Pemba Has An
Pemba Has An
BAB 1. PENDAHULUAN
Pada umumnya rasa lezat yang ditimbulkan pada masakan karena adanya
kandungan lemak, seperti pada berbagai jenis daging salah satunya daging ayam
yang sering dikonsumsi di Indonesia. Konsumsi rata-rata daging ayam oleh
masyarakat Indonesia per kapita setahun pada tahun 2013 mencapai 3.65 kg
dengan nilai rata-rata pertumbuhan dari tahun 2009-2013 mencapai 4.6 % (Survei
Sosial Ekonomi Indonesia, 2013). Lemak diperlukan oleh tubuh manusia sebagai
penghasil energi terbesar, sekitar 9 kkal/gram dibandingkan karbohidrat dan
protein yang hanya berkisar 4 kkal/gram (Winarno, 1977 dalam Hargono dkk.,
2008).
Berdasarkan asalnya lemak dibedakan menjadi lemak hewani dan lemak
nabati. Lemak hewani berasal dari lemak hewan, sedangkan lemak nabati berasal
dari lemak tumbuhan. Lemak hewani banyak mengandung sterol disebut sebagai
kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak
mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga umumnya berwujud cair.
Kandungan kolesterol dalam daging ayam mencapai 150 mg/100 gr daging
(USDA, 2011).
Jika kolesterol dikonsumsi berlebihan maka dapat menimbulkan obesitas,
penyakit jantung, stroke, dan berbagai gangguan kesehatan lainnya. Oleh
karenanya, sangat penting memperhatikan kadar kolesterol dalam makanan yang
kita konsumsi. Makanan rendah kolesterol sebagai pilihan menu merupakan salah
satu upaya menjaga kesehatan. Penambahan chitosan pada pakan ayam mampu
mereduksi kandungan kolesterol pada daging ayam tersebut. Chitosan merupakan
polisakarida alami yang banyak ditemukan di kulit luar crustacean seperti udang
yang biasanya tidak dimanfaatkan dan justru menjadi limbah industri perikanan.
Chitosan memiliki muatan listrik positif, yang dapat berpasangan dengan
zat asam empedu bermuatan negatif, sehingga penyerapan kolesterol terhambat
karena zat lemak yang masuk bersama makanan harus dicerna dan diserap dengan
bantuan zat asam empedu yang disekresi liver (Hargono, dkk, 2008). Kadar
kolesterol dalam daging ayam dapat diturunkan dengan memanfaatkan limbah
industri perikanan berupa kulit udang sebagai sumber chitosan yang digunakan
sebagai bahan tambahan pakan, sehingga daging ayam lebih aman dan sehat untuk
dikonsumsi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Kulit Udang
Udang merupakan salah satu produk primadona perikanan dari enam
komoditas produk perikanan lainnya. Tahun 2011-2012 ekspor udang dari 316.124
ton menjadi 324.136 ton (BPS, 2012). Banyaknya produksi udang ini akan
menghasilkan limbah yang banyak juga sebab hasil samping produksi yang
berupa kepala, kulit, ekor dan kaki adalah sekitar 35%-50% dari berat awal
(Swastawati dkk., 2008). Kuantitas limbah udang yang meningkat merupakan
salah satu masalah yang perlu dicari solusinya untuk memberikan nilai tambah
pada limbah tersebut sehingga menguntungkan bagi produsen yang bergerak
diindustri udang, serta meminimalisir pencemaran lingkungan yang ditimbulkan.
Limbah kulit udang terdiri dari tiga komponen utama yaitu protein (25%44%), kalsium karbonat (45%-50%), dan kitin (15%-20%) (Fohcher, 1992 dalam
Azhar dkk., 2010). Kandungan kitin dari limbah udang (kepala, kulit, dan ekor)
mencapai sekitar 50% dari berat udang (Widodo dkk., 2005 dalam Purwanti,
2014). Potensi limbah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi senyawa polisakarida
dimana di dalamnya termasuk chitin. Chitin ini dapat diolah lebih lanjut menjadi
chitosan dan glukosamin yang memiliki sifat biodegradable dan ramah
lingkungan.
2.2. Chitosan
Chitosan merupakan jenis polisakarida alami, yang banyak digunakan
sebagai pharmaceutical excipients (Struszczyk, 2002 dalam Puvvada et al., 2012).
Chitosan didapat dari hasil deasitilasi chitin yang banyak terdapat dikulit luar
crustacean seperti udang. Senyawa ini merupakan biopolimer alam yang penting
dan bersifat polikationik sehingga dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang
seperti adsorben logam, penyerap zat warna tekstil, bahan pembuatan kosmetik
serta agen antibakteri (Bhuvana, 2006 dalam Wiyarsi dan Priyambodo, 2012).
Selain itu, chitosan juga banyak digunakan pada produk pangan.
Struktur chitosan identik dengan struktur molekul selulosa dimana ikatan
yang terjadi antar monomernya terangkai dengan ikatan glikosida pada posisi
-1,4. Merupakan derivate dari chitin yang mempunyai polimer linear dari
13-(14)-2-amino-2-deoxy-D-glucopyranose. Berikut struktur dari chitosan
menurut Khor (2001):
133,02
77,24
136,33
152,61
133,02
136,33
152,61
77,24
Duodenum mensekresikan enzim dari pankreas dan getah empedu. Dalam saluran
pencernaan, chitosan yang telah ditambahkan dalam pakan memiliki muatan
listrik positif yang akan berpasangan dengan zat asam empedu yang bermuatan
negatif, sehingga pembentukan kolesterol terhambat. Data hasil uji kolesterol
dapat dilihat pada Lampiran 2.3.
Dari hasil penelitian didapatkan kerja chitosan paling efektif untuk
menurunkan kadar kolesterol yaitu penambahan chitosan 600 mg dalam pakan
ayam. Selain mampu menurunkan kadar kolesterol dalam daging ayam, chitosan
mampu meningkatkan berat badan ayam sebesar 1,23 kg. Hasil kenaikan berat
badan ayam dapat dilihat pada Gambar 4.
1.23
1.03
1.03
0.98
mampu mengontrol nafsu makan dan terdapat jeda makan, sehingga menyebabkan
kerja chitosan menjadi lebih efektif dalam menyerap kolesterol. Selain itu
metabolisme di dalam tubuh ayam juga terjadi dengan baik, hal ini ditunjukkan
dengan hasil kolesterol paling rendah dan berat tubuh paling tinggi. Dugaan ini
didukung oleh penelitian Berthoud (2008).
Pada ayam dengan pemberian chitosan 750 mg dan 900 mg didapatkan
hasil peningkatan kolesterol dan juga peningkatan berat badan. Diduga tingkat
palatabilitas ayam meningkat drastis, sehingga untuk menghabiskan pakan ayam
hanya dalam waktu sekali makan. Hal tersebut menyebabkan proses kerja
chitosan tidak efektif, dalam arti lain chitosan hanya bekerja sekali dalam
menyerap kolesterol dan langsung dibuang, selain itu ayam yang menghabiskan
makan secara cepat akan menyimpan cadangan makanan berupa lemak yang lebih
banyak dan lebih cepat karena kebutuhan energi ayam juga langsung terpenuhi
dalam waktu cepat.
Hasil penelitian ini memiliki potensi untuk dipublikasikan berupa artikel
ilmiah sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat dalam menerapkan
pola makan hidup sehat. Dilihat dari hasil penelitian, chitosan sangat potensial
bagi masyarakat khususnya peternak ayam untuk menurunkan kadar kolesterol
daging ayam dan sekaligus meningkatkan berat badan ayam. Dibutuhkan suatu
sosialisai untuk menyampaikan informasi serta mewujudkan usaha untuk
menerapkan hasil penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesehatan
konsumen maupun dalam bisnis peternakan. Sosialisasi dilakukan dengan cara
bekerjasama dengan kelompok-kelompok nelayan/pembudidaya/pengolah udang
dan kelompok-kelompok peternak, agar dapat berintegrasi antara yang satu
dengan lainnya, sehingga chitosan dari limbah kulit udang mudah didapatkan.
Tentunya hal tersebut akan menguntungkan bagi masing-masing kelompok. Hasil
penelitian ini telah terdaftar dalam International Workshop Tropical Marine
Ecology di Faculty of Science and Fisheries Technology, Rajamangala University
of Technology Srivijaya, Thailand, acceptable latter dapat dilihat pada Lampiran
4.2.
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa chitosan dapat menurunkan kadar
kolesterol. Konsentrasi chitosan paling efektif dalam menurunkan kolesterol yaitu
600 mg.
5.2. Saran
Saran untuk penelitian yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
Perlu adanya penelitian lanjutan tentang penambahan chitosan dalam pakan
ayam dengan menggunakan konsentrasi di bawah 600 mg.
Ra
tarat
a
be
rat
ba
da
n
ay
a
m
(k
g)
10