PENDAHULUAN
(LPND) yang bertanggung jawab kepada presiden dan berkoordinasi dengan menteri
kesehatan baik dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah
lainnya atau penyelesaian permasalahan yang timbul dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Badan POM RI mempunyai tugas melaksanakan pengawasan obat dan
makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagai institusi yang melakukan pengawasan di bidang obat dan makanan,
Badan POM RI memerlukan sumber daya manusia yang tepat dan sesuai dengan
fungsinya. Terkait fungsi pengawasan terhadap produk Obat, Makanan, Kosmetik dan
Bahan Berbahaya (OMKABA) maka dibutuhkan sumber daya manusia yang
memahami tentang ilmu kefarmasian, yaitu apoteker. Sebagai salah satu bentuk
tanggung jawab sosial kepada masyarakat, apoteker dapat berperan dalam hal
penyusunan kebijakan atau regulasi serta pelaksanaan pengawasan terhadap produk
OMKABA yang beredar di masyarakat agar masyarakat bisa memperoleh produk yang
aman dan berkualitas.
Oleh karena itu Fakultas Farmasi Universitas Andalas bekerja sama dngan
Balai Besar POM di Padang yang merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis Badan
POM untuk mengadakan program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) untuk
melatih dan membimbing calon apoteker agar menjadi apoteker yang handal dan
memiliki kemampuan serta keterampilan dalam pengawasan obat dan makanan.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Dengan dilaksanakannya PKPA Apoteker di BBPOM diharapkan calon
apoteker dapat :
1. Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan
kegiatan di BBPOM.
2. Mengetahui tugas, fungsi, kedudukan dan program kerja serta kegiatan dalam
bidang pengawasan obat dan makanan yang dilaksanakan oleh pemerintah
melalui BBPOM.
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penetapan
pedoman
penggunaan,
konservasi,
pengembangan,
dan
KEPALA
BADAN Obat
PENGAWAS
OBAT memiliki
DAN MAKANAN
Pengawasan
dan Makanan
aspek permasalahan
yang luas
masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menekan sekecil mungkin resiko yang bisa
dan Ma
Deputi I
Deputi III
Deputi II
penyimpangan
dari standar
mutu
dapat
dideteksi
sejak awal.
Bidang Pengawasan
Produk
Bidang
Pengawasan
Keamanan
Pangan dan Bahan
Bidang
Pengawasan
Obat
Tradisional,
Kosmetik
dan Produk
Komplemen
Terapeutik dan Napza
Dit. Penilaian OT, Suplemen Makanan,
dan Kosmetik
hukum
produsen bertanggung
jawab
atas mutu
dan keamanan
Dit Penilaian ObatSecara
dan Produk
Dit. Standardisasi
Biologi
OT, Kosmetik
dan Produk
Komplemen
Dit.
Penilaian
Keamanan Pangan
Dit. Inspeksidan
danPKRT
Sertifikasi OT, Kosmetik dan Produk
KomplemenProduk Pangan
Dit. Standardisasi
Dit Standardisasi Produk Teurapetik
produk Terapeutik
yang dihasilkannya.
ApabilaObat
terjadi
penyimpangan
dandan
pelanggaran
Direktorat
Asli
Indonesia
Dit. Inspeksi
Sertifikasi Produk Pangan
Dit. Pengawasan Produk
dan PKRT
Dit. Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Panga
Dit. Pengawasan Distribusi Produk Terapeutik dan PKRT
terhadap
standar yang
telah
maka produsen
dikenakan sanksi,
Dit. Pengawasan
Produkbaik
dan Bahan Berbahaya
Dit. Pengawasan Narkotika,
Psikotropika,
dan
Zatditetapkan
aditif
Kel. Jabatan Fungsional
syarat dan tidak dibutuhkan, sedangkan pada sisi lain akan mendorong
produsen untuk lebih hati-hati dalam menjaga kualitas produknya.
3. Sub-sistem pengawasan Pemerintah/ Badan POM
Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan standardisasi
baik dalam hal penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk sebelum
diizinkan beredar di Indonesia dengan cara inspeksi, pengambilan sampel
dan pengujian sampel di laboratorium untuk produk yang beredar serta
peringatan kepada publik yang didukung penegakan hukum. Untuk
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap mutu, khasiat
dan keamanan produk maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan
komunikasi, informasi dan edukasi.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1. Balai Besar POM di Padang
9
i. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan, sesuai dengan
bidang tugasnya.
Bahan Berbahaya.
Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumah tanggaan.
Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan, sesuai dengan
bidang tugasnya.
dokumen
pendukung
untuk
mengidentifikasi
dan
1. Umum
2. Personel
3. Kondisi akomodasi dan kondisi lingkungan
4. Metode pengujian, metode kalibrasi dan validasi
5. Peralatan
6. Ketertelusuran pengukuran
7. Pengambilan contoh
8. Penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi
9. Jaminan Mutu
10. Pelaporan Hasil
Selain berpedoman pada ISO 17025 tahun 2005 Balai Besar POM di
Padang juga mempunyai panduan mutu internal yang tetap mengacu pada ISO
17025, yang disebut dengan Dokumen Mutu BBPOM di Padang, jenis dokumen
tersebut adalah:
a. Dokumen Level 1 : Panduan Mutu
Menguraikan garis besar kebijakan sistem manajemen mutu
laboratorium yang diterapkan di Balai Besar POM di Padang.
Dokumen ini disahkan oleh Manajer Puncak.
b. Dokumen Level 2 : Prosedur Tetap Jaminan Mutu (PTJM)
Merupakan uraian dari Panduan Mutu untuk mengendalikan kegiatan
kerja yang diterapkan pada masing-masing Laboratorium/ Tata
Usaha. Dokumen ini disahkan oleh Manajer Mutu.
c. Dokumen Level 3: Intruksi Kerja Jaminan Mutu (IKJM)
Merupakan petunjuk tahap-tahap pelaksanaan kegiatan antara lain
metode analisis, pengoperasian alat, administrasi atau kegaitan15
melaksanakan
tugasnya,
Bidang
Pengujian
Teranokoko
menjalankan fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan
pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian produk
Terapeutik.
b. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan
pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian produk
Narkotika dan Psikotropika.
16
3. Uji kualitatif
Uji kualitatif dilakukan untuk mengetahui senyawa zat aktif yang terkandung
dalam sediaan sesuai dengan monografi yang terdapat dalam farmakope.
4. Uji kuantitatif
Penetapan kadar uji keseragaman kandungan dilakukan sesuai dengan
monografi yang tercantum dalam farmakope indonesia IV atau buku resmi
lainnya.
B. Laboratorium NAPZA
Laboratorium NAPZA merupakan tempat dilakukannya pengujian sampel
golongan narkotika dan psikotropika. Pada laboratorium dilakukan pengujian
terhadap sampel internal atau sampel rutin secara kualitatif dan kuantitatif.
Sampel eksternal biasanya sampel yang berasal dari kepolisian dan hanya
dilakukan pengujian kualitatif menggunakan metode spektrofotometri dan KLT.
C. Laboratorium Kosmetika
Metode analisis yang digunakan untuk sampel kosmetik dilakukan
berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV, Asean Cosmetic Methode (ACM),
Metode Analisis (MA) dari PPOMN yang mengacu pada keputusan Menkes atau
Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemeriksaan yang dilakukan oleh BBPOM
Padang terhadap kosmetika meliputi pengujian mutu dan keamanan produk.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengawasi mutu dan keamanan sediaan
kosmetika yang beredar dan melindungi masyarakat dari penggunaan kosmetika
yang tidak memenuhi syarat dan membahayakan kesehatan konsumen.
Kandungan dalam kosmetik yang diuji merupakan bahan yang dilarang
untuk digunakan dalam kosmetik seperti mercuri, hydroquinone, asam retinoat,
logam berat (As, Hg, Pb, Cd). Sedangkan untuk pengawet (Nipagin, Nipasol, Etil
18
Paraben, Butil Paraben, Phenoxi etanol) boleh ditambahkan namun dalam batas
yang diizinkan. Jenis-jenis sediaan yang diuji biasanya sediaan untuk bayi, sabun
mandi, penyegar, lipstik, sediaan rias wajah seperti eye liner, bedak tabor/ padat,
foundation, tabir surya, sampo, pemutih, pasta gigi dan deodorant.
Adapun parameter-parameter pengujian yang dilakukan di laboratorium
kosmetik yaitu:
1. Mencatat identitas sampel
Identitas sampel meliputi pencantuman nama produk, bentuk sediaan,
jenis kemasan, netto, nomor batch atau kode produksi, nomor registrasi,
indikasi atau kegunaan, cara penggunaan, nama dan alamat pabrik (untuk
sediaan yang mempunyai lisensi harus mencatumkan juga nama dan alamat
industri lisesnsi), tanggal kadaluarsa.
2. Pemerian
Yaitu pengamatan terhadap bentuk sediaan, warna, bau dan konsistensi.
5. Uji PH
Pengujian pH bertujuan untuk mengetahui pH sampel apakah sudah sama
denga pH kulit agar tidak bersifat iritasi terhadap jaringan kulit.
6. Uji logam berat
Salah satu logam berat yang dilarang dalam sediaan kosmetik adalah
timbal dan raksa karena keduanya dapat diakumulasi tubuh dan bersifat
toksik. Identifikasi warna timbal dan raksa dapat dengan reaksi warna.
7. Identifikasi pewarna
Identifikasi ini tidak dilakukan dalam sediaan yang berwarna selain putih
atau bening yang bertujuan untuk memastikan bahan pewarna yang digunakan
adalah pewarna yang diizinkan.
D. Laboratorium Obat Tradisional (OT) dan Produk Komplemen
Pada laboratorium obat tradisional dan produk komplemen dilakukan
pengujian terhadap sampel obat tradisional (jamu) dan sampel sampel produk
19
4. Produk Komplemen
Kandungan dalam produk komplemen yang sering diuji adalah kafein, vitamin
B compleks, vitamin C, Bensorsak. Pengujian yang dilakukan bersifat
kuantitatif dan pengujian ini dilakukan untuk mengukur kesesuaian komposisi
yang tertera pada kemasan dengan bahan yang terkandung dalam produk.
Adapun parameter pengujian di laboratorium komplemen adalah penandaan
yang meliputi pencantuman nama produk, bentuk sediaan, jenis kemasan,
netto, nomor batch atau kode produksi, nomor registrasi, indikasi atau
kegunaan, cara penggunaan, nama dan alamat pabrik (untuk sediaan lisensi
harus mencantumkan juga nama dan alamat industri pemeberi lisesnsi), tanggal
kadaluarsa.
Metode pengambilan sampel sesuai dengan survei base line data (SBD)
berdasarkan resiko (riskbase sampling).
a.
Pelaporan
Pelaporan terdiri dari 3 jenis yaitu :
1. Laporan kegiatan sampling rutin dan pengujian
Pelaksanaan kegiatan sampling rutin dan pengujian (MS/
TMS) termasuk pangan bertarget dilaporkan secara berkala
setiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya,
disampaikan kepada kepala pusat pengujian obat dan makanan
nasional dengan tembusan kepada deputi bidang pengawasan
keamanan pangan cq direktur inspeksi dan sertiovikasi pangan
dan kepala biro perencanaan dan keuangan badan POM. Laporan
harus mencantumkan : nama produk/ nama jenis, nama dagang,
komposisi, nama dan alamat produsen/ omportir, nomor
pendaftaran, nomor bets, tanggal kadaluarsa, jenis produk
kemasan, netto, hasil pengujian, metode analisa/ pustaka, tempat
dan tanggal sampling (sesuai dengan format laporan pada anak
lampiran 2)
2. Laporan pelaksanaan dan pencapaian target sampling pangan
Laporan pelaksanaan dan pencapaian target sampling
dikirimkan per 3 bulan dalam bentuk hard copy melalui POS dan
soft copy dikirim melalui email.
3. Laporan pengujian pangan TMS
Hasil pengujian produk pangan yang TMS harus segera
dilaporkan per bulannya sebgai bahan tindak lanjut, kepada :
Kepala pusat pengujian obat dan makanan nasional, dengan
melampirkan CP-LCP
Hasil pengujian parameter uji yang dimandirikan untuk BB/
BPOM seperti terlampir pada lampiran, tidak perlu di
laporkan CP-LCP kepada kepala PPOMN atau dilakukan uji
25
hard copy melalui POS dan soft copy dikirim melalui email.
b. Tindak lanjut
Tindak lanjut hasil sampling rutin dan pengujian dilaksansakan
sesuai dengan petunjuk teknis tindak lanjut terhadap hasil
pengawasan produk pangan. Apabila pangan bertarget tidak
memenuhi syarat, maka diusulkan untuk melihat penerapan CPPB
disarana produksi produk tersebut.
2. Sampling pangan khusus
Semua jenis produk garam konsumsi yang dikemas dan tidak
dikemas, berlabel dan tidak berlabel ditingkat peredaran di willayah kota
atau kabupaten.
Sampling dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu bulan mey dan
agustus.
a.
Pencatatan dan pelaporan
Hasil monitoring garam konsumsi beryodium ditingkat peredaran
dicatat pada format laporan hasil pemantauan garam konsumsi
ditingkat peredaran. Hasil pengujian garam beyodium yang TMS harus
segera dilaporkan ke kepala pusat pengujian obat dan makanan
nasional, dengan melampirkan CPRCP dan dilaporkan ke direktur
inspeksi pangan dan sertifikasi pangan dengan tembusan kepala
PPOMN dan juga diinformasikan atau disampaikan kepada tim
penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodium (YAKY)
provinsi.
26
makanan.
Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian
dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan di
bidang produk terapeutik, narkotik, psikotropik dan zat aditif lain, obat
rencana bulanan.
Kegiatan Sampling
Selain melakukan pemeriksaan terhadap sarana produksi dan distribusi
obat, bagian pemeriksaan juga melakukan pengambilan contoh (sampling)
post-market untuk di uji di laboratorium. Sampel berupa produk
terapeutik, kosmetik, komplemen, pangan dan bahan berbahaya yang
diperoleh dari sarana distribusi obat baik dengan cara pembelian (pada
sarana distribusi non pemerintah) atau diambil tanpa pembelian (pada
sarana distribusi pemerintah). Sampel diambil atau dibeli berdasarkan
pada perencanaan sampling yang telah dibuat oleh seksi pemeriksaan dan
bidang pengujian.
Pengawasan Terhadap Periklanan di Pasaran
Pengawasan periklanan di pasar merupakan salah satu tugas dari seksi
pemeriksaan untuk mengawasi periklanan yang beredar di media cetak
maupun di media elektronik. Semua periklanan produk terapeutik, pangan
dan kosmetik serta rokok perlu pengawasan, agar sesuai dengan peraturan
29
pusat.
Kegiatan Pemeriksaan Terhadap Sarana Produksi dan Distribusi
Seksi pemeriksaan melakukan tindakan rutin pengawasan (pemeriksaan)
terhadap sarana, baik itu sarana produksi dan distribusi termasuk sarana
pelayanan kesehatan masyarakat.
Ruang lingkup pemeriksaan sarana produksi adalah industri farmasi,
makanan, obat tradisional, kosmetik dan pangan. Sedangkan ruang
lingkup pemeriksaan sarana distribusi adalah pedagang besar farmasi,
apotek, toko obat, toko obat tradisional, sarana kesehatan lain (puskesmas,
rumah sakit, gudang farmasi dan lain-lain), toko penjualan kosmetik dan
makanan.
Adapun parameter pemilihan sarana yang akan diperiksa adalah sebagai
berikut:
Melakukan Pemetaan
Pemetaan dilakukan dengan melihat data pemeriksaan sebelumnya
berdasarkan analisis resiko, diutamakan bagi sarana-sarana yang pada
pemeriksaan sebelumnya ditemukan melakukan pelanggaran.
Apabila dicurigai adanya pelanggaran di sarana tersebut.
Sarana yang belum dikunjungi selain dari kriteria diatas.
30
tersembunyi.
Melakukan pemeriksaan terhadap produk ilegal, kadaluarsa dan produk
d
e
f
palsu.
Memeriksa kartu stock dan fisik obat.
Mencatat semua temuan yang ada.
Membuat berita acara pemeriksaan dan mengambil bukti-bukti temuan
g
h
2. Seksi Penyidikan
31
kejadian perkara.
Untuk menelusuri kebenaran informasi tersebut harus dilakukan
investigasi, guna memastikan unsur-unsur tindak pidana yang perlu
ditindak lanjuti dengan pro justisia.
32
pro justisia.
Untuk mengungkap modus operandi, maka diturunkan aktor intelektual
dengan jaringan kegiatan yang luas dalam mengungkap tindak pidana
tesebut dengan tindak penyidikan dan penyelidikan yang lebih terarah.
Langkah-langkah pro justisia, berdasarkan petunjuk teknis penyidikan
perkara (TKP).
Melaksanakan penggeledahan dan dituangkan dalam berita acara
penggeledahan.
Melaksanakan penyitaan barang bukti dan di tuangkan dalam Berita
atas penggeledahan.
Meminta persetujuan/ penetapan kepada pengadilan negeri setempat
atas penyitaan.
Melaksanakan pembagian barang bukti untuk pengujian secara
laboraturium (jika diperlukan) dan dituangkan dalam BA bila
diperlukan.
Melaksanakan gelar perkara pelanggaran tindak pidana, bila di
perlukan.
Membuat surat pemberitahuan di mulainya penyidikan (SPDP)
PPNS BPOM (penyidik pegawai negeri sipil badan POM) pada prinsipnya sama
seperti proses penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh penyidik POLRI.
Perbedaanya terletak pada kewenangan masing-masing yaitu kewenangan PPNS
Badan POM (dulu dirjen POM) diatur dalam KUHAP dan Surat Keputusan
Menteri Kehakiman No.M.04.PW.07.03 tahun 1984, sedangkan kewenangan
penyidik POLRI pada dasarnya diatur dalam KUHAP.
tersebut harus menerapkan Sistem Mutu antara lain : SOP, IK, Panduan
Mutu, Form, Ceklis, Lembar Kajian Mutu. Jiika semua system mutu
yang di syaratkan sudah mampu diterapkan maka industry ini berhak
untuk menerima piagam bintang 2 keamanan panagan.
d. Audit surveillance piagam bintang 2 keamanan pangan
Untuk industri makanan yang telah mempunyai sertifikat piagam
bintang 2 keamanan pangan, maka dilanjutkan dengan pengauditan
surveillance piagam bintang 2 keamanan pangan yang dilakukan oleh
Balai Besar POM Padang bersama dengan Badan POM. Dalam hal ini
industri makanan yang telah memperoleh piagam bintang 2 harus
mampu mempertahankan sistem mutunya. Apabila ditemukan sesuatu
yang tidak memenuhi kriteria keamanan pangan, maka sarana di berikan
bimbingan lagi dan ditekankan kepada sarana jika tidak mampu
mempertahankan piagam bintang 2 kemanan pangan maka sewaktuwaktu piagamnya dapat dicabut.
e. Audit Dalam Rangka Sertifikasi Halal
Untuk melakukan audit sertifikasi halal Balai Besar POM Padang
bekerja sama dengan LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan Obat
Makanan Majelis Ulama Indonesia). BBPOM Padang akan melakukan
audit dari segi CPBB IRTP, LPPOM MUI melakukan audit dari segi
bahan baku yang harus Halal dan KEMENAG (Kementrian Agama)
mengaudit dari segi syariahnya.
Hasil ketiga audit ini akan dirapatkan pada sidang FATWA MUI untuk
membahas apakah industri tersebut dapat diberi sertifikat halal. Untuk
pencantuman logo halal maka industri harus mengajukan permohonan
ke BBPOM Padang dengan melampirkan sertifikat halal dan nomor
PIRT. Kemudian BBPOM Padang akan mengeluarkan rekomendasi
untuk pencantuman logo halal pada label produk.
f. Audit Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah
37
memenuhi
syarat
kesehatan.
Meningkatkan
pengetahuan
Berbahaya,
pemberian
informasi
kepada
masyarakat
7) Mengelola pelatihan
8) Mengelola sekolah
9) Mengelola evaluasi kinerja
10) Mengelola pelantikan ekstrenal dan internal.
11) Mengelola kegiatan upacara, apel dan pelantikan.
2. Bagian Keuangan
Bagian ini Bertugas dengan semua hal yang berhubungan dengan
keuangan di BPOM Padang. Bagian ini dikelola oleh seorang bendahara dan
dibantu oleh beberapa staf pengelola yaitu :
1) Bendahara Pengeluaran
Bertugas mengelola semua pembayaran dan gaji pegawai Balai Besar POM
Padang, seperti pemotongan gaji akibat keterlambatan absensi pegawai dll.
2) Bendahara Penerimaan
Bertugas dalam penerimaan negara bukan pajak yang diperoleh dari biaya
yang dikenakan BBPOM kepada pihak ketiga yang ingin melakuakn
pengujian terhadap sampel ekstrenal. Besarnya biaya pengujian telah diatur
dalam PP No.48 tahun 2010. Pihak ketiga akan membayar biaya melalui
transaksi antar bank ke rekening BPOM pusat di Jakrata dan selanjutnya
menyerahkan bukti pembayaran ke pihak TU BBPOM padang.
3) Pengelola Surat Perintah Membayar (SPM).
Staf yang bertugas dalam SPM melakukan pencairan dari kwitansi-kwitansi
yang telah direkap dalam beberapa hari perjalanan dinas atau kegiatankegiatan yang telah dilakukan.
Dimana alurnya adalah sebagai berikut: kwitansi-kwitansi yang telah
terkumpul diverifikasi oleh staf yang bertugas melakukan verifikasi,
selanjutnya
direkapitulasi
diajukan
ke
bendahara,
persetujuan
dari
bendahara
diajukan ke KPPN. Dari pengajuan SPM tersebut akan keluar surat perintah
Pencairan dana dan dana dapat dicairkan.
42
3. Perlengkapan
Bagian perlengkapan bertugas membuat perencanaan, pengelolaan,
persediaan dan pendataan barang milik negara (BMN) dan alat tulis kantor.
Untuk memperlancar pengelolaan perlengkapan terutama untuk peralatan
laboratorium, maka disediakan ruangan khusus yaitu gudang yang berfungsi
untuk menyimpan reagensia, alat-alat gelas, serta perlengkapan lain yang
dibutuhkan oleh staf pengujian seperti : kacamata dan sepatu keselamatan kerja.
Penyediaan reagensia dan alat-alat labor tersebut juga tergantung pada
prioritas sampling yang telah dibuat oleh bidang pengujian dan pemeriksaan.
Sampel yang akan diuji di BBPOM padang berasal dari dua sumber yaitu sumber
internal dan sumebr eksternal. Sampel dari sumebr internal yaitu sampel yang
didapat dari membeli di sarana distribusi atau pasar menggunakan anggaran
pemerintah. Sedangkan sampel eksternal yaitu sampel yang berasal dari pihak
ketiga seperti kepolisian dan dinas kesehatan.
Alur pengujian sampel di BBPOM di padang adalah sebagai berikut:
Sampel yang datang dari BBPOM Padang, pertama kali akan dikirim ke
bagian administrasi untuk dikelompokan bedasarkan bidang pengujian. Bagian
administrasi akan membuat surat perintah uji yang berisi keterangan mengenai
data sampel seperti nama sampel, nomor sampel, nomor registrasi, nama pabrik
dan jumlah sampel, serta parameter yang di uji. Surat tersebut kemudian akan
diserahkan kepada kapala bidang sesuai dengan jenis pengujian yang diminta.
Kepala bidang akan mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK) yang nantinya
diserahkan ke kepala seksi/ penyelia. Penyelia kemudian membuat surat perintah
pengujian (SPP) yang ditujukan kepada penguji. Berdasarkan surat perintah
pengujian tersebut penguji akan melakukan pengujian terhadap sampel yang telah
diterima.
Hasil pengujian sampel yang diperoleh dibuat dalam bentuk Catatan
Pengujian (CP) sebanyak 2 rangkap dan Lampiran Catatan Pengujian (LCP). CP
43
dan LCP akan diperiksa terlebih dahulu oleh penyelia sebelum nantinya disahkan
oleh manager teknis, manager teknis akan menyerahkan hasil pengujian yang
berupa CP ke bagian administrasi. Bagian administrasi memiliki tugas untuk
merekapitulasi semua hasil pengujian diberbagai bidang, baik berupa sampel
internal dan eksternal.
Untuk saat ini proses penerimaan sampel di BBPOM Padang telah
mengunakan media online yaitu aplikasi SIPT. Aplikasi ini secara online
berhubungan langsung dengan seluruh bidang di BBPOM Padang.
Sampel-sampel yang diterima tidak seluruhnya diserahkan ke bidang
pengujian, tapi kira-kira sebagian (1/3 dari jumlah masing masing sampel)
disimpan di bagian Tata usaha sebagai arsip. Tujuan pengarsipana sampel ini
adalah untuk verifikasi dan uji rujuk ke PPOMN apabila ada sampel yang tidak
memenuhi syarat (TMS). Pada ruangan retained sampel terdapat lemari
penyimpanan makanan, lemari penyimpanan kosmetik, lemari penyimpanan obat
tradisional, dan lemari penyimpanan produk komplemen, serta lemari pendingin
untuk menyimpan produk produk yang tidak stabil pada suhu kamar, serta lemari
untuk produk TMS. Apabila dari pengujian didapatkan sampel yang tidak
memenuhi syarat maka petugas pengelola sampel akan langsung memisahkan
sampel tersebut pada lemari khusus produk TMS.
Untuk sampel TMS disimpan selama satu tahun dan untuk sampel yang
memenuhi syarat (MS) disimpan selama 6 bulan, kemudian dimusnahkan. Cara
pemusnahan biasanya dilakukan sengan cara dibakar oleh panitia pemusnahan.
4. Bagian adminstrasi atau persuratan
Bagian adminstrasi bertugas dalam mengelola data dan surat-menyurat
yang masuk ke BBPOM Padang. Selain dari pengelolaan surat masuk, bagian
adminstrasi juga bertugas mengelola surat dari pihak eksternal yang meminta
44
45
BAB IV
KEGIATAN PKPA DI BALAI BESAR POM PADANG
46
Dapat menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil pada suhu
tinggi.
KCKT tidak terbatas pada senyawa organik tapi mampu menganalisis
senyawa anorganik.
KCKT mampu menganalisis cuplikan yang mempunyai berat molekul
beasar.
KCKT mampu menganalisis cuplikan yang mempunyai titik didih yang
sangat tinggi seperti polimer.
Prinsip KCKT berdasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi solut yang
dipengaruhi oleh perbedaan afinitas solut terhadap fase gerak dan fase diam.
Instrumen KCKT memiliki 2 jenis kolom berdasarkan jenis fase gerak dan fase
diam yang digunakan, yaitu kolom normal phase (fase normal) dan kolom reverse
phase (fase terbalik).
Salah satu contoh pengujian menggunakan KCKT yaitu pengujian kadar
Thiamin (vit B1) dalam tepung terigu. Pengujian ini menggunakan fase terbalik
yaitu fase diamnya bersifat nonpolar dan fase gerak yang digunakan bersifat
polar. Penggunaan fase terbalik pada pemeriksaan vitamin B1 ini berdasarkan
sifat fisika thiamin yaitu larut didalam air sehingga thiamin tidak tertahan pada
fase diam saat dilakukannya pembacaan kadar thiamin dalam tepung terigu. Fase
diam yang digunakan yaitu C18, sebenarnya masih banyak lagi fase diam yang
dapat digunakan diantaranya C8, dan C2. Penggunaan kolom C
18
dikarenakan
kolom ini memiliki gugus oktadesil silika (ODS atau C 18) yang mampu
memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun
tinggi. Kolom C18 memiliki jumlah C yang banyak sehingga kolom ini cenderung
bersifat non polar. Fase gerak yang digunakan pada kolom KCKT fase terbalik ini
adalah metanol-air. Dalam penggunaannya fase gerak disaring terlebih dahulu
dengan pompa vakum dengan membran filter didalamnya yang berfungsi untuk
menyaring pengotor-pengotor yang berukuran makro atau mikro dari fase gerak.
47
48
dan bebas dari gangguan. Pada metode KCKT dapat digunakan bermacammacam detektor.
Detektor - detektor yang digunakan adalah :
1) Detektor spektrofotometri UV-Vis
Digunakan untuk zat zat yang dapat menyerap sinar ultraviolet yaitu zat
yang mempunyai gugus kromofor dan auksokrom.
2) Detektor Indeks Bias
Dasarnya ialah pengukuran perbedaan indeks bias fase gerak murni
dengan indeks bias fase gerak yang berisi komponen sampel, sehingga dapat
dianggap sebagai detektor yang universal pada KCKT. Detektor ini kurang
sensitif dibanding dengan detektor ultraviolet dan sangat peka terhadap
perubahan suhu.
3) Detektor Elektrokimia
Detektor elektrokimia biasanya didasarkan pada daya hantar listrik
(konduktometri) dan polarografi. Detektor jenis konduktometri biasanya
digunakan untuk mendeteksi solut-solut yang dapat mengalami reaksi redoks
baik senyawa organic maupun anorganik. Seperti dopamin, norepinefrin,
serotonin dan asam homovanilik menghasilkan arus oksidasi pada elektroda
karbon.
4) Detektor Photodiode-Array (PDA)
Detektor PDA merupakan detektor
UV-Vis
dengan
berbagai
berbeda dalam sekali proses (single run). PDA memberikan lebih banyak
informasi tentang komposisi sampel dibandingkan dengan detector UV-Vis.
Selain itu untuk detektor PDA dapat menganalisi sample secara 3 dimensi.
5) Detektor fluroresensi
Detektor fluoresensi yang paling sensitif di antara detektor lain. Zat yang
dapat dideteksi oleh detektor fluoresensi pada umumnya adalah zat yang
mempunyai ikatan rangkap. Salah satu contoh senyawa yang mempunyai
sifat fluoresensi yaitu thiamin.
49
50
disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan dan akan terbaca pada kurva yang
dihasilkan.
Dalam AAS sumber atomisasi ini dibagi menjadi ada beberapa nyala yang
dipakai dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala. Namun kebanyakan dari
instrumen menggunakan sumber atom nyala dimana sampel diintoduksikan dalam
bentuk larutan dan sampel akan masuk ke dalam bentuk aerosol. Aerosol ini biasa
dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke sumber atomisasi
nyala keruang penyemprot (chamber spray). Jenis nyala yang digunakan secara
luas dalam pengujian sampel yaitu nyala udara asetilen karena temperatur nyala
yang lebih rendah yaitu 24000C mendorong terbentuknya atom netral dan dengan
nyala yang kaya bahan bakar pembetukan oksida dari banyak unsur dapat
diminimalkan. Sedangkan nitrous oksida-asetilen dianjurkan untuk dipakai untuk
penentuan unsur unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini
disebabkan karena temperatur nyala yang dihasilkan rendah 30000 C. Unsur
unsur tersebut adalah : Al, B, Mo, Si, So, Ti, V, dan W.
4.3. Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif
yang
didasarkan
pada
interaksi
antara
materi
dengan
51
cahaya
tampak
(visible).
Cahaya
visible
termasuk
spektrum
Spektrofotometri
ini
sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Serta menggunakan hanya satu
sumber sinar yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk
sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer
digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample
berwarna juga untuk sample tak berwarna.
4.4. Kromatografi gas
Di Laboratorium bidang Teranokoko, kromatografi gas banyak digunakan
untuk pengujian zat- zat yang mudah menguap dan stabil pada suhu tinggi.
Seperti penetapan kadar metanol dan etanol dalam sediaan kosmetika juga
pengujian minyak menguap dalam obat tradisional. Prinsip kerja dari
kromatografi gas GC merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang
mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio
distribusinya.
Pemisahan pada GC didasarkan pada titik didih suatu senyawa dan syarat
zat yang bisa diperiksa dengan GC yaitu harus berupa gas atau uap. GC sama
dengan kromatografi lainnnya yaitu mempunyai fase gerak dan fase diam.
Dimana fase gerak berupa gas, gas yang dipakai bermacam- macam berdasarkan
pada penggunaan spesifik dan jenis detector yang digunakan, tipe kolom (packing
atau kapiler) serta biaya. Helium merupakan contoh gas pembawa yang sering
digunakan, karena memberikan efisiensi kromatografi yang lebih baik
(mengurangi pelebaran pita). Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi
(tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya dan
dimasukkan kedalam kolom.
Gas pembawa (biasanya digunakan Helium, Argon atau Nitrogen) dengan
tekanan tertentu dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam.
53
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah dilakukan di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Padang, dapat disimpulkan :
1. Balai Besar POM Padang merupakan unit pelaksana teknis di bidang
pemeriksaan obat dan makanan yang bertanggung jawab secara teknis kepada
Kepala Badan POM. Balai Besar POM Padang terdiri dari Bidang Pengujian
Produk Terapeutik, Narkotika dan psikotropika, Obat tradisional, Kosmetika
dan Produk Komplemen; Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya;
Bidang Pengujian Mikrobiologi; Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan;
Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen; Sub Bagian Tata Usaha
dan Kelompok Jabatan Fungsional.
2. Sasaran pengawasan Balai Besar POM di Padang mencakup pelaksanaan
pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana
produksi, distribusi dan instansi kesehatan di bidang produk terapeutik,
narkotika, psikotropika dan zat aditif lain, obat tradisional, kosmetik dan
produk komplemen baik pre market dan post market serta melakukan
komunikasi, edukasi, informasi kepada masyarakat yang berada di daerah
cakupan kerja Balai Besar POM di Padang.
3. Pengujian mutu obat merupakan salah satu bentuk pengawasan yang
dilakukan oleh Balai Besar POM yang dilakukan oleh Bidang pengujian
produk terapeutika, narkotika, obat tradisional, kosmetik dan produk
55
5.2 Saran
Dalam menjaga keamanan dalam melakukan pengujian laboratorium
sebaiknya penguji menggunakan alat pelindung diri yang sesuai seperti memakai
jas labor, sepatu, masker, sarung tangan yang sesuai agar terhindar dari bahaya
yang mungkin akan terjadi.
56
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2001. Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Jakarta.
Badan POM RI. 2011. Keputusan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
republik Indonesia tentang Penerapan sistem Manajemen Mutu (quality
Management system). Jakarta : BPOM RI.
Badan POM. 2011. Laporan Tahunan Badan POM RI 2011. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Badan POM. 2013. Laporan Tahunan Badan POM RI 2013. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan.
57