Anda di halaman 1dari 14

PENGOLAHAN PASIR BESI MENJADI BESI SPON

Beta Hartono*
Abstrak
Pada saat ini sebagian besar produk tambang yang diambil dari perut bumi Indonesia
tidak memiliki nilai tambah yang menggembirakan. Hal ini terjadi terutama di industri
tambang yang sebagian besar dilaksanakan oleh perusahaan berskala kecil dan menengah.
Beberapa produk tambang antara lain Batubara dan bijih Besi. Penambangan bijih besi lokal
dapat memberikan nilai tambah bila diproses pemurniannya, peletasi atau pembuatan pelet
yang siap digunakan sebagai bahanbaku dalam pembuatan besi spon/ sponge iron dan juga
besi kasar/pig iron atau proses peleburan yang menghasilkan produk baja.Dengan
dikeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2012 tentang peningkatan nilai tambah
mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral, bahwa para
pemilik/pengusaha tambang tidak diperbolehkan lagi mengekspor berupabahan mentah/raw
material. Dengan adanya industri pengolahan Sponge Iron dan Pig Iron di Indonesia , maka
hal ini akan menambah potensi pendapatan daerah dan penyerapan tenaga kerja, sehingga
secara otomatis akan menambah devisa negara.

Adapun tahap Pengolahan Pasir besi/Bijih Besi adalah sebagai


berikut : Proses Penghancuran (Crushing) ; Proses Penghalusan (Grinding);
Proses Pencucian ; Proses Pemisahan (Magnetic Separator) /screening; Proses
Pemanggangan (Roasting) ; Proses Kalsinasi (Rotary Dryer). Untuk
proses pembuatan Pelet (Pan Palletizer) adalah sebelum masuk ke alat ini,
pasir besi dicampur di dalam alat mixer agitator dengan komposisi tertentu
ditambahkan batubara dan binder bentonitdengan tujuan agar konsentrat
besi oksida halus dapat merekat membentuk gumpalangumpalan /aglomerisasi yang disebut pelet basah (green pellet) yang
mempunyai kekuatan yang cukup kuat, untuk dapat dibawa ke proses
selanjutnya. Sedang batubara fungsinya untuk meningkatkan kadar karbon
dengan cara proses reduksi dari internal pada proses selanjutnya.
Kata kunci : Pasir besi, mixer agitator, pelet, mesin pengering, besi spon.
1. Pengertian Umum
Pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiranbutiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol,
piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit,
titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit
adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan
ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan
andesitik volkanik. Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam
besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen.

Di dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa pasir besi


adalah biji laterit dengan kandungan pokok berupa mineral oksida besi. Pasir
besi biasanya mengandung juga beberapa mineral oksida logam lain, seperti
vanadium, titanium, dan krominum, dalam jumlah kecil.Pasir yang
mengandung biji besi ini adalah bahan galian yang mengandung mineral
besi, yang dapat digunakan secara ekonomis sebagai bahan baku
pembuatan besi logam atau baja. Persyaratan utama yang harus dipenuhi
adalah kandungan Fe-nya harus lebih dari 51,5 %.

Gambar 1 : Penambangan Pasir Besi


Sumber : http://bpmpt.kulonprogokab.go.id/pages-43-img-srcfilesiconstrategis_pasirjpg.htm
1.2. Tahap Pengolahan Pasir besi/Bijih Besi
- Pasir besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan bercampur dengan kotoran-kotoran
lainnya
maka sebelum dilakukan peleburan/penghancuran/ crushing, biji besi tersebut terlebih
dahulu harus dilakukan pemurnian untuk mendapatkan konsentrasi biji yang lebih tinggi
(25 - 40% Fe).

Gambar 2 : Pasir Besi degan kadar besi (Fe) sekitar 35% 40% berbentuk besi oksida
hematit
(Fe2O3) berwarna merah , tidak mengandung magnet yang bercampur
dengan
material ikutan seperti SIO2, Al2O3, CaO, MgO, TiO2, Cr2O3, NiO2, P, S da
H2O
Sumber : https://www.google.co.id/search?q=besi+oksida+hematit+%28Fe2O3%29&clie
-Proses pemurnian ini dilakukan dengan metode : crushing, grinding, screening, washing
(pencucian), dan Roasting / Pemanggangan.

Gambar 3 : Pasir Besi bermagnet ( Fe3O4 ) Pasir besi


Gambar 4 : Pasir Besi dan
Hitam(Fe3O4 dengan TiO2 sampai 11%)
Magnet (Fe3O4
Sumber : https://www.google.co.id/search?
client=firefoxa&hs=y4C&rls=org.mozilla:enUS:official&channel
=sb&tbm=isch&imgil=UuN3r8U9ah2LbM%253A%253B7qHaCtsp7KgCKM%253B
%
25253A%25252F%25252Fwww.itrademarket.com%25252Fdeper_intl
%25252F2149450%
25252Fbeli-pasir-besi-iron-sand.htm&source
2. Proses Pengolahan
Bahan baku utama adalah Pasir Besi (Iron Sand), umumnya terdapat di alam
Indonesia yang mempunyai kadar besi (Fe) sekitar 35% 40% berbentuk besi oksida
hematit (Fe2O3) dan bercampur dengan material ikutan sepertiSIO2, Al2O3, CaO, MgO,
TiO2, Cr2O3, NiO2, P, S dan H2O. Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang
bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar,
ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous
magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titanife- rous magnetit adalah bagian yang cukup
penting, bahan ini merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral biji pasir besi
tersebut berasal dari batuan basaltik dan andesitik vulkanik, yang sering didapatkan didaerah
pesisir pantai dan tepian sungai yang berhubungan dengan gunung berapi.

Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah
banyak dimanfaatkan pada industri semen. Pasir besi ini banyak didapat
didaerah seperti di Sumatera, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan
Timor. Jadi selama ini para pengusaha tambang hanya mengekspor bahan mentah (raw
material) ke negara lain kemudian melalui proses pengolahan hasil produksinya yang
berupa Sponge Iron maupun Pig Iron diimpor kembali ke Indonesia yang tentunya sudah
dalam harga beli yang berpuluh kali lipat. Disini tidak terdapat nilai tambah bagi
negara (Indonesia), tidak ada peningkatan pendapatan potensi daerah, tidak ada penyerapan
tenaga kerja dan tidak ada penambahan devisa negara. Dengan dikeluarkan Peraturan
Menteri ESDM No. 7 Tahun 2012 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui Kegiatan

Pengolahan dan Pemurnian Mineral, bahwa para pemilik/pengusaha tambang tidak


diperbolehkan lagi mengekspor bahan mentah/raw material. Dari sini diharapkan para
pemilik/pengusaha tambang untuk melakukan kegiatan proses pengolahan atau pemurnian
di Indonesia sehingga bisa meningkatkan potensi pendapatan daerah, pembukaan lapangan
kerja baru sehingga ada nilai tambah untuk negara Indonesia. Untuk menjembatani
terjadinya hubungan yang hilang antara industri penambangan dan industri baja ini, maka
dibutuhkan integrasi yaitu iron making industri.

2.1. Tujuan dan Manfaat


Untuk menjembatani antara industri penambangan pasir besi dengan industri baja
dibutuhkan industri "Iron Making" yang mengolah bahan tambang (raw material),
yang mempunyai sumber kandungan tambangnya sangat melimpah di Indonesia, seperti
pasir besi (iron sand), bijih besi (iron ore), batubara (coal) dan kapur (lime)
atau bentonite dengan proses teknologi permesinan. Industri "iron making" ini akan
menghasilkan produk Sponge Iron dan Pig Iron sebagai bahan baku industri baja di
Indonesia. Sehingga Indonesia tidak perlu lagi mengimpor Sponge Iron dan Pig Iron lagi dari
negara lain.Dengan adanya industri pengolahan Sponge Iron dan Pig Iron di Indonesia dan
untuk mendukung Permen ESDM No. 7 tahun 2012, maka hal ini akan menambah potensi
pendapatan daerah dan penyerapan tenaga kerja, sehingga secara otomatis akan
menambah
devisa
negara (Indonesia). Perusahaan
pengolahan
pasir
besi
berdasarkan Design Engineering yang dimiliki untuk teknologi proses pengolahan iron
ore dan iron sand untuk menjadi Sponge Iron dan Pig Iron sudah melalui prosess
pengendalian dan prosedur standar ASTM, JIS, DIN, dan SNI. Total Iron (T Fe) minimum
92%, Metalic Iron (M Fe) minimum 86%, Metalizationminimum 94%, Carbon (C) maksimum
2.5%, Sulphure
(S) maksimum
2.5%,
dan
Total Gangue
(CaO+AL2O3+MgO+SiO2)maksimum 4.5%.
2. 2. Proses Penghancuran (Crushing)
Bahan baku dalam bentuk pasir dihancurkan sampai ukuran menjadi mesh 10 (2 mm).
Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan dari material sehingga
memudahkan untuk proses selanjutnya.

Gambar 5 : Mesin Penghancur pasir besi


Sumber : http://www.crusher-plant.com/alur-proses-lengkap-pertambangan-peralatanpertambangan-pasir-besi.html

2.3. Proses Penghalusan (Grinding)


Grinding dimaksudkan agar butiran halus pasir besi lebih banyak
lagi dapat dipisahkan dengan kotoran atau mineral mineral ikutan yang tidak
diinginkan, proses ini sampai menghasilkan ukuran mesh 120 (0,125 mm).

Gambar 6: Strong Pressure Suspention Grinder


Sumber : http://www.youtube.com/watch?v=x2GEArhIbsU
2.4. Proses Pencucian
Pencucian dilakukan terhadap pasir besi yang mengandung tanah
liat. Pasir besi yang berupa pasir dicuci dengan air, sehingga kotoran-kotoran
atau lumpur berpisah. Selanjutnya pasir besi dipisah (disortir). Untuk
memisahkan material logam dan non logam pencucianmenggunakan air
dalam mesin silinder yang dilapisi magnet, apabila pasir besi banyak
mengandung hematit Fe2O3 atau magnetit (Fe3O4) akan berpisah sempurna
sehingga kemurnian dari oksida besi meningkat.

Gambar 7: Mesin pencucipasir besi


Sumber : http://www.sanmecrusher.com/products/sandwasher/?utm_source=google&
utm_medium=search&utm_campaign=English%20%20Asiacrusher&group=sand%2
washing%20machine&keyword
2. 5. Proses Pemisahan (Magnetic Separator) /screening
Setelah pasir besi dihancurkan dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan
pemisahan berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan pada proses pengolahan yang berikutnya. Pengayakan adalah
proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
Pengayakan (screening) dipakai
dalam
skala
industri,
sedangkan
penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.

Gambar 8 : Mesin pemisah/Screening besi dengan pengotornya


Sumber : https://www.google.co.id/search?q=screening+machine+iron+sand&client=firefox
sa=X&rls=org.mozilla:en-US
2.6. Proses Pemanggangan (Roasting)
Proses ini dilakukan,dikarenakan pasir besi banyak mengandung bijih
hematit (Fe2O3) akan diubah menjadi magnetit (Fe3O4) yang mempunyai daya
magnit lebih kuat sehingga akan terpisah antara material yang non magnet
dan dihasilkan kadar Fe-nya sampai 65%.

Gambar 9 : Mesin Pengering / Roasting


Sumber : https://www.google.co.id/search?q=iron+sand+Roasting+machine&client=firefoxa&h
=RmS&rls=org.mozilla:en
2.7. Proses Kalsinasi (Rotary Dryer)
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam material,
material dimasukkan kedalam silinder yang berputar dengan arah yang
berlawanan dengan jarum jam (counter current).Dan kemudian dihembuskan
gas panas dari pembakar sampai temperatur 200-300C.

Gambar 10 : Mesin Pengering/Rotary Drying


Sumber : http://www.youtube.com/watch?v=CWNhmLOUc9Y
3.Proses Pembuatan Pelet (Pan Palletizer)
Sebelum masuk ke alat ini, pasir besi dicampur di dalam alat mixer
agitator dengan komposisi tertentu ditambahkan batubara dan binder
bentonitdengan tujuan agar konsentrat besi oksida halus dapat merekat
membentuk gumpalan-gumpalan (aglomerisasi yang disebut pelet
basah (green pellet)yang mempunyai kekuatan yang cukup kuat, untuk dapat
dibawa ke proses selanjutnya. Sedang batubara fungsinya untuk
meningkatkan kadar karbon dengan cara proses reduksi dari internal pada
proses selanjutnya.Prinsip kerja dari alat ini adalah proses aglomeri-sasi
konsentrat bijih besi yang telah bercampur batubara dan binder bentonit
dimasukkan secara kontinyu kedalam mesin pelletizingyang berbentuk
setengah drum/bejana yang berputar dengan kecepatan dan sudut
kemiringan tertentu sambil disemprotkan air secara kontinyu.

Gambar 11 : Proses agglomerasi pasir besi / pembuatan-pelet-bijih-besi-pelletizing


Sumber : http://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-mineral/proses-pembuatan-peletbesi-pelletizing/
- Biji besi dihancurkan menjadi partikel-partikel halus (serbuk).
- Partikel-partikel biji besi kemudian dipisahkan dari kotoran-kotoran
dengancara pemisahan magnet (magnetic separator) atau metode lainnya.
- Serbuk biji besi selanjutnya dibentukmenjadi pelet hijau (pelet basah)
berupa bola-bola kecil berdiameter antara 12,5 - 20 mm.
- Proses pelletizing adalah proses aglomerasi/penggumpalan konsentrat biji
besi/mineral yang
berukuran halus menjadi partikel berbentuk kelereng dengan ukuran 10
sampai 25 mm.
- Tujuan utama dari tahap pemeletan/pelletizing adalah membentuk partikel
dengan ukuran
tertentu agar mudah dipindahkan dan memiliki sifat-sifat yang dapat
memenuhi kebutuhan sifat metalurgis.
- Pelet hasil dari aglomerasi disebut sebagai pelet basah/green pellet.
- Sedangkan indurasi adalah proses pemanasan terhadap produk hasil
aglomerasi dengan temperatur 1200C, yang disebut sebagai pelet
bakar/pelet kering/besi spons.
- Tujuan utama dari indurasi/pengovenan adalah untuk mendapatkan pelet
yang memiliki sifat- sifat metalurgis seperti : mekanik/kekuatan, dan sifat
reduksi. Kekuatan diperlukan agar pelet tahan terhadap beban mekanik
selama proses berikutnya.
- Sedangkan sifat reduksi diperlukan untuk mempermudah terjadinya proses
reduksi selama
pembuatan besi spons.

Pada tahap ini terjadi reaksi antara oksigen yang dikandung


dalam senyawa udara terdapat di dalamgreen pellet / pelet basah.
Kandungan air dan senyawa-senyawa yang mudah dibakar akan terlepas.
Dengan oksigen berlebih ini, mineral besi yang semula magnetite
(Fe3O4) dapat berubah
menjadihematite
(Fe2O3). Setelah
tahapan
indurasi/pengovenan/pemanasan ini akan dihasilkan pelet yang memiliki
sifat-sifat metalurgis yang dibutuhkan.
- Terakhir, pelet pasir besi dipanaskan melalui proses sinter/pemanasan
hingga temperatur
1200C agar pelet tersebut menjadi keras dan kuat, sehingga tidak mudah
rontok.

Gambar 12 : Besi Spons/Sponge Iron, produk PT Meratus Jaya Iron & Steel, Kalsel
Sumber : http://www.google.co.id/imgres?imgrefurl=http%3A%2F%2Fmeratusjaya.blogspot.
com%2F2013%2F04%2Fmeratus-jaya-kirim-perdana-besi-spon.html&tbnid
=_NVRxBWzEcobM:&docid=Wrze7GNwTyGpAM&h=373&w=600
Sponge Iron (besi spons) adalah produk setengah jadi / intermediate yang mempunyai
kandungan besi (Fe) minimum 90%, berbentuk bola-bola dengan diameter 12 mm dengan
kekuatan tekan 250 MPa (25 kg/mm2) dipakai sebagai bahan baku/dasar industri baja yang
berbasis proses asam dicampur dengan besi skrap/bekas/rosokan dan diproses di dapur
listrik yang menghasilkan baja.Sponge Iron juga dikenal sebagai besi tereduksi langsung,
adalah produk yang dihasilkan dari biji besi. Biji besi ini sering dalam bentuk pelet atau

bulatan, dan mengacu kepada proses reduksi yang dibuat dengan menggunakan gas
pengurang yang dipancarkan dari batubara atau sumber gas alam. Sponge Iron dapat
diproduksi dalam beberapa jenis tungku, termasuk oven kokas atau arang, tungku ledakan,
dan tungku oksigen dasar.

Gambar 13 : Besi Spon / Sponge


Gambar 14 : BajaKasar/Besi Kasar
Iron
/Pig Iron
Sumber : https://www.google.co.id/search?q=sponge+iron&client
Seperti pabrik baja yang ada di indonesia: PT. Krakatau Steel, PT. Ispatindo Pig
Iron (bajakasar)
adalah
produk setengah
jadi /intermediate yang
mempunyai
kandungan baja (Fe3C) 95 % dengan kandungan karbon 5 %, berbentuk batangan dipakai
sebagai bahan baku/bahan dasar industri baja yang berbasis proses basa dicampur dengan
besi skrap, proses peleburan iniakan menghasilkan baja. Demikian juga pabrik baja lainnya
di Indonesia seperti PT.Hanil Jaya dan industri baja milik swasta lainnya.Tidak diperbolehkan
lagimengekspor
bahan
mentah,diharapkan
para
pengusaha
tambang pasir
besi untukdapatmelakukan kegiatan proses pengolahan / pemurnian di Indonesia, sehingga
bisa ikut meningkatkan potensi pendapatan daerah, pembukaan lapangan kerja baru
sehingga ada nilai tambah untuk negara. Untuk menjembatani terjadinya salah pengertian
(missing link) antara industri pertambangan (mining industri) dan industri baja (steel
industri) ini dibutuhkanintegrasi /pengggabungan yaitu perusahaan baja (iron making
industri); dan sudah ada perusahaan yang hadir di Indonesia untuk memberikan solusi
sehingga missing link tadi tidak akan terjadi lagi. Sponge Iron digunakan pabrik baja yang
ada di Indonesia seperti PT. Krakatau Steel dan PT. Ispatindo.Pig iron digunakan pabrik baja
di Indonesia seperti PT. Hanil Jaya dan industri baja swasta lainnya. Kebutuhan kedua jenis
bahan baku tersebut berdasarkan seluruh kebutuhan pabrik baja di Indonesia baik BUMN
maupun swasta adalah sekitar 7,6 juta metrik ton pertahunnya dan akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya kebutuhan baja di Indonesia maupun di dunia. Selama ini
kedua jenis bahan baku tersebut untuk kebutuhan industri baja di Indonesia masih diimpor
dari negara China, India, Brazil dan lain-lain. Padahal bahan baku untuk memproduksi
Sponge Iron maupun Pig Iron sangat melimpah di negeri ini , seperti pasir besi (iron sand)
atau biji besi (iron ore), batu bara (coal) dan kapur/bentonite.
3.1. FUNGSI DAN KEGUNAAN.

Ada beberapa manfaat yang terkait dengan Besi Spon / Sponge Iron yang
memungkinkan untuk bersaing secara efektif dengan jenis lain dari besi lebur.
Industri juga harus melakukannya dengan komposisi aktual dari produk akhir itu sendiri.
Sebagai contoh, jenis baja ini dianggap lebih kaya dari baja kasar /pig iron, jenis lain dari
baja umumnya dihasilkan dalamblast furnace. Baja yang tereduksi langsung memiliki
kandungan baja yang sedikit lebih tinggi, yang sering sekalimembuatnya lebih cocok untuk
digunakan dalam tanur listrik. Selain itu, gas yang dipancarkan selama produksi besi spons
dapat diambil dan digunakan dalam berbagai aplikasi lain. Ini hasil sampingan dari proses
pembuatan baja membantu untuk mengimbangi biaya produksi baja, serta bantuan dalam
menjaga proses lain yang memerlukan gas untuk produksi yang tepat.Sponge Iron juga
dapat digunakan untuk menghasilkan biji besi bubuk yang bekerja sangat baik dan bila
dicampur dengan logam lain dalam produksi berbagai jenis baja berbasis produk.

Gambar 15 : Pemotongan Besi Spon / Sponge Iron yang berbahan dasar Pasir Besi , dan

pancaran bunga apinya ;Inilah Sponge Iron dari Pasir Besi ket
dipotong.
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=GiTVt4pQ8Hw

Anda mungkin juga menyukai