PENDAHULUAN
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang
terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umunya adalah perdarahan yang berat,
dan jika tidak, mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang
fatal.Salah satu sebabnya adalah plasenta previa.Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh
atau sebagian dari ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4
0,6 % dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik,
mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. Diketahui terdapat 4 derajat
kelainan ini : plasenta previa totalis, plsenta previa parsialis, plasenta previa
marginalis, plasenta letak rendah. Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen
bawah rahim belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja
blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain
yang mugkin. Gejala perdarahan awal plasenta previa, pada umumnya hanya berupa
perdarahan bercak atau ringan dan umumnya berhenti secara spontan.Ciri yang
menonjol pada plsenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina tanpa
rasa nyeri.Pemeriksaan inspekulo secara hati hati dan benar, dapat menentukan
sumber perdarahan dari kanalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan,
laserasi, atau trauma). Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih
yang dikosongkan akan memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan
ketepatan tinggi sampai 96 % - 98 %. Tujuan terapi ekspektatif ialah supaya janin
tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam
melalui kanalis servisis. Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan
pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.1,2,3,4
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan, dinding
belakang rahim, atau di daerah fundus uteri. Sejalan dengan bertambah
membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah proksimal
memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut
berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi.Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh
plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta
previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam
masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital.1,5
2.2 Insiden
2.3 Etiologi
Di samping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui
atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai
etiologinya.
1. Endomentrium yang inferior
2. Chorion leave yang persisten
3. Korpus luteum yang bereaksi lambat.
Strassmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang
kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan
Browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili khorialis persisten pada
desidua kapsularis.
Faktor-faktor etiologi :
1.
dibawah 25 tahun
Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
Di Indonesia, menurut Toha, plasenta previa banyak dijumpai pada
umur muda dan paritas kecil; hal ini disebabkan banyak wanita
Indonesia menikah pada usia muda dimana emdometrium masih
2.
3.
4.
5.
6.
lipat.Hipoksemia
akibat
karbon
mono-oksida
hasil
pembakaran
rokok
2.4 Klasifikasi
Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai berapa
pembukaan jalan lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan
anatomi, melainkan pada keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka
klasifikasi akan berubah setiap waktu. Misalnya, pada pembukaan yang masih
kecil, seluruh pembukaan ditutupi jaringan plasenta (plasenta previa totalis),
namun pada pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta
previa lateralis. Ada juga penulis yang menganjurkan bahwa menegakkan
diagnosa adalah sewaktu moment opname yaitu tatkala penderita diperiksa.4
bagian belakang
Plasenta previa lateralis anterior: bila menutupi ostium bagian depan
Plasenta previa marginalis: bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
Menurut Browne:
1. Tingkat 1 = Lateral placenta previa:
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai di segmen bawah rahim, namun
tidak sampai ke pinggir pembukaan
2. Tingkat 2 = Marginal plasenta previa:
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium)
3. Tingkat 3 = Complete plasenta previa:
Plasenta menutupi osteum waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan
hampir lengkap
4. Tingkat 4 = Centrtal plasenta previa:
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.
Menurut penulis lain plasenta previa dibagi menurut persentase plasenta yang
1.
2.
menutupi pembukaan:
Plasenta previa 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Di beberapa institut di Indonesia termasuk di RS. Pirngadi Medan, klasifikasi
yang dipakai kurang lebih menurut pembagian de Snoo pada pembukaan kira-
3.
kira 4 cm.
Ada pula yang disebut plasenta previa servikalis, yaitu bila sebagian plasenta
tumbuh masuk kanalis servikalis. Normalnya, plasenta berimplantasi di
bagian atas uterus, pada bagian dalam belakang (60%), depan (40%).4
2.5 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak
plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya ishtmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta berimplantasi di situ sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka
(dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu
akan terjadi perdarahan yang berasal dari siklus maternal yitu dari ruangan
intervillus dari plasenta. Oleh karena feomena pembentukan segmen bawah
rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi
(unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu
berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal,
dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan
sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada
6
lasetrasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan
berlangsung lebih danyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen
bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru
akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang
tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yag keluar berwarna merah segar
tanpa rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen
bawah rahim terbetuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri
internum.Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan
baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.Perdarahan pertama
biasanya sedikit tetapi cendrung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.Untuk
berjaga-jaga mencegah syok hal tersebut perlu dipertimbangkan.Perdarahan
pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih
separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas.Berhubung tempat
perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih
mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta
yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke
dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati
pada plasenta previa.1
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
plasenta inkreta, bahkan plasenta perkretra yang pertumbuhan vilinya bisa
sampai menembus ke buli-buli dan ke rektum bersama plasenta previa.Plasenta
akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah
sesar.Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab
kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi
meningkatkan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa,
misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna
(retentio placentae), atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak
mampu berkontraksi dengan baik.1
pertama
berlangsung
tidak
banyak
dan
berhenti
2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinik dan beberapa
pemeriksaan.
1. Anamnesis
Gejala pertama yang membawa si sakit ke dokter atau rumah sakit ialah
perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III).
Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan
berulang (recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab
8
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dilihat dari mana asal perdarahan,
apakah dari dalam uterus, atau dari kelainan serviks, vagina, varises pecah,
dan lain-lain.
6. Pemeriksaan radio-isotop
berpengalaman.
Sitografi; mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu dimasukkan 40 cc
larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul, lalu
dibuatt foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih berselisih lebih dari 1
menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat dalam foto dan juga lokasinya.
Amniografi; dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga amnion,
lalu dibuat foto dan dilihat dimana terdapat daerah kosong ( di luar janin)
detektor GMC.4
7. Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.Cara ini sudah mulai banyak
dipakai di Indonesia.Menurut Laing (1996) rata-rata tingkat akurasinya adalah
sekitar 96 persen, dan angka setinggi 98 persen pernah dicapai.Hasil positif
palsu
sering
disebabkan
oleh
distensi
kandung
kemih.Karena
itu,
10
a sleeping tiger).
Terjadi infeksi.
Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus prematurus.
Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam:
Pasang infus dan persiapkan donor darah
Kalau dapat, pemeriksaan dilakukan di kamar bedah, di mana fasilitas
operasi segera telah tersedia.
Pemeriksaan dilakukan hati-hati dan dengan tangan dan jari lembut
(with ladys hand).
Jangan langsung masuk ke dalam kanalis servikalis, tetapi raba dulu
bantalan antara jari dan kepala janin pada forniks (anterior dan
posterior) yang disebut uji forniks (fornices test).
Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan sedikit-sedikit dan pelan-
pelan.
Kegunaan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum:
Menegakkan diagnosa apakah perdarahan oleh plasenta previa atau
oleh sebab-sebab lain.
11
9. Tes Laboratorium
Persalinan prematur
Vasa previa9
Plasenta
Pelepasan
Persalinan
12
Previa
Perdarahan vagina
Merah segar
Plasenta
Prematur
Merah gelap
Prematur
Darah
dapat
tercampur
dengan mukus
Tekanan darah
Normal
Nyeri uterus
Tidak ada
Tonus uterus
Normal
Normal
nl
Tetap
Normal
Intermiten
Normal
Normal
janin
Tes koagulasi
Normal
Abnormal
Normal
2.9 Penatalaksanaan
a. Penanganan ekspektatif
13
perdarahan ulang.2,6
b. Penanganan aktif
Kriteria :
14
dengan teliti.
Versi Braxton-Hicks
Versi dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki supaya dapat
ditarik keluar. Bila janin letak sunsang atau letak kaki, menarik kaki keluar
akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol, dan diberi beban
seberat 50-100 gr (1 batu bata).
15
Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal, semua plasenta
previa lateralis, posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan
diatasi dengan cara-cara yang ada, jika hal ini dijumpai tindakannya adalah:
Bila anak belum ada, untuk menyelamatkan alat reproduktif dilakukan ligasi
arteria hipogastrika;
Bila anak sudah ada dan cukup, yang paling baik adalah histerektomi.
4. Bila semua ini belum berhasil untuk menghentikan perdarahan, bila janin
masih hidup lakukan seksio sesarea.
5. Pada plasenta previa lateralis posterior dan plasenta previa lateralis yang
bagian besarnya menutupi ostium (grote lap), sering berlangsung dilakukan
seksio sesarea, karena secara anatomi dengan cara diatas perdarahan agak
sukar dikontrol.
Penanganan plasenta previa sentralis (totalis)
1.
2.
2.10 Komplikasi
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada
ostium dan merupakan porte dentre yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien
biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah.5
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan
yang cukup banyak dan fatal. 1
1.
2.
17
dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasenta
perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat
tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam miometrium. Walaupun biasanya
tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta
akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian
plasenta yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea.
Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10%sampai 35% pada pasien yang pernah
seksio sesaria satu kali, dan naik menjadi 60%-65% bila telah seksio sesarea
3 kali. 1
3.
Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh
karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual
ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada
segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan
tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi
perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih
sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteri uterina,
ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika
maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah
18
4.
5.
6.
selain masa rawatan yang lebih lama, adalah berisiko tinggi untuk solusio
plasenta (Risiko Relatif 13,8), seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak
janin (RR 2,8), perdarahan pasca persalinan (RR 1,7), kematian maternal
akibat perdarahan (50 %), dan disseminated intravascular coagulation
(DIC) 15,9 %.1
2.11 Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan
tidak invasif dengan USG di samping ketersedian transfusi darah dan infus
cairan telah ada di hampir semua rumah sakit Kabupaten. Rawat inap yang
lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah melahirkan dengan
seksio
sesaria
atau
bertempat
tinggal
jauh
dari
fasilitas
yang
diperlukan.Penurunan jumlah ibu hamil dengan dengan paritas tinggi dan usia
tinggi berkat sosialissasi program keluarga berencana menambah penurunan
insiden plasenta previa. Dengan demikian banyak komplikasi maternal dapat
dihindarkan.Namun nasib janin masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran
prematur baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio sesaria.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Nama
: Ny.JH
MR
: 94.14.94
Umur
: 37 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Suku
: Minang
Alamat
: Medan
: 03.00 WIB
Ny. JH, 37 tahun, G4P3A0, Islam, Minang, SMA, IRT i/d Tn A, 42 tahun, Islam,
Minang, SMA, wiraswasta datang dengan:
Ku
Telaah : Hal ini sudah dialami sejak tanggal 21-11-2014 pukul 23.00 Wib,
sebelumnya hal ini pernah dialami pasien pada tanggal 18-11-2014. Darah berwarna
merah segar. Riwayat mules-mules mau melahirkan sejak tanggal 22-11-2014 pukul
01.00 Wib. Riwayat keluar lendir darah dijumpai, riwayat keluar air-air dari
kemaluan (-). BAK (+) N, BAB (+) N.
HPHT : ??/??/2014
TTP
: ??/??/2014
22
ANC : Bidan 6x
Riwayat persalinan :
1.Perempuan, aterm, 3100 gr, PSP, dokter, RS, 11 tahun, sehat.
2.Laki-laki, aterm, 4000 gr, Sc, dokter, RS, 8 tahun, sehat.
3.Laki-laki, aterm, 4000 gr, Sc, dokter, RS, 4 tahun, sehat.
4. Hamil ini.
STATUS PRESENT
Sensorium : composmentis
anemia : -
TD
: 130/70 mmhg
ikterik : -
HR
: 84x/i
sianosis : -
RR
: 20x/i
: 36,3 c
dyspnoe: oedem : -
STATUS OBSTETRIC
Abdomen : membesar asimetris
TFU
: 3 jari bpx
Teregang : kiri
Terbawah : kepala
Gerak
: (+)
23
His
: 2x20/10
DJJ
: 148x/i
EBW
: 2800 3000 gr
PEMERIKSAAN DALAM :
Inspekulo : tampak darah menggenang di introitus vagina, dibersihkan kesan
merembes.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG TAS :
o
o
o
o
o
o
o
JT, PK, AH
FM (+), FHR(+)
BPD : 97,3 mm
FL : 70,9 mm
AC : 32,3 mm
Air ketuban cukup
Kesan plasenta previa totalis IUP (36-37) minggu + PK + AH
Laboratorium
WBC : 15.500/mm3
RBC : 4,27
HB :11,9 gr/dl
Ht : 31,3 %
PLT : 205.000/mm3
24
baik
Dilakukan tindakan aseptic dan antiseptic dengan menggunakan
betadine dan alkuhol pada dinding abdomen kemudian ditutup dengan
blast
Uterus di insisi secara konkaf kemudian dilebarkan sesuai arah sayatan
Dengan menembus plasenta meluksir kepala, lahir bayi laki-laki, BB
bersih
Uterus dijahit secara hemostatik figure of eight, repitonealisasi
vesicouterina
Control perdarahan, peritoneum dijahit secara jelujur
Otot di proksimasi secara simple
Fascia dijahit secara jelujur, subkutis dijahit secara simple
Kutis dijahit secara subkutikuler
Luka operasi ditutup dengan sufratulle, kassa steril, dan hipafix
25
Follow Up Kala IV
Jam
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
TD
110/70
110/80
110/70
110/70
110/70
HR
99
98
80
88
88
RR
16
16
16
16
16
Perdarahan
3 cc
3 cc
3 cc
3 cc
3 cc
Kontraksi
Kuat
Kuat
Kuat
Kuat
Kuat
Laboratorium post SC
WBC : 25000
RBC
: 3,95
HB
: 11,3
HT
: 32,7
PLT
: 215000
Follow up post SC
S:
26
O:
A:
P:
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
Inj. Gentamicyn 80 mg/8 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
27
28