menjadi dua molekul asam piruvat
sebuah senyawa dengan tiga atom karbon.
Perbedaan respirasi aerobik dan anaerobik antara lain, dalam respirasi aerobik
asam piruvat dipecah menjadi karbondioksida dan airyang menghasilkan energi
kimia yang besar untuk digunakan dalam sel. Dalam respirasi anaerobik jauh lebih
sedikit langkah yang dilibatkan dan asam piruvat dipecah tidak sempurna, hasil
akhirnya karbondioksida, alkohol, asam laktat atau asam-asam organik dengan energi
yang lebih kecil.

Dibawah ini merupakan gambaran umum ringkasan respirasi.


Glukosa ( 6 C )
Penambahan phospat

phospogliseradehida

melepaskan phospat

bentuk ATP

asam piruvat ( 3 C )

respirasi aerobik

respirasi anaerobik ( fermentasi )

+ oksigen
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

28

menghasilkan

menghasilkan

energi besar

energi rendah

CO2 + air

asetaldehida + CO2
etil alkohol

asam laktat dan


produk lain

( Thelma J.Parry et al, 1983 )

2.8 Teknik Pengomposan anaerobik dengan EM4

Untuk mempercepat proses pengomposan umumnya dilakukan dalam kondisi aerobic


karena tidak menimbulkan bau. Namun, proses mempercepat proses pengomposan
dengan bantuan effective microorganism (EM4) berlangsung secara anaerobik
(sebenarnya semi anaerobik karena masih ada sedikit udara). Dengan metode ini, bau
yang dihasilkan ternyata dapat hilang bila proses berlangsung dengan baik (Yovita
Hety Indriani, 2006)
EM4 (effective microorganism 4) berupa larutan cair berwarna kuning
kecoklatan, ditemukan pertama kali oleh prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas
Ryukyus Jepang. Cairan ini berbau sedap dengan rasa asam manis dan tingkat
keasaman (pH) kurang dari 3,5. Apabila tingkat keasaman melebihi 4,0 maka cairan
ini tidak dapat digunakan lagi.
Mikroorganisme efektif atau EM adalah suatu kultur campuran berbagai
mikroorganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat,
ragi, Actinomycetes, dan jamur peragian) yang dapat digunakan sebagai inokulan
untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah dan dapat memperbaiki pertumbuhan
serta kualitas tanah. Pada gilirannya juga akan memperbaiki pertumbuhan serta
jumlah mutu hasil tanaman (Dipo Yuwono, 2006).
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

29

Effective microorganism (EM4) turunan bisa digunakan seperti penggunaan


EM4 murni. Namun, EM4 generasi baru hanya dapat digunakan dalam jangka waktu
tiga hari. Lebih dari tiga hari, aktivitas mikroorganisme di dalamnya akan menurun
( Nan Djuarnani et al, 2006).
Kompos yang dibuat menggunakan EM disebut juga bokashi. Kata bokashi
berasal dari bahasa Jepang yang artinya kira-kira bahan-bahan organik yang sudah
diuraikan (difermentasikan). Pembuatan bokashi harus dilakukan ditempat yang
terlindung dari sinar matahari dan terpaan air hujan (Redaksi Agromedia, 2008).
Keunggulan dengan bantuan EM4, bokashi yang diperoleh sudah dapat
digunakan dalam waktu yang relatif singkat, yaitu setelah proses 4-7 hari. Selain itu,
bokashi hasil pengomposan tidak panas, tidak berbau busuk, tidak mengundang hama
dan penyakit, serta tidak membahayakan pertumbuhan atau produksi tanaman (Yovita
Hety Indriani, 2006)
Beberapa ciri bokashi yang baik adalah memiliki bau yang sedap dan berwarna
keputihan karena dilapisi jamur. Jika sebelum dipakai akan disimpan, bokasi
sebaiknya disebarkan diatas lantai semen yang berada dalam ruangan yang teduh dan
diangin-anginkan hingga kering ( Nan Djuarnani et al, 2006)

2.8.1 Pembuatan Starter EM4


Mikroorganisme di dalam larutan EM4 asli berada dalam keadaan tidur (dorman)
sehingga perlu dibangunkan (diaktifkan) terlebih dahulu dengan cara memberikan air
dan makanan.
Campurkan 1 cc EM4 dengan 1 Liter air (1.000 cc) dan 1 gram gula (larutan
0,1 % starter EM4).aduklah campuran ini lalu diamkan selama 2-24 jam untuk
memperoleh starter EM4 (Dipo Yuwono, 2006).

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

30

Jika tidak ada molasses dapat diganti dengan gula merah yang telah
diencerkan. Larutan molasses dan EM4 dimasukkan kedalam campuran bahan,
kemudian diaduk hingga merata.

2.8.2 Kadar Air


Kadar air campuran bahan sebaiknya 30-40 %. Menentukan kadar air bias
dilakukan dengan cara

mengambil segemgam campuran bahan,

kemudian

meremasnya. Campuran bahan dikatakan memilki kadar air 30-40% jika bahan tetap
menggumpal setelah dilepaskan dari gemgaman, tetapi akan retak atau pecah jika
disentuh dengan jari ( Nan Djuarnani et al, 2006)
2.9 Penentuan Nitrogen secara Kjedahl

Cara ini terutama penting dalam penentuan kadar protein. Pada dasarnya, bahan
dasarnya, bahan dioksidasi dengan asam sulfat pekat panas hingga hancur. Tahap ini
disebut tahap digestion atau pencernaan. Disini nitrogen diubah menjadi ion
ammonium. Pada tahap berikutnya, larutan ditambah basa kuat sehingga bereaksi basa
lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dengan HCl baku yang tertentu jumlahnya
untuk mengikat NH3 tersebut dan setelah selesai, destilat dititrasi dengan NaOH baku
untuk menentukkan kelebihan asam.

Selisih HCl yang ditambahkan dengan yang dititrasi merupakan jumlah yang
diikat NH3 sehingga dapat dihitung berupa NH3 yang terdestilasi dan dengan demikian
N di dalam bahan analisa.
Reaksi reaksi :
Protein + moksidator

NH+ + CO2 + H2O + lainlain (digestion )

NH+ + OH-

NH3

NH3 + HCl berlebih

NH4Cl

HClsisa + NaOH

NaCl + H2O ( titrasi )

+ H2O ( destilasi )
( penampungan )

atau :
NH3 + HBO2

NH4BO2 ( penampungan )

NH4BO2 + HCl

HBO2 + NH4Cl (titrasi )

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

31

( W. Harjadi, 1993).

2.10 Penentuan Kadar C-Organik

Material organik tanah merupakan sisa tumbuhan, hewan dan organisme tanah, baik
yang telah maupun yang sedang mengalami dekomposisi. Material organik tanah yang
tidak terdekomposisi menjadi humus yang berwarna coklat sampai hitam dan bersifat
koloidal. Pengukuran kandungan bahan organik tanah berdasarkan jumlah organik
yang mudah teroksidasi akan mereduksi Cr2O72- yang diberikan secara berlebihan.
Terjadi reaksi ini karena adanya energi yang dihasilkan oleh reaksi H2SO4 pekat dan
K2Cr2O7. Keadaan ini menyebabkan Cr5+ direduksi oleh C-Organik menjadi warna
hijau dari Cr3+ (Nuin Muhammad Suin, 2002).

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alatalat
-

Labu Kjehldahl

Pyrex

Hot Plate Stirer

PMC

Statif

Klemp

Mikro pipet

Pyrex

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

32

Timbangan Elektrik

Mettler PM 400

Alat alat gelas

Pyrex

Oven

Galamerican

3.2 Bahanbahan
-

Tumbuhan Kembang Bulan

EM4

Gula Aren

Akuades

H2SO4 (p)

p.a. E. Merck

H3PO4 (p)

p.a. E. Merck

HCl (p)

p.a. E. Merck

H3BO3

p.a. E. Merck

NaOH

p.a. E. Merck

Fenolftalein

p.a. E. Merck

Selenium

p.a. E. Merck

K2Cr2O7

p.a. E. Merck

Difenilamin

p.a. E. Merck

FeSO4

p.a. E. Merck

HNO3 (p)

p.a. E. Merck

H2C2O4

p.a. E. Merck

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penyediaan Sampel Kembang Bulan


Tumbuhan Kembang Bulan dirajang menjadi potongan-potongan kecil, kemudian
dikeringkan udara selama 3 hari.

3.3.2 Pembuatan Larutan Gula


Ditimbang sebanyak 500 g gula merah atau sesuai dengan yang dibutuhkan dan
dilarutkan dengan air sebanyak 1 L.
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

33

3.3.3 Pembuatan Starter


Dimasukkan EM4 sebanyak 10 mL kedalam labu takar, ditambahkan larutan gula 10
mL, kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda. Lalu dihomogenkan
kemudian didiamkan selama 2-24 jam untuk memperoleh starter EM4.

3.3.4 Pembuatan Kompos


Ditimbang sebanyak 300 g sampel dimasukkan kedalam ember plastik, ditambahkan
starter EM4 sebanyak 400 mL, pencampuran dilakukan perlahan-lahan dan merata
hingga kandungan air 30-40%, kandungan air yang diinginkan diuji dengan tidak
menetesnya air bila bahan digemgam dan merekah bila gemgaman dilepaskan.
Kemudian ember ditutup rapat. Ditanam dalam tanah. Dilakukan pengadukan sekali
48 jam untuk mengeluarkan gas-gas yang terbentuk dan agar suhu adonan tidak terlalu
tinggi.

3.3.5 Pembuatan Pereaksi

3.3.5.1 Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan Nitrogen

a. Larutan NaOH 40%


Sebanyak 40 g Kristal NaOH kemudian dilarutkan dengan akuades, dimasukkan ke
dalam labu takar 100 mL, diencerkan hingga garis tanda, dan dihomogenkan.

b. Larutan Indikator Fenolftalein


Sebanyak 1 g kristal Fenolftalein dilarutkan dengan alkohol 96%, dimasukkan
kedalam labu takar 100 mL, diencerkan hingga garis tanda, dan dihomogenkan.

c. Larutan H3BO3 3%
Sebanyak 3 g H3BO3 dilarutkan dengan akuades, dimasukkan dalam labu takar 100
mL, diencerkan hingga garis tanda dan dihomogenkan.

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

34

d. Larutan Indikator Campuran


Sebanyak 2 bagian indikator metal biru 0,1% (b/v) dan 1 bagian indikator metal merah
0,2% (b/v) dalam etanol

e. Larutan H2C2O4 0,01 N


Sebanyak 0,63 g kristal H2C2O4.2H2O dilarutkan dengan akuades, dimasukkan ke
dalam labu takar 1000 mL, diencerkan hingga garis tanda, dan dihomogenkan.

f. Larutan HCl 0,01 N


Sebanyak 0,83 mL HCl 37% dipipet ke dalam labu takar 1000 mL, diencerkan hingga
garis tanda dengan akuades, dan dihomogenkan.

g. Larutan Borat 0,01 N


Sebanyak 0,4765 gram Na2B4O7.10H2O dimasukkan kedalam gelas piala, dilarutkan
dengan 150 mL akuades panas bebas CO2 (akuades didihkan untuk membebaskan
CO2), didinginkan. Dimasukkan larutan kedalam labu takar 250 mL, ditambahkan
akuades hingga garis tanda, kemudian dihomogenkan.

h. Standarisasi HCl 0,01 N


-

dipipet 10 mL larutan borak 0,01 N dimasukkan ke dalam erlenmeyer

ditambahkan 3 tetes indikator merah metil 0,2 %

dititrasi dengan HCl 0,01 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
merah

dilakukan hal yang sama sebanyak 3 kali

3.3.5.2 Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan C-Organik

a. Larutan K2Cr2O7 1N
Ditimbang secara kuantitatif kristal K2Cr2O7 sebanyak 12,258 g, dimasukkan kedalam
gelas piala 250 mL, dilarutkan dengan akuades, dimasukkan kedalam labu takar 250
mL, diencerkan hingga garis tanda, dihomogenkan

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

35

b. Larutan FeSO4 1N
Ditimbang secara kuantitatif kristal FeSO4.7H2O sebanyak 69,505 g, dimasukkan
kedalam gelas piala 250 mL, dilarutkan dengan akuades secukupnya, ditambahkan
37,5 mL H2SO4

(p)

secara perlahanlahan, dimasukkan kedalam labu takar 250 mL,

ditambahkan air destilasi (akuades) hingga garis tanda, didinginkan, dan


dihomogenkan.

c. Larutan difenilamin
Ditimbang 0,5 g difenilamin, dimasukkan kedalam gelas piala 1 L yang telah diisi
dengan 20 mL air destilasi, direndam dengan air es, ditambahkan 100 mL H2SO4 (p)
secara perlahanlahan, diaduk hingga larut.

3.3.6 Penentuan Kadar C-Organik dengan metode Walkey Black


-

Ditimbang 0,1 g sampel

Dimasukkan kedalam erlenmeyer

Ditambahkan 10 mL K2Cr2O7 1 N

Ditambahkan H2SO4 (p) 20 mL secara perlahanlahan

Diaduk selama 1 menit

Didiamkan selama 30 menit

Ditambah 100 mL akuades

Ditambahkan 5 mL H3PO4 (p) dan 1 mL larutan difenilamin

Dititrasi dengan larutan FeSO4 hingga terjadi perubahan warna dari ungu
menjadi hijau

Catatan : Terlebih dahulu dilakukan hal yang sama pada blanko untuk standarisasi
FeSO4

3.3.7 Pengukuran Nitrogen


-

Sebanyak 0,1 g sampel dimasukkan kedalam labu Kjehldahl

Ditambahkan 0,3 g selenium dan 25 mL H2SO4 pekat

Didektruksi sampel pada temperature 400 oC hingga sampel berubah menjadi


larutan cokelat kehitaman

Dipindahkan ke dalam labu destilasi dan ditambahkan 50 mL akuades

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

36

Ditambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein dan NaOH 40% sehingga berwarna


merah lembayung

Disediakan penampung untuk hasil destilat berupa labu erlenmeyer yang berisi
50 mL H3BO3 3% dan 3 tetes indikator campuran

Dipasang tabung destilasi pada alat destilasi, kemudian diletakan

pada

tempatnya.
-

Dilakukan destilasi hingga diperoleh warna hijau muda

Detilat kemudian dititrasi dengan HCl 0,01 sampai terbentuk merah lembayung

Dicatat volume titran ditentukan %N

Dilakukan hal yang sama sebanyak 3 kali

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1 Pembuatan Kompos


Tumbuhan kembang bulan
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

37

Dipotong kecilkecil
Dikeringkan didalam ruangan selama 3 hari
Ditimbang sebanyak 300 g

300 g serbuk kembang bulan


Dimasukkan kedalam ember plastik
Ditambahkan

starter

EM4

hingga

kandungan

30-40%

(kandungan air yang diinginkan diuji dengan tidak menetesnya


air bila digemgam dan merekah bila gemgaman dilepaskan)
Ditutup rapat ember plastik
Dibenamkan dalam tanah
Dilakukan pengadukan sekali 48 jam untuk mengeluarkan gasgas yang terbentuk dan menjaga suhu adonan
Kompos kembang bulan

Ditentukan kadar C-Organik dan Nitrogen masing-masing


kompos dengan variasi waktu 3-12 hari
Hasil

3.4.2 Penentuan C Organik

0,1 g serbuk kembang bulan


kering
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

38

Ditambahkan 10 mL K2Cr2O7 1 N
Ditambahkan 20 mL H2SO4 pekat
Diaduk selama 1 menit
Didiamkan selama 30 menit
Larutan hijau kekuningan
Ditambahkan 100 mL akuades
Ditambahkan 5 mL H3PO4 85%
Ditambahkan 1 mL larutan difenilamin
Larutan ungu

Dititrasi dengan FeSO4 0,9784 N hingga warna berubah


menjadi hijau

Dicatat volume FeSO4 0,9784 N yang terpakai

Hasil

Catatan : Prosedur ini dilakukan untuk masing- masing kompos sesudah


pengomposan dengan variasi waktu 3-12 hari
Hasil pengukuran dikoreksi dengan penentuan berat kering sampel
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali

3.4.3 Penentuan Kadar Nitrogen

0,1 g serbuk kembang bulan


Esther L. Tobing : Studi
Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
kering
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

39

Ditambahkan 0,3 g selenium dan H2SO4 pekat


Didektruksi pada suhu 400 oC hingga menjadi larutan coklat
kehitaman
Larutan cokelat kehitaman
Dipindahkan ke dalam labu destilasi
Ditambahkan 50 mL akuades
Ditambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein
Ditambahkan NaOH 40% sampai berwarna merah lembayung
Didestilasi
Ditampung destilat ke dalam gelas erlenmeyer yang berisi 50
mL H3BO3 3% dan 3 tetes indikator campuran hingga berwarna
hijau
Destilat berwarna hijau
Ditampung ke dalam erlenmeyer yang berisi 50 mL H3BO3 3%
dan 3 tetes indikator campuran
Dititrasi dengan HCl 0,01 N
Larutan merah muda
Ditentukan %N
Hasil

Catatan : Prosedur ini dilakukan untuk masing- masing kompos sesudah


pengomposan dengan variasi waktu 3-12 hari
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

40

4.1 Hasil dan Pengolahan Data


4.1.1 Hasil Penelitian
Dari hasil penentuan C-Organik dengan metode Walkey Black dapat dilihat pada tabel
4.1.; penentuan Nitrogen dengan metode kjehldahl dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.1. Data Volume FeSO4 0,9416 N yang Terpakai pada Penentuan
C-Organik dengan Metode Walkey Black

No

Perlakuan

Blangko

Berat Kering Sampel

Volume FeSO4

(g)

0,9416 N (mL)

10,66
10,58
10,62

Tanpa Pengomposan

0,100

3,48
3,54
3,52

Pengomposan 3 hari

0,104

6.22
6,26
6,34

Pengomposan 6 hari

0,100

6.56
6,44
6,34

Pengomposan 9 hari

0,101

7,00
7.28
7,28

Pengomposan 12 hari

0,101

8,46
8,68
8,52

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

41

Tabel 4.2. Data Volume HCl 0,0102 N yang Terpakai pada Penentuan
Nitrogen dengan Metode Kjehldahl

No

Perlakuan

Blangko

Berat Kering Sampel

Volume HCl

(g)

0,0102 N (mL)

0,3
0,3
0,3

Tanpa Pengomposan

0,101

5,9
5,8
6,0

Pengomposan 3 hari

0,101

6,8
6,4
6,7

Pengomposan 6 hari

0,101

6,5
6,9
6,7

Pengomposan 9 hari

0,101

6,1
6,2
6,3

Pengomposan 12 hari

0,101

6,0
6,2
6,4

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

42

4.1.2 Penentuan % C - Organik


Penentuan FeSO4 standar yang digunakan untuk menentukan % COrganik :
N FeSO4

N K 2Cr2O7 xVK 2Cr2O7

VK 2Cr2O7

N FeSO4

= Normalitas FeSO4 standar

V FeSO4

= mL FeSO4 yang terpakai untuk blangko

N K2Cr2O7

= Normalitas K2Cr2O7 yang digunakan sebagai larutan standar primer

V K2Cr2O7

= mL K2Cr2O7 yang digunakan untuk menstandarisasi

N FeSO4

1Nx10mL
10,62mL

= 0,9416 N
Penentuan % C-Organik dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

C - Organik(%) =

[10 (N

FeSO4

)]

xVFeSO4 x0,33

berat ker ingsampel ( g ) x0,77

Dimana :
N FeSO4 = Normalitas FeSO4
V FeSO4 = mL FeSO4 standar yang digunakan untuk titrasi sampel
Catatan : nilai 0,33 menyatakan bahwa 1 grek K2Cr2O7 dapat mengoksidasi 3 grek
FeSO4 dan nilai 0,77 menyatakan bahwa hanya 77% senyawa organik yang
dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7
Berdasarkan data volume FeSO4 0,9416 N yang terpakai dalam penentuan C-Organik
dengan metode Walkey Black (tabel 4.1.) maka dapat ditentukan % C-Organik pada
sampel, yaitu :
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

43

Untuk tumbuhan kembang bulan sebelum dikomposkan

Pengukuran I
C - Organik (%) =

[10 (0,9416 x3,51)]x0,33


0,1x0,77

= 43,49 %
Hasil pengukuran C-Organik pada tumbuhan kembang bulan setelah pengomposan
dengan variasi pengomposan 3 sampai 12 hari (setiap pengukuran C-Organik masingmasing dilakukan sebanyak tiga kali ditunjukkan pada lampiran data
4.1.3 Penentuan % Nitrogen
Penentuan Normalitas HCl standar digunakan untuk menentukan % Nitrogen :
N HCl =

N laru tan borat xVlaru tan borat


VHCl

Dimana :
N larutan borat = Normalitas larutan borat
V larutan borat = mL larutan borat yang dititrasi
N HCL

= Normalitas HCl

V HCL

= mL HCl (peniter)
N HCl =

10x0,01
9,8

= 0,0102 N
Penentuan Nitrogen dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
% Nitrogen =

(V Vb )xN HCl x5 x14 x100


berat ker ing ( g ) x1000

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

44

Dimana :
V

= mL larutan HCl standar yang terpakai menitrasi sampel

Vb

= mL larutan HCl standar yang terpakai menitrasi blangko

NHCl

= Normalitas HCl

Berdasarkan data volume HCl 0,0102 Nyang terpakai dalam penentuan Nitrogen
dengan metode kjehldahl(table 4.2.) maka dapat ditentukan % Nitrogen pada sampel,
yaitu:
Untuk tumbuhan kembang bulan sebelum dikomposkan
% Nitrogen =

(5,9 0,3)x0,0102 x5 x14 x100


0,1x1000

= 3,92 %
Hasil pengukuran Nitrogen pada tumbuhan kembang bulan setelah pengomposan
dengan variasi pengomposan 3 sampai 12 hari (setiap pengukuran C-Organik masingmasing dilakukan sebanyak tiga kali ditunjukkan pada lampiran data
4.1.4 Penentuan C/N
C/N dari tumbuhan kembang bulan dapat ditentukan dengan membandingkan nilai %
C-Organik rata-rata (tabel )dengan % Nitrogen rata- rata (tabel )

C/N=

%C Organik
% Nitrogen

C/N=

43,49
3,92

Data C/N tumbuhan kembang bulan selengkapnya setelah pengomposan dengan


waktu pengomposan 3-12 hari dengan interval 3 hari dapat ditunjukkan pada lampiran
data

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

45

4.2 Pembahasan
Didalam penelitian, diperoleh bahwa % C-Organik pada tumbuhan kembang bulan
sebelum pengomposan 43,49 %, setelah 3 hari 36,29 %, setelah 6 hari 31,83 %,
setelah 9 hari 22,44 %, setelah 12 hari 20,68 %. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
dengan bertambahnya waktu pengomposan maka semakin turun % C-organik dari
tumbuhan kembang bulan. Hal ini karena selama pengomposan senyawa karbon
organik dimanfaatkan oleh bakteri

sebagai sumber energi di dalam proses

metabolisme dan perbanyakan sel yang mana secara anaerob senyawa organik diubah
menjadi asam organik dan alkohol terlebih dahulu kemudian diubah menjadi CO2,
CH4, NH3 dan H2O (Dipo Yuwono, 2006)

50

C-Organik ( % )

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0

12

15

Waktu pengomposan ( hari )

Gambar 4.2.1. Kurva perubahan C - Organik terhadap Waktu


Pengomposan
Didalam Penelitian juga diperoleh kadar Nitrogen dari tumbuhan kembang
bulan sebelum pengomposan 3,92 %, setelah 3 hari 4,48 %, setelah 6 hari 4,48 %,
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

46

setelah 9 hari 4,13 %, setelah 12 hari 4,13 %. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa %
nitrogen pada tumbuhan kembang bulan mengalami penurunan dan peningkatan. Hal
ini disebabkan bahwa dalam proses pengomposan Nitrogen organik diubah terlebih
dahulu menjadi ammonia (NH3) yang mudah menguap, kemudian diubah menjadi
nitrit (NO2) dan nitrat (NO3-) yang merupakan bentuk nitrogen yang lebih stabil. Pada
pengomposan 3 dan 9 hari % nitrogen mengalami peningkatan dibandingkan sebelum
pengomposan, dan pada saat pengomposan 9 hari mengalami penurunan karena
sebagian NH3 menguap. Pada pengomposan 12 hari sudah stabil karena ammonia
(NH3) diubah bentuk nya menjadi lebih stabil yaitu nitrit (NO2-) dan nitrat (NO3-)
(Hefni Efendi, 2003)

4.6

Nitrogen ( % )

4.5
4.4
4.3
4.2
4.1
4
3.9
3.8
0

12

15

waktu pengomposan ( hari )

Gambar 4.2.1. Kurva perubahan Nitrogen terhadap Waktu


Pengomposan

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

47

Sehingga dapat dilihat bahwa sebelum pengomposan telah mencapai rasio C/N
yang optimum yaitu 11,09 karena telah mendekati Nilai C/N tanah sekitar 10-12
(Yovita Hety Indriani, 2006).

15

rasio C / N

12
9
6
3
0
0

12

15

Lama Pengomposan ( hari )

Gambar

4.2.1.

Kurva

perubahan

C/N

terhadap

Waktu

Pengomposan
Berdasarkan SNI 19-7030-2004, hasil penelitian tumbuhan kembang bulan setelah
dikomposkan tidak memenuhi standar kompos berdasarkan kadar C/N karena kadar
C/N lebih kecil dari 10. Sedangkan sebelum pengomposan memenuhi standar karena
kadar C/N 11,09 %.

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

48

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diperoleh kadar Nitrogen, C-Organik dan C/N dapat
dinyatakan bahwa kompos tumbuhan kembang bulan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber Nitrogen sebagai pengganti pupuk kandang dalam pembuatan kompos karena
mengandung Nitrogen rata-rata 4 % pada waktu pengomposan Sehingga dapat
menurunkan kadar C/N jika bahan baku pembuatan kompos mengandung C-Organik
yang tinggi.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya diperlukan penelitian dengan memanfaatkan tumbuhan
kembang bulan sebagai sumber Nitrogen untuk menurunkan kadar C/N bahan baku
pembuatan kompos yang mengandung C-Organik yang tinggi dan penelitian untuk
kadar parameter-parameter lainnya suatu kompos.

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

49

DAFTAR PUSTAKA

Djuarnani, N. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.


Hanafiah, K.A. 2005. Biologi Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
http://plants.usda.gov/indekx.html. 16 September 2008
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr295072.pdf. 16 September 2008
Indriani, Y.H. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya
Judoamidjojo, M., Darwis dan Said. 1992. Teknologi Fermentasi. Jakarta: Penerbit
Rajawali
Lingga, P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya
Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. Medan: USU Press
Munawar, E.I. 2003. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Jakarta: Penebar
Swadaya
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Tangerang: PT Agromedia Pustaka
Parry, T.J. dan Rossa K. Pawsey. 1983. Principles of Microbiology for Students of
Food Technology. Second Edition. New York
Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

50

Putra, S.E. 2009. Humus, Material Organik Penyubur Tanah. http :// www.chem-istry.org. 6 Maret 2009
Redaksi Agromedia. 2008. Cara Praktis Membuat Kompos. Jakarta: PT Agromedia
Pustaka
Simamora, S. dan Salundik. 2002. Meningkatkan Kualitas Kompos. Jakarta: PT
Agromedia Pustaka
Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara
Steenis, V. 1988. Flora. Jakarta: Pt Pradnya Paramitha
Suin, M.N. 2002. Metode Ekologi. Padang: Universitas Andalas
Sutanto, K. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Jakarta: Kanisius
Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta
Yuwono, D. 2005. Kompos. Depok: Penebar Swadaya

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

51

Tabel 4.3. Data Pengukuran C-Organik dengan Metode Walkey Black

No

Perlakuan

% C-Organik

1.

Tanpa Pengomposan

43, 49

2.

Pengomposan 3 hari

36,29

3.

Pengomposan 6 hari

31,83

4.

Pengomposan 9 hari

22,44

5.

Pengomposan 12 hari

20,68

Tabel. 4.4. Data Pengukuran Nitrogen Dengan Metode Kjehldahl

No

Perlakuan

% Nitrogen

1.

Tanpa Pengomposan

3,92

2.

Pengomposan 3 hari

4,48

3.

Pengomposan 6 hari

4,48

4.

Pengomposan 9 hari

4,13

5.

Pengomposan 12 hari

4,13

Tabel 4.5. Data Nisbah C/N

No

Perlakuan

%C

%N

C/N

1.

Tanpa Pengomposan

43,49

3,92

11,09

2.

Pengomposan 3 hari

36,29

4,48

8,10

3.

Pengomposan 6 hari

31,83

4,48

7,10

4.

Pengomposan 9 hari

22,44

4,13

5,43

5.

Pengomposan 12 hari

20,68

4,13

5,00

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

52

Tabel 5.1. Standar Kualitas Kompos SNI : 19-7030-2004

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

53

Gambar 1. Tumbuhan Kembang Bulan (Tithonia diversifolia)

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

54

Esther L. Tobing : Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon ( C ) Organik Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia), 2009.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai