Anda di halaman 1dari 12

Prevalensi nasional Penyakit Sendi adalah 30,3% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan

gejala). Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi Penyakit Sendi diatas persentase nasional,
yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua Barat.

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Penyakit Sendi tertinggi


adalah Sampang (57,5%), Lembata (57,5%), Tasikmalay
a (56,4%), Cianjur (56,1%),
Garut (55,8%), Sumedang (55,2%), Manggarai (54,7%),
Tolikara ( 53,1%), Majalengka
(51,9%), dan Jeneponto (51,9%). Sedangkan 10 kabupa
ten/kota dengan prevalensi
Penyakit Sendi terendah adalah Yakuhimo (0,1%), Oga
n Komering Ulu (8,7%), Siak
(9,9%), Kota Binjai (10,5%), Ogan Komering Ulu Timu
r (10,7%), Karo (11,6%), Barito
Timur (11,9%), Kota Payakumbuh (11,9%), Kota Makass
ar (12,0%).

Prevalensi nasional Hipertensi Pada Penduduk Umur


> 18 Tahun adalah sebesar
29,8% (berdasarkan pengukuran). Sebanyak 10 provins
i mempunyai prevalensi
Hipertensi Pada Penduduk Umur > 18 Tahun diatas pre
valensi nasional, yaitu Riau,
Bangka Belitung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa T
imur, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Ten
gah, dan Sulawesi Barat.

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalen


si Hipertensi Pada
Penduduk Umur > 18 Tahun tertinggi adalah Natuna (5
3,3%), Mamasa (50,6%),
Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu Sungai Sel
atan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%),
Kuantan Senggigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tap
in (46,1%), dan Kota Salatiga
(45,2%). Sedangkan 10 kabupaten/kota yang mempunyai
prevalensi Hipertensi Pada
Penduduk Umur > 18 Tahun terendah adalah Jayawijaya
(6,8%), Teluk Wondama
(9,4%), Bengkulu Selatan (11,0%), Kepulauan Mentawa
i (11,1%), Tolikara (12,5%),
Yahukimo (13,6%), Pegunungan Bintang (13,9%), Selum
a (14,6%), Sarmi (14,6%), dan
Tulang Bawang (15,9%).

Prevalensi nasional Strok adalah 0,8% (berdasarkan


diagnosis tenaga kesehatan
dan gejala). Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevale
nsi Stroke diatas prevalensi
nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera

Barat, Kepulauan Riau, DKI


Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimanta
n Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua Barat.

Prevalensi nasional Penyakit Asma adalah 4,0% (ber


dasarkan diagnosis tenaga
kesehatan dan gejala). Sebanyak 9 provinsi mempunya
i prevalensi Penyakit Asma
diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Dar
ussalam, Jawa Barat, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Sel
atan, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, dan Papua Barat.

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalen


si Penyakit Asma tertinggi
adalah Aceh Barat (13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato (
13,0%), Sumba Barat (11,5%),
Boalemo (11,0%), Sorong Selatan (10,6%), Kaimana (1
0,5%), Tana Toraja (9,5%),
Banjar (9,2%), dan Manggarai (9,2%). Sedangkan 10 k
abupaten/kota dengan prevalensi
Penyakit Asma terendah adalah Yakuhimo (0,2%), Lang
kat (0,5%), Lampung Tengah
(),5%), Tapanuli Selatan (0,6%), Lampung Utara (0,6
%), Kediri (0,6%), Soppeng (0,6%),
Karo (0,7%), Serdang Bedagai (0,7%), dan Kota Binja
i (0,7%).

Prevalensi nasional Penyakit Jantung adalah 7,2% (


berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 16 provinsi
mempunyai prevalensi Penyakit
Jantung diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi
Barat.

Prevalensi nasional Penyakit Diabetes Melitus adal


ah 1,1% (berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 1
7 provinsi mempunyai prevalensi
Penyakit Diabetes Melitus diatas prevalensi nasiona
l, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Ri
au, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Ba
rat, Nusa Tenggara Timur,

Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,


Gorontalo, dan Papua Barat.

Prevalensi nasional Penyakit Tumor/Kanker adalah 0


,4% (berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan). Sebanyak 9 provinsi mempunyai pr
evalensi Penyakit Tumor/Kanker
diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Barat, D
KI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Sulawesi Utara
, dan Sulawesi Selatan.

Prevalensi nasional Gangguan Jiwa Berat adalah 0,5


% (berdasarkan keluhan
responden atau observasi pewawancara). Sebanyak 7 p
rovinsi mempunyai prevalensi
Gangguan Jiwa Berat diatas prevalensi nasional, yai
tu Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, DKI Jakarta,
Nusa Tenggara Barat,

Prevalensi nasional Buta Warna adalah 0,7% (berdas


arkan keluhan responden).
Sebanyak 6 provinsi mempunyai prevalensi Buta Warna
diatas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Bangka Belitung, DKI
Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat.

Prevalensi nasional Glaukoma adalah 0,5% (berdasar


kan keluhan responden).
Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi Glaukoma d
iatas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Kepulauan Riau, DKI
Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Tengah, dan Gorontalo.

Prevalensi nasional Bibir Sumbing adalah 0,2% (ber


dasarkan keluhan responden
atau observasi pewawancara). Sebanyak 7 provinsi me
mpunyai prevalensi Bibir
Sumbing diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau,
DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara
Barat.

Prevalensi nasional Dermatitis adalah 6,8% (berdas


arkan keluhan responden).
Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Dermatiti
s diatas prevalensi nasional, yaitu

Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu,


Bangka Belitung, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tengga
ra Timur, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah
, dan Gorontalo.

Prevalensi nasional Rhinitis adalah 2,4% (berdas


arkan keluhan responden).
Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Rhinitis
diatas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Bangka
Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan T
imur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, dan Gorontalo.

Prevalensi nasional Talasemia adalah 0,1% (berdasa


rkan keluhan responden).
Sebanyak 8 provinsi mempunyai prevalensi Talasemia
diatas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Kepulau
an Riau, DKI Jakarta, Nusa
Tenggara Barat, Gorontalo, Maluku, dan Papua Barat.

Prevalensi nasional Hemofilia adalah 0,7% (berdasa


rkan keluhan responden).
Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi Hemofilia
diatas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Kepulauan Riau, DKI
Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Gorontalo, Papua Barat dan Papua.

Prevalensi nasional Gangguan Mental Emosional Pada


Penduduk Umur

15
Tahun adalah 11,6% (berdasarkan
Self Reported Questionnarie
). Sebanyak 14 provinsi
mempunyai prevalensi Gangguan Mental Emosional Pada
Penduduk Umur

15 Tahun
diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Dar
ussalam, Sumatera Barat, Riau,
Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Teng
ah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawe

si Selatan, Gorontalo, dan


Papua Barat.

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalen


si Gangguan Mental
Emosional tertinggi adalah Luwu Timur (33,7%), Mang
garai (32,4%), Aceh Selatan
(32,1%), Purwakarta (32,0%), Belitung Timur (31,0%)
, Banjarnegara (30,5%), Boalemo
(29,9%), Cirebon (29,9%) dan Kota Malang (29,6%). S
edangkan 10 kabupaten/kota
dengan prevalensi Gangguan Mental Emosional terenda
h adalah Yahukimo (1,6%),
Pulang Pisau (1,7%), Karimun (1,9%), Jayapura (1,9%
), Sidoarjo (1,9%), Tabalong
(2,1%), Maluku Tengah (2,4%), Kota Baru (2,4%), Kud
us (2,4%), dan Muaro Jambi
(2,4%).

Persentase nasional
Low Vision
adalah 4,8% (berdasarkan hasil pengukuran,
visus <20/60 3/60). Sebanyak 8 provinsi mempunya
i prevalensi
Low Vision
diatas
prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam
, Bengkulu, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawe
si Selatan, dan Sulawesi Barat.

Prevalensi nasional Kebutaan adalah 0,9% (berdasar


kan hasil pengukuran, visus
< 3/60). Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi
Kebutaan diatas prevalensi
nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Bengkulu,
Lampung, Kepulauan Riau, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi
Selatan, Gorontalo.

Prevalensi nasional Katarak Pada Penduduk Umur > 3


0 Tahun 1,8%
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan). Sebanyak
12 provinsi mempunyai prevalensi
Katarak Pada Penduduk Umur > 30 Tahun diatas preval
ensi nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumat
era Selatan, Bengkulu, DKI
Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Sela
tan, Sulawesi Utara, dan Papua
Barat.

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalen


si Katarak Pada Penduduk
Umur > 30 Tahun tertinggi adalah Aceh Selatan (53,2
%), Boalemo (47,6%), Aceh Barat
Daya (41,5%), Pidie (40,6%), Jeneponto (40,0%), Pas
aman (39,2%), Maluku Tenggara
(38,5%), Timor Tengah Utara (36,7%), Kampar (35,6%)
, dan Luwu Utara (35,5%).
Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Katar
ak Pada Penduduk Umur > 30
Tahun terendah adalah Yahukimo (1,1%), Kota Metro (
1,6%), Kota Magelang (2,1%),
Karanganyar (2,3), Madiun (2,6%), Lampung Utara (3,
5%), Jombang (3,5%), Mojokerto
(3,6%), Bondowoso (3,8%), dan Karo (3,8%).

Persentase nasional penderita Katarak pada pendudu


k umur > 30 tahun yang
pernah menjalani operasi Katarak adalah 18,0% (berd
asarkan diagnosis tenaga
kesehatan). Sebanyak 16 provinsi mempunyai persenta
se penderita Katarak pada
penduduk umur > 30 tahun yang pernah menjalani oper
asi Katarak dibawah persentase
nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Utara, Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tengga
ra Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulaw
esi Barat, Maluku, Papua Barat
dan Papua.

Prevalensi nasional Masalah Gigi-Mulut adalah 23,5


%. Sebanyak 19 provinsi
mempunyai prevalensi Masalah Gigi-Mulut diatas prev
alensi nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darusalam, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa T
engah, DI Yogyakarta, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Ten
gah, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Bar
at.

Prevalensi nasional Gosok Gigi Setiap Hari adalah


91,1%. Sebanyak 11 provinsi
mempunyai prevalensi Gosok Gigi Setiap Hari dibawah
prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Bali, Nusa Tenggara Barat
, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggar
a, Sulawesi Barat, Maluku Utara,

Papua Barat dan Papua.

Prevalensi nasional Karies Aktif adalah 43,4%. Seb


anyak 14 provinsi memiliki
prevalensi Karies Aktif diatas prevalensi nasional,
yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bangka Belitung, Di Yogyakarta, Jawa Timur, Kaliman
tan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utar
a, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, dan Maluku.

2013
Penyakit tidak menular
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis
yang tidak ditularkan dari orang ke orang.
Data PTM
dalam
Riskesdas
2013 meliputi : (1) asma
;
(2) penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
;
(3)
kanker
;
(4)
DM;
(5) hipertiroid
;
(6) hipertensi
;
(7) jantung koroner
;
(8) gagal jantung
;
(9) stroke
;
(10)
gagal ginjal kronis
;
(11) batu ginjal
;
(12) penyakit sendi/rematik.
Data penyakit asma/mengi/bengek
dan kanker diambil dari responden semua umur,
PPOK
dari umur

30 tahun,
DM, hipertiroid,
hipertens
i/tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, penyakit gagal jantung, penyakit ginjal,
penyakit sendi/rematik/encok dan stroke ditanya
kan
pada responden umur 15 tahun.
Data pr
evalensi penyakit ditentukan
berdasarkan
hasil wawancara berupa
gabungan kas

us penyakit
yang pernah didiagnosis dokter/tenaga kesehatan atau kasus yang mempunyai riwayat gejala PTM
(berdasarkan diagnosis atau gejala).
Prevalensi
kanker, gagal ginjal kronis
,
dan batu ginjal
ditentukan
berdasar
kan
informasi pernah
didiagnosis dokter
saja
.
Untuk
prevalensi
hipertensi
, selain
b
erdasarkan hasil wawancara
,
juga
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah.
Angka p
revalensi
asma, PPOK, dan kanker berdasar
kan
wawancara di Indonesia masing
masing
4,5 persen, 3,7 persen, dan 1,4 per mil. Prevalensi asma dan kanker lebih tinggi pada perempuan,
prevalensi PPOK lebih tinggi pada laki
laki.
Prevalensi
DM dan
hipertiroid di Indonesia berdasar
kan
jawaban pernah
di
di
agnosis dokter sebesar
1,5 persen dan 0,4 persen. DM
berdasarkan diagnosis atau
gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi
hipertensi pada
umur
18 tahun di Indonesia yang didapat melalui
jawaban pernah
di
diagnosis
tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen
,

sedangkan
yan
g
pernah
didiagnosis tenaga kesehatan
atau
sedang
minum obat
hipertensi
sendiri sebesar 9,5 persen
.
Jadi,
terdapat
0,1 persen
penduduk
yang
minum obat sendiri
, meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh nakes
. Prevalensi hipertensi
di Indonesia
berdasarkan hasil
pengukuran pada
umur
18 tahun sebesar 25,8 persen
.
J
adi
cakupan nakes hanya 36
,8
persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat
tidak
terdiagnosis.
P
revalensi DM, hipertiroid,
dan
hipe
rtensi pada perempu
an cenderung lebih tinggi
dari
pada laki
laki
.
Prevalensi jantung koroner berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia
teridentifikasi
0,5
persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi gagal j
antung
berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia
didapati
0,13 persen, dan berdasarkan
diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan

didapati
7,0 per
mil dan yang berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan
atau gejala sebesar 12,1 per
mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh
nakes. Prevalensi penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke terlihat meningkat seiring
peningkatan umur responden. Pr
evalensi stroke sama banyak
pada laki
laki dan perempuan.
Prevalensi gagal ginjal kronis berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2
persen dan penyakit batu ginjal 0,6 persen. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan pernah
didiagnosis
nakes di Indonesia 11,9 persen dan berdasarkan dia
gnosis atau gejala 24,7 persen.

Anda mungkin juga menyukai